Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN

PELECEHAN SEKSUAL DAN PEMERKOSAAN

DOSEN : LANAWATI., S.Kep.Ners.,M.Kep


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
DEWI ASTUTI (NIM : 113063C1221005)
DINI NAFTALI ( NIM : 113063C1221007)
MUHAMMAD BAHARUDIN NIM :113063C12210015)
PENGERTIAN

• Pelecehan seksual dan pemerkosaan adalah salah satu hal terburuk dan terberat
yang bisa dialami manusia, baik perempuan dan laki-laki. Selain luka fisik juga
membawa luka batin atau psikis yang membutuhkan waktu untuk sembuh.
• Kata perkosaan berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa,
merampas, atau membawa pergi. Pemerkosaan adalah suatu tindak kriminal
kekerasan dan penghinaan terhadap seorang wanita yang dilakukan melalui
cara seksual, diluar keinginan dan tanpa persetujuan wanita tersebut, baik
secara paksa atau wanita takut akan paksaan atau karena obat-obatan atau
minuman keras (Videback 2008: 286)
ETIOLOGI
Faktor-fakor yang menyebabkan terjadinya Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
tindakan kekerasan seksual yang dialami oleh 1. Kemarahan
subyek adalah sebagai berikut: 2. Mencari kepuasan seksual
a.Faktor kelalaian orang tua.. Kelalaian orang tua 3. Prilaku wanita-wanita yang menggoda
yang tidak memperhatikan tumbuh kembang dan 4. Gambar atau film porno
pergaulan anak yang membuat subyek menjadi
korban kekerasan seksual..
b. Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas
pelaku. Moralitas dan mentalitas yang tidak dapat
bertumbuh dengan baik, membuat pelaku tidak
dapat mengontrol nafsu atau perilakunya.
c.Faktor ekomoni. Faktor ekonomi membuat pelaku
dengan mudah memuluskan rencananya dengan
memberikan imingiming kepada korban
DAMPAK DARI PELECEHAN SEKSUAL DAN
PEMERKOSAAN

 Korban perkosaan biasanya mengalami trauma


Rasa takut yang berkepanjangan
 Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial
dengan masyarakat secara normal
 Tak jarang dikucilkan dan di buang oleh
lingkungannya karena dianggap membawa aib
 Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan
aktivitas seksual secara normal pada kehidupannya
dimasa datang
PELECEHAN SEKSUAL DAN PEMERKOSAAN
BIASANYA DILAKUKAN OLEH

1. Dapat melibatkan teman dari anggota keluarga


2. Orang luar yang tidak dikenal
3. Teman atau Pacar
4. Teman rekan Kerja atau Atasan
KLASIFIKASI
Lima bentuk pelecehan seksual menurut ILO
Jenis Pemerkosaan
(International Labour Organization) yaitu :

1. Pemerkosaan saat berkencan 1. Pelecehan fisik : mencium, menepuk, mencubit,


2. Pemerkosaan dengan obat melirik atau menatap penuh nafsu.
3. Pemerkosaan pada wanita 2. Pelecehan lisan : komentar yang tentang bagian
4. Pemerkosaan masal tubuh atau penampilan seseorang, lelucon dan
5. Pemerkosaan terhadap laki-laki komentar bernada seksual.
6. Pemerkosaan pada anak-anak dan remaja 3. Pelecehan isyarat : bersiul yang dilakukan
berulang-ulang, isyarat dengan jari, dan menjilat
bibir.
4. Pelecehan tertulis atau gambar : menampilkan
bahan pornografi , pelecehan lewat email dan moda
komunikasi elektronik lainnya.
5. Pelecehan psikologis/emosional : penghinaan atau
celaan yang bersifat seksual.
MANIFESTASI KLINIS

1. Gangguan perilaku : di tandai dengan malas melakukan aktifitas


sehari2.
2. gangguan kognisi : di tandai dengan sulitnya berkonsentrasi,tidak
fokus ketika sedang belajar, sering melamun dan termenung sendiri
3. gangguan emosional : di tandai dengan adanya gangguan moot dan
suasana hati serta menyalahkan diri sendiri
PENGKAJIAN

A Identitas Klien
Nama, Usia, Jenis Kelamin, Alamat, Pekerjaan
POHON MASALAH

Bunuh Diri
Effect

Resiko bunuh
diri

Care Problem
Isolasi Sosial

Causa Harga diri


rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko bunuh diri (D. 0135) Hal.


2. Isolasi social (D. 0121) Hal. 268
3. Harga diri rendah(D.0087) Hal. 220
IRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
1 Resiko bunuh diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Pencegahan bunuh diri ( I.14538 ) hal 274
( D.0135 ) didapatkan hasil, dengan Kriteria :
Kontrol diri (L.09076) hal 54 Observasi
•Tidak ada Verbalisasi keinginan bunuh diri • Identifikasi gejala resiko bunuh diri (Mis. Gangguan mood,
•Tidak ada Verbalisasi isyarat bunuh diri Panik,Kesedihan)
•Tidak ada Verbalisasi ancaman bunuh diri • Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
•Tidak ada Verbalisasi rencana bunuh diri
•Tidak ada Verbalisasi perilaku bunuh diri Terapeutik
• Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
• Libatkan keluarga dala, pecencanaan perawatan
• Lakukan pendekatan langsyng dan tidak menghakimi diri
• Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu
• Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri dimasa depan (mis.
Orang yang dihubungi kemana mencari bantuan)

Edukasi
• Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada oranglain
• Jelaskan tentang tindakan bunuh diri kepada keluarga dan orang
terdekat
• latih Pencegahan bunuh diri (mis. Latihan asertif, relaksasi otot
progres
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antiansietas atau antupsikotik, sesuai
indikasi
• Rujuk kepelayanan kesehatan mental
NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
2 Isolasi Soasial Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Promosi Sosialisasi : ( I. 13498) Hal. 385
(D. 0121) Hal. 268 didapatkan hasil, dengan Kriteria :
Keterlibatan Sosial : (L. 13115)Hal : 47 Observasi :
Adanya minat interaksi Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan
Verbalisasi tujuan yang jelas oranglain
Adanya minat terhadap aktivitas Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan oranglain

Terapeutik :
Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
Motivasi berinteraksi diluar lingkungan
Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan oranglain
Diskusikan perencanaan kegiatan dimasa depan
Berikan umpat balik positif dalam perawatan diri
Beriakn umpat balik positif dalam peningkatan kemampuan

Edukasi :
Anjurkan berinteraksi dengan oranglain secara bertahap
Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan
Anjurkan berbagi pengalaman dengan oranglain
Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak
oranglain
NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
3 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Manajemen Perilaku : (I. 12463) Hal. 211
(D.0087) Hal. 220 didapatkan hasil, dengan Kriteria :
Harga Diri (L. 09069) Hal.30 Observasi :
Penilaian diri positif Identifikasi harapan untuk mengendalikan
Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan perilaku
positif
Penerimaan Penilaian positif terhadap diri sendiri Terapeutik :
Minat mencoba hal baru Diskusikan tanggungjawab terhadap perilaku
Berjalan menampakan wajah Jadwalkan kegiatan terstruktur
Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
Batasi jumlah pengunjung
Bicara dengan nada rendah dan tenang
Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber
agitasi
Cegah perilaku pasif dan agresif
Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
pembicaraan
Hindari sikap mengancam dan berdebat

Edukasi :
Informasikan keluarga bahwa kepada keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif
IMPEMENTASI/STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN UNTUK PASIEN STRATEGI PELAKSANAAN UNTUK KELUARGA

SP 1 SP 1
•Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien •Mendiskusikan masalah yg dirasakan keluarga dalam merawat pasien
•Menilai pola koping yg biasa dilakukan •Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri, dan jenis perilaku
•Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
•Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif •Menjelaskan cara-cara merawat pasienrisiko bunuh diri
•Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan
SP 2 SP 2
•Mengidentifikasi aspek positif pasien •Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan risiko bunuh
•Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri diri
•Mendorong pasien untuk menhargai diri sebagai individu yang berharga •Melatih keluarga melakukan tara merawat langsung kepada pasien risiko
SP 3 bunuh diri
•Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien SP 3
•Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis •Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
•Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa obat(dischargc planning)
depan yang realistis •Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
EVALUASI
KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN PADA
KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN PADA PASIEN
KELUARGA

1 Kemampuan yang diharapkan pada pasien 2 Keluarga dapat :


Pasien dapat : •Menyebutkan pengertian bunuh diri danproses
•Menyebutkan cara mengamankan benda- terjadinya bunuh diri
bendaberbahaya •Menyebutkan tanda dan gejala resikobunuh diri
•Menyebutkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri •Menyebutkan cara merawat pasien denganbunuh diri
•Menyebutkan aspek positif diri •Membuat jadual aktivitas dan minum obatklien di rumah
•Menyebutkan koping konstruktif untuk mengatasi (discharge planning)
masalah •Memberikan pujian atas kemampuan pasien
•Menyebutkan rencana masa depan
•Membuat rencana masa depan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai