Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

OLEH:

DINI NUR SUSILO PRAMESTI

NIM.2001050

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2023
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta pola stimulus
yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai dengan kenyataan,
disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik respons yang
berlebihan maupun yang kurang memadai (Townsend, 2010). Halusinasi adalah satu
gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, Akemat,
2010).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.

B. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Poses pikir  Waham halusinasi


 Persepsi akurat terganggu  Kerusakan proses
 Emosi konsistensi  Ilusi emosi
dengan pengalaman  Emosi  Perilaku tidak
 Perilaku cocok  Perilaku yang tidak terorganisasi
 Hubungan sosial biasa  Isolasi sosial
humoris  Menarik diri

1. Respon Adaptif
Respon adaptif berdasarkan respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki & Hanik,
2016) meliputi:
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal
b. Persepsi akurat berupa pandangan diri seseorang tentang suatu peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungannya
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa pemantapan peristiwa yang
pernah dialami
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut di wujudkan di dalam bentuk garak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral
e. Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang
lain dalam pergaulan ditengah masyarakat.
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (yusuf, Rizki &
Hanik, 2016) meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
b. Halusinasi meeupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah
terhadap rangsangan
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidakmampuan atau menurunnya
kemammpuan untuk mengalami ketenangan, kebahagiaan, keakraban dan
kedekatan
d. Ketidakteraturan perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan
yang ditimbulkan
e. Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu karena orang
lain menyatakan sifat negatif dan mengancam.

C. FAKTOR PRESDIPOSISI
a. Biologis :
1) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom
keberapa masih dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan
kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang
kedua orangtuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit
adalah satu persen. Sementara pada anak yang salah satu
orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika
kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35 persen.
Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
2) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin
3) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma,
penurunan oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi,
malnutrisi, stres, ibu perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan,
infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. anak yang dilahirkan dalam
kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami
pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak yang
dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga memungkinkan
terjadinya gangguan pernapasan
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan
BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang tidur,
gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan aktivitas,
malas untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat
terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3
kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu
fisiologi otak
b. Psikologis
1) Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan
kurangnya suplay oksigen terganggu dan glukosa sehingga
mempengaruhi fungsi kognitif sejak kecil misalnya: mental retardasi
(IQ rendah)
2) Ketrampilan verbal
a) Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi dalam
keluarga, seperti : Komunikasi peran ganda, tidak ada
komunikasi, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi
tertutup,
b) Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya
riwayat Stroke, trauma kepala
c) Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi sosial pasien
3) Moral : Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral individu, misalnya lingkungan keluarga yang broken home,
konflik, Lapas.
4) Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan
menutup diri
5) Pengalaman masa lalu :
a) Orangtua yang otoriter dan selalu membandingkan
b) Konflik orangtua sehingga salah satu orang tua terlalu
menyayangi anaknya
c) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tak berperasaan
d) Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
e) Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien baik sebagai korban, pelaku maupun saksi
f) Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua
6) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas
diri tak jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri
negative
7) Motivasi: riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
8) Pertahanan psikologi: ambang toleransi terhadap stres rendah dan
adanya riwayat gangguan perkembangan
9) Self control: adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang
datang, misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan,
gerakan
c. Social cultural
1) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender
3) Pendidikan : Pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah dan
gagal sekolah
4) Pendapatan : Penghasilan rendah
5) Pekerjaan : Pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
6) Status sosial : Tuna wisma, Kehidupan terisolasi
7) Latar belakang Budaya : Tuntutan sosial budaya seperti paternalistik
dan adanya stigma masyarakat, adanya kepercayaan terhadap hal-hal
magis dan sihir serta adanya pengalaman keagamaan
8) Agama dan keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin dan kesalahan persepsi terhadap ajaran
agama tertentu
9) Keikutsertaan dalam politik: riwayat kegagalan dalam politik
10) Pengalaman sosial : Perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana,
perang, kerusuhan, perceraian dengan istri, tekanan dalam pekerjaan
dan kesulitan mendapatkan pekerjaan
11) Peran sosial: Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut, stigma yang
negatif dari masyarakat, diskriminasi, stereotype, praduga negative

D. FAKTOR PRESIPITASI
a. Nature Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
1) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara
umum (menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma
kepala atau sakit panas hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi
(terpapar obat halusinogen atau racun, asbestosis, CO)
2) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam
ketrampilan komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada
pengalaman masa lalu tidak menyenangkan (misalnya: menjadi
korban aniaya fisik, saksi aniaya fisik maupun sebagai pelaku,
konsep diri yang negatif (harga diri rendah, gambaran citra tubuh,
keracuan identitas, ideal diri tidak realistis, dan gangguan peran),
kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis rendah (ambang
toleransi terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar
stimulus suara, rabaan, penglihatan, penciuman dan pengecapan,
gerakan yang berlebihan dan klien tidak bisa mengontrolnya
3) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau
gagal sekolah, pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status
social jelek (tidak terlibat dalam kegiatan di masyarakat, latar
belakang budaya, tidak dapat menjalankan agama dan keyakinan,
keikutsertaan dalam politik tidak bisa dilakukan, pengalaman sosial
buruk, dan tidak dapat menjalankan peran sosial.
b. Origin
1) Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya.
2) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang
dukungan kelompok/teman sebaya
c. Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulangulang/
terus menerus
d. Number: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah
yang sangat berat

E. MANIFESTASI KLINIS/TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Muntah.
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit.
b. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
8) Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian.
9) Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

F. PSIKODINAMIKA

G. MEKANISME KOPING
1. Konstruktif –
2. Destruktif
a. Regresi
b. Proyeksi
c. Denial
d. Withdrawal

H. SUMBER KOPING
1. Personal ability : Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset : Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat
tinggal
4. Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan

I. PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut Marasmis (2004) pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien
dinyatakan boleh pulang sehingga kelarga mempunyai peranan yang sangat penting
didalam hal merawat klien. Menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struart, Laraia (2005) penatalaksanaan klien skizofernia yang
mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
(Muhith, 2015).
1) Psikofarmakologis. Obat yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien
skizofernia adalah obat anti psikosis. Adapaun kelompok yang umum
digunakan adalah:

Kelas kimi Nama generik Dosis harian


(dagang)
Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Tioksanten Kloprotiksen 75-600 mg
(Taretan) 8-30 mg
Tioktisen (Navane)
Butirufenon Haloperdol 1-100 mg
Dibenzodiasepin Klozapin (clorazil) 300-900 mg
2) Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik daoat
diberikan kepada skizofernia yang tidak dapat mempang dengan
terapi neoroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Penerapan strategi pelaksanaan
a) Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
- Strategi pelaksanaan 1: menghardik halusinasi
- Strategi pelaksanaan 2: menggunakan obat secara benar
- Strategi pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang
lain
- Strategi pelaksanaan 4: melakukan aktivitas yang
terjadwal
b) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak
hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada
keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam
mengontrol halusinasi.
c) Strategi pelaksanaan 1 keluarga: mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi
klien dengan menghardik
d) Strategi pelaksanaan 2 keluarga: melatih keluarga klien
halusinasi dengan enam benar minum obta
e) Strategi pelaksanaan 3 keluarga: melatih keluarga merawat
klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan
f) Strategi pelaksanaan 4 keluarga: melatih keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien
halusinasi
2) Psikoterapi halusinasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas
yang terdiri dari:
a) Terapi aktivitas
Meliputi: terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi
relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok, terapi lingkungan.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu dan peraba)

K. FOKUS INTERVENSI
a. Intervensi ditujukan ke klien
a. Tujuan
1) Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi,
waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
2) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan
obat.
4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
5) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktifitas.
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan
ulang, memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku
pasien.
b. Menggunakan obat secara teratur Menjelaskan pentingnya
penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai
program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat
obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6
benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
c. Bercercakap –cakap dengan orang lain.
d. Melakukan aktifitas yang terjadual. Menjelaskan pentingnya
aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang biasa
dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang
telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan,
memberikan reinforcement.

Anda mungkin juga menyukai