Anda di halaman 1dari 19

LITERATUR REVIEW

BULLYING PADA ANAK

Oleh

APRILIANI

NPM. 214117006

Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah keperawatan jiwa guna
memperoleh gelar Ners Program Studi Profesi Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2017
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Media massa kontemporer sering memuat permasalahan sosial dimana anak
menjadi korban. Permasalahan sosial tersebut misalnya bullying (perundungan)
yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat menyedihkan, mengingat anak
seharusnya mendapatkan keamanan dan kenyamanan di lingkungan bermainnya.
Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Th. 2002 tentang perlindungan anak,
bab III mengenai hak dan kewajiban anak mengatakan bahwa setiap anak berhak
untuk hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi (UU RI No. 35 Tahun 2014).
Fakta menunjukkan, bullying terhadap anak yang terjadi di Indonesia bukan
fenomena yang baru di lingkungan sekolah, tempat tinggal dan lingkungan
bermain anak. Menurut Ken Rigby dalam buku Ponny Retno Astuti bullying
merupakan hasrat untuk menyakiti, yang diaktualisasikan dalam aksi sehingga
menyebabkan seorang individu atau kelompok menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok yang lebih kuat, biasanya
kejadiannya berulangkali dan pelaku tersebut melakukan bullying dengan
perasaan senang (Astuti, Ponny Retno. 2008)
Bullying juga disebut dengan istilah perundungan dan kekerasan.
Perundungan berasal dari kata merundung, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), merundung adalah mengganggu (KBBI).
Menurut Liza dalam website Liputan 6.com menyebutkan bahwa
perundungan merupakan penindasan satu atau dua orang terhadap satu atau dua
orang lain. Dalam perundungan terdapat tiga komponen yaitu ada kekuatan yang
tidak seimbang, dilakukan secara repetitif, dan memiliki intensi waktu tertentu
(Liputan6.Com)
3

Sedangkan kekerasan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu,


perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Jadi menurut definisi-definisi di atas, bullying dapat disamakan dengan
perundungan dan kekerasan. Bullying merupakan suatu tindakan untuk menyakiti
orang lain dan menyebabkan seseorang menderita dan mengganggu ketenangan
seseorang. Tindakan penculikan, penganiayaan bahkan intimidasi atau ancaman
halus bukanlah sekedar masalah kekerasan biasa, tindakan ini disebut bullying
karena tindakan ini sudah bertahun-tahun dilakukan secara berulang, bersifat
regeneratif, menjadi kebiasaan atau tradisi yang mengancam jiwa korban
(KBBI).
Korban yang di-bully biasanya anak yang pendiam dan anak yang susah
bergaul dengan teman di sekitarnya. Bullying terjadi karena adanya beberapa
faktor penyebab yaitu, perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi dan kebiasan
senior untuk menghukum junior-nya yang sering terjadi. Adanya perasaan
dendam atau iri hati, adanya semangat untuk menguasai korban dengan kekuatan
fisik dan daya tarik seksual. Selain itu, pelaku melakukan bullying untuk
meningkatkan popularitasnya dikalangan teman sepermainnya (peergroup).
Bullying bisa terjadi karena adanya tradisi senioritas seperti senior yang lebih
menguasai lingkungan di sekolah maupun tempat bermain. Jika senior berkata
atau bertindak, maka junior hanya dapat menuruti serta mengikuiti peraturan
tersebut (KBBI).
Tindakan kekerasan (bullying) yang dialami anak-anak adalah perlakuan
yang akan berdampak jangka panjang dan akan menjadi mimpi buruk yang tidak
pernah hilang dari ingatan anak yang menjadi korban. Menurut Pinky Saptandari
dalam buku Bagong Suyanto, dampak yang dialami anak-anak yang menjadi
korban tindak kekerasan biasanya kurangnya motivasi atau harga diri, mengalami
problem kesehatan mental, mimpi buruk, memiliki rasa ketakutan dan tidak
4

jarang tindak kekerasan terhadap anak juga berujung pada terjadinya kematian
pada korban (Suyanto, Bagong. 2010).

Korban bullying biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, berasal dari


keluarga miskin, anak yang mengalami cacat fisik, berasal dari keluarga yang
broken home (perceraian orang tua) atau keluarga yang menikah dini sehingga
menyebabkan belum matang proses pemikiran secara psikologis (Huraerah, Abu.
2012).

B. TUJUAN
1. Untuk mengatahui apa itu bullying
2. Untuk mengetahui penyebab bullying
3. Untuk mengetahui Faktor Resiko Yang Terjadi Pada Pelaku Bullying
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bullying
5. Untuk mengetahui karakteristik Pelaku dan Korban Bullying
6. Untuk mengetahui Dampak perilaku bullying
7. Untuk mengetahui kondisi psikososial korban bullying
8. Untuk mengetahui pencegahan penanganan bullying

C. MANFAAT
1. Mengatahui apa itu bullying
2. Mengetahui penyebab bullying
3. Mengetahui faktor resiko yang terjadi pada pelaku bullying
4. Mengetahui bentuk-bentuk bullying
5. Mengetahui karakteristik pelaku dan korban bullying
6. Mengetahui dampak perilaku bullying
7. Mengetahui kondisi psikososial korban bullying
8. Mengetahui pencegahan penanganan bullying
5

BAB II

1. PERILAKU BULLYING PADA ANAK


a. Pengertian Bullying

Istilah Bullying merupakan istilah yang masih baru dalam


perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia. Sampai saat ini belum ada
padanan kata yang tepat untuk kata bullying dalam bahasa Indonesia.
Menurut Ketua Yayasan Sejiwa Diena Haryana, secara sederhana bullying
diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuat-an untuk menyakiti
seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan
tidak berdaya. Bentuk bullying terbagi tiga, pertama: bersifat fisik seperti
me-mukul, menampar, memalak. Kedua, bersifat verbal seperti: memaki,
menggosip, mengejek dan ketiga bersifat psikologis, seperti:
mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan, mendiskriminasi (Sejiwa,
2008).
Murphy (2009), menyatakan bahwa bullying adalah saat seseorang
mengalami kekerasan, dipermalukan, memperoleh ancaman oleh orang lain
melalui media internet atau pun melalui berbagai media teknologi interaksi,
seperti telepon seluler, termasuk di antaranya pesan teks singkat, SMS atau
email ancaman, membuat webpage berisikan informasi baik yang benar
maupun tidak benar yang mempermalukan seseorang, atau aktivitas
membagikan/menceritakan rahasia pribadi seseorang dalam publik di
internet.

b. Penyebab Terjadinya Bullying


Bullying merupakan permasalah penting dan banyak terjadi di
lingkungan bermain anak dan lingkungan sekolah. Ada beberapa faktor
6

yang menyebabkan anak menjadi korban bullying, pertama perbedaan


ekonomi, agama dan gender. Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat
menjadi penyebab terjadinya bullying dikalangan siswa, guru memberikan
contoh yang kurang baik pada siswa dapat menjadi faktor yang sangat
memengaruhi siswa untuk melakukan kekerasan dan karakter anak yang
dapat menyebabkan terjadinya bullying (Astuti, Ponny Retno. 2008).

c. Faktor Resiko Yang Terjadi Pada Pelaku Bullying


Priyatna, Andi (2010) menjelaskan bahwa tidak hanya korban, pelaku
tindak kekerasan bullying juga mempunyai resiko yang terjadi pada
dirinya, yaitu salah satunya perilaku kolektif, dalam pengertiannya perilaku
kolektif adalah sebuah perilaku spontan dan tidak terstruktur yang
berkembang dalam suatu individu maupun kelompok, karena perilaku
kolektif yang bersifat spontan dan tidak terstruktur maka perilaku itu
melanggar norma-norma sosial yang sudah mapan. Setelah membahas
mengenai pengertian perilaku kolektif, seseorang yang melakukan tindakan
bullying akan spontan mengulangi tindakannya lagi, dorongan stimulus
tersebut sangat mengganggu psikologi pelaku bullying meskipun pelaku
sendiri tidak merasakan gangguan tersebut.
Selain itu, pelaku bullying akan melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Sering terlibat perkelahian, pelaku bullying biasanya sering berkelahi
dan mencari-cari masalah dengan temannya.
2) Merokok, pelaku bullying cenderun memaksa korban untuk mau
merokok.
3) Meminum alkohol
4) Melakukan tindakan pencurian
5) Resiko mengalamu cidera akibat perkelahian dengan korban
6) Menjadi biang kerok di sekolah.
7

d. Bentuk Perilaku Bullying

Smokowski (2010), menyatakan bahwa perilaku bullying bisa secara


fisik (memukul, menendang, menggigit dan lainnya), secara verbal
(mengolok-olok, mengancam, dan lainny), atau segala jenis perilaku lain
yang membahayakan atau mengganggu. Perilaku tersebut berulang dalam
waktu berbeda dan terdapat kekuatan yang tidak seimbang, orang atau
kelompok yang lebih berkuasa menyerang orang atau kelompok yang
kurang memiliki kekuasaan.
Ada beberapa bentuk bullying antara lain direct dan indirect bullying.
Direct bullying merupakan perilaku bullying yang bersifat langsung,
verbal, ataupun fisik; yakni seorang anak atau remaja diolok-olok, di-
ganggu atau dipukul oleh anak atau remaja lain. Indirect bullying
merupakan jenis bullying yang kurang kasat mata, namun dampaknya bagi
korban sama buruknya. Bullying jenis ini juga dikenal dengan istilah
relational bullying atau social bullying.12
Jenis bullying lain merupakan perundungan yang bersifat sosial yang
terkait dengan penggunaan internet yang lebih dikenal dengan cyber
bullying.4

e. Karakteristik Korban Dan Pelaku Bullying (Perundungan)

Korban ataupun pelaku memiliki karakteristik khas. Karakteristik


korban bullying adalah mereka yang penampilan perilakunya sehari-hari
berbeda, ukuran tubuh secara fisik lebih kecil, lebih tinggi, atau lebih berat
badannya dibandingkan kebanyakan anak atau remaja seusianya, berasal
dari latar belakang etnik, keyakinan, atau budaya yang berbeda dari
kebanyakan anak atau remaja di lingkungannya memiliki kemampuan atau
bakat istimewa, keterbatasan kemampuan tertentu, misalnya attention
deficit hyperactivity disorder (AHDH) gangguan belajar, retardasi mental,
8

dan lainnya (Barboza, dkk. 2009) Umumnya anak atau remaja korban
bullying adalah anak yang pencemas, mudah cukup selalu merasa tidak
aman, pemalu, pendiam, self-esteem rendah, memiliki cacat fisik atau
mental, masalah tingkah laku, atau gangguan perkembangan neurologis
(Smokowski, dkk, 2010 dan Barboza, dkk. 2009).
Sedangkan karakteristik anak atau remaja pelaku bullying adalah
hiperakti, agresif, destruktif, menikmati dominasi atas anak atau remaja
lainnya, cenderung pemarah, mudah tersinggung dan memiliki toleransi
rendah terhadap frustrasi. Mereka juga cenderung sulit memproses
informasi sosial, sehingga sering menginterpretasikan secara keliru
perilaku anak atau remaja lain sebagai perilaku bermusuhan juga saat sikap
permusuhan itu ditujukan pada anak atau remaja lain (Smokowski, dkk,
2010 dan Barboza, dkk. 2009).

f. Dampak Perilaku Bullying


Kasus kekerasan pada anak dan remaja di masyarakat dan sekolah
sangat memprihatinkan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi
anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang
positif ternyata menjadi tempat praktik perundungan, sehingga menakutkan
anak dan remaja.
Dampak yang terkait dengan perilaku bullying pada anak dan remaja
antara lain kesepian, pencapaian akademik yang buruk, kesulitan
penyesuaian adaptasi, meningkatnya risiko penggunaan zat, keterlibatan
dalam tindakan kriminal dan kerentanan gangguan mental emosional
seperti cemas, insomnia, penyalahgunaan zat, dan depresi yang lebih besar
dibandingkan dengan anak atau remaja lain yang tidak terlibat dalam
perilaku bullying. Dampak perilaku bullying pada masa kanak-kanak dapat
berlanjut dan menetap sampai dewasa (Goldbaum, dkk (2003) dan
Mangklara K, dkk (2012)).
9

g. Kondisi Psikososial Korban Bullying


Menurut psikolog Andrew Mellor dan pembahasan yang berjudul
kasus Bullying dan Pendidikan Karakter mengenai bullying di web resmi
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), bullying yang terjadi pada
anak juga menajdi salah satu faktor bunuh diri pada anak. Anak korban
bullying memiliki posisi yang tidak berdaya saat dianiaya. Mereka
cenderung memiliki stress yang besar, kerakutan, tertutup dan tidak ada
keberanian korban untuk melawan (Setyawan, 2016).
Seorang anak yang sering melihat tindakan bullying akan menjadi
penakut dan rapuh, karena tindakan tersebut dapat membuat orang tersebut
ketakutan, kedua sering mengalami ketakutan atau kecemasan saat melihat
orang lain di bully, mereka cenderung takut untuk menjadi korban bully,
ketiga rasa keamanan diri yang rendah (Priyatma, 2010).

a) Kondisi Psikologis Korban Bullying


Kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis
dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya
terhadap lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya secara fisik. Faktor yang mempengaruhi kepribadian
yaitu, teman sebaya, keluarga, lingkungan dan sosial budaya, serta
faktor internal dari dalam individu seperti tekanan emosional
(Priyatma, 2010).

b) Kondisi Sosial Korban Bullying


Lingkungan sosial adalah interaksi antara masyarakat dengan
lingkungannya. Lingkungan sosial ini lah yang membentuk sistem
pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang, dan terjadilah interaksi antara orang atau masyarakat
10

dengan lingkungannya lingkungan sosial terdiri dari dua macam.


Pertama, lingkungan sosial primer adalah lingkungan sosial yang
dimana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan
anggota yang lainnya, anggota satu saling mengenal dengan baik
dengan anggota lainnya. Kedua, lingkungan sosial sekunder adalah
lingkungan sosial yang berhubungan antara anggota satu dengan
anggota yang lain agak longgar (N., Sora. 2016).
Perkembangan sosial anak akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
keluarga, masyarakat dan sekolah. Perkembangan sosial anak ditandai
dengan meluasnya lingkungan pergaulan. Meluasnya lingkungan sosial
menyebabkan anak mendapat pengaruh dari luar lingkungan orang tua,
khususnya dengan teman sebaya, baik disekolahnya maupun di tempat
lain. Anak telah mulai terlibat dalam permainan kelompok, ia menjadi
anggota kelompok dan berinteraksi dengan anggota lain.
Perkembangan sosial ini tidak akan berjalan bila anak tidak diberi
kesempatan untuk mengalami semua pahit manis yang timbul karena
pergaulan (N., Sora. 2016).

h. Pencegahan dan Penanganan Perilaku Bullying (Perundungan)


Pencegahan masalah perilaku bullying (perundungan) pada anak dan
remaja bukan hanya menjadi tugas orang tua dan sekolah, peran
masyarakat dan negara juga dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan
penanganan perilaku bullying (Astuti, (2008) dan Espelage DL, (2012)).
Semua yang terlibat dalam bullying (pelaku, korban, atau yang
menyaksikan) membutuhkan dukungan. Sikap guru atau orang tua yang
mengetahui anaknya menjadi pelaku atau menyaksikan atau menjadi
korban bullying sebaiknya harus tenang, jangan bereaksi berlebihan, dan
tunjukkan sikap unconditional love & acceotabce antara lain : Astuti,
(2008) dan Coloroso B., dkk (2007)).
11

 Bantu anak atau remaja untuk membunuhkan self-esteem (harga diri)


yang baik. Anak atau remaja dengan self-esteem baik akan bersikap
dan berpikir positif, menghargai orang lain, percaya diri, optimis, dan
berani mengatakan haknya.
 Membina komunikasi yang baik antara orang tua dan anak,
mendiskusikan dengan anak tentang pemahaman perilaku bullying dan
dampaknya.
 Menjadi model atau contoh panutan yang baik bagi anak atau remaja,
bagaimana selayaknya memperlakukan orang lain dengan hormat dan
setara menghargai keberagaman dan keunikan orang lain.
 Bantu anak atau remaja berinteraksi dan bergabung dengan grup
berkegiatan positif.
 Menghentikan dan mendampingj anak atau remaja berinteraksi dan
bergabung dengan grup berkegiatan positif.
 Menghentikan dan mendampingi anak atau remaja dalam menyaksikan
acara TV, atau membaca atau menyaksikan berita yang menyangkan
kekerasan.
 Tidak perlu melawan pelaku dengan cara berkelahi, hal ini justru
membuat kondisi tidak aman. Lebih baik mencari bantuan dari orang
dewasa lain.
 Bergabunglah dengan grup atau bertemanlah dengan siswa yang
sendirian. Jangan membawa barang mahal atau banyak uang ke
sekolah. Pelaku bullying memilih anak yang membawa sesuatu yang
membawa sesuatu yang bisa mereka ambil.

Perilaku bullying adalah sebuah bentuk perilaku yang menyimpang


dan berbahaya, sehingga penanganan bullying harus dilakukan secara
komprehensif dan intensif. Ajaklah anak atau remaja untuk periksa dan
12

konsultasi ke dokter bila terdapat dampak fisik akibat perilaku bullying


pada anak atau remaja seperti luka-luka di tubuh, lebam, dan lainnya. Anak
atau remaja diajak dijumpai dampak mental seperti sering mogok sekolah,
sulit tidur, sulit konsentrasi, prestasi sekolah menurun. Sering mimpi
buruk, menjadi cengeng atau pemarah, depresi, cemas, dan lainnya Mayer
MJ, dkk (2010)).

2. LITERATUR REVIEW
1) Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2009) yang berjudul
“Aspek Perlindungan Anak Dalam Tindak Kekerasan (Bullying) Terhadap
Siswa Korban Kekerasan Di Sekolah (Studi Kasus di SMK Kabupaten
Banyumas)” dengan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
Perhatian utama studi ini adalah melihat aspek perlindungan anak dalam
tindak kekerasan terhadap siswa di sekolah. Guna melihat bagaimana aspek
perlindungan anak dari bullying, penelitian ini akan dimulai dengan
menguraikan bentuk-bentuk bullying, dampak bullying bagi anak, dan
menguraikan aspek perlindungan anak dari bullying. Hasil penelitian ini
sebagai berikut :
a. Jenis dan wujud bullying bullying fisik menampar, menimpuk,
menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan
barang, menghukum dengan berlari keliling lapangan dan menghukum
dengan cara push up.
b. Jenis dan wujud bullying bullying Verbal, terdeteksi karena tertangkap
oleh indera pendengaran, seperti memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memalukan di depan umum, menuduh, menyoraki,
menebar gosip, memfitnah dan menolak.
c. Jenis dan wujud bullying bullying Mental/Psikologis, merupakan jenis
Bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata. Parktik
13

ini terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan si korban.


Contohnya adalah: memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mempermalukan di depan umum, mendiamkan, mengucilkan, mem-
permalukan, meneror lewat pesan sms, memandang yang
merendahkan, me-melototi, dan mencibir.
d. Dari data penelitian didapatkan dampak Bullying memberi rasa tidak
aman dan nyaman, membuat para korban bullying merasa takut dan
terintimidasi, rendah diri serta tak berharga, sulit berkonsentrasi dalam
belajar, tidak tergerak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya,
enggan bersekolah, pribadi yang tak percaya diri dan sulit
berkomunikasi, sulit berpikir jernih sehingga prestasi akademisnya
dapat terancam.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ricca Novalia Tahun 2016 berjudul


“Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak Di Perkampungan
Sosial Pingit”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif,
metode pengumpulan dan menggunakan observasi non partisipatif,
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang
dilakukan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ini yaitu anak-anak yang mengikuti
belajar bersama yang di lakukan pada hari senin dan kamis di Perkampungan
Sosial Pingit. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
dampak psikososial korban bullying dalam kehidupan sehari-hari, serta
memberikan edukasi kepada para orang tua korban untuk lebih peka
terhadap perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak terlebih
lagi untuk tetap memantau pergaulan anak. Hasil dari penelitian
menunjukkan kasus bullying menimbulkan dampak negatif terhadap korban
bullying yaitu;
14

a. pertama, anak korban bullying bersikap Anti sosial terhadap


lingkungan bermain, korban menarik diri dari lingkungan sosial dan
untuk berinteraksi sosial. Menjadi acuh tak acuh akan apa yang terjadi
di lingkungan sekitarnya.
b. Kedua, Dampak bagi psikologi korban yaitu adanya depresi yang
mendalam yang bermula adanya rasa trauma yang dialami kemudian
berubah menjadi depresi.

3) Pada penelitian yang dilakukan oleh Monicka Putri Kusuma (2014) yang
berjudul “Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Delegan 2, Dinginan, Sumberhajo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dengan
subjek siswa kelas IV (korban ataupun pelaku bullying). Teknik pengumpulan
data yang digunakan yakni: observasi partisipasi, wawancara semiterstruktur,
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data,
display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Uji keabsahan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji credibilitydan dependability.
Uji credibilitdengan melakukan triangulasi, bahan referensi dan diskusi
dengan teman sejawat, sedangkan uji dependability dengan melakukan
bimbingan kepada dosen pembimbing.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk, karakter pelaku,
korban serta penyebab bullying.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bullying mewujud dalam tiga bentuk
perilaku yakni : Secara fisik (menjegal, jambak, menendang, memukul,
hingga memegang alat kelamin dan dada), verbal (berkata kasar “misuh”,
memaki, mengancam, menyoraki, mengolok-olok, mengejek, dan berkata hal-
hal jorok) dan psikologis (membuat seolah-olah temannya bersalah dan dirty
looks).
15

Pelaku bullying memiliki postur tubuh yang tinggi dari teman-temannya,


temperamen dan sering bertindak fisik. Korban bullying sangat beragam
yakni: ada yang sering membantah, menuruti semua perintah, sombong dan
susah beradaptasi. Faktor-faktor yang menyebabkan bullying berasal dari
keluarga, lingkungan pergaulan, media/tayangan dan iklim sekolah.

4) Pada penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Surya Dwipayanti dan Komang
Rahayu Indrawati (2014) yang berjudul “Hubungan Antara Tindakan Bullying
dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat Sekolah Dasar”.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisa data
regresi linier sederhana yang berlokasi di Kabupaten Badung, Kabupaten
Gianyar dan Kota Denpasar. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 176 orang dengan kriteria inklusi yaitu merupakan anak
Sekolah Dasar yang sedang duduk di kelas 4. 5 dan 6, dan merupakan anak
korban bullying. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster
sampling. Metode pengumpulasn data yang digunakan adalah satu kuisioner
yang mengukur tindakan bullying yang dialami oleh korban bullying dan nilai
rapor semester ganjil yang diperoleh oleh korban bullying.
Hasil Penelitian ini sebagai berikut :
 Hubungan negatif antara tindakan bullying dengan prestasi belajar anak
korban bullying pada tingkat Sekolah Dasar
 Terdapat perbedaan bentuk tindakan bullying yang dialami oleh korban
laki-laki dan perempuan.

5) Pada penelitian yang dilakukan oleh Iswatun Khasanah (2013) yang berjudul
“Program “SAHABAT” Sebagai Salah Satu Program Alternatif Penanganan
Bullying Pada Anak Usia Dini”. Program SAHABAT yang dilakukan untuk
penanganan Bullying mempunyai poin adalah sebagai berikut : Kasih Sayang,
Harmonis, Tanggung Jawab, Baik Budi, dan Persatuan.
16

Penangan yang dapat dilakukan bagi korban Bullying ialah :


 Mengajarkan kemampuan asertif
 Anak dilatih mengendalikan pikiran
 Asah rasa percaya diri anak
 Beritahukan pada anak kemana dia bisa melaporkan atau meminta
pertolongan atas perlakuan bullying
 Yakinkan pada anak, jika anak tidak membalas maka kejadian yang sama
akan berulang.
 Upayakan anak mempunyai sosialisasi yang baik
Penanganan bagi anak Pelaku bullying adalah sebagai berikut :
 Segera ajak anak bicara atas apa yang dia lakukan
 Minta anak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya
 Minta anak untuk minta maaf
 Cari penyebab anak melakukan hal tersebut
 Posisikan diri untuk menolong anak bukan menghakimi anak.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fenomena perilaku bullying (perundungan) ibarat gunung es yang tampak “kecil”
di Permukaan, namun menyimpan banyak masalah yang sering tidak mudah
diketahui atau tidak disadari oleh pendidikan orang tua, masyarakat, ataupun
pemerintah. Dampak perilaku bullying baik sebagai korban maupun pelaku dapat
mempengaruhi perkembangan anak ataupun remaja dalam jangka pendek dan
panjang bahkan bisa berlanjut sampai dewasa. Berbabai alternatif solusi telah dibuat
dan berbagai alternatif program intervensi telah ditawarkan, namun pada akhirnya
keberhasilan penanggulangan perilaku bullying (perundungan) tergantung pada
komitmen semua pihak untuk melaksanakan program anti-bullying.

B. SARAN
Untuk semua pembaca yang telah membaca Literature Review yang berjudul
“Bullying Pada Anak” ataupun yang menjadikan tulisan sebagai referensi, penulis
berharap pembaca dapat membuat literature yang jauh lebih baik lagi dikarenakan
penulis menyadari banyak sekali kekurangan dari Literature Review yang berjudul
“Bullying Pada Anak” ini.
18

DAFTAR PUSTAKA

Amandemen Undang-Undang Perlindungan Anak, UU RI No.35 Tahun 2014. Jakarta


: Redaksi Sinar Grafika.

Astuti, RP. 2008. Meredam bullying (3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak).
Jakarta : PT Grasindo.
Haerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung : Nuansa Cendekia.
Ponny Retno Astuti. 2008. Cara Meredam Bullying. Jakarta : PT. Gramedia
Widasarana Indonesia.

Seijiwa. 2008. Bullying Mengatasi Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan Sekitar


Anak. Jakarta: Grasindo.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta :Kencana Prenanda Media
Group.

Dwipayanti, Ida Ayu Surya dan Komang Rahayu Indrawati. 2014. “Hubungan Antara
Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat
Sekolah Dasar”. Jurnal Psikologi Udayana, 2014. Vol. 1, No. 2, 251-260.

Khasanah, Iswatun . 2013. “Program “SAHABAT” Sebagai Salah Satu Program


Alternatif Penanganan Bullying Pada Anak Usia Dini”. Journal Pendidikan
Anak, Volume II, Edisi 2, Desember 2013.

Kusuma, Monicka Putri. 2014. “Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri Delegan 2, Dinginan, Sumberhajo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta”.
Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra
Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri
Yogyakarta 2014.

Muhammad. 2009. “Aspek Perlindungan Anak Dalam Tindak Kekerasan (Bullying)


Terhadap Siswa Korban Kekerasan Di Sekolah (Studi Kasus di SMK
Kabupaten Banyumas)”. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 9 No. 3 September
2009. Hal : 231-236.

Novalia, Ricca. 2016. “Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak Di


Perkampungan Sosial Pingit”. Skripsi Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial
19

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Sunan Kalijaga


Yogyakarta 2016.

Barboza Ge, dkk. Individual characteristics adn the multiple contexts of adolescent
bullying : An acological perspective. J Youth Adolescence. 2009; 38 : 101-21.
Doi : 10.1007/s10964-008-9271-1.
Colororso B.. Stop bullying (memutus rantai kekerasan anak dari prasekolah hingga
SMU) Jakarta : PT Ikrar Mandiri abadi; 2007.
Espalge DL, dkk. School-based of peer relationship problems. In : Altmeir B, Hansen
J, editors. The oxford handbook of counseling psychology. Ney York : Oxford
University Press; 2012. P.703-22.
Goldbaum, dkk. Developmental trajectories of victimization : Identify risk and
protective factors. J Appi School Psychology. 2003; 19 : 139-56.
Mangklara K, dkk. Bullying behaviour in schools, socioeconomic, position and
psychiatric morbidity : A cross-sectional study in late adolescents in Greece.
BioMed Central 2012; 6:8. Doi : 10.1186/1753-2000-6-8.
Mayer MJ, dkk. How safe are our schools ? Educational Reseacher 2010; 39: 16-26.
Murphy AG. Character education : Dealing with bullyinh. New York : Chelsea House
Publisher, 2009.
Smokowski PR, Kopasz KH. Bullying in School: An oerview of types, efects, family
characteristics, and intervention strategies, Children and Schools 2010; 27 :
101-10.
Smokowski, dkk. Bullying in School: An oerview of types, efects, family
characteristics, and intervention strategies, Children and Schools journal, 2010;
27 (2) : 101-9.

http://kbbi.web.id/rundung diakses tanggal 24 September 2017.

http://health.liputan6.com/read/2411290/anak-orang-kaya-atau-bukan-bisa-jadi-
korban-bully diakses tanggal 24 September 2017.

http://kbbi.web.id/keras diakses tanggal 24 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai