Anda di halaman 1dari 30

PSIKOEDUKASI :

“STRATEGI COPING UNTUK KELUARGA


KORBAN BENCANA ALAM TANAH
LONGSOR”

DISUSUN KELOMPOK 8 :

ALMIRA OKTAVIANI (15010112140102)


ENY DWI HARSIWI (15010112140109)
VARRA VARIANSYAH (15010112140115)
FATIHATUN N. KARIMAH (15010112140117)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di
dunia.Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan
sering terjadi di Indonesia.Situasi geografis, geologis, hidrologis,
demografis, dan perubahan iklim serta degradasi lingkungan di Indonesia
ikut berpengaruh pada tingginya frekuensi kejadian bencana.Selain itu,
faktor demografis seperti kemiskinan dan bertambahnya jumlah penduduk
makin memperbesar ancaman risiko bencana tersebut.
Selama kurun waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat
1.601 kejadian bencana di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir, 239
kejadian tanah longsor, dan 187 kejadian angin puting beliung. Akibat
banyaknya bencana tersebut tentunya menimbulkan banyak
masalah.Masalah yang muncul setelah bencana alam terjadi diantaranya
kerusakan tempat tinggal, krisis kesehatan, krisis perekonomian,
kehilangan sanak saudara, hingga perasaan trauma yang dirasakan para
korban bencana alam.
Kasus yang akan kami bahas dalam program psikoedukasi ini
adalah mengenai musibah bencana alam tanah longsor yang terjadi di
Perumahan Trangkil Baru, Kelurahan Sukorejo, Gunungpati, Kota
Semarang. Tanah longsor ini tejadi pada hari Kamis, tanggal 23 Januari
2014.Sekitar pukul 07.00 WIB.Puluhan rumah ambruk dan rusak parah
akibat bencana alam tanah longsor tersebut.Tidak ada korban jiwa dalam
musibah ini, namun dipastikan sekitar 32 rumah warga rusak parah dan
sejumlah tiang listrik miring akibat pergeseran tanah. Kejadian tanah
longsor ini melanda RT 03 dan RT 06, rumah yang rusak parah di RT 06
sekitar 15 rumah dan RT 03 sekitar tujuh rumah.
Setelah peristiwa tanah longsor di Perumahan Trangkil Sejahtera itu
terjadi, maka akan timbul berbagai masalah lain dalam keluarga, misalnya
rumah mereka hancur mulai dari rusak sebagian hingga ada yang rusak
parah. Kondisi demikian menjadikan warga dilema karena dihadapkan
dengan pilihan antara tetap tinggal disekitar lokasi kejadian atau
mengungsi ke tempat yang aman dari bencana. Tidak semua warga
mampu menerima musibah tersebut dengan lapang dada karena
ketahanan diri dari setiap orang berbeda-beda tergantung cara memaknai
setiap kejadian, pengalaman masa lalu, dan pembelajaran diri dalam
keluarga. Oleh karena itu, program psioedukasi ini akan kita terapkan
untuk warga daerah tersebut agar mereka mampu meningkatkan
ketahanan dirinya serta mampu menerapkan berbagai strategi coping
dalam menghadapi masalah serupa.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Apa program psikoedukasi yang dibutuhkan oleh keluarga yang
bermukim di Perumahan Trangkil Baru RT 06 RW 10, Kelurahan
Sukorejo, Gunungpati, Kota Semarang guna meningkatkan ketahanan diri
dan strategi coping yang harus dilakukan ketika menghadapi musibah
bencana alam?

1.3. TUJUAN PSIKOEDUKASI


Tujuan dilakukannya program psikoedukasi antara lain:
a. Keluarga warga Perumahan Trangkil Baru mampu menganalisa
permasalahan yang dihadapi ketika terkena musibah
b. Keluarga warga Perumahan Trangkil Baru mampu meningkatkan
ketahanan diri dalam menghadapi musibah
c. Keluarga warga Perumahan Trangkil Baru mampu menerapkan
berbagai strategi coping dalam menghadapi musibah
BAB II
ANALISA KASUS DAN LANDASAN TEORI

A. ANALISA KASUS
1. Subjek 1 ( Bapak Agus Kushendratno)
Hasil analisa yang diperoleh melalui wawancara dengan Bapak
Agus selaku ketua RT dan keluarga korban bencana longsor.Bapak
Agus tinggal bersama istri dan 3 orang anak. Anak pertama duduk di
bangku SMA, anak kedua di bangku SMP, dan anak ketiga duduk di
bangku SD. Bencana tanah longsor ini terjadi pada tanggal 23 Januari
2014 sekitar pukul 07.00 pagi. Tanda- tanda bahwa terjadi bencana
longsor sudah dirasakan oleh Bapak Agus karena 2 minggu sebelum
kejadian turun hujan yang sangat deras dan karena posisi rumah
subjek persis di bawah bukit sehingga saat hujan deras banyak tanah
dari bukit jatuh di atap bahkan sampai depan rumah beliau dan sekitar
4 hari sebelum kejadian beliau sempat mengalami goncangan kecil
seperti lindu. Pihak kelurahan dan kecamatan juga sudah
memberitahukan warga dan menyuruh semua warga untuk mengungsi.
Penyebabnya terjadi longsor karena musim hujan yang mengakibatkan
rawan longsor dan karena pembuatan saluran air disini belum
terencana jadinya sistem drainase tidak teratur ,akibatnya aliran hujan
tadi mengikis lapisan tanah di sekitar sehingga mengakibatkan longsor
mbak. Akibat dari bencana longsor tersebut sekitar 32 rumah rusak di
beberapa RT dan di tempat beliau sekitar 15 rumah rusak dan 7 rumah
hancur termasuk rumah subjek. Subjek sangat terpukul dan sedih saat
mengetahui rumah beserta isinya hancur tidak terselamatkan tetapi
mereka bersyukur tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut.
Keluarga ini mengungsi selama kurang lebih 7 bulan di Rusunawa
daerah Kaligawe sembari menunggu rumahnya dalam perbaikan.
Masalah yang dihadapi keluarga ini adalah ketidaknyamanan
anak anak saat berada di Rusunawa sehingga seringkali anak subjek
ingin pulang ke rumahnya. Faktor lain adalah jarak sekolah dengan
rusunawa yang jauh dan lingkungan dirusunawa kurang baik apalagi
untuk anak anak. Menurut subjek banyak anak anak yang sudah
merokok disini sehingga subjek takut jika anaknya melihat dan
meniru.Tetapi karena subjek selaku ketua RT masih mempunyai
tanggung jawab untuk mengayomi warganya sehingga subjek
memberikan pengertian terhadap anaknya sehingga mereka mengerti
dengan keadaan yang terjadi.Sampai sekarang masih ada 2 keluarga
yang menetap di rusunawa.Pada saat terjadi bencana subjek dan
warga mendapatkan bantuan dari pemerintah diantaranya bantuan
materi dan makanan (hanya di awal).Bantuan materi tersebut berupa
uang sebesar 10 – 20 juta untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat
bencana tersebut.Menurut subjek biaya yang diberikan kurang apalagi
mengingat rumahnya yang rusak parah tetapi subjek tetep bersyukur
karena masih diberi bantuan.
Potensi yang dimiliki subjek untuk yang bisa menguatkan
keluarga agar tetap bertahan adalah menganggap bahwa musibah ini
memang sudah takdir dan kehendak dari Allah dan tidak ada yang tahu
musibah rejeki karena itu sudah ada yang mengatur, subjek juga
senantiasa bersyukur karena tidak ada korban jiwa dan hanya kerugian
materi Subjek dan keluarga tetap mendekatkan diri sama yang Kuasa,
berusaha tetap sabar dan tegar saat menghadapi bencana tersebut.
Cara subjek menghilangkan rasa sedih saat bencana terjadi adalah
kebersamaan dalam keluarga karena jika subjek sedih dan pesimis
bagaimana dengan istri dan anaknya sehingga dengan begitu
menjadikan subjek tegar dan iklas serta bekerja lebih keras untuk
memeperbaiki rumahnya. Menurut subjek kemungkinan longsor terjadi
pasti ada dikarenakan memang kondisi tempat tinggal subjek yang
berada di lereng dan sistem drainase yang belum terararah sehingga
kadang subjek merasa deg degan ,khawatir dan cemas bila terkena
longsor lagi apalagi waktu musim hujan. Subjek tidak merasa trauma
dengan bencana ini dan menyikapinya sengan selalu waspada dan
terus berdoa.

2. Subjek 2 (Ibu Agus)


Hasil analisa yang diperoleh melalui wawancara dengan Ibu
Agus sebagai istri bapak Agus dan keluarga korban bencana longsor.
Perasaan subjek saat mengetahui bencana longsor tersebut melanda
adalah takut saat pihak kecamatan memeberitahukan tentang bencana
ini dan menangis saat mengatahui rumanya hancur karena merupakan
tempat tinggal satu satunya keluarga subjek.Subjek merasakan sedih
selama kurun waktu 2 bulan karena kepikiran nasib anak anaknya dan
keadaan rumahnya.Pada saat di pengungsian subjek dan anak kurang
betah tinggal disana karena jarah dengan sekolah yang jauh dan
lingkungan kurang baik tetapi karena keadaan sehingga membuat
subjek dan anaknya memahaminya. Potensi subjek untuk menguatkan
keluarganya dengan selalu berdoa sama Yang Kuasa, dan tetap sabar
ikhlas serta dukungan dari keluarga. Cara subjek untuk mengurangi
kesedihanya dengan selalu berdoa dan berusaha menerima dengan
ihlas. Subjek tidak merasakan trauma tetapi kadang merasa sedih dan
takut jika kepikiran bencana tersebut akan melanda lagi karena kondisi
tempat tinggal berada di leremg tetapi subjek tetap optimis dan
waspada.

B. TINJAUAN PUSTAKA (TEORI)

1. RESILIENSI
Pengertian Resiliensi
Secara bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris yang
berasal dari kata“recilience” yang berarti daya pegas,. Resiliensi secara
psikologi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merespon secara
fleksibel atau kemampuan untuk bangkit dari pengalaman emosional
yang negatif. Werner & Smith (dalam Anggraeni, 2008) mendefinisikan
resiliensi sebagai kapasitas untuk secara efektif menghadapi stres
internal berupa kelemahan-kelemahan, maupun stres eksternal,
misalnya penyakit, kehilangan, bencana alam atau masalah dengan
keluarga.Berdasarkan definisi yang dipaparkan tersebut, maka dapat
digambarkan bahwa resiliensi adalah kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, serta
belajar untuk memperoleh elemen positif dari kondisi yang tidak
menyenangkan tersebut. Tingkat resilience seseorang akan memberikan
kesiapsiagaan bagi seseorang atau komunitas dalam menghadapi
bencana yang akan terjadi dan menentukan bagaimana melakukan
recovery dan merespon terhadap bencana yang terjadi. Oleh karena
itulah, bagi seseorang atau komunitas yang tingkat resilience-nya
rendah maka orang atau komunitas tersebut tidak hanya rentan terhadap
bencana akan akan terjadi tetapi juga lambat dalam melakukan recovery
setelah peristiwa bencana.
Tingkat resiliensi seseorang atau komunitas ditentukan oleh
banyak faktor. Cutter (2008) mengemukakan keterkaitan yang cukup erat
antara tingkat resiliensi seseorang dengan tempat dan kondisi ekologis.
Artinya, kondisi yang rentan terhadap bencana seperti di lereng, laut, dan
gunung berapi merupakan faktor yang memperendah tingkat resiliensi
seseorang ataupun komunitas.Ini berbeda dengan seseorang atau
komunitas yang tinggal di tempat yang jauh dari bencana.

Aspek-aspek Resiliensi
Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh aspek dari resiliensi, aspek-
aspek tersebut adalah :

a. Pengaturan emosi
Pengaturan emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk
mengaturemosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di
bawah tekanan.
b. Kontrol terhadap impuls
Kontrol terhadap impuls adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya,
kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada kemampuan
berpikir yang jernih dan akurat.
c. Optimisme
Optimisme berarti individu memiliki kepercayaan bahwa segala
sesuatuakan menjadi lebih baik.Individu mempunyai harapan dan kontrol
atau kehidupannya.
d. Kemampuan menganalisis masalah
Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat dilihat
daribagaimana individu dapat mengidentifikasikan secara akurat sebab-
sebab dari permasalahan yang menimpanya.
e. Empati
Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa membaca dan
merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain.
f. Efikasi Diri
Efikasi diri mewakili kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk
mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan kekuatan yang
dimilikiuntuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
g. Pencapaian
Pencapaian menggambarkan kemampuan individu untuk
meningkatkanaspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang
mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-
ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.

Faktor-faktor Resiliensi Individu


Grotberg (dalam Hawabi, 2011) mengemukakan faktor resiliensi yang
diidentifikasikan berdasarkan sumber-sumber yang berbeda. Ada 3 istilah yang
diungkapnya yakni :
a. I Am

Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri,


sepertiperasaan, tingkah laku dan kepercayaan yang terdapat dalam diri
seseorang. Faktor I Am terdiri dari beberapa bagian yaitu: Bangga pada
diri sendiri;Perasaan dicintai dan sikap yang menarik; Mencintai, empati,
altruistic; Mandiri dan bertanggung jawab.
b. I Have
Faktor I Have merupakan bantuan dan sumber dari luar yang
meningkatkan resiliensi. Sumber-sumbernya adalah memberi semangat
agar mandiri, dimana individu baik yang independen maupun masih
tergantung dengan keluarga, secara konsisten bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan, keselamatan, dan pelayanan lain yang sejenis.
Role Models juga merupakan sumber dari faktor I Have yaitu orang-
orangyang dapat menunjukkan apa yang individu harus lakukan seperti
informasi terhadap sesuatu dan memberi semangat agar individu
mengikutinya. Sumber yang terakhir adalah mempunyai hubungan.
c. I Can
Faktor I Can adalah kompetensi sosial dan interpersonal
seseorang.Bagian-bagian dari faktor ini adalah mengatur berbagai
perasaan mencari hubungan yang dapat dipercaya, keterampilan
berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah.

TEORI COPING
Coping didefinisikan sebagai upaya kognitif dan perilaku yang berubah
secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal/internal tertentu yang dinilai
berat dan melebihi sumber daya (kekuatan) seseorang (Lazarus & Folkman,
1994). Coping dapat juga dikatakan sebagai bentuk adapatasi karena coping
merupakan cara seseorang bereaksi terhadap sebuah stimulus yang didapat dari
lingkunganya (Costa, Somerfield, & McCrae, 1996). Faktor kontekstual dan
personal mempengaruhi bagaimana individu menilai kejadian-kejadian
kehidupan, cara coping mana yang dipilihnya serta seberapa efektif coping
tersebut untuk mengatasi stress. Stressor kehidupan dan coping saling
mempengaruhi satu sama lain (Mohino, dkk, 2004). Coping bukanlah sekedar
pertanyaan untuk mengetahui apa yang dilakukan pada saat stress tetapi lebih
mengimplikasikan sebuah penggunaan ketrampilan kognitif, sosial dan
behavioral secara fleksibel untuk mengatasi situasi-situasi yang mengambang,
sulit diprediksikan atau yang penuh tekanan (Bandura dalam Mohino, dkk, 2004).
Fungsi-fungsi coping merupakan sebuah hasil langsung dari dua pilihan yang
digunakan individu ketika menghadapi situasi stress yaitu :
1. Tindakan langsung terhadap situasi,
2. Control terhadap emosi.
Pilihan pertama mengimplikasikan sebuah tindakan langsung yang
bertujuan untuk mengurangi tuntutan-tuntutan situasi dan/atau meningkatkan
sumber daya seseorang untuk mengatasinya.Pilihan ini dikenal dengan problem-
focused coping yang diujudkan dalam bentuk penggunaan beragam strategi
penyelesaian masalah yang dapat menghilangkan hubungan yang penuh
tekanan antara individu dengan lingkungan (Mohino, dkk, 2004). Coping dapat
bertujuan untuk mengatur kondisi emosi yang disebabkan oleh stress. Coping
jenis ini disebut emotion-focused coping yang diperoleh melalui penghindaran
terhadap stressor, melakukan evaluasi ulang secara kognitif dan/atau
memperhatikan aspek-aspek positif dari diri dan situasi. Moos (dalam Mohino,
Kirchner, Forns, 2004) secara lebih rinci menggambarkan dalam inventori respon
kopingnya, beragam bentuk strategi kognitif maupun perilaku baik yang berfokus
emosi maupun berfokus masalah. Strategi tersebut meliputi :
1. Logical analysis yaitu usaha kognitif untuk memahami dan menyiapkan
secara mental terhadap stressor dan konsekuensi-konsekuensinya;
2. Positive reappraisal yaitu usaha kognitif untuk menganalisa dan
merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus
melakukan penerimaan terhadap realitas situasi;
3. Seeking guidance and support, yaitu usaha-usaha behavioral utnuk
mencari informasi, petunjuk dan dukungan;
4. Problem solving yaitu usaha behavioral untuk bertindak mengatasi
masalah secara langung;
5. Cognitive avoidance yaitu usaha-usaha kognitif untuk menghindari
berpikir tentang masalah,
6. Acceptance-resignation yaitu usaha kognitif untuk mereaksi masalah
dengan cara menerimanya,
7. Alternative rewards yaitu usaha behavioral untuk melibatkan diri dalam
aktivitas pengganti dan menciptakan sumber-sumber kepuasan baru.
8. Emotional discharge yaitu usaha behavioral untuk mengurangi tekanan
dengan mengekspresikan perasaan negatif.

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana
adalah peristiwa pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak
luar. Sedangkan bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Jenis Bencana

Bencana alam dimana faktor geologi sangat dominan biasa disebut sebagai
bencana alam geologi, diantaranya:
1. Gempa bumi (earthquake) dan tsunami
2. Letusan gunung berapi (vulcano)
3. Longsoran (landslide)
4. Penurunan tanah (land subsidence)
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana local memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-
bangunan disekitarnya.Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan
lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,
seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

Fase-fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana, yaitu :
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah,
lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali
pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini
para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan,
marah, tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.

Penanggulangan bencana meliputi lima fase umum, yaitu:


1. Prediction (prediksi);
Dalam fase ini, dilakukan kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan melalui
langkah-langkah struktural dan non-struktural.Langkah structural yaitu
langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari bencana
alam, kerusakan lingkungan dan bencana teknologi.Sedangkan langkah
non-struktural yaitu tindakan yang diambil pada saat awal terjadi bencana
untuk memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya,
termasuk peringatan dini yang efektif dan tepat waktu, serta evakuasi
sementara penduduk dan barang dari lokasi terancam bencana.
2. Warning (peringatan);
Fase ini mengacu pada penyediaan informasi yang efektif dan tepat
waktu melalui lembaga-lembaga yang terpercaya, agar individu dapat
mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko dan
mempersiapkan respon yang efektif.
3. Emergency relief (bantuan darurat);
Pemberian bantuan atau pertolongan selama atau segera setelah
bencana terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan yang
mendasar orang-orang yang terkena.Hal ini dapat langsung dalam jangka
pendek atau jangka panjang.
4. Rehabilitation (rehabilitasi)
Fase ini mencakup keputusan dan tindakan yang diambil setelah bencana
dengan tujuan untuk memulihkan atau memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat serta mendorong dan memfasilitasi penyesuaian yang
diperlukan untuk mengurangi risiko bencana.
5. Reconstruction (rekonstruksi)
Fase ini mencakup semua kegiatan yang penting dilakukan dalam jangka
panjang yaitu fase prediksi berupa mitigasi dan kesiapsiagaan, fase
respon terhadap peringatan dan pemberian bantuan darurat, serta fase
pemulihan berupa rehabilitasi dan rekonstruksi.
BAB III
STRATEGI, SASARAN, PROGRAM

3.1. STRATEGI
Jenis intervensi yang digunakan pada kasus ini berupa intervesi
preventif dengan menggunakan teknik psikoedukasi berbasis keluarga.
Sebuah usaha pencegahan yang memiliki tujuan untuk memberikan
pengetahuan sesuai fungsi pada masing-masing anggota keluarga
mengenai diri mereka sendiri dan orang lain yaitu sebagai orangtua serta
anak terhadap masalah yang dihadapi. Dengan diadakannya program ini
diharapkan warga masyarakat yang menjadi korban bencana alam tanah
longsor dapat mengaplikasikan pemberian intervensi tersebut di ranah
individu dan keluarga selaku petugas penanggulangan bencana dan unit
pelayanan.

3.2. SASARAN
Dalam kegiatan ini, kami memberikan penyuluhan kepada keluarga
yang terkena tanah longsor di Perumahan Trangkil baru RT 06 RW 10
Gunung Pati Semarang. Untuk memudahkan realisasi program intervensi
ini, kami bekerja sama dengan Pengurus RT tersebut dan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Tengah agar dapat secara
langsung tersampaikan informasinya.

3.3. PERENCANAAN PROGRAM PSIKOEDUKASI DAN INDIKATOR


PENCAPAIAN
Media psikoedukasi yang kami buat adalah Power Point untuk
program Penyuluhan, Leaflet, Stiker, dan Komik. Di dalam masing-masing
instrumen mencakup mengenai informasi mengatasi masalah/strategi
coping keluarga, resiliensi keberfungsian keluarga, dan penanggulangan
bencana alam tanah longsor yang bekerja sama dengan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Tengah.
3.3.1 Penyuluhan
 Judul : Strategi Coping Keluarga Siaga Tanggap Bencana
 Tempat : Rumah Bapak RT 06 RW 10 Perumahan Trangkil Baru,
Gunung Pati
 Tujuan dan indikator pencapaian:
Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada keluarga
yang terkena tanah longsor Perumahan Trangkil baru RT 06 RW 10
Gunung Pati Semarang baik orangtua maupun anak-anak mengenai
mengatasi masalah / strategi coping pada keluarga, resiliensi
keberfungsian keluarga, dan penanggulangan jika terjadi bencana alam
tanah longsor lagi karena lokasi pemukiman tersebut rawan akan hal
tersebut. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga yang diberi
intervensi mampu menerapkan pengetahuan yang telah diberikan apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan sesuai fungsi masing-masing anggota
keluarga karena intervensi berbasiskan keluarga.
Dalam teknik penyuluhan ini menggunakan metode presentasi
dengan Lecture Technique yaitu teknik ceramah dengan menampilkan
materi dalam sebuah PPT. Dalam metode ini Psikolog Keluarga
menjelaskan kepada peserta mengenai isi materi yang terdapat dalam
PPT sehingga peserta dapat memahami materi dengan jelas. Setelah
penjelasan materi peserta diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai apa yang kurang dipahami.
Setelah dilakukan penyuluhan, terdapat indikator pencapaian yang
harus setiap anggota warga masyarakat tersebut pahami dan simpulkan
yaitu:
 Mengetahui tujuan, metode, dan materi pelatihan
 Mengetahui permasalahan psikologis yang dihadapi keluarga
 Dapat mengidentifikasi sumber daya strategi coping keluarga
 Mengetahui daya tahan menghadapi stres (resiliensi)
 Menyadari kelemahan dan kekuatan keluarga (mengidentifikasi
keberfungsian keluarga) dalam menghadapi situasi darurat
 Mengetahui sikap dan langkah yang harus dilakukan saat bencana
alam tanah longsor terjadi
 Narasumber:
Psikolog Keluarga dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Jawa Tengah
 Materi:
o Penjelasan mengenai Coping dan Resiliensi terhadap keberfungsian
keluarga
o Mengajarkan stretegi coping kepada keluarga korban yang terkena
bencana alam.
o Mengajarkan tips dan trik Keluarga Tanggap Becana alam
o Mengenal kelemahan dan kekuatan dalam keluarga
o Tips dan trik Penanggulangan bencana alam tanah longsor
 Metode:
o Didaktik
Didaktik merupakan penyampaian informasi atau edukasi, dalam hal
ini mengenai mengatasi masalah psikologis dan penanggulangan
bencana.
o Tanya jawab
Tanya jawab dilakukan setelah pemaparan materi.
o Diskusi berkelompok dan games kelompok
Mendiskusikan permasalahan dan pemberian games yang sesuai
dengan debriefing tema atau topik diskusi
 Susunan Acara:
Sesi I  Penyuluhan untuk Bapak dan Ibu, keluarga yang terkena tanah
longsor di Perumahan Trangkil baru RT 06 RW 10 Gunung Pati
Semarang di Balai RT.
RUNDOWN SESI I

No Waktu Alokasi Acara Pengisi Acara Keterangan


1. 07.30 – 08.00 30” Registrasi Assesor Menyiapkan daftar
Peserta registrasi dan pemberian
leaflet
2. 08.00 – 08.10 10” Pembukaan Assesor Membuka dengan ucapan
salam dan menyapa
peserta dilanjut dengan
doa. Kemudian menjelas-
kan tujuan, manfaat, dan
perkenalan pembicara
kegiatan.
3. 08.10 – 08.50 40” Menjelaskan arti Psikolog Mempersiapkan materi di
coping, resiliensi, Keluarga PPT
dan mengenal
lebih dalam
mengenai
keluarga serta
tanya jawab
4. 08.50 – 09.10 20” Games “problem Assesor Mempersiapkan peralatan
solving” dan games
elaborasi
penyelesaian
masalah dari
games tersebut
serta dilanjutkan
debriefing
5. 09.10-09.40 30” Diskusi Kelompok Assesor Memberikan pertanyaan ke
setiap keluarga untuk
didiskusikan.
6. 09.40-10.10 30” Presentasi hasil Peserta dan Peserta mengemukakan
diskusi assessor hasil diskusinya.
5 10.10 – 10.30 20” Istirahat Assesor Pemberian konsumsi
6 10.30 – 10.35 5” Ice Breaking Assesor Pemberian instruksi
7 10.35 – 11.15 40” Materi Ketua BPBD Menyiapkan materi di PPT
penanggulangan Jateng
tanah longsor dan
tanya jawab
8 11.15 - 11.25 10” Penutupan Assesor Pemberian plakat pada
narasumber dan ditutup
dengan ucapan terima
kasih serta doa.
RUNDOWN SESI II

Sesi II  Penyuluhan untuk anak-anak yang terkena tanah longsor di


Perumahan Trangkil baru RT 06 RW 10 Gunung Pati Semarang di Balai
RT.

No Waktu Alokasi Acara Pengisi Acara Keterangan


1. 07.30 – 08.00 30” Registrasi Assesor Menyiapkan daftar registrasi,
Peserta pemberian komik, dan stiker
2. 08.00 – 08.10 10” Pembukaan Assesor Membuka dengan ucapan
salam dan menyapa peserta
dilanjut dengan doa.
Menjelaskan tujuan,
manfaat, dan perkenalan
pembicara kegiatan.
3. 08.10 – 08.50 40” Menjelaskan arti Psikolog Mempersiapkan materi di
coping, resiliensi, Keluarga PPT
dan mengenal
lebih dalam
mengenai
keluarga serta
tanya jawab
4. 08.50 – 09.10 20” Games “problem Assesor Mempersiapkan peralatan
solving” dan games
elaborasi
penyelesaian
masalah dari
games tersebut
serta dilanjutkan
debriefing
5 09.10 – 09.30 20” Istirahat Assesor Pemberian konsumsi
6 09.30 – 09.35 5” Ice Breaking Assesor Pemberian instruksi
7 09.35 – 10.10 40” Pembacaan Ketua BPBD Menyiapkan materi di PPT
komik dilanjutkan Jateng dan pemberian komik
materi
penanggulangan
tanah longsor dan
tanya jawab
8 10.10 – 10.30 20” Roleplay Assesor Mengkondisikan
penanggulangan
bencana dalam
bentuk kelompok
9 10.30 – 10.40 10” Penutupan Assesor Pemberian plakat pada
narasumber dan ditutup
dengan doa serta ucapan
terima kasih.

b. Leaflet
Leaflet adalah sebuah informasi yang dicetak di selembar kertas kecil
dengan gambar dan kata kata yang menarik agar mudah dimengerti dan
praktis. Bentuk leaflet yang digunakan adalah bentuk lipat tiga. Tujuan
menggunakan leaflet dalam bentuk intervensi ini agar keluarga dapat
mengetahui dan memahami lebih jelas tentang isi yang terkandung dalam
leaflet dan mudah disimpan. Leaflet akan dibagikan kepada peserta saat
penyuluhan yang berisi mengenai rangkuman informasi dari materi yang
dijelaskan pada penyuluhan dalam bentuk gambar dan tulisan berwarna
agar menarik. Sehingga diharapkan keluarga korban bencana alam tanah
longsor lebih memahami dan dapat menerapkan strategi koping ketika
sedang mengalami musibah tanah longsor. Isi dari leaflet ini adalah :
a. Pengetahuan tentang tanah longsor
b. Penyebab dan Dampak psikologis bencana tanah longsor
c. Tips dan trik Keluarga Tanggap Becana alam
d. Coping Keluarga yang terkena bencana alam
e. Tips dan trik tindakan yang dilakukan saat bencana terjadi
c. Stiker
Stiker diberikan pada saat penyuluhan keluarga dan anak-anak agar
mereka tanggap terhadap bencana dengan menghafalkan sekilas dari
pemberian pesan di stiker.Tujuan diberikan sticker yaitu supaya
keluarga mampu memahami pesan singkat dari gambar yang ada
distiker.

d. Komik
Psikoedukasi komik yang diberikan pada anak-anak bertujuan untuk
memberikan gambaran secara visual mengenai informasi
penanggulangan bencana serta menghadapi masalah pada saat
darurat.
BAB IV
METODE ASESMEN

Metode yang digunakan untukpengumpulan data asesmen dalam kasus


keluarga korban tanah longsor di Perumahan Trangkil Baru Gunung Pati ini
mengunakan metode interview, dan observasi.

a. Interview
Interview merupakan proses komunikasi tanya jawab yang melibatkan
dua pihak atau lebih untuk mengkonfirmasikan data maupun untuk
mengambil suatu keputusan yang memiliki suatu tujuan. Tujuan
Interview yaitu mengidentifikasikan area permasalahan yang terjadi
pada keluarga korban yang terkena tanah longsor di Perumahan
Trangkil Baru Gunung Pati, untuk dilakukan asesmen guna merancang
intervensi yang tepat. Interview dilakukan kepada keluarga Ketua RT 06
RW 10 Kelurahan Sukorejo Gunung Pati.Dimana keluarga bapak RT ini
merupakan salah satu korban tanah longsor yang mengalami banyak
kerugian karena rumahnya runtuh dan hancur.

b. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung obyek penelitian untuk memperhatikan secara akurat
dan mencatat fenomena yang muncul dengan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena. Tujuan observasi untuk
mengamati bagaimana keadaan di Perumahan Trangkil Baru RT 06
RW 10 Gunung Pati setelah terjadinya bencana alam tanah longsor dan
perilaku keluarga korban tanah longsor terkait perilaku yang nampak
setelah terjadinya musibah tanah longsor.
BAB V
EVALUASI PROGRAM

Model evaluasi yang digunakan pada program psikoedukasi ini


menerapkan 3 level evaluasi oleh Kirkpatrick yaitu level pertama evaluasi
reaksi, level kedua evaluasi pembelajaran, dan level ketiga evaluasi
perubahan perilaku. Evaluasi reaksi berfokus terhadap kepuasan warga
yang mengikuti program.Evaluasi pembelajaran berfokus terhadap
penambahan atau penguasaan materi baru.Evaluasi perubahan perilaku
berfokus tehadap perubahan perilaku hasil dari program yang diikuti.
Program psikoedukasi dianggap efektif apabila prosesnya dirasa
menyenangkan dan memuaskan bagi yang mengikuti program
psikoedukasi sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan
berlatih. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap program
yang diikutinya mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti dan
menerapkan psikoedukasi ini Kepuasan peserta dapat dikaji dari beberapa
aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi
penyampaian materi, media pembelajaran yang tersedia, waktu
pelaksanaan pembelajaran, hingga pemilihan tempat pembelajaran
dilaksanakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet
dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif (Widoyoko,
2009).
Pedoman untuk level evaluasi pembelajaran diantaranya: mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap sebelum dan sesudah
diadakan program, dapatkan 100% respon, Jika perlu, gunakan kelompok
kontrol yang tidak mengikuti program untuk dibandingkan dengan
kelompok yang mengikuti program. Selanjutnya, pedoman untuk level
evaluasi perubahan perilaku diantaranya peserta harus memiliki keinginan
untuk berubah, peserta harus tahu apa yang dilakukan dan bagaimana
melakukannya, peserta harus berada dalam iklim yang mendukung, dan
peserta dihargai/mendapat reward ketika berubah. Aspek yang dikaji dalam
evaluasi program ini adalah materi yang diberikan, strategi penyampaian
materi, dan rangkaian program yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Boekaerts, M. (1996). Coping with stress in childhood and adolescence. In M.


Zeidner & Endler, N.S. (Eds.). Handbook on coping (pp.452-484). New
York: John Wiley& Sons.

Handayani, M.H., dkk.(2008). Psikologi Keluarga. Surabaya: Fakultas Psikologi


Universitas Airlangga.

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi, dan Focus Groups.Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif dalam penelitian Psikologi.


Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran: Panduan praktis bagi


pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/statistik-kejadian-bencana-tahun-
2013). diakses hari Sabtu, 27 Juni 2015 pukul 05.35.

(http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/23/longsor-puluhan-rumah-di-
trangkil-gunungpati-ambruk-dan-rusak-parah). diakses hari Sabtu, 27 Juni
2015 pukul 06.15.
LAMPIRAN

TRANSKIP HASIL WAWANCARA


Transkip hasil wawancara Bapak Agus Kushendratno ( Ketua RT 06 RW 10
Trangkil Baru)
Tanggal : 20 Juni 2015
Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Bapak Agus
Interviewer Interviewe
Selamat sore pak , ini dengan Sore mbak, iya betul
bapak Agus ketua RT disini ?
Bapak Agus boleh minta Monggo mbak
waktunya sebentar buat
mewawancarai bapak terkait
bencana longsor yang pernah
menimpa di daerah bapak ?
Di rumah bapak ada berapa Istri sama 3 anak saya mbak
orang yang tinggal ?
Masih sekolah bapak ? Masih mbak anak pertama sma, anak kedua
smp yang terakhir masih sd
Apakah kejadian ini pertama Iya mbak betul sekitar setahun lalu tanggal 23
kalinya terjadi ? Januari sekitar jam 7
Bisa diceritakan bagaimana Ya sekitar 2 minggu sebelum kejadian sudah
terjadinya longsor pada saat hujan deras terus mbak tapi belum ada tanda
itu ? tanda setelah 4 hari sebelum kejadian itu sudah
terlihat mbak seperti tanah yang jatuh ke rumah
karena kan rumah saya atasnya persis ada
seperti bukit kan mbak dan kayak kadang
merasakan guncangan kecil seperti lindu,
setelah itu sehari sebelum kejadian pihak
kelurahan kecamatan sini juga sudah
memperingatkan dan mengecek lokasi kami
mbak dan menyuruh kami untuk mengungsi ,
sampai akhirnya besoknya memang terjadi
longsor.
Apa akibat dari bencana Ya sekitar 32 rumah rusak mbak , kalo di rt
longsor tersebut pak ? saya 15 rumah tapi yang bener bener ambruk
itu 7 rumah sisanya atap rumah pada warga
pada miring, terus tiang listrik di depan pada
ambruk gara gara geseran lempeng tanah itu
tadi mbak.
Adakah korban jiwa pak ? Alhamdulilah tidak ada korban jiwa mbak.
Apa penyebab longsor Penyebabnya mungkin karena musim hujan
tersebut pak ? mbak kan rawan longsor ya terus karena
pembuatan saluran air disini belum terencana
jadinya sistem drainase ora teratur mbak
,akibate aliran hujan kuwi mau ngikis lapisan
tanah di sekitar tebing makane dadi longsor
mbak.
Dalam terjadinya bencana Kehilangan rumah dan seisinya soale rumah
tanah longsor ini apakah saya bener bener ambruk.
bapak merasa kehilangan ?
Bagaimana perasaan anda Ya sedih mbak soale rumah yang tak tinggali
ketika terkena tanah longsor ? udah bertahun tahun ambruk barang barang di
dalem tidak ada yang utuh mbak.
Apakah bapak ikut mengungsi Iya mbak soalnya saya dan keluarga mau
bersama sama warga lainya ? tinggal dimana lagi rumah ambruk begitu
kondisine.
Pengungsian mana bapak ? Di rusunawa daerah Kaligawe mbak
Berapa lama bapak Sekitar 7 bulan mbak sampe nunggu rumah
mengungsi di rusunawa diperbaiki lagi.
tersebut ?
Apakah bapak betah saat Ya tidak mba, mana ada orang betah di
berada di pengungsian ? pengungsian gitu tapi ya gimana syukur masih
ada tempat buat ngungsi , dan saya juga
sebagai kepala rt punya kewajiban juga mbak
buat ngurus warga yang lain jadi ya tak betah
betahin.
Bagaimana dengan keluarga Ya kalo saya sama istri saya dibetah betahin
bapak saat tinggal di mbak, tetapi anak anak saya kurang kerasan
pengungsian ? disana maklum ya namanya ngungsi mbak,
kadang mereka tanya kapan pulang ke rumah
kapan pak begitu terus mbak apalagi pas awal
awal ngungsi terus jarak sekolah mereka sama
rusun juga jauh.
Terus respon bapak Ya saya kasih penjelasan mbak untungnya
bagaimana ? anak anak saya pada akhirnya mengerti.
Bagaimana kondisi di Ya seperti rusunawa pada umumnya ya mbak
rusunawa tersebut pak ? tetapi kalau buat anak anak tempat ini buruk
mbak soalnya anak anak disana sudah pada
merokok , sehingga saya dan beberapa warga
takut kalo nanti anak anak melihat dan meniru.
Terkait dengan kondisi itu apa Ya secepatnya saya perbaiki rumah di sana
usaha yang bapak lakukan ? mbak jadi bolak balik gunung pati rusunawa
Adakah warga bapak yang Masih mbak sekitar 2 keluarga yang masih
masih tinggal di rusun ? disana soale udah kerasan mungkin hahaha.
Oh ya bapak , pada waktu Pasti to mbak
bencana longsor apakah
pemerintah memeberikan
bantuan ?
Bentuk bantuanya apa ya Ya bantuan materi mbak sebesar 10 sampai 20
bapak ? juta untuk setiap warga tergantung kondisi
rumah.
Ada lagi pak? Ya paling itu mbak makanan obat obatan itupun
di awal mbak.
Apakah bantuan yang Nggak cukup mbak kalau buat bangun rumah
diberikan cukup bagi keluarga lagi tapi ya saya syukuri namanya pemberian.
bapak ?
Apakah ada potensi yang Ya tentunya ada ya mbak
dimiliki untuk menguatkan
bapak dan keluarga ?
Potensi apa yang bisa Mungkin saya menganggap musibah ini
menguatkan anda keluarga memang sudah takdir dan kehendak dari Allah
anda agar bisa bertahan ? dan kita kan tidak ada yang tahu musibah rejeki
karena itu sudah ada yang ngatur, saya juga
bersyukur mbak tidak ada korban jiwa dan
hanya kerugian materi
Saya dan keluarga tetap mendekatkan diri
sama yang Kuasa, berusaha tetap sabar dan
tegar mbak ngadepin musibah ini.
Bagaimana cara anda Ya mungkin istri dan anak saya ya mbak yang
menghilangkan rasa sedih membuat saya tegar ngadepinya karena kalau
ketika bencana longsor terjadi saya sudah pesimis bagaimana dengan anak
? dan istri , terus saya kerja keras mbak biar bisa
ngumpulin uang buat bangun rumah.

Apakah menurut bapak Ya mungkin ada ya mbak soalnya memang


kemungkinan longsor akan disini kan daerah lereng dan kondisi rumah
terjadi lagi ? saya juga di atas bukit juga.
Bagaimana perasaan bapak Ya kadang saya ngerasa cemas, khawatir deg
tentang kemungkinan longsor degan ya mbak apalagi kalo musim ujan terus
bakal terjadi lagi? kepikiran kena longsor lagi apa enggak nanti.
Apakah bapak merasakan Kalau trauma sih tidak karena musibah kita
trauma terkait dengan tidak tau datangnya dan alhamdulilah tidak ada
bencana tersebut korban jiwa lagi kan, tetap waspada saja mbak
dan selalu berdoa.

Transkip hasil wawancara Ibu Agus ( Ibu RT 06 RW 10 Trangkil Baru)


Tanggal : 20 Juni 2015

Selamat sore bu Sore mbak


Boleh minta waktunya sebentar Iya monggo
untuk mewawancarai ibu terkait
dengan bencana longsor yang
pernah menimpa keluarga ibu
Bagaimana perasaan ibu saat Pas dikasih tau pihak kecamatan kalau disini bakal
mengetahui bencana longsor longsor sudah takut mbak saya, apalagi pas rumah
tersebut melanda di sini ? saya rusak parah saya nangis mbak soalnya itu tempat
tinggal saya satu satunya sama keluarga.
Berapa lama ibu mengalami Paling 2 bulan itu gara gara kepikiran rumah sama
kesedihan ini ? nasib anak anak mbak.
Apakah ibu sampai sekarang Paling kalo nginget lagi ya sedih apalagi kalo musim
kadang merasa sedih? ujan to mbak hawanya udah kepikiran yg macem
macem.
Apakah ibu merasa betah saat Ya awal masuk nggak betah mbak tapi ya lama lama
berada di pengungsian ? menyesuaikan toh karena keadaan juga.
Apakah anak anak juga betah ibu Sama juga mbak kan bukan rumah sendiri dan jarak
? sekolah anak sama rusun kan jauh juga mbak, tapi
akhirnya mereka nurut dan ngerti.
Apakah ada potensi yang dimiliki Ya
untuk menguatkan ibu dan
keluarga ?
Potensi apa yang bisa menguatkan Ya selalu berdoa sama Yang Kuasa, dan tetap sabar
anda keluarga anda agar bisa ikhlas sama dukungan dari keluarga yang bikin saya
bertahan ? tegar dan ikhlas.
Bagaimana cara anda Berdoa mbak kan musibah juga udah takdir dari Yang
menghilangkan rasa sedih ketika Maha Kuasa. Belajar sabar menerima ,optimis ada jalan
bencana longsor terjadi ? keluar.
Apakah ibu merasakan trauma Enggak mbak paling nek kepikiran sedih, terus takut
terkait dengan bencana tersebut? kalo kena lagi, tapi ya tetep optimis waspada juga to.
INTERVIEW GUIDE :

1. Sebelumnya apakah sudah pernah terjadi tanah longsor di daerah ini?


2. Bisa diceritakan bagaimana kejadian tanah longsor saat itu?
3. Apa akibat dari tanah longsor yang terjadi di daerah ini?
4. Apa penyebab dari terjadinya tanah longsor tersebut?
5. Apakah dengan kejadian tanah longsor ini, anda merasa sedih atau
kehilangan?
6. Bagaimana perasaan anda terkait dengan bencana alam tanah longsor
tersebut?
7. Selama kejadian tanah longsor tersebut, dimana anda tinggal?
8. Apakah ada bantuan dari Pemerintah terkait dengan terjadinya tanah
longsor tersebut?
9. Apakah ada potensi yang dimiliki untuk menguatkan keluarga anda?
10. Potensi apa yang bisa menguatkan keluarga anda agar bisa bertahan
menghadapi bencana tanah longsor ini ?
11. Apakah anda dan keluarga anda merasakan trauma dengan kejadian
tanah longsor ini?
12. Bagaimana cara anda menghilangkan rasa sedih ketika bencana longsor
terjadi?
13. Bagaimana perasaan anda tentang kemungkinan longsor bakal terjadi
lagi?
PERTANYAAN UNTUK SESI DISKUSI
a. Pertanyaan Personal
1. Pengalaman yang menyakitkan atau permasalahan sulit yang pernah
dihadapi dan cara yang dilakukan untuk mengatasi?
2. Dari pengalaman tersebut, kekuatan apa saja yang dimiliki yang dapat
membantu penyelesaian masalah?
3. Kelemahan yang mengambat proses penyelesaian masalah?
b. Pertanyaan sosial
1. Apakah dalam masyarakat dan keluarga memiliki cara tradisional
untuk mengatasi berbagai permasalahan psikologis?
2. Bagaimana prosesnya?
3. Bagaimana cara tersebut berperan dalam mengatasi permasalahan
yang muncul?
 Lembar evaluasi

Skor/jawaban

No Pertanyaan/ pernyataan Sangat Tidak Kurang Setuju Sang


tidak setuju setuju at
setuju setuju

1 Apakah anda merasa puas mengikuti 1 2 3 4 5


program ini?
2 Saya beranggapan media yang diberikan 1 2 3 4 5
cukup membantu saya memahami materi
yang diajarkan
3 Menurut anda, Seberapa manfaatkah 1 2 3 4 5
program ini?
4. Menurut anda, Topik apa yang paling
menarik? Jelaskan alasannya!

5. Apa saran Anda untuk program ini?

6. Apa pengetahuan, sikap, atau


keterampilan yang baru anda dapatkan
dari program ini?
7. Apa hal yang telah anda pelajari dan
dapat diterapkan?
8. Dukungan yang didapat?

9. Kendala yang dihadapi?

10. Bagaimana Anda mengaplikasikan apa


yang sudah dipelajari dari program ini?

Anda mungkin juga menyukai