Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN TN.M DENGAN CVA (CEREBROVASCULAR


ACCIDENT DI RUANG ICU CENTRAL RSUD JOMBANG

OLEH :

WILDAN FEBY ADRIANSYAH

2019040078

PROGRAM STUDI DIV ANESTESIOLOGI

ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

A. PENGERTIAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria
Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan
otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

B. ETIOLOGI 

2
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi
aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

C. PATOFISIOLOGI 
Ada dua bentuk CVA bleeding
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar

3
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun

4
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

D. PATHWAY

5
E. TANDA DAN GEJALA

 Baal (mati rasa) atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, terutama
hanya pada satu sisi tubuh
 Kebingungan, tidak fokus, dan kelelahan
 Kesulitan bicara dan memahami pembicaraan
 Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
 Gangguan berjalan, kehilangan keseimbangan, koordinasi tubuh buruk
 Sakit kepala berat tanpa sebab yang pasti
 Pada wanita, tanda dan gejala ini bisa jadi meliputi juga sesak napas,
perubahan perilaku, halusinasi, mual, muntah, dan cegukan.

Segala tanda dan gejala yang disebutkan di atas terjadi karena stroke mengganggu kerja sel
saraf di sekitar pembuluh darah yang rusak.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan

6
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
b. Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot  (flaksid atau spastic),  paraliysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
b. Data obyektif:
1) Hipertensi arterial

7
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
a. Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
a. Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh),  tidak adanya suara
usus (ileus paralitik)
5. Makan/ minum
a. Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
b. Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
2) Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
a. Data Subyektif:
1) Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub
arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang

8
5) Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
b. Data obyektif:
1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek
tendon dalam  ( kontralateral )
3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
4) Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
a. Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
b. Data Obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
a. Data Subyektif:
1) Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
c) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

9
9. Keamanan
a. Data Obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
a. Data Obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
a. Data Subjektif :
1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) Penggunaan kontrasepsi oral
12.   Pertimbangan rencana pulang
-        Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
-        Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri
dan pekerjaan rumah

2.       Diagnosa keperawatan


1.      Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
2.       Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3.      Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4.      Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

10
5.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6.      Resiko Aspirasi berhubungan dengan  penurunan kesadaran
7.      Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
 

11
3.    Rencana tindakan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan 1.    Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral  b.d selama 3 x 24 jam, bentuk  pupil
aliran darah ke diharapkan suplai 2.    Monitor tingkat kesadaran klien
otak terhambat. aliran darah keotak 3.    Monitir tanda-tanda vital
lancar dengan kriteria 4.    Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
hasil: muntah
-          Nyeri kepala / 5.    Monitor respon klien terhadap
vertigo berkurang pengobatan
sampai de-ngan hilang 6.    Hindari aktivitas jika TIK meningkat
-          Berfungsinya 7.    Observasi kondisi fisik klien
saraf dengan baik
-          Tanda-tanda vital Terapi oksigen
stabil 1.    Bersihkan jalan nafas dari sekret
2.    Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.    Berikan oksigen sesuai intruksi
4.    Monitor aliran oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5.    Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6.    Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7.    Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8.    Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1.    Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi tindakan keperawatan memahami / memahamkan informasi dari /
verbal b.d selama  3 x 24 jam, ke klien
penurunan diharapkan klien 2.    Dengarkan setiap ucapan klien dengan

12
sirkulasi ke otak mampu untuk penuh perhatian
berkomunikasi lagi 3.    Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
dengan kriteria hasil: dalam komunikasi dengan klien
-          dapat menjawab 4.    Dorong klien untuk mengulang kata-kata
pertanyaan yang 5.    Berikan arahan / perintah yang sederhana
diajukan perawat setiap interaksi dengan klien
-          dapat mengerti 6.    Programkan speech-language teraphy
dan memahami pesan- 7.    Lakukan speech-language teraphy setiap
pesan melalui gambar interaksi dengan klien
-          dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1     Kaji kamampuan klien untuk perawatan
diri; tindakan keperawatan diri
mandi,berpakaian selama 3x 24 jam, 2     Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
, makan, diharapkan kebutuhan bantu dalam makan, mandi, berpakaian
mandiri klien dan toileting
terpenuhi, dengan 3     Berikan bantuan pada klien hingga klien
kriteria hasil: sepenuhnya bisa mandiri
-          Klien dapat 4     Berikan dukungan pada klien untuk
makan dengan menunjukkan aktivitas normal sesuai
bantuan orang lain / kemampuannya
mandiri 5     Libatkan keluarga dalam pemenuhan
-          Klien dapat mandi kebutuhan perawatan diri klien
de-ngan bantuan
orang lain
-          Klien dapat
memakai pakaian
dengan bantuan orang
lain / mandiri
-          Klien dapat

13
toileting dengan
bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan 1     Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
fisik b.d tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
kerusakan selama 3x24 jam, 2     Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler diharapkan klien dapat ekstrimitas yang parese / plegi dalam
melakukan pergerakan toleransi nyeri
fisik dengan kriteria 3     Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
hasil : mencegah atau mangurangi bengkak
-          Tidak terjadi 4     Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
kontraktur otot dan dan kemampuan klien
footdrop 5     Motivasi klien untuk melakukan latihan
-          Pasien sendi seperti yang disarankan
berpartisipasi dalam 6     Libatkan keluarga untuk membantu klien
program latihan latihan sendi
-          Pasien mencapai
keseimbangan saat
duduk
-          Pasien mampu
menggunakan sisi
tubuh yang tidak sakit
untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada
sisi yang parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1     Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan agar tidak
diharapkan pasien terjadi luka tekan)
mampu mengetahui 2     Berikan masase sederhana
dan  mengontrol -          Ciptakan lingkungan yang nyaman
resiko dengan kriteria -          Gunakan lotion, minyak atau bedak
hasil : untuk pelicin
-          Klien mampu -          Lakukan masase secara teratur

14
menge-nali tanda dan -          Anjurkan klien untuk rileks selama
gejala  adanya resiko masase
luka tekan -          Jangan masase pada area kemerahan
-          Klien mampu utk menghindari kerusakan kapiler
berpartisi-pasi dalam -          Evaluasi respon klien terhadap masase
pencegahan resiko 3     Lakukan alih baring
luka tekan (masase -          Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2
sederhana, alih ba- jam
ring, manajemen -          Pertahankan tempat tidur sedatar
nutrisi, manajemen mungkin untuk mengurangi kekuatan
tekanan). geseran
-          Batasi posisi semi fowler hanya 30
menit
-          Observasi area yang tertekan (telinga,
mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
4     Berikan manajemen nutrisi
-          Kolaborasi dengan ahli gizi
-          Monitor intake nutrisi
-          Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif
5     Berikan manajemen tekanan
-          Monitor kulit adanya kemerahan dan
pecah-pecah
-          Beri pelembab pada kulit yang kering
dan pecah-pecah
-          Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering
-          Monitor aktivitas dan mobilitas klien
-          Beri bedak atau kamper spritus pada
area yang tertekan
-

15
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control Management :
berhubungan tindakan perawatan -          Monitor tingkat kesadaran, reflek
dengan penurunan selama 3 x 24 jam, batuk dankemampuan menelan
tingkat kesadaran diharapkan tidak -          Pelihara jalan nafas
terjadi aspirasi pada -          Lakukan saction bila diperlukan
pasien dengan kriteria -          Haluskan makanan yang akan
hasil : diberikan
-          Dapat bernafas -          Haluskan obat sebelum pemberian
dengan
mudah,frekuensi
pernafasan normal
-          Mampu
menelan,mengunyah
tanpa terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury


berhubungan tindakan perawatan -          menyediakan lingkungan yang aman
dengan penurunan selama 3 x 24 jam, bagi pasien
tingkat kesadaran diharapkan tidak -          memberikan informasi mengenai cara
terjadi trauma pada mencegah cedera
pasien dengan kriteria -          memberikan penerangan yang cukup
hasil: -          menganjurkan keluarga untuk selalu
-          bebas dari cedera menemani pasien
-          mampu
menjelaskan factor
resiko dari lingkungan
dan cara untuk
mencegah cedera
-          menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Respiratori Status Management
efektif tindakan perawatan -          Pertahankan jalan nafas yang paten

16
berhubungan selama 3 x 24 jam, -          Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dengan penurunan diharapkan pola nafas -          Berikan terapi O2
kesadaran pasien efektif dengan -          Dengarkan adanya  kelainan suara
kriteria hasil : tambahan
- Menujukkan jalan nafas -          Monitor vital sign
paten ( tidak merasa
tercekik, irama nafas
normal, frekuensi
nafas normal,tidak ada
suara nafas tambahan
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal

5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang

dibuat ketika di RS. Catat hasil dari implementasi yang dilakukan.

Pastikan implementasi dilakukan secara baik dan benar sesuai SOP

yang dianjurkan. Sertakan tanggal, nama terang dan TTD ketika

membuat dokumentasi evaluasi sebagai legalitas

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses

keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus –

menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim

kesehatan lainnya. Dalam hal ini di perlukan pengetahuan tentang

kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi

adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan

tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang


17
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. 
Jakarta : Salemba Medika
___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari
2012 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/
___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

18

Anda mungkin juga menyukai