2018
1. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan
atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
A. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
B. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
C. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
D. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicara, atau sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
A. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
B. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol
dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
3. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh
darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :
A. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
B. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
C. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
D. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada
aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis
yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit
dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama
berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah
mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran
darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau
kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala
mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
5. KLASIFIKASI
A. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu ;
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan Sub Araknoid
4. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, status
B. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, alamat.
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama masuk RS
Pada umumnya keluhan yang paling dirasakan klien dengan
gangguan sistempersarafan akibat stroke akan ditemukan adanya
lumpuh sebelah. Adanya hemiplegi, herniasi, kemudian rasa pusing/
nyeri kepala, bicara rero dan sulit dimengerti. Dikembangkan pula
dengan mengembangkan konsep PQRST mulai dari adanya keluhan
sampai datang kerumah sakit untuk meminta pertolongan.
b) Keluhan saat pengkajian
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan adanya
penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan sampai terjadi koma
sehingga klien tidka dapat dilakukan pengkajian tentang keluhan
utamanya, sedangkan pada stroke akibat infark biasanya terjadi
kelumpuhan sebelah (hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara tidak
jelas (rero) dan klien mengeluh lemah tubuh. Dikembangkan dengan
konsep PQRST.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada umumnya klien stroke akan didapatkan adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, dan /atau penyakit jantung, dan beberapa
kebiasaan yaitu makan makanan yang tinggi garam dan lemak, obesitas,
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, riwayat penggunaan pil
kontrasepsi, sering stres, kurang beraktivitas.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu
adanya keluarga yang mempunyai riwayat hiperensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan riwayat stroke/TIA.
D. Pola aktivitas sehari-hari
Dapat terjadi peubahan atau gangguan dalam memenuhi kebituhannya baik
dirumah ataupun di rumah sakit.
1) Personal hygiene
Karena adanya kelemahan atau kelumpuhan motorik sehingga klien jarus
dibantu dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Eliminasi
Terjadi perubahan dalam pemenuhan eliminasi, pada pola eliminasi BAK
akan terjadi perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine dan
anuria, pada pola eliminasi BAB dapat terjadi distensi abdomen dan
dapat terjadi obstipasi.
3) Nutrisi
Terjadi perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
karena adanya rasa mual dan muntah, kurang nafsu makan, kehilangan
sensasi rasa pada lidah, disfegia, kesulitan menelan akibat gangguan pada
refleks palatum dan faringeal.
4) Aktivitas dan istirahat.
Akan didapatkan kesukaran dalam memenuhi aktivitasnya karena
kelemahan, mudah lelah ataupun intoleran terhadap aktivitas dan sukar
tidur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Sistem pernafasan
Akan didapatkan batuk tidak efektif, pernafasan tidak teratur, kemungkinan
cyned-stokes dan terjadi paralisis otot pernafasan, bunyi nafas ngorok
ronshi, adanya sekret dan apirasi. Pada klien stroke disertai penyakit jantung
akan dijumpai adanya nyeri dada saat beraktivitas, dispnea, sesak nafas.
B. Sistem kardiovaskuler
Adanya hipotensi, denyut nadi perifer berkurang tetapi nadi sentral kuat,
terdengar bunyi jantung tambahan seperti murmur atau gallop dan irama
jantung tidak teratur.
C. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan menurun, kehilangan sensasi pada lidah, paralise pada otot
wajah dan kerongkongan (disfagia), sehingga menimbulkan masalah dalam
menelan dan mengunyah, serta terjadi peristaltik usus menurun yang
mengakibatkan konstipasi. Distensi abdomen dan penambahan berat badan
dengan pesat terjadi pada klien stroke disertai penyakit jantung.
D. Sistem persarafan
B. Tes fungsi serebral
a) Status mental
Dapat timbul gejala disorientasi waktu, tempat dan orang menjadi
kurang konsentrasi dan perhitungan ataupun dalam memori.
b) Pengkajian bicara
Klien dengan stroke didapatkan bicaramenjadi tidak jelas, bicara
rero, tidak dimengerti.
C. Tes fungsi nervus kranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
Memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman.
b) Nervus II (Optikus)
Penurunan daya penglihatan, kehilangan sebagian penglihatannya,
atau bahkan terjadi diplopia.
c) Nervus III (Okulomotoris), nervus IV ( Troklearis), nervus VI
(Abdusens)
Kerusakannya akan menyebabkan penurunan lalpang pandang,
perubahan ukuran pupil, pupil tidak sama, pupil berdilatasi,
pergerakan bola mata tidak simetris.
d) Nervus V (Trigeminus)
Kerusakannya akan menyebabkan gangguan dalam mengunyah,
terjaadi paralisis otot wajah, penurunan refleks kornea.
e) Nervus VII ( Fasialis)
Asimetris wajah saat tersenyum, melemahnya penutupan kelopak
mata dan hilangnya rasa 2/3 bagian anteior lidah.
f) Nervus VIII ( Auditorius)
Penurunan fungsi pendengaranm dan daya keseimbangan tubuh.
g) Nervus IX ( Glsofaringeus), Nervus X (Vagus)
Biasanya terjadi cegukan, biasa trajdi pada klien dengan resiko
peningkatan tekanan intra kranial, menurunnya refleks menelan,
menurunya fungsi rasa pada 1/3 posterior lidah.
h) Nervus XI ( Assesorius)
Biasanya terjadi penurunan kekuatan otot sternokleidomastoideus
dan otot trapezius.
i) Nervus XII (Hipoglosus)
Jatuhnya lidah ke salah satu sisi, menurunnya fungsi pergerakan
lidah.
D. Fungsi motoric
Dapat terjadi massa otot atropi, tunos otot menjadi kurang baik,
terdapat penurunan kekuatan otot.
E. Fungsi sensoris
Bila terjadi kerusakan pada neuron sensoriknya kemungkinan klien
tidak dapat merasakan sentuhan atau goresan tumpul, tajam dan halus.
Tidak dapat membedakan panas dan dingin.
F. Fungsi serebelum
Fungsi koordinasi menjadi kurang sempurna dan terdapat gangguan
keseimbangan tubuh.
G. Tes fungsi reflex
Terjadi penurunan refleks-refleks karena menurunya respon motorik
involunter yang ditimbulkan karena adanya rangsangan di sepanjang
lengkung refleks.
H. Rangsang selaput meningea
Pada klien dengan stroke perdarahan intraserebral pun tanda meningeal
dapat positif apabila stroke tersebut disebabkan karena sebelumnya ada
riwayat hipertensi.
E. Sistem perkemihan
Terjadi perubahanpola eliminasi seperti inkontinensia urine karena adanya
paralise spinkter uretra. Pada klien dengan stroke disertai penyakit jantung
akan didapatkan adanya penurunan urine output.
F. Sistem musculoskeletal
Biasanya terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah, kehilangan fungsi
sensasi, paralisis sebagian atau seluruh motorik, perubahan tonus otot,
kelelahan, adanya pengurangan masa otot, terbatasnya range of motion.
G. Sistem integument
Pada stroke yang immobilitas lama terjadi kerusakan pada kulit daerah yang
tertekan akibat immobilitas yang menimbulkan perubahan aliran darah ke
area yang tertekan dan menonjol. Pucat pada punggung kuku dan pengisian
kapiler lambat.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi / ruptur
B. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
C. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid
D. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah sistem arteri karotis / aliran
darah / muncul plaque / arterosklerosis
E. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
F. MRI
Menunjukkan adanya tekanan annormal dan biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragi sub arachonis / perdarahan intrakranial
G. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
berlawanan dari massa yang meluas (Dongoes,2000)
H. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid aau intakranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan
proses inflamasi
2) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali. (Dongoes,2000)
8. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan,
tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma
B. KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark bertujuan
untuk mencegah keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.
Untuk itu dalam merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
seperti mengkaji status pernafasan, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau
fungsi usus dan kandung kemih, melakukan kateterisasi kandung kemih, dan
mempertahankan tirah baring.
9. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Do : Pecahnya pembuluh darah otak Perubahan perfusi
- Klien mengalami jaringan
penurunan kesadaran Perdarahan intra kranial sehingga
- Klien tampak gelisah darah akan menggeser ke dalam
- Kemampuan bicara parenkimotak
hilang
Perubahan perfusi jaringan
Do :
2. - Menurunnya Gangguan aliran darah ke otak Gangguan
kesadaran mobilitas fisik
- Keterbatasan gerak Terjadi kerusakan neuromatorik
pada ekstermitas
- Tidak ada kekuatan Transmisi infus terganggu
otot
Tidak ada kekuatan otot
Ketidakmampuan pergerakan
Gangguan mobilitas fisik
Do :
3 - Klien sering meringis, Sumbatan pemb. Darah ke otak Gangguan rasa
gelisah dan
memegang kepala Suplai o2 ke otak berkurang nyaman nyeri
Merangsang respon nyeri di korteks
serebri
Nyeri di persepsikan
Gangguan rasa nyaman nyeri