Anda di halaman 1dari 7

1.

TERAPI BEHAVIORAL
Terapi Behavioral focus pada pengubahan tingkah laku
Dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih
efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif
dan efisien.
Tujuan : untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar
bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif.
Peran Konselor :
a. Menyebutkan tingkah laku maladaptif
b. Memilih tujuantujuan yang masuk akal
c. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak
sesuai.
Tahap Terapi Behavioral :
1. Assesment analisis terjadinya masalah, self control, hubungan sosial,
lingkungan fisik dan sosial.
2. Menentukan tujuan
3. Mengimplementasikan teknik menentukan strategi belajar yang terbaik untuk
membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan
4. Mengakhiri konseling
Teknik Terapi Behavioral :
1. Desensitisasi Sistematis teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus
perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan. Dengan
memberikan stimulus secara bertahap dan santai.
2. Terapi Implosif klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang
menimbulkan kecemasan.
3. Latihan perilaku asertif melatih individu yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
4. Pengkondisian Aversi meredakan perilaku simptomatik dengan cara
menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak
dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
5. Pembentukan perilaku model membentuk perilaku baru pada klien,
memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien
tentang perilaku model
6. Kontak perilaku persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien)
untuk mengubah perilaku tertentu pada klien.
7. Token ekonomi untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan
pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh.

1
2. TERAPI KOGNITIF
Berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya dimana focus terhadap
pemahaman keyakinan yang menyimpang dan menggunakan teknik untuk mengubah
pemikiran maladaptif.
Efektif untuk masalah anger management, depresi, kecemasan dan serangan
panik, kelelahan kronis sindrom, kesulitan makan, gangguan kepribadian, skizofrenia,
masalah narkoba atau alkohol, mood yang berubah-ubah, obsesif-kompulsif,
fobia, pasca-traumatic stress disorder (PTSD), masalah hubungan dan
seksual, masalah tidur.
Tujuan : untuk menghilangkan bias atau distorsi dalam berfikir sehingga individu
dapat berfungsi lebih efektif.
Teknik-teknik terapi kognitif :
1. Penjadwalan kegiatan. Teknik yang memberi kesempatan pada konseli untuk
mencoba perilaku dan cara-cara berpikir baru dan mendorong mereka untuk tetap
aktif meskipun merasa tidak nyaman teknik ini sangat efektif jika digunakan
untuk konseli yang mengalami depresi dan kecemasan.
2. Imajeri mental dan emosional. Teknik ini dapat digunakan untuk membantu
konseli memimpikan dan mencoba cara-cara baru dalam merasa dan berpikir.

3. Modeling tertutup dan modeling terbuka. Suatu teknik yang digunakan untuk
melatih konseli secara mental bentuk-bentuk perilaku baru yang lebih efektifdan
menciptakan suatu model kognitif bagi dirinya sendiri untuk membentuk perilaku
tersebut dengan baik.

4. Penghentian pikiran. Teknik ini efektif untuk membantu konseli yang terus-
menerus memiliki pikiran negatif tentang dirinya dan menyalahkan dirinya bagi
kegagalan-kegagalan yang dialaminya.

5. Diversions atau distraction. Teknik ini dapat membantu individu mengurangi


pikiran negatif yang mereka alami.

6. Self talk. Teknik di mana konseli mengulang-ulang perkataan positif dan


menyenangkan dalam pikirannya. Contohnya, aku dapat melakukannya, aku
pasti berhasil.

7. Afirmasi. Afirmasi memiliki hubungan dengan self talk. Afirmasi adalah slogan
pendek yang positif dan menguatkan.
2
8. Diari kejadian. Realistik dan mengubah kognitif, emosi, serta berupaya membuat
perubahan yang positif dapat meningkatkan kesadaran seseorang terhadap
pengalaman mereka. Tulisan dalam diari kejadian dapat dijadikan bahan penting
untuk didiskusikan dalam sesi konseling dan dapat dijadikan sebuah jalan untuk
terjadinya perubahan ke arah yang lebih positif.

9. Menulis surat. Menulis surat dapat menyediakan jalan untuk mengeksplorasi


pikiran dan perasaan. Hasil eksplorasi pikiran dan perasaan dalam menulis surat
tersebut dapat dijadikan bahan penting dalam konseling dalam rangka mencari
jalan perubahan ke arah yang lebih baik.

10. Systematic assessment of alternatives. Ini adalah sebuah strategi untuk membantu
seseorang dalam membuat keputusan atau memilih suatu hal.

11. Reframing dan relabeling. Teknik yang digunakan untuk membantu konseli
membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya.

12. Bermain peran. Bermain peran dapat menyediakan seseorang untuk


mengaktualisasikan beberapa pikiran baru mereka.

13. Biblioterapi. Teknik yang efektif jika digunakan untuk membantu konseli
memodifikasi pikiran-pikiran mereka dengan cara memberikan bacaan yang
berisikan cerita tentang orang-orang yang berhasil dalam menangani masalah
mereka.

3. TERAPI PSIKODINAMIKA
Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:
1. Perilaku dan perasaan orang dewasa (termasuk masalah-masalah psikologis)
berasal dari pengalaman masa kecil.
2. Hubungan antar manusia (terutama hubungan orangtua-anak) sangat penting
dalam menentukan perasaan dan perilaku manusia.
3. Perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian dalam
pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar.
4. Berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat menekankan
penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari informasi
melalui mimpi, gejala, tingkah laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan
pasien selama terapi

3
5. TERAPI HUMANISTIK (Abraham Maslow)
Berpusat pada klien (Client-Centered Therapy) Carl Roger
Memusatkan perhatian pada apa apa yang dialami pasien pada masa sekarang di
sini dan kini- dan bukan pada masa lampau.
Tujuan : mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya.
Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan.
Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa
depan.
Konsep Utama Terapi Humanistik :
a. Kesadaran Diri dapat berfikir dan memutuskan
b. Kebebasan, Tanggung jawab, dan kecemasan
c. Penciptaan Makna Manusia itu unik : selalu berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan memberikan makna kehidupan.
Unsur Terapi Humanistik :
1. Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul tanggung jawab untuk memilih

6. COGNITVE BEHAVIOR THERAPY


Terapi yang bertujuan untuk merubah pola pikir individu yang negatif menjadi positif
sehingga dapat mengubah perilaku klien menjadi lebih baik lagi.
Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam CBT (McLeod, 2006) yaitu:
1. Menata keyakinan irasional.
2. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik
ketimbang sesuatu yang menakutkan.

3. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan
konselor.

4. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi ril.

5. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami


pada saat ini dengan skala 0-100.

6. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan pikiran negatif dan


mengubahnya menjadi pikiran positif.

7. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon


relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara berulang-ulang dan

4
berurutan dari respon takut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi
intensitas emosional konseli.

8. Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat menyesuaikan dirinya


dengan lingkungan sosialnya.

9. Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa bertindak


tegas.

10. Penugasan rumah. Mempraktikkan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi
konseling.

11. In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan memasuki
situasi tersebut.

12. Covert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan menekankan


kepada proses psikologis yang terjadi di dalam diri individu. Peranan dalam
mengontrol perilaku berdasarkan kepada imajinasi, perasaan dan persepsi.

KASUS HUMANISTIK (Kecemasan)

Kasus:

Seorang mahasiswa baru berinisial A.D.I kesulitan menyesuaikan diri sebagai


mahasiswa. A.D.I, berusia 19 tahun, mahasiswa tingkat 2, mengalami ancaman DO. Dari
hasil evaluasi beberapa semester pertama, ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di
ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2.

Seorang teman dari jursan lain N.J memebritahu satu hal dengan tujuan agar A.D.I
bisa mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih alkifagartidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, A.D.I memperoleh beberapa nilai C dan nilai D. Dia
sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk beberapa mata
kuliahnya tersebut.

5
Kenyataannya ini membuat A.D.I merasa sangat stress, hingga kadang dia
merasaingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.Dalam pergaulan dengan teman-temannya
A.D.I selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan
yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman-teman seangkatannya. Dia selalu
merasa dirinya tertinggal, karena menurutnya A.D.I selalu berpikir negatif tentang dirinya.

Akibatnya A.D.I selalu menyendiri dan lebih senang berada menyendiri dan langsung
pulang ke rumah jika selesai kuliah daripada bergaul dengan teman-temannya. A.D.I lebih
nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di
antara siswa di rasakannya lebih akrab.

Di rumah A.D.I, merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara (keduanya Lelaki).


Kakaknya berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup
cemerlang di setiap yang dia lakukan. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan
kemampuan ke dua anaknya, tetapi A.D.I merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di
segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.

Analisa:

Menurut aliran humanistik-eksistensial kasus A.D.I bukan hanya sekedar masalah


yang bersifat individual, tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan
masyarakat atau lingkungan sosialnya. Jika A.D.I melihat perbedaan yang sangat luas
antara pandangannya tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkannya maka akan muncul
perasaan tidak kuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan
kecemasan atau anxiety.

Jadi, menurut pandangan humanist-eksistensialis kasus A.D.I terletak pada konsep


diri; yang terjadi sehubungan dengan adanya konflik antara konsep diri yang sesungguhnya
(real self) dengan diri yang diinginkan (ideal self). Hal ini muncul sehubungan dengan tidak
adanya kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya sehingga
perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala
dalam menjalani hari-hari dikehidupan selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk
membentuk konsep diri yang positif.

Menurut teori humanistik-eksistensial yang melihat kasus A.D.I sebagai hasil


konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi
terhambat, maka teori ini lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak
6
(damaged self). Tehniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat
bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga
ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin.

Setiap permasalahan yang dialami oleh setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah
yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, A.D.I
sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu
dirinya. Karena menurut pandangan teori ini sebagai hasil dari belajar (belajar menjadi
cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk pola
perilaku baru. Tehnik yang digunakan adalah systematic desentisitization, yaitu mengurangi
kecemasan dengan menggunakan konsep hirarkhi ketakutan, menghilangkan ketakutan secara
perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks.

Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat


memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward jika ia memperlihatkan perilaku
yang mengarah keperubahan ataupun punishment jika tidak ada perubahan perilaku atau
justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku.

Anda mungkin juga menyukai