Anda di halaman 1dari 10

MODUL DISKEL I

BLOK KEPERAWATAN JIWA II


TINGKAT III PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KOORDINATOR BLOK
Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWTAN


STIKES JENDERAL A. YANI
CIMAHI
2020
KASUS DISKEL

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Isolasi Sosial

Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan terapi modalitas pada klien dengan
gangguan jiwa

Tujuan Khusus
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar Isolasi Sosial
2. Menjelaskan Konsep Asuhan keperawatan pada isolasi sosial

SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 29 tahun di bawa bapaknya ke IGD RSJ, dengan keluhan pasien
selama di rumah sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau bergaul dengan teman-
teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu pasien tampak ngobrol sendiri,
tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab. Bapaknya merasa kasihan
dengan kondisi tersebut sehingga pasien dibawa ke RSJ. Pada saat dikaji, pasien terlihat
menyendiri dan sering melamun. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena
klien sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak
mata klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya.
Pertanyaan :
1. Apakah diagnosis utama pada klien?
2. Apakah Faktor Presipitasi pada diagnosis diatas?
3. Apakah faktor predisposisi pada diagnosis tersebut?
4. Jelakan tanda dan gejala pada kasus diatas?
5. Bagaimana Asuahan Keperawatan pada kasus diatas?
Kata kunci:
Diam, Menyendiri,

Isolasi Sosial
1. Pengertian Isolasi Sosial
Keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dg org lain

2. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011), terjadinya ganggua hubungan sosial juga dapat ditumbuhkan oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1)      Faktor eksternal

Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial

budaya seperti keluarga.

2)      Faktor internal

Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas atau kecemasan

yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu

untuk mengatasinya.

3. Faktor Predisposisi

A. Biologi

1. Latar belakang genetik


a) Riwayat keluarga gangguan jiwa
b) Riwayat kembar identik, monozigot dan dizigot
c) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma, penurunan
oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu
perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
teratogenik
2. Status nutrisi
a) Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB, rambut
rontok, anoreksia, bulimia nervosa
3. Status kesehatan secara umum
a) Adanya keluhan fisik, seperti : nyeri perut, anoreksia, sakit punggung, nyeri
dada, konstipasi, impotensi, kelemahan, penurunan aktivitas
b) Kecacatan
4. Sensitivitas biologi
a) Riwayat penggunaan obat
b) Riwayat infeksi dan trauma
c) Radiasi dan pengobatan lainnya
d) Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin
5. Paparan terhadap racun
a) Paparan virus
b)Riwayat keracunan CO, asbestos

B. Psikologis
1. Intelegensi
a) Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dimana lobus tersebut
berpengaruh kepada proses kognitif
b) Suplay oksigen dan glukosa terganggu
2. Keterampilan verbal
a) Tidak ada komunikasi, komunikasi tertutup, gagap, riwayat kerusakan yang
mempengaruhi fungsi bicara
3. Moral
a) Riwayat tinggal dilingkungan yang dapat mempengaruhi moral individu,
mis : lingkungan keluarga yang broken home, konflik.
4. Kepribadian
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri

5. Pengalaman masa lalu


a)Orang tua yang otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak dengan
anaknya, penilaian negative yang terus menerus
b) Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu melindingi, dingin,
dan tidak berperasaan
c)Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
d) Konflik orang tua
6. Konsep diri
a) Ideal diri tidak realistis
b) Harga diri rendah
c) Identitas diri tidak jelas
d) Krisis peran
e) Gambaran diri negative
7. Motivasi
a) Riwayat kegagalan
b) Kurangnya penghargaan
8. Pertahanan psikologi
a) Ambang toleransi terhadap stress rendah
b) Riwayat gangguan perkembangan
9. Self control
a) Tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk menyendiri

C. Sosial Budaya
1. Usia
a) Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2. Gender
b) Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3. Pendidikan
c) Pendidikan rendah
d) Riwayat putus dan gagal sekolah
4. Pendapatan
e) Penghasilan rendah
5. Pekerjaan
f) Pekerjaan stresful
g) Pekerjaan resiko tinggi
6. Status sosial
h) Tuna wisma, kehidupan terisolasi
7. Latar belakang budaya
i) Tuntutan sosial budaya tertentu
j) Stigma masyarakat

4. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


   1)      Kurang spontan

2)      Apatis (acuh terhadap lingkungan)

3)      Ekspresi wajah kurang berseri

4)      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

5)      Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

6)      Mengisolasi diri

7)      Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

8)      Asupan makanan dan minuman terganggu

9)      Retensi urin dan feses

10)  Aktifitas menurun

11)  Kurang energi (tenaga)

12)  Rendah diri

13)  Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

5. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial


1.      Fokus pengkajian (Kusumawati & Hartono, 2011)

a.       Identitas

Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b.      Keluhan utama

Keluhan utama yang menyebabkan pasien di bawa ke rumah sakit, biasanya akibat

adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.

c.       Faktor predisposisi

Faktor predisposisi sangat erat dengan faktor etiologi yaitu keturunan, endokrin,

metabolisme, susunan saraf pusat dan kelemahan ego.

d.      Psikososial

1)      Genogram

Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya terkena skizofrenia

adalah 7-16 persen, bila keduanya menderita, kemungkinan terkena adalah 40-68 persen,

bila saudara tiri yang terkena, kemungkinannya terkena adalah 0,9-1,8 persen dan

saudara kandung kemungkinan terkena adalah  7-15 persen.

2)      Konsep diri

Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan

mempengaruhi konsep diri pasien.

3)      Hubungan sosial

Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam

diri.

4)      Spiritual

Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

e.       Status mental

1)      Penampilan diri

Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,

resleting tak terkunci, baju tak di ganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran

kemauan pasien.
2)      Pembicaraan

Nada suara lembut, kurang bicara dan apatis.

3)      Aktifitas motorik

Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu

posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia)

4)      Emosi

Emosi dangkal

5)      Afek

Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.

6)      Interaksi selama wawancara

Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mantap menatap lawan bicara dan

diam.

7)      Persepsi

Tidak terdapat halusinasi atau waham

8)      Proses berpikir

Gangguan proses berpikir jarang ditemukan

9)      Kesadaran

Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia

luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyamanan

(secara kualitatif).

10)  Memori

Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi, tempat, waktu dan orang.

11)  Kemampuan penilaian

Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan dan selalu

memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.


12)  Tilik diri

Tidak ada yang khas

f.       Kebutuhan sehari – hari

Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur

dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian dan istirahat

tidur.

Perencanaan Isolasi Sosial

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan SP I
- Menyadari klien mampu: - Identifikasi penyebab
penyebab isolasi - Membina - Siapa yang satu rumah dengan pasien
sosial hubungan saling - Siapa yang dekat dengan pasien
- Berinteraksi percaya - Siapa yang tidak dekat dengan pasien
dengan orang lain - Menyadari - Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
penyebab isolasi dengan orang lain
sosial, keuntungan dan - Tanyakan pendapat pasien tentang
kerugian berinteraksi kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
dengan orang lain - Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
- Melakukan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
interaksi dengan orang - Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki
lain secara bertahap banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang
lain
- Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
- Latih berkenalan
- Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
dengan orang lain
- Berikan contoh cara berinteraksi dengan
orang lain
- Beri kesempatan pasien mempraktekkan
cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan di hadapan perawat
- Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan
satu orang teman / anggota keluarga
- Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan 2,3,4 orang
dan seterusnya
- Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh pasien
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya, beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.
- Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2
- Evaluasi SP1
- Latih berhubungan sosial secara bertahap
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi SP1 dan 2
- Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan SP 1
Merawat pasien isolasi keluarga mampu - Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga
sosial di rumah menjelaskan tentang : dalam merawat pasien
- Masalah isolasi - Penjelasan isolasi sosial
sosial dan dampaknya - Cara merawat pasien isolasi sosial
pada pasien - Latih (simulasi)
- Penyebab isolasi - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
sosial pasien
- Sikap keluarga SP 2
untuk membantu - Evaluasi SP 1
pasien mengatasi - Latih (langsung ke pasien)
isolasi sosialnya - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
- Pengobatan yang pasien
berkelanjutan dan SP 3
mencegah putus obat - Evaluasi SP 1 dan SP 2
- Tempat rujukan - Latih (langsung ke pasien)
dan fasilitas kesehatan - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
yang tersedia bagi pasien
pasien SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow Up
- Rujukan

Kepustakaan
Stuart, G W. (2013). Principle and practice of psychiatric nursing.9th ed. Philadephia: Mosby
Elsevier.

Townsend. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing.

Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Fitryasari dan Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai