“GRATITUDE”
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURAKARTA
2021
A. PENGERTIAN GRATITUDE (BERSYUKUR)
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur berarti (1) rasa
terimakasih kepada Allah (2)perasaan beruntung (lega, senang). Sedangkan penjelasan
dalam al- Qur’an, kata syukur berasal dari bahasa Arab yaitu syakara, syukuran, wa
syukuran yang berarti berterima kasih kepada- Nya. Dalam istilah psikologi,
kebersyukuran merupakan padanan arti dari gratitude. Menurut Ibnu Ujaibah, definisi
syukur adalah kebahagiaan hati atas nikmat yang diperoleh yang diikuti dengan
pengarahan seluruh anggota tubuh supaya taat kepada Sang Pemberi nikmat serta
pengakuan atas segala nikmat yang diberiNya dengan rendah hati (Isa, 2010).
Menurut Sayyid, syukur adalah mempergunakan semua nikmat yang telah Allah
berikan berupa penglihatan, pendengaran, dan lainnya sesuai dengan tujuan
penciptaannya (Isa, 2010).
Menurut Emmons (2007), segala kata yang berasal dari kata gratia selalu
berhubungan dengan kebaikan, kemurahan hati, dan keindahan memberi maupun
menerima. Secara konseptual, gratitude terbagi dalam dua tingkat, yaitu state
(keadaan) dan trait (sifat). Sebagai sebuah keadaan, gratitude berarti perasaan
subjektif berupa kekaguman, berterimakasih dan menghargai segala sesuatu yang
diterima. Sedangkan sebagai sifat, gratitude diartikan sebagai kecenderungan
seseorang untuk merasakan gratitude dalam hidupnya, meskipun kecenderungan
untuk merasakan gratitude itu tidak selalu muncul namun seseorang yang
memiliki kecenderungan ini akan lebih sering berterima kasih dalam situasi -
situasi tertentu.
Rasa syukur memiliki berbagai konsep, bisa sebagai emosi, sikap, moral
virtue, kebiasaan, karakter kepribadian, dan tindakan coping. Sebagai keadaan
psikologis, rasa syukur adalah perasaan kagum, terimakasih, dan penghargaan
terhadap kehidupan (Emmons & Shelton dalam Snyder dkk, 2005). Perasaan tersebut
dapat diekspresikan kepada orang lain, dan juga terhadap makhluk lain seperti alam
atau sumber lain selain manusia (Tuhan, binatang).
B. JENIS BERSYUKUR
1. Personal
Rasa berterima kasih yang ditujukan kepada orang lain yang telah memberikan
kebaikan atau sebagai adanya (kehadiran) diri mereka. Contoh: bersyukur atas
kehadiran orang tua yang selalu merawat dari bayi hingga dewasa
2. Transpersonal
Ungkapan terima kasih kepada Tuhan, kepada kekuatan yang lebih tinggi, atau
kepada dunianya. Contoh: senantiasa beribadah kepada Tuhan sebagai bentuk rasa
syukur telah diberikan kebahagiaan hidup di dunia.
C. INDIKATOR BERSYUKUR
Berikut ini adalah indikator tingkah laku dari bersyukur yang digunakan dalam
penyusunan alat ukur berdasarkan komponen bersyukur yang sudah disajikan peneliti
dari Watkins (2003) dan Fitzgerald (1998):
D. FAKTOR BERSYUKUR
E. KOMPONEN BERSYUKUR
Ahli psikologi barat, Lopez dan Snyder (dalam Nadhiroh, 2012) serta Emmons
(2007), mengemukakan tiga komponen dalam bersyukur:
1. Rasa Apresiasi
2. Niat Baik
3. Bertindak Positif
1. Intensitas (Intensity)
2. Frekuensi (Frequency)
4. Kepadatan (Density)
3. Appreciation of others
Menurut Emmons & Mccullough, 2004 dalam Imam Setyadi (2016) gratitude
merupakan suatu emosi positif yang khas dengan rasa terima kasih yang muncul
ketika kita menerima kebaikan (termasuk kindness, compassion, love), manfaat, atau
hal altruistik dari pihak lain atau bersifat sosial, bisa saja mendapat sesuatu hal yang
kita tidak layak menerimanya bukan dari upaya kita sendiri (gift). Namun tidak
semuanya pemberian dari orang lain menimbulkan gratitude, ada pemberian yang
sifatnya sebagai rasa impas saja, atau pemberian yang justru membuat penghayatan
negatif (indebtedness / rasa hutang budi) yang menimbulkan perasaan sungkan atau
rendah diri dan menimbulkan kegelisahan untuk secepatnya membalas budi untuk
memulihkan self-esteemnya dan posisi sosialnya.
1. Persepsi adanya niat baik orang lain untuk berbuat baik kepada kita (menurut
Heider 1958). Ketika kita sudah mempersepsikan bahwa orang tersebut
memberikan niat baik yang tulus seperti kebaikan, atau pemberian bantuan
altruistik, meskipun orang tersebut belum sempat melakukannya secara
sempurna / hampir melaksanakan secara sempurna yang akhirnya dapat
menumbuhkan perasaan bersyukur. Namun perlu hati-hati, bisa saja ketika
niat baik yang tulus ini tidak terbaca atau keliru (adanya kesan ambigu atau
tidak tulus) bisa saja dapat menimbulkan kesalahpahaman.
2. Persepsi bahwa suatu perbuatan baik tidak mudah dilakukan, namun butuh
pengorbanan yang besar dari yang memberi (McCullough, Kilpatrick,
Emmons, R. A., & Larson, D. (2001). Ketika kita memiliki persepsi bahwa
perbuatan baik sangat mudah dilakukan oleh orang lain dan tidak
membutuhkan pengorbanan maka kita akan merasa biasa saja dan susah untuk
menimbulkan rasa bersyukur.
3. Pemberian merupakan hal yang bernilai tinggi bagi kita. setiap orang memiliki
areanya masing-masing yang sangat penting dan emosional. ketika suatu
pemberian terkait dengan area yang bernilai tersebut maka pemberian tersebut
akan merasa berharga dan menimbulkan rasa syukur.
4. Perasaan jika pemberi/penolong bukan hanya sekedar karena kewajiban atau
pemberi telah memberi kelebihan kewajibannya (Emmons & Clumpler (2000).
contohnya adalah banyak anak yang memiliki persepsi yang keliru bahwa
kewajiban orang tua adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga rasa
gratitude tersebut tidak bangkit. sebaliknya jika kita merasa bahwa orang
tersebut sebenarnya tidak wajib membantu kita tetapi mereka tetap
memberikan pengorbanan yang besar kepada kita maka gratitude itu akan
muncul.
I. MANFAAT BERSYUKUR BAGI KESEHATAN MENTAL
1. Rasa Syukur Merupakan Pondasi Kesehatan Mental
Tahun 2018
Metodologi 1. Partisipan
Partisipan direkrut melalui aplikasi
Amazon.com’s mechanical Turk service.
MTurk adalah sumber pengumpulan data
online yang terbukti menghasilkan data yang
dapat diandalkan dari beragam peserta.
Terdapat 369 dengan 185 menjadi kelompok
eksperimen body gratitude, dan 184 menjadi
kelompok kontrol dengan rentang usia 18-25
tahun.
2. Prosedur
Untuk kelompok body gratitude mereka akan
dimunculkan suatu iklan latihan menulis yang
diikuti dengan survei singkat tentang sikap
mereka pada aplikasi mTurk Service. Peserta
yang menanggapi dan memberikan
persetujuan secara acak akan ditetapkan pada
kelompok body gratitude. setelah
menyelesaikan latihan menulis, mereka
menyelesaikan prosedur yang ada dengan
menyelesaikan pengukuran yang menilai
kepuasan tubuh mereka, evaluasi penampilan,
bias berat badan internal, menyelesaikan
pemeriksaan manipulasi instruksional, dan
memberikan informasi demografis.
Dengan Konsep yang sama untuk kelompok
kontrol namun dengan instruksi yang berbeda
pada latihan menulis di kelompok body
gratitude.
3. Pengukuran hasil
a. untuk mengukur Body satisfaction
and appearance evaluation,
menggunakan subsakal dari
Multidimensional Body-Self Relations
Questionnaire untuk menilai citra
tubuh.
b. untuk mengukur Weight bias
internalization dengan menggunakan
11 aitem yang telah dimodifikasi dari
Weight Bias Internalization Scale.
c. Adanya pemeriksaan manipulasi
instruksional yang digunakan untuk
menentukan apakah peserta aktif
membaca instruksi.
4. Analisis Statistik
Menggunakan aplikasi SPSS
Aniyatussaidah, Aulia Ilfana & Supriadi Suaib. (2021). Gratitude pada Masa Pandemi
COVID- 19 di Usia Produktif . Jurnal Syntax Transformation, 2 (1), 22-31.
Dunaev, J., Markey, C. H., & Brochu, P. M. (2018). An attitude of gratitude: The effects of
body-focused gratitude on weight bias internalization and body image. Body image,
25, 9-13.
Listiyandini, R. A., Nathania, A., Syahniar, D., Sonia, L., & Nadya, R. (2015). Mengukur
rasa syukur: Pengembangan model awal skala bersyukur versi Indonesia. Jurnal
Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology, 2(2), 473-496.
Nadhiroh, A. (2012). Hubungan kebersyukuran dengan kebermaknaan hidup orang tua yang
memiliki anak autis (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).
Pitaloka, Dzikrina Anggie & Anastasia Ediati. (2015). Rasa Syukur dan
Kecenderungan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro. Jurnal Empati, 4(2), 43- 50.
Rahayu, I. I., & Setiawati, F. A. (2019). Pengaruh Rasa Syukur Dan Memaafkan Terhadap
Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja. Jurnal Ecopsy, 6(1).
Ratnasari, I., & Sulistiana, D. (2020). Teknik Menulis Jurnal untuk Meningkatkan Rasa
Syukur (Gratitude) pada Remaja. Journal of Innovative Counseling: Theory,
Practice, and Research, 4(01), 34-40.