EGOSENTRISME REMAJA
Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
KONSTRUKSI ALAT UKUR EGOSENTRISME
REMAJA
Fakultas Psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Irsahamidasyifia@gmail.com
Abstrak
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Oleh
karena beberapa perubahan tersebut, remaja secara tidak sadar maupun sadar berupaya
untuk mengembangkan sikap Egosentrisme untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam fase
perkembangannya. Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji coba alat ukur psikologi
egosentrisme remaja guna mengembangkan alat ukur egosentrisme remaja dengan
melakukan uji validitas dan uji reliabilitas product moment pada konstrak egosentrisme
remaja. Responden pada penelitian ini sejumlah 38 orang dengan kriteria : laki laki maupun
perempuan, berusia antara 16-18 tahun, sedang menempuh pendidikan sekolah, domisili
kabupaten blitar. Teknik pengambilan responden dilakukan dengan random sampling pada
total 11 sekolah di kab Blitar, diantaranya ialah : MTsN 8 Blitar, SMPI Assallam
jambewangi, MTs Sunan Ampel, SMAN 01 Garum, SMK PGRI, SMAN 01 Tumpang, SMAN
01 Talun, SMAN Kesamben, MAN 1 Blitar, MAN 2 Blitar, MA Assallam. Hasil dari Uji coba
alat ukur ini adalah 19 aitem pernyataan dinyatakan valid dan satu aitem dinyatakan invalid
dengan r hitung (-0,0144) < r table (0.320). dan alat ukur egosentrisme remaja dinyatakan
sangat reliable dengan nilai koefisien (0.829) > 0.70.
Pendahuluan
Kata “remaja” merupakan bahasa Latin adolescene yang artinya to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011) . Banyak tokoh yang memberikan
1
definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan, Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian
remaja secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja
(adolescence).
Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud,
1
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Kencana, 2011), hlm. 219
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan
dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang lebih mandiri2.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), egosentrisme didefinisikan sebagai
sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal. Sedangkan
3
dalam Wikipedia, istilah egosentrisme (egocentrim) disebutkan berasal dari kata bahasa
yunani dan latin “ego” yang artinya saya, aku, diri. Egosentrime merupakan istilah psikologi
yang bermakna diferensiasi yang tidak sempurna antara diri (the self) dengan dunia luar (the
world), termasuk orang lain; kecenderungan individu untuk melihat (perveice), memahami
(understand), dan menafsirkan (interpref), dunia menurut padangan dirinya.4.[ CITATION
Yud11 \l 1057 ][ CITATION Wir02 \l 1057 ][ CITATION KBB \l 1057 ][ CITATION Nur \l 1057 ]
Dalam kamus psikologi (Kartono dalam Chaplin, 2008;160), mendefinsikan
egosentrisme sebagai kaitannya dengan diri sendiri dan keasyikan terhadapan diri sendiri;
menurut piaget, berkaitan dengan kemampuan berbicara dan berfikir yang diarahkan pada
kebutuhan pribadi . Sementara egosentrisme didefinisikan sebagai kecenderungan menilai
objek-objek atau persitiwa-peristiwa berdasarkan kepentingan pribadi dan menjadi kurang
sensitif terhadap kepentingan-kepentingan atau hal-hal yang menyangkut orang lain; menurut
piaget merupakan ketidakmampuan memahami bahwa orang lain juga mempunyai
kepentingan atau pandangan yang mungkin berbeda dengan yang dimilikinya (Kartono dan
Gulo dalam Chaplin, 2003: 160). Sheffer (2009) mendefinisikan egosentrisme sebagai
kecenderungan untuk memandang dunia dari perspektif pribadi seseorang tanpa menyadari
bahwa oranglain juga memiliki sudut pandang yang berbeda.
2
S. Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 23
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Egosentrisme
Fuad Hassan mendefinisikan egosentrisme sebagai kecenderungan menilai obyek-
obyek atau peristiwa-peristiwa berdasarkan kepentingan pribadi dan menjadi kurang sensitive
terhadap kepentingan-kepentingan atau hal-hal yang menyangkut orang lain,
ketidakmampuan memahami bahwa orang lain juga mempunyai kepentingan pandangan yang
mungkin berbeda dengan yang dimilikinya. Pengertian egosentrisme yaitu sifat yang dimiliki
seseorang sebagai pembawaan yang berlangsung secara tidak disadari oleh individu, hanya
melihat dari sudut pandangannya sendiri, sikap dan perilaku masih sangat terpengaruh oleh
pemikiran yang masih sederhana. 5
6
Santrock J W, 2011 Life Span Development . halaman. 424
munculnya personal fable terjadi pada awal remaja yaitu berkisar antara 12-15 tahun dan
berakhir hingga remaja akhir yaitu usia 17-23 tahun. Namun, terdapat hasil penelitian yang
menjelaskan bahwa fenomena personal fable akan muncul kembali seiring berjalannya
waktu, meskipun tidak secara signifikan (Schwartz, 2008).
Metode Penelitian
Peneltian ini dilakukan dengan beberapa tahapan prosedur: 1) Kontruksi alat ukur
Egosentrisme remaja, 2) Penentuan responden, 3) Analisis property psikometris skala.
Pelaksanaan tahapan prosedur tersebut bertujuan untuk mendapatkan skala psikologi yang
baik yaitu valid, reliabel, dan terstandar juga memudahkan peneliti dalam membuat analisa
laporan lebih sistematis.
1. Kontruksi alat ukur Egosentrisme remaja [ CITATION Joh11 \l 1057 ]
a) Penetapan Konstruk
Konstrak yang diukur dalam konstruksi alat ukur ini adalah Konstrak
Egosentrisme remaja. Penyusunan konstrak dan dimensi dilakukan melalui studi literatur
yang mengacu pada beberapa buku cetak, jurnal, dan sumber literatur lainnya yang
membahas mengenai Perkembangan remaja dan Egosentrismenya. Berdasarkan studi
literatur ini didapatkan beberapa dimensi penyusun konstrak diantaranya ialah
mementingkan diri sendiri, kurangnya rasa peduli, kurang peka terhadap keadaan sosial,
dan merasa dirinya paling benar. Masing masing dimensi diturunkan kedalam beberapa
indikator perilaku yang menjadi blue print dalam penulisan item.
b) Format Penskalaan
Penskalaan merupakan proses penentuan letak kategori respon responden
terhadap pernyataan item yang telah dibuat dalam suatu kontinum psikologis yang
telah ditentukan (Azwar, 1999; Azwar 2017). Penentuan format penskalaan ini akan
7
menentukan bagaimana penentuan nilai yang akan diberikan. Dalam kontruksi skala
ini, format penskalaan yang dipilih adalah model skala likert dengan 4 jenjang nilai,
yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP). Dengan
ketentuan sebagai berikut :
Sangat Sering : Terjadi secara berulangkali dalam setiap hari atau minggu.
7
Saifuddin Azwar Penyusunan skala psikologi edisi 2 Yogyakarta : pustaka belajar halaman 56
Tidak Pernah : Tidak pernah terjadi dalam satu tahun terakhir.
Blue Print
Table.Review Aitem
Tgl Peran Nama Via Review
9 Rekan Peneliti Unieke Ayu Faticha WA Ben gk berbelit" , dan btw ws mudah
okt Sari dipahami kok dan dicek lagi kalimat e
202 sing sekirane gak belibett , koyo
0 memilih iku menurutku lebih baik
diganti suka (saya lebih suka
berkumpul dg teman bla bla bla)
9 Rekan Peneliti Minchatul Ulya WA Pendapat : secara keseluruhan aitemnya
Okt disusun dg bahasa yg singkat dan jelas,
202 tidak ambigu dan mudah dipahami.
0 Komentar : alangkah baiknya jika
ditambah judul diatas tentang variabel
yg akan diteliti misal kuesioner tentang
self esteem pada remaja
Selanjutnya dengan berbagai pertimbangan terdapat beberapa hal yang peneliti ganti, baik pada Aitem
maupun pada format dan gaya penulisan. Diantaranya ialah :
1. Merubah kata memilih menjadi suka pada Aitem nomor 2.
2. Memberi keterangan mengenai pengukuran Egosentrisme remaja pada Kuisoner yang akan
disebarkan pada responden.
14 Calon Responden Fida Amalia Shofia WA Kata katanya dapat dimengerti,
Okt maksudnya juga udah nyampe.
202
0
14 Calon Responden Andini Muna Indana WA Menurutku sudah sangat memahamkan
Okt sih mbak.
202
0
14 Dosen Bu.Novia Solichah, WA Oke, Boleh
Okt Pembimbing M.Psi
202
0
Dari total 20 Aitem pernyataan, 19 Aitem dinyatakan valid dan 1 aitem dinyatakan
invalid. Aitem aitem yang valid tersebut diantaranya ialah aitem nomor 1,2,3,4,5 ,
6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20. Sedangkan aitem yang dinyatakan invalid (tidak
valid) ialah aitem nomor 8 yang merupakan aitem unfavorable dengan pernyataan “Saya
membantu pekerjaan orangtua dirumah tanpa diingatkan”.
Reliabilitas
Berdasarkan perhitungan uji reabilitas product moment dengan menggunakan SPSS
ditemukai nilai reliabilitas sebesar 0.829. Sehingga nilai realiabilitas pada alat ukur ¿ 0.70
maka dari itu nilai reliabilitas pada pengukuran alat ukur ini dinyatakan sangat reliable.
Reliability Statistics
.829 20
Item-Total Statistics
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J. (2006). Kamus lengkap Psikolog. Dictonary of Psychology penerjemah, Dr. Kartini
Kartono. Jakarta: Rajagrafindo.
Ekawati, Y. N., Saputra, E. N., & Periantolo, J. (2016, juli). KONSTRUKSI ALAT UKUR
KARAKTER RELIGIUS SISWA. Jurnal PSYCHO IDEA.
Evangelia, P. G. (2012). The imaginary audience and the personal fable. Published
Online:Http://. Published Online:Http://Www.Scirp.Org/Journal/Psych, 10-13.
Hassan, F. (1981). Kamus Istilah Psikolog. Jakarta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Jurnal
APLIKASIA Volume 17, Nomor 1.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tri Handayani, A. (2018). HUBUNGAN BODY IMAGE DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA DI SMA PANCA BUDI MEDAN. JURNAL PENELITIAN
PENDIDIKAN SOSIAL HUMANIORA, 3(1), 319-324.
https://doi.org/10.32696/jp2sh.v3i1.94. (n.d.).
Yuliadi., 2013. Hubungan antara Body image dan Imaginary audience dengan Kepercayaan
Diri pada SMK Negeri 2 Manado. Universitas Manado. . (n.d.). Jurnal Ilmiah Psikologi
Candrajiwa Volume 1 Nomor 4. Hal: 11.
LAMPIRAN
Kuisioner Pengukuran Egosentrisme remaja.
Nama :
Usia :
Asal Sekolah :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan kondisi yang anda alami
sehari hari. Silahkan menjawab pertanyaan dibawah sesuai dengan apa yang terjadi pada diri
anda sehari hari. Tidak terdapat jawaban benar dan salah. Serta hasil jawaban anda tidak akan
mempengaruhi nilai mata pelajaran apapun. Adapun Pilihan jawabannya sebagai berikut :
Sangat Sering : Terjadi secara berulangkali dalam setiap hari atau minggu.
No Aitem SS S P TP
1. Saya cenderung tidak suka ikut campur dalam
permasalahan teman saya.
2. Saya lebih suka berkumpul dengan teman satu geng
atau keluarga daripada harus mengikuti kegiatan di
masyarakat.
3. Saya membantu orangtua dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah jika diingatkan.
4. Saya cenderung tidak peduli jika oranglain tidak suka
dengan apa yang saya lakukan selama itu bisa
membuat saya senang.
5. Jika saya memiliki pengetahuan lebih mengenai
pelajaran yang sulit saya cenderung ingin
menyimpan untuk diri saya sendiri.
6. Saya lebih memilih diam jika teman saya dihukum
karna tidak mengerjakan PR.
7. Saya tetap melakukan hal hal yang saya suka meski
teman saya menilai buruk apa yang saya lakukan.
8. Saya membantu orangtua dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah tanpa diingatkan.
9. Saya berpikir dua kali jika harus membantu teman
yang tidak akrab dengan saya.
10. Terkadang saya enggan di nasehati karna saya tidak
merasa bersalah atas apa yang sudah saya lakukan.
11. Terkadang saya merasa lebih baik daripada teman
sebaya saya.
12. Saya bisa memunculkan emosi yang meledak ledak
didepan orangtua saya, jika orangtua saya tidak
melakukan apa yang saya inginkan.
13. Saya selalu mengutamakan diri saya saat melakukan
tindakan apapun.
14. Terkadang saya tahu bahwa yang saya lakukan itu
buruk, namun saya tetap melakukannya karna alasan
tertentu.
15. Saya tidak suka dinasehati jika saya merasa bahwa
yang saya lakukan sudah benar.
16. Saya jarang memberi uang pada pengemis dijalan.
17. Saya akan tersinggung jika orangtua atau teman
saya mengatakan bahwa yang saya lakukan itu
salah.
18. Saya dapat meluapkan kemarahan saya kepada
orangtua.
19. Saya jarang berbaur dengan kegiatan dilingkungan
tempat tinggal saya.
20. Saya tidak pernah membantu orangtua dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah.
Table. Data hasil