Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN SISTEM SARAF

DENGAN STROKE DI RUANG ASAL RSUD AL IHSAN


BALEENDAH BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Program Profesi Ners Stase KMB

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Jihan Pratama
Nurjamilah
Siti Fatimah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR CIMAHI

2018
1. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan
atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.

2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
A. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
B. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
C. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
D. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicara, atau sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
A. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
B. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol
dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
3. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh
darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :
A. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
B. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
C. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
D. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada
aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis
yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit
dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama
berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah
mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran
darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau
kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala
mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

5. KLASIFIKASI
A. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu ;
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan Sub Araknoid

Gejala PIS PSA


Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan meningeal +/- +++
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
Tabel 2.4

Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid


B. Stroke Non Hemoragik/Iskemik
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran
umumnya baik.
Perjalanan penyakit/stadium stroke yaitu :
1. Transient Ischemik Attack (TIA)
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
dengan beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Berdasarkan manifestasi/stadium klinik:
Transient Ischemik Attack (TIA):
a. Merupakan ggn peredaran darah otak sepintas (GPDOS).
b. Timbul secara mendadak gejala deficit neurologis fokal akibat
iskhemia otak yg menghilang dalam waktu beberapa menit atau
jam akan tetapi tidak lebih dari 24 jam
c. Pada umumnya gejala kelainan neurologik ,timbul dlm waktu 2-5
mnt dan menghilang dlm waktu kurang dari 24 jam
d. Penyebabnya: paling sering karena atherosklerosis, disrithmia
jantung, hipotensi, krisis hipertensi, polisitemia, anemia, spasme.

6. Tanda dan Gejala


1. Sistem karotis
a. Kelumpuhan ½ badan (kiri/kanan), dpt juga ke-4 anggota badan.
b. Kelumpuhan otot-otot wajah sesisi, atau kadang-kadang pada
kedua sisi.
c. Gangguan bicara, dapat berupa: rero, afasia motorik, dan afasia
sensorik.
d. Gangguan kesadaran.
e. Gangguan penglihatan (kadang-kadang).
2. Sistem vertebro basiler:
a. kelumpuhan ½ badan/dapat juga kelumpuhan pada ke-4 anggota
gerak.
b. Kelumpuhan otot-otot wajah pada sisi yang berlawanan dengan
kelumpuhan anggota badan.
c. Gangguan. Bicara.
d. Gangguan Kesadaran.
e. Gangguan Penglihatan (diplopia).
f. Rasa berputar-putar, muntah, dan ggn.menelan.

4. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, status
B. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, alamat.
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama masuk RS
Pada umumnya keluhan yang paling dirasakan klien dengan
gangguan sistempersarafan akibat stroke akan ditemukan adanya
lumpuh sebelah. Adanya hemiplegi, herniasi, kemudian rasa pusing/
nyeri kepala, bicara rero dan sulit dimengerti. Dikembangkan pula
dengan mengembangkan konsep PQRST mulai dari adanya keluhan
sampai datang kerumah sakit untuk meminta pertolongan.
b) Keluhan saat pengkajian
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan adanya
penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan sampai terjadi koma
sehingga klien tidka dapat dilakukan pengkajian tentang keluhan
utamanya, sedangkan pada stroke akibat infark biasanya terjadi
kelumpuhan sebelah (hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara tidak
jelas (rero) dan klien mengeluh lemah tubuh. Dikembangkan dengan
konsep PQRST.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada umumnya klien stroke akan didapatkan adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, dan /atau penyakit jantung, dan beberapa
kebiasaan yaitu makan makanan yang tinggi garam dan lemak, obesitas,
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, riwayat penggunaan pil
kontrasepsi, sering stres, kurang beraktivitas.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu
adanya keluarga yang mempunyai riwayat hiperensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan riwayat stroke/TIA.
D. Pola aktivitas sehari-hari
Dapat terjadi peubahan atau gangguan dalam memenuhi kebituhannya baik
dirumah ataupun di rumah sakit.
1) Personal hygiene
Karena adanya kelemahan atau kelumpuhan motorik sehingga klien jarus
dibantu dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Eliminasi
Terjadi perubahan dalam pemenuhan eliminasi, pada pola eliminasi BAK
akan terjadi perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine dan
anuria, pada pola eliminasi BAB dapat terjadi distensi abdomen dan
dapat terjadi obstipasi.
3) Nutrisi
Terjadi perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
karena adanya rasa mual dan muntah, kurang nafsu makan, kehilangan
sensasi rasa pada lidah, disfegia, kesulitan menelan akibat gangguan pada
refleks palatum dan faringeal.
4) Aktivitas dan istirahat.
Akan didapatkan kesukaran dalam memenuhi aktivitasnya karena
kelemahan, mudah lelah ataupun intoleran terhadap aktivitas dan sukar
tidur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Sistem pernafasan
Akan didapatkan batuk tidak efektif, pernafasan tidak teratur, kemungkinan
cyned-stokes dan terjadi paralisis otot pernafasan, bunyi nafas ngorok
ronshi, adanya sekret dan apirasi. Pada klien stroke disertai penyakit jantung
akan dijumpai adanya nyeri dada saat beraktivitas, dispnea, sesak nafas.
B. Sistem kardiovaskuler
Adanya hipotensi, denyut nadi perifer berkurang tetapi nadi sentral kuat,
terdengar bunyi jantung tambahan seperti murmur atau gallop dan irama
jantung tidak teratur.
C. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan menurun, kehilangan sensasi pada lidah, paralise pada otot
wajah dan kerongkongan (disfagia), sehingga menimbulkan masalah dalam
menelan dan mengunyah, serta terjadi peristaltik usus menurun yang
mengakibatkan konstipasi. Distensi abdomen dan penambahan berat badan
dengan pesat terjadi pada klien stroke disertai penyakit jantung.
D. Sistem persarafan
B. Tes fungsi serebral
a) Status mental
Dapat timbul gejala disorientasi waktu, tempat dan orang menjadi
kurang konsentrasi dan perhitungan ataupun dalam memori.
b) Pengkajian bicara
Klien dengan stroke didapatkan bicaramenjadi tidak jelas, bicara
rero, tidak dimengerti.
C. Tes fungsi nervus kranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
Memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman.
b) Nervus II (Optikus)
Penurunan daya penglihatan, kehilangan sebagian penglihatannya,
atau bahkan terjadi diplopia.
c) Nervus III (Okulomotoris), nervus IV ( Troklearis), nervus VI
(Abdusens)
Kerusakannya akan menyebabkan penurunan lalpang pandang,
perubahan ukuran pupil, pupil tidak sama, pupil berdilatasi,
pergerakan bola mata tidak simetris.
d) Nervus V (Trigeminus)
Kerusakannya akan menyebabkan gangguan dalam mengunyah,
terjaadi paralisis otot wajah, penurunan refleks kornea.
e) Nervus VII ( Fasialis)
Asimetris wajah saat tersenyum, melemahnya penutupan kelopak
mata dan hilangnya rasa 2/3 bagian anteior lidah.
f) Nervus VIII ( Auditorius)
Penurunan fungsi pendengaranm dan daya keseimbangan tubuh.
g) Nervus IX ( Glsofaringeus), Nervus X (Vagus)
Biasanya terjadi cegukan, biasa trajdi pada klien dengan resiko
peningkatan tekanan intra kranial, menurunnya refleks menelan,
menurunya fungsi rasa pada 1/3 posterior lidah.
h) Nervus XI ( Assesorius)
Biasanya terjadi penurunan kekuatan otot sternokleidomastoideus
dan otot trapezius.
i) Nervus XII (Hipoglosus)
Jatuhnya lidah ke salah satu sisi, menurunnya fungsi pergerakan
lidah.
D. Fungsi motoric
Dapat terjadi massa otot atropi, tunos otot menjadi kurang baik,
terdapat penurunan kekuatan otot.
E. Fungsi sensoris
Bila terjadi kerusakan pada neuron sensoriknya kemungkinan klien
tidak dapat merasakan sentuhan atau goresan tumpul, tajam dan halus.
Tidak dapat membedakan panas dan dingin.
F. Fungsi serebelum
Fungsi koordinasi menjadi kurang sempurna dan terdapat gangguan
keseimbangan tubuh.
G. Tes fungsi reflex
Terjadi penurunan refleks-refleks karena menurunya respon motorik
involunter yang ditimbulkan karena adanya rangsangan di sepanjang
lengkung refleks.
H. Rangsang selaput meningea
Pada klien dengan stroke perdarahan intraserebral pun tanda meningeal
dapat positif apabila stroke tersebut disebabkan karena sebelumnya ada
riwayat hipertensi.
E. Sistem perkemihan
Terjadi perubahanpola eliminasi seperti inkontinensia urine karena adanya
paralise spinkter uretra. Pada klien dengan stroke disertai penyakit jantung
akan didapatkan adanya penurunan urine output.
F. Sistem musculoskeletal
Biasanya terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah, kehilangan fungsi
sensasi, paralisis sebagian atau seluruh motorik, perubahan tonus otot,
kelelahan, adanya pengurangan masa otot, terbatasnya range of motion.
G. Sistem integument
Pada stroke yang immobilitas lama terjadi kerusakan pada kulit daerah yang
tertekan akibat immobilitas yang menimbulkan perubahan aliran darah ke
area yang tertekan dan menonjol. Pucat pada punggung kuku dan pengisian
kapiler lambat.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi / ruptur
B. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
C. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid
D. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah sistem arteri karotis / aliran
darah / muncul plaque / arterosklerosis
E. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
F. MRI
Menunjukkan adanya tekanan annormal dan biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragi sub arachonis / perdarahan intrakranial
G. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
berlawanan dari massa yang meluas (Dongoes,2000)
H. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid aau intakranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan
proses inflamasi
2) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali. (Dongoes,2000)

8. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan,
tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma
B. KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark bertujuan
untuk mencegah keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.
Untuk itu dalam merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
seperti mengkaji status pernafasan, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau
fungsi usus dan kandung kemih, melakukan kateterisasi kandung kemih, dan
mempertahankan tirah baring.
9. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Do : Pecahnya pembuluh darah otak Perubahan perfusi
- Klien mengalami  jaringan
penurunan kesadaran Perdarahan intra kranial sehingga
- Klien tampak gelisah darah akan menggeser ke dalam
- Kemampuan bicara parenkimotak
hilang 
Perubahan perfusi jaringan
Do : 
2. - Menurunnya Gangguan aliran darah ke otak Gangguan
kesadaran  mobilitas fisik
- Keterbatasan gerak Terjadi kerusakan neuromatorik
pada ekstermitas 
- Tidak ada kekuatan Transmisi infus terganggu

otot 
Tidak ada kekuatan otot
Ketidakmampuan pergerakan

Gangguan mobilitas fisik

Do :
3 - Klien sering meringis, Sumbatan pemb. Darah ke otak Gangguan rasa
gelisah dan 
memegang kepala Suplai o2 ke otak berkurang nyaman nyeri

Merangsang respon nyeri di korteks
serebri

Nyeri di persepsikan

Gangguan rasa nyaman nyeri

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


A. Perubahan perfusi jaringan
B. Gangguan mobilitas fisik
C. Gangguan rasa nyaman nyeri
11. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No Intervensi Rasional
Keperawatan (SMART)
1 Perubahan Tujuan : Fungsi serebral membaik 1. Tentukan faktor-faktor 2. Mempengaruhi penetapan
perfusi atau meningkat yangberhubungan dengan intervensi. Kerusakan
jaringan Kriteria hasil : keadaan/penyebab khusus selama /kemunduran tanda /gejala
- Mempertahankan tingkat koma/penurunan perfusi serebral fan neurologist atau kegagalan
kesadaran potensial terjadinya peningkatan memperbaikinya setelah fase awal
- Tanda-tanda vital stabil TIK. memerlukan tindakan
- Tak ada peningkatan Tekanan pembedahan dan/atau pasien
Intra Kranial harus dipindahkan keruang
- Tidak ada kelanjutan perawatan kritis (ICU) untuk
deteriorasi/kekambuhan melakukan pemantauan terhadap
deficit peningkatan TIK.
2. Pantau /catat status neurologist
3. Mengetahui kecenderungan
sesering mungkin dan bandingkan
tingkat kesadaran dan potensial
dengan keadaan normalnya/standar.
peningkatan TIK dan mengetahui
lokasi,luas, dan kemajuan/
resolusi kerusakan SSP. Dapat
menunjukan TIA yang merupakan
tanda terjadi trombosis CVS baru.
4. Hipertensi atau hipotensi postural
3. Pantau adanya hipertensi/hipotensi, dapat menjadi factor pencetus.
bandingakn tekanan darah yang Hipotensi dapata terjadi karena
terbaca pada kedua lengan. syok (kolaps sirkulasi
vaskuler).Peningkatan TIK dapat
terjadi (karena edema, adanya
formasi bekuan darah).
Tersumbatnya arteri subklavia
dapat dinyatakan dengan adanya
perbedaan tekanan pada kedua
lengan.
5. Menurunkan tekanan arteri
4. Letakan kepala dengan posisi agak dengan meningkatkan drainase
ditinggikan dan dalam posisi dan meningkatkan
anatomis (netral). sirkulasi/perfusi serebral.
6. Aktivitas/stimulasi yang kontinu
5. Pertahankan tirah baring; ciptakan dapat meningkatkan TIK. Istirahat
lingkungan yang tenang; batasi total dan ketenangan mungkin
pengunjung/aktivitas pasien sesuai diperlukan untuk pencegahan
indikasi. Berikan istirahat secara terhadap perdarahan dalam kasus
periodic antara aktivitas perawatan, stroke hemoragik/perdarahan
batasi lamanya setiap prosedur. lainnya.
7. Menurunkan hipoksia yang dapat
6. Berikan oksigen sesuai indikasi menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan
meningkat/terbentuknya edema.
8. Hipertensi lama/kronis
7. Berikan obat sesuai indikasi :
memerlukan penanganan yang
antihipertensi
hati-hati, sebab penggunaan yang
berlebihan meningkatkan resiko
terjadinya perluasan kerusakan
jaringan. Hipertensi sementara
seringkali terjadi selama fase
stroke akut dan
penanggulangannya seringkali
tanpa intervensi terapeutik.
2 Gangguan Tujuan : Komplikasi dapat 1. Ubah posisi minimal setiap 2 jam 1. Menurunkan resiko terjadinya
mobilitas fisik dicegah atau diminimalkan (terlentang,miring), dsb. Dan jika trauma/iskemia jaringan. Daerah
Kriteria hasil: memungkinkan bisa lebih sering jika yang terkena mengalami
- Tidak adanya kontraktur diletakan dalam posisi bagian yang perburukan/sirkulasi yang lebih
- terganggu. jelek dan menurunkan sensasi
dan lebih besar menimbulkan
Mempertahankan/meningkatka kerusakan pada kulit/dekubitus.
n kekuatan dan fungsi bagian 2. Mulailah melakukan latihan rentang 2. Meminimalkan atropi otot,
tubuh yang terkena atau gerak aktif dan pasif pada semua meningkatkan sirkulasi,
kompensasi ekstremitas saat masuk. Anjurkan membanatu mencegah
- Mendemonstrasikan perilaku/ melakukan latihan seperti latihan kontraktur.Menurunkan resiko
teknik yang memungkinkan quadrisep/gluteal, meremas bola terjadinya hiperkalsiuria dan
melakukan aktivitas karet, melebarkan jari-jari dan osteoporosis jika masalah
- Mempertahankan integritas kaki/telapak. utamanya adalah perdarahan.
kulit. 3. Sokong ekstremitas dlaam posisi 3. Mencegah kontraktur/footdrop
fungsionalnya, gunakan papan kaki dan memfasilitasi kegunaannya
(foot board) selama periode paralysis jika berfungsi kembali.Paralisis
flaksid.Pertahankan posisi kepala flaksid dapat mengganggu
netral. kemampuannya untuk
menyangga kepala, dilain pihak
paralysis spastic dapat mengarah
pada deviasi kepala ke salah satu
sisi.
4. Titik-titik tekanan pada daerah
4. Inspeksi kulit terutama pada daerah- yang menonjol paling beresiko
daerah yang menonjol secara teratur. untuk terjadinya penurunan
Lakukan massase secara hati-hati perfusi/iskemia.Stimulasi
pada daerah kemerahan dan berikan sirkulasi dan memberikan
alat Bantu seperti bantalan lunak bantalan membantu mencegah
kulit sesuai kebutuhan. kerusakan kulit dan
berkembangnya dekubitus.
5. Berikan obat relaksan otot, 5. Mungkin diperlukan untuk
antispasmodic sesuai indikasi, seperti menghilangkan spastisitas pada
baklofen, dan trolen. ekstremitas yang terganggu.
3 Gangguan rasa
nyaman nyeri
12. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta:
EGC.
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi
4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
Wanhari, M.A. (2008). Asuhan Keperawatan Stroke
(http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/stroke.html) di akses 19 Juli 2010.
Winarni, S. (2008). Karya Tulis Ilmiah Stroke
(http://etd.eprints.ums.ac.id/2926/1/J200050072.pdf, di akses 19 Juli 2010.

Anda mungkin juga menyukai