1
Fatwa Tentama, 2Rhama Dean Fitrasyah
1,2
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Rhama1900013277webmail.uad.ac.id
Abstrak
Kuliah sambil bekerja menjadi alternatif bagi beberapa mahasiswa dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhannya. Tuntutan pekerjaan maupun kewajiban sebagai
mahasiswa dapat menyebabkan tekenan terhadap mahasiswa tersebut. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui stres kerja yang dialami oleh mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja. Penelitian ini menggunakan metode kuliatatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur.
Subjek penelitian ini adalah tiga orang mahasiswa yang berasal dari Universitas “X”
dan “Y” di Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Hasil penelitiaan menunjukkan
adanya stres kerja yang dialami oleh mahasiswa Universitas “X” dan “Y”. Peristiwa
dan perubahan yang terjadi pada aspek fisiologis, psikologis dan perilaku
menunjukkan adanya stres kerja akibat dari tuntutan pekerjaan dan kewajiban sebagai
mahasiswa.
PENDAHULUAN
Bekerja sambil kuliah nampaknya menjadi pilihan bagi beberapa mahasiswa
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai tantangan yang didahapi mahasiswa
yang bekerja part time seperti membagi waktu, menentukan prioritas dan harus dapat
menyeimbangkan kuliah dengan pekerjaannya. Hal tersebut dapat memicu munculnya
stres kerja pada mahasiswa tersebut. Kuliah sambil bekerja tidak hanya dilakukan
oleh mahasiswa yang ekonominya lemah, beberapa mahasiswa memilih untuk bekerja
sambil kuliah dikarenakan untuk memenuhi gaya hidupnya (Pertiwi, 2018).
Stres kerja dapat tejadi pada siapapun yang bekerja. Cox (2006) mengatakan
bahwa stres kerja menjadi topik yang sangat menarik untuk diteliti karena memiliki
dampak baik pada individu maupun organisasi, seperti dampak fisiologis, kognitif,
perilaku dan organisasi. Beehr dan Newman (1978) mengungkapkan stres kerja
merupakan suatu kondisi yang muncul dalam proses korelasi antara manusia dengan
pekerjaannya. Stres kerja merupakan keadaan menegangkan yang menimbulkan
adanya ketidaksesuaian antara fisik dan psikis, hal ini berdampak terhadap emosi,
proses berpikir dan kondisi individu (Rivai, 2002). Mangkunegara (2017)
mendifinisikan stres kerja sebagai perasaan tertekan yang rasakan oleh pekerja dalam
menghadapi pekerjaannya. Robbins dan Judge (1996) mengatakan terjadinya stres
kerja disebabkan oleh desakan dalam penyesuaian diri, seperti tekanan organisasi
yang meliputi tuntutan tugas, peran dan manajemen organisasi. Lebih lanjut lagi,
Kenny dan Cooper (2003) mengatakan stres kerja berhubungan erat dengan masalah
pribadi individu dan kekhawatiran terhadap publik.
Menurut Beehr dan Newman (1978) terdapat tiga aspek stres kerja, yaitu yang
pertama aspek fisiologis merupakan reaksi fisik ketika dalam keadaan tertekan,
seperti gangguan pernafasan, meningkatnya tekanan darah, jantung berdebar kencang
dan kesulitan untuk tidur. Kedua, ada aspek psikologis atau emosi, yaitu reaksi dari
keadaan tertekan yang disebabkan oleh pekerjaan yang dapat membuat individu
menjadi cemas berlebihan, rendahnya kepercayaan diri, mudah marah, sensitif hingga
menolak untuk bergaul. Ketiga, aspek perilaku yaitu merupakan reaksi fisik yang
muncul dalam bentuk perilaku atau sikap, seperti menurunnya nafsu makan,
menurunnya hubungan interpersonal dan prokrastinasi.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) penyebab stres
kerja adalah beban kerja, sistem kerja dan hal- hal yang berkaitan dengan organisasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018) tentang “Perbedaan
Tingkat Stres pada Mahasiswa yang Bekerja dan Tidak Bekerja di Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan
2013” dengan subjek berjumlah 46 orang yang terbagi dalam 23 mahasiswa yang
tidak bekerja dan 23 mahasiswa yang bekerja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa yang tidak bekerja yaitu 15 orang mengalami stres sedang
sedangkan sebagian besar mahasiswa yang bekerja yaitu 13 orang mengalami stres
berat. Stres kerja berkaitan erat dengan lingkungan kerja dan beban kerja, mahasiswa
yang mengalami kesulitan dalam memenuhi tanggung jawabnya maka akan
menimbulkan rasa tekanan, baik fisik maupun psikis.
Sasono (2004) mendifinisikan stres memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positif stres pada tingkat rendah adalah dapat mendorong kinerja karyawan
dan dampak negatif stres dalam tingkatan yang tinggi adalah penurun kinerja
karyawan secara drastis. Robbins (2003) menjelaskan terdapat tiga faktor utama yang
menyebabkan stres kerja. a. faktor lingkungan berupa kondisi lingkungan yang tidak
stabil, ketidakpastian politik dan kemajuan teknologi. b. Faktor organisasi berupa
tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan antar pribadi. c. Faktor individu berupa
keluarga, ekonomi dan kepribadian bawaan. Luthans (1998) mendefinisikan stres
kerja sebagai hubungan timbal balik individu terhadap situasi eksternal yang dapat
menyebabkan penyimpangan pada fisik, psikologis dan sikap.
Hasil wawancara pada dua mahasiswa menunjukkan bahwa mereka kesulitan
dalam bekerja sambil kuliah. Banyak tekanan yang mereka alami, seperti tekanan
fisik dan psikis. Tekanan dalam bentuk fisik yang dialami diantaranya adalah
kelelahan, sulit untuk tidur. Tekanan psikis yang mereka alami diantaranya adalah
cemas, sedih dan marah. Sumber tekanan tersebut berasal dari tuntutan pekerjaan,
beban kerja dan kesulitan membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Mereka merasa
adanya peubahan sebelum dan setelah memiliki pekerjaan, seperti memiliki
kemampuan baru yang mereka dapatkan didunia kerja.
Kebaharuan penelitian in adalah penelitian stres kerja ini dilakukan pada
mahasiswa yang sedang aktif berkuliah. Mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa
rantau, yang artinya jauh dari rumah dan keluarga. Informan dalam penelitian ini
berasal dari berbagai universitas dan jurusan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan
menggali informasi lebih dalam mengenai stres kerja yang terjadi pada mahasiswa-
mahasiswa tersebuut.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Tujuan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah mempelajari dan
memaknai fenomena stres kerja pada mahasiswa yang bekerja paruh waktu
berdasarkan informasi yang diberikan informan kepada peneliti. Pendekatan
fenomenologi dilakukan dengan cara menggali informasi, menganalisis pengalaman
yang sama, disimpulkan dalam bentuk data, dioalah sehingga menghasilkan
kesimpulan yang dapat dijelaskan secara global (Creswell, 2014). Fenemenologi
merupakan studi yang menjadikan pengelaman hidup subjek sebagai dasar dari
kenyataan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tiga orang mahasiswa yang berkuliah di
Yogyakarta. Subjek berasal dari dua universitas, yaitu universitas “X” dan universitas
“Y”. Pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling dengan
karakteristik tertentu. Demografi subjek penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. sebagai
berikut:
Adapun karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah:
1. Merupakan mahasiswa aktif yang sedang berkuliah di DIY
2. Sedang memiliki pekerjaan yang aktif di DIY
3. Berusia 19-22 tahun
4. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Teknik analisis
isi menekankan kata-kata, simbol, makna, lambang, atau tema-tema yang didapatkna
dari proses wawancara. Dalam menganalisis data, penelitian ini berdasarkan pada
prosedur analisis isi Creswell (2014) dengan langkah-langkah:
1. Mendefinisikan pengalaman subjek dengan fenomena yang ditiliti.
2. Menyusun poin pernyataan penting fenomena yang dialami subjek berdasarkan
hasil wawancara.
3. Mengelompokkan pernyataan penting menjadi informasi yang lebih luas (meaning
unit).
4. Menguraikan apa dan bagaimana fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.
5. Mendeskripsikan gabungan tentang fenomena tersebut.
“Yang tentu itu adanya target yang diberikan oleh sistem pekerjaan gitu, kek
misalnya dalam satu bulan harus memenuhi kunjungan beberapa kali dalam
satu bulan. Terus juga nanti misalnya ada masalah-masalah sama orang-
orang yang berhubungan sama kerja itu juga menimbulkan tekanan fisik,
tekanan batin. (Informan 1, AG)
“Kayak pusing terus juga tubuh itu ngga bisa diem pengen ngelakuin sesuatu,
pengen terus gerak gitu padahal kita panik gitu, kita bingung juga gitu.”
(Informan 1, AG)
“Penyebabnya mungkin saya kurang tidur dan belum makan jadi itu yang bisa
bikin saya cape kalo kerja gitu.” (Informan 2, AP)
“…kayak tabrakan, ada dua acara selain di kerja kan saya ikut komunitas
juga, kadang tu acaranya tabrakan, nah pas pulang ke rumah itu pasti
rasanya cape banget dan bikin pusing gitu.” (Informan 3, ARD)
“Saya tu biasanya itu merasa cemas gitu, itu misalnya dalam keadaan sulit
juga, keadaan yang memang saya tidak bisa mengambil apa-apa, saya tu
kayak apa ya, bimbang, pengen marah tapi ngga bisa marah karena memang
keadaannya seperti itu, karena saya sadar keadaannya diluar dari kontrol diri
saya ya, jadi ya kesel juga, cemas gitu gitu lah mas.” (Informan 1, AG)
“Iya tentunya ada mas, ee saya merasa senang aja gitu.” (Informan 1, AG)
“Biasanya kan kesel itu tiba-tiba saya marah gitu cuman saya marahnya
dibelakang kayak ngedumel gitu aja terus kalo soal yang lain apa ya, saya
juga pernah dalam keadaan yang disudutkan gitu disuatu situasi tertentu yang
menyebabkan saya merasa sedih kayak eee sejauh itu aja sih mas marah dan
sedih aja kalo yang negatif.” (Informan 1, AG)
“Emosi yang muncul saat tertekan mungkin lebih, lebih cenderung ke ini sih,
apa itu namanya, lebih sering murung, diem, sensitif.” (Informan 2, AP)
“Karena berinteraksi dengan teman-teman kerja saya jadi lupa masalah-
masalah gitu. Jadinya seneng terus bahagia, bercanda.” (Informan 2, AP)
“…Orang terdekatku itu kena imbasnya, misal lagi marah nih mas, aku tu ikut
bawel lah ke dia.” (Informan 3, ARD)
“…Karena ini sudah menjadi kewajiban iya udah dijalanin aja kan dengan
semangat, disisi lain kadang juga bisa bikin jenuh juga gitu.” (Informan 3,
ARD)
“…Merasa bersyukur dan bersemangat ketika aku menemukan ruang dimana
aku bisa mengembangkan bakatku.” (Informan 3, ARD)
Perilaku
Tuntutan pekerjaan dan kewajiban sebagai mahasiswa membuat munculnya
suatu perilaku yang baru. Mereka menyadari perilaku ini muncul ketika mereka
memiliki pekerjaan. Perilaku atau sifat yang muncul pada setiap mahasiswa terdapat
berbagai macam. Berikut ini kutipan wawancaranya.
“…Saya ngerasa saya itu tipe orang yang sedikit sulit untuk beradaptasi
dengan orang frekuensinya lebih dari saya.” (Informan 1, AG)
“Mungkin saya lebih menghargai kerja sama tim dan mungkin lebih bisa
bekerja dalam tim terus saya bisa memanajemen waktu serta memanajemen
keuangan lebih baik sih mas.” (Informan 2, AP)
“…Mungkin kurang cekatan, kurang fokus, mungkin sering jatuhin gelas.”
(Informan 2, AP)
“…Kadang bikin aku ngerasa insecure sama yang lain.” (Informan 3, ARD)
“…Nah itu sih lebih sering begadang juga karenakan harus pinter-pinter bagi
waktu kalo kerja.” (Informan 3, ARD)
“Kalo lagi tertekan bener-bener nggan pengen buka WA, ngga pengen buka
sosmed, lebih berdiam diri di kos terus habis tu pengen minum kopi juga mas
kadang tu dan lebih ke itu sih matiin pemberitahuan WA gitu.” (Informan 3,
ARD)
Coping Stress
Dalam mengatasi tekanan yang dirasakan, mahasiswa memiliki coping stress
yang berbeda-beda. Coping stress ini menjadi
Kesimpulan
Mahasiswa di universitas “X” dan “Y” yang berkuliah sambil bekerja
menunjukkan adanya stres kerja yang mereka alami. Secara fisiologis, mahasiswa
tersebut merasakan lelah, pusing dan panik. Secara psikologis, mahasiswa tersebut
merasakan sedih, marah, cemas dan menjadi lebih sensitif ketika bekerja. Secara
perilaku, mahasiswa tersebut mengalami perubahan perilaku. Hal tersebut disebabkan
oleh berbagai tekanan yang mereka rasakan, baik di lingkungan kerja maupun
kewajiban sebagai mahasiswa. Mereka kesulitan dalam membagi waktu antara
bekerja dan kuliah.
Daftar Pustaka
Angwen, D. G. (2017). Hubungan antara lingkungan fisik dan beban kerja dengan
stres kerja pada PT Panggung Electric Citrabuana. Calyptra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 6(2), 577–586.
http://webhosting.ubaya.ac.id/~journalubayaac/index.php/jimus/article/view/941
Beehr, T. A., & Newman, J. E. (1978). Job stress, employee health, and
organizational effectiveness: A facet analysis, model, and literature review.
Personnel Psychology, 31(4), 665–699. https://doi.org/10.1111/j.1744-
6570.1978.tb02118.x
Greenberg. (2002). Handbook of stress in multi settings. New York: John Wiley &
Sons.
Jum’ati, N., & Wusma, H. (2013). Stres kerja (occupational stres) yang
mempengaruhi kinerja individu pada dinas kesehatan bidang pencegahan
pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten
Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, 7(2), 1–17.
Kenny, D. T., & Cooper, C. L. (2003). Introduction: occupational stress and its
management. International Journal of Stress Management, 10(4), 275–279.
https://doi.org/10.1037/1072-5245.10.4.275
Pertiwi, R. H. C. (2018). Self management dengan stres kerja pada mahasiswa pekerja
sistem part-time jurusan administrasi bisnis Politeknik Negeri Semarang. Jurnal
Empati, 7(4), 191–198.
Puspitadewi, N. W. S. (2012). Hubungan antara stres dan motivasi kerja pada
mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 2(2),
126-134. https://doi.org/10.26740/jptt.v2n2.p126-134
Rahayu. (2018). Perbedaan tingkat stres pada mahasiswa yang bekerja dan tidak
bekerja di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang fakultas ekonomi
jurusan manajemen angkatan 2013. Jurnal Nursing News, 3(1), 1–10.
Rathus, & Nevid. (2002). Clinical psychology. New York: John Wiley & Sons.
Rivai, V. (2002). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (1st ed.).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Organization behavior (2nd ed.). Jakarta:
Salemba Empat.
Smith, A. P., Chaplin, K., & Wadsworth, E. (2012). Chewing gum, occupational
stress, work performance and wellbeing. An intervention study. Appetite, 58(3),
1083–1086. https://doi.org/10.1016/j.appet.2012.02.052