RDS Fix
RDS Fix
A. DEFINISI
Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah perkembangan yang immatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai Hyaline Membran Disease (HMD) Suriadi, (2001).
Dikenal juga sebagai RDS yang idiopatik, HMD merupakan keadaan akut
yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir,
lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 yang mempunyai berat
dibawah 1500 gram. kira-kira 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu
mengalami RDS.
B. ETIOLOGI
1. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu)
2. Tidak adanya atau gangguan dan defisiensi surfactan
3. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka
4. Membran hyaline berisi debris dari sel nekrosis yang tertangkap dalam filtrat
serum
5. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram
6. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
7. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau
prematur.
8. Bayi dengan ibu yang mempunyai Diabetes Melitus
E. PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, dimana tidak adanya kemampuan paru untuk
mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur
menyebabkan gagal pernafasan karena immaturnya dinding dada, parenchim
paru, dan immaturnya endotellium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada
akhir ekspirasi.
Pada kasus yang terjadi akibat tidak adanya atau kurangnya, atau
berubahnya komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan suatu kompleks lipoprotein,
adalah bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegahnya
kolapsnya alveolus tersebut. surfaktan dihasilkan oleh sel-sel pernafasan tipe II di
alveoli. Bila surfakatan tersebut tidak adekuat, akan terjadi kolaps alveolus dan
mengakibatkan hipoksia dan retensi CO2 mengakibatkan asidosis Kemudian
terjadi konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan perfusi pilmoner, yang berakhir
sebagai gagal nafas progresif, terjadi hipoksemia progresif yang dapat
menyebabkan kematian Nelson, (2000).
PATHWAY
Kelahiran prematur
Paru-paru belum
Anatomi fisiologi
menghasilkan surfaktas
tubuh belum dalam jumlah yang
Peningkatan tekanan
sempurna di permukaan alveolar
cukup
Perubahan RDS
kondisi bayi
Difusi CO2 dan O2
terganggu
Kurang terpapar Penggunaan energy
informasi yang maksimal untuk
bernafas
Ventilasi paru-paru
terganggu
Kurang Refleks menghisap
pengetahuan lemah
tentang kondisi
Nafas periodic
Gangguan perfusi
jaringan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang saling tumpah
tindih.
b. Tanda paru sentral batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari
ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif )
d. Bayangan timus yang besar.
e. Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang menandakan penyakit
berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.
2. Gas Darah Arteri menunjukan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya
penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2, penurunan HCO3.
3. Hitung darah lengkap, periksa hemoglobin, hematokrit dan bilirubin
4. Perubahan Elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium, natrium,
kalium dan glukosa serum
G. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh harus selalu diusahakan
agar tetap dalam batas normal (36,50-370C) dengan cara meletakkan bayi
dalam inkubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat (70-80%)
2. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen harus hati-hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur. Untuk mencegah timbulnya komplikasi tersebut pemberian O2
sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD).
Rumatan PaO2 antara 50-80 mmHg dan PaCO2 antara 40 dan 50 mmHg,
dengan rumatan O2 2L.
3. Pemberian cairan dan elektrolit
Pada permulaan diberikan glukose 5-10%, 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis yang
selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan NaHCO3 secara intravena,
dengan rumus pemberian : NaHCO3( mEq ) = Defisit basa x 0.3 x BB bayi.
4. Pemberian obat-obatan :
a. Antibiotik, untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisillin
dengan dosis 50000-100000 U/kgBB/hari dengan atau tanpa gentamicin 3-
5/kgBB/hari. Furosemide untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan cairan paru.
b. Fenobarbital untuk mencegah terjadinya kejang
c. Vitamin E untuk menurunkanproduksi radikal bebas oksigen
d. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengatasi apneu dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen melalui endotrakheal tube. Obat ini sangat efektif.
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Terdapat tanda dan gejala yang berhubungan dengan syndrom gawat nafas
dan klien tampak lemah atau bisa terjadi penurunan kesadaran.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau pernah
sakit yang menyebabkan syndrom gawat nafas.
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga atau saudara kandung yang mengalami
penyakit sama dengan klien atau ada yang mempunyai penyakit turunan,
terutama yang berkaitan dengan pernafasan, penyakit Hipertensi, DM.
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Selama Kehamilan (Pre Natal)
Apakah ada keluhan saat hamil, mulai dari trimester I - III.
Apakah nutrisi saat hamil cukup, kebutuhan gizinya terpenuhi.
Apakah terjadi peningkatan tekanan darah pada saat hamil.
Apakah ibu menderita penyakit seperti diabetes mellitus
2) Saat Kelahiran (Intra Natal)
Apakah ada faktor penyulit persalinan.
Bagaimana proses persalinannya spontan, dengan bantuan alat atau
tindakan operasi SC.
Dimanakah persalinannya, ditolong oleh siapa dan berapa BBL
Bayinya, stress fetal intra partus
Kondisi perdarahan placenta
3) Setelah Kelahiran ( Post Natal)
Apakah ada keluhan setelah kelahiran bayi
Adakah hal-hal yang menyebabkan kondisi bayi jelek.
Prematur, umur kehamilan belum cukup bulan
Apgar score, apakah terjadi asfiksia
f. Psikososial
Interaksi bayi dengan ibu dan lingkungan sekitar baik atau tidak. Apakah
bayi bisa merespon stimulus yang diberikan atau stimulus dari luar.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Bentuk sesosepal, fontanel anterior dan posterior
menutup dan cekung, tidak teraba benjolan, tidak ada
luka, rambut bersih dan hitam.
2) Mata : Pupil isokhor kanan-kiri, reaksi cahaya (+), konjungtiva
anemis, sklera ikterik, palpebra membuka-menutup,
refleks kornea mengedip.
3) Hidung : hidung simetris, bersih, ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada gangguan penciuman.
4) Telinga : simetris kanan dan kiri, fleksibilitas pina elastis, posisi
puncak pina sejajar kantus mata, tidak ada lesi, tidak
ada cairan yang keluar dari telinga, tidak ada sekret.
5) Mulut : Mukosa bibir lembab, terdapat sariawan, tidak ada
gangguan menelan, mulut bersih, gusi tidak berdarah.
6) Leher : tidak teraba benjolan atau pembesaran kelenjar, tidak
ada peningkatan JVP.
7) Kulit : pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal,
pitting edema pada tangan dan kaki teraba dingin,
cyanosis/pucat
8) Dada/ : Bradikardi (dibawah 100x/menit) dengan hipoksemia
thorax berat, murmur sistolik, pergerakan dada simetris, ada
retraksi dada/ interkostal, nafas gruting, tachipneu,
terdapat bunyi murmur, irama jantung irreguler, tidak
ada nyeri dada,
11) Abdomen : abdomen tidak buncit, tidak ada luka, bising usus
normal, tidak ada nyeri tekan, refleks menelan (+),
12) Genitalia : tidak terpasang kateter.
13) Anus dan : .Lubang anus ada, bersih, tidak ada lecet, tidak
rektum terdapat hemorroid, pola eliminasi baik
14) Muskulos : akral teeraba dingin, nadi teraba lemah, tidak ada
keletal edema, ada kelemahan gerak motorik.
I. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insufisiensi respiratory berhubungan dengan penurunan volume dan
komplians paru, perfusi paru dan ventilasi alveolar
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.
3. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sensible dan insensible
4. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah,
dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan volume dan
komplians paru, perfusi paru dan ventilasi alveolar
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dirawat kebutuhan
oksigen klien terpenuhi dengan kriteria :
Tidak terdapat cyanosis dan PCH
Frekuensi nafas 40-60x/menit
Tidak ada retraksi dada
Intervensi Rasional
1. Kaji infant yang beresiko mengalami Pengkajian diperlukan untuk menentukan
RDS yaitu : intervensi secepatnya bila bayi
Riwayat ibu dengan daibetes menunjukkan adanya tanda disstres
mellitus atau perdarahan placenta nafas dan terutama untuk memperbaiki
Prematuritas bayi prognosa
Hipoksia janin
Kelahiran melalui operasi caesar
2. Kaji perubahan status pernafasan Perubahan tersebut mengindikasikan
RDS telah terjadi, panggil dokter untuk
termasuk : tindakan secepatnya
Takipnea (pernafasan diatas 60 x Pernafasan bayi meningkat karena
per menit, mungkin 80 – 100 x) peningkatan kebutuhan oksigen
Nafas grunting Suara ini merupakan suara keran
Nasal flaring penutupan glotis untuk menghentikan
Retraksi intercostal, suprasternal ekhalasi udara dengan menekan pita
atau substernal dengan suara
penggunaan otot bantu nafas Merupakan keadaan untuk
Cyanosis menurunkan resistensi dari respirasi
Episode apnea, penurunan suara dengan membuka lebar jalan nafas
nafas dan adanya crakles Retraksi mengindikasikan ekspansi
paru yang tidak adekuat selama
inspirasi
Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut
dengan PO2 dibawah 40 mmHg
Episode apneu dan penurunan suara
nafas menandakan distress nafas
semakin berat
3. Kaji tanda yang terkait dengan RDS Tanda-tanda tersebut terjadi pada RDS
Pallor dan pitting edema pada Tanda ini terjadi karena vasokontriksi
tangan dan kaki selama 24 jam perifer dan penurunan permeabilitas
Kelemahan otot vaskuler
Denyut jantung dibawah 100 x per Tanda ini terjadi karena ekshaution
menit pada stadium lanjut yang disebabkan kehilangan energi
Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 selama kesulitan nafas
mmHg, pco2 diatas 65 mmHg, dan Bradikardia terjadi karena
pH dibawah 7,15 hipoksemia berat
- Tanda ini mengindikasikan acidosis
respiratory dan acidosis metabolik
jika bayi hipoksik
4. Monitor PO2 trancutan atau nilai Nilai PO2 traskutan dan pulse oksimetri
pulse oksimetri secara kontinyu non invasif menunjukkan prosentase
setiap jam oksigen saat inspirasi udara.
2. Pasang selang nasogastrik atau Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah
orogastrik untuk dapat tidak mungkin dilakukan.
memasukkan makanan jika
diindikasikan atau untuk
mengevaluasi isi lambung
3. Cek lokasi selang NGT dengan cara Untuk mencegah masuknya makanan ke
: saluran pernafasan
Aspirasi isi lambung
Injeksikan sejumlah udara dan
auskultasi masuknya udara pada
lambung
- Letakkan ujung selang di air, bila
masuk lambung, selang tidak akan
memproduksi gelembung
4. Berikan makanan sesuai dengan Memberikan makanan tanpa
prosedur berikut : menurunkan tingkat energi bayi
- Elevasikan kepala bayi
- Berikan ASI atau susu formula
dengan prinsip gravitasi dengan
ketinggian 6 – 8 inchi dari kepala
bayi
- Berikan makanan dengan suhu
ruangan
- Tengkurapkan bayi setelah makan
sekitar 1 jam
Intervensi Rasional
1. Pertahankan pemberian infus Dex 10% W Penggantian cairan secara adekuat
60 – 100 ml/kg bb/hari untuk mencegah ketidakseimbangan
2. Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, Mempertahankan asupan cairan
tergantung dari urine output, penggunaan sesuai kebutuhan pasien. Takipnea
pemanas dan jumlah feedings dan penggunaan pemanas tubuh akan
meningkatkan kebutuhan cairan
3. Pertahankan tetesan infus secara stabil, Untuk mencegah kelebihan atau
gunakan infusion pump kekurangan cairan. Kelebihan cairan
dapat menjadi keadaan fatal.
4. Monitor intake cairan dan output dengan Catatan intake dan output cairan
cara : penting untuk menentukan ketidak
- Timbang berat badan bayi setiap 8 jam seimbangan cairan sebagai dasar
- Timbang popok bayi untuk menentukan untuk penggantian cairan
urine output
- Tentukan jumlah BAB
- Monitor jumlah asupan cairan infus setiap
hari
5. Lakukan pemeriksaan sodium dan Peningkatan tingkat sodium dan
potassium setiap 12 atau 24 jam potassium mengindikasikan terjadinya
dehidrasi dan potensial
ketidakseimbangan elektrolit
Intervensi Rasional
1. Kaji respon verbal dan non verbal orangtua Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan
terhadap kecemasan dan penggunaan membangun strategi koping yang efektif
koping mekanisme
2. Bantu orangtua mengungkapkan Membuat orangtua bebas mengekpresikan
perasaannya secara verbal tentang kondisi perasaannya sehingga membantu menjalin
sakit anaknya, perawatan yang lama pada rasa saling percaya, serta mengurangi tingkat
unit intensive, prosedur dan pengobatan kecemasan
infant
3. Berikan informasi yang akurat dan Informasi dapat mengurangi kecemasan
konsisten tentang kondisi perkembangan
infant
4. Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk Memfasilitasi proses bounding
mengunjungi dan ikut terlibat dalam
perawatan anaknya
5. Rujuk pasien pada perawat keluarga atau Rujukan untuk mempertahankan informasi
komunitas yang adekuat, serta membantu orangtua
menghadapi keadaan sakit kronis pada
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Melson, A. Kathryn & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second
Edition, Springhouse Corporation, Pennsylvania, 1994