Anda di halaman 1dari 35

KUMPULAN LAPORAN PENDAHULAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Di susun oleh:

Vina Juliani

NIM: J.0105.19.039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR

CIMAHI

2020
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Konsep Dasar Waham


1. Pengertian
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu
mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas –
aktivitas kognitif (Townsend, 2010)
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan
walaupun walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2012).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah , keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya , ketidakmampuan
merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi /
informasi secara akurat (Yosep , 2009).2
2. Rentang Respon Neurobiologi

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis distorsi pikiran gangguan proses pikir


Persepsi akurat ilusi waham
Emosi konsisten reaksi emosi perilaku disorganisasi
dengan pengalaman berlebihan atau
kurang
Perilaku sesuai perilaku aneh atau isolasi sosial
tidak biasa
Berhubungan sosial menarik diri sulit bersepon emosi

3. Etiologi

Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana


seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia
luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung , sikap dingin dan
cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena
merasa lingkungannya tidak nyaman , merasa benci , kaku , cinta pada
diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya
memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun
serta mendambakan sesuatu secara berlebihan , maka keadaan ini dapat
berkembang menjadi waham. Secara berlahan – lahan individu itu tidak
dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan
dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala , adanya
rasa tidak aman , membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam
harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya
halusinasi dan waham. Selian itu kecemasan , kemampuan untuk
memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa
yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala
sesuatu sukar lagi dibedakan , mana rangsangan dari pikiran dan
rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998)
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat,
1998)yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural , psikologis , genetik , biokimia.
Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan , terlalu
lama diajak bicara , objek yang ada dilingkungannya dan suasana
sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stress dan
kecemasan.

4. Tanda dan Gejala


Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi
perilaku berikut ini :
a. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya
punya tambang emas”
b. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya , diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh : “saya tahu… seluruh saudara ingin mneghancurkan hidup
saya karena merasa iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “kalau saya masuk surge saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
d. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang
penyakit , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker” , setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda – tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
e. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ini kana lam kubur ya , semua yang ada adalah roh – roh”.

5. Proses Terjadinya Masalah


Dalam Yosep (2009), ada 6 fase terjadinya waham yakni :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis sehingga seseorang terdorong untuk
melakukan kompensasi yang salah agar keinginan untuk memenuhi
kebutuhannya terpenuhi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yag tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan
bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Proses Fikir: Waham

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

6. Kemungkinan Data Fokus Pengkajian


Fokus pengkajian dengan kasus waham dapat dilihat dari status
mental yaitu :
a. Proses pikir

[ ] [ ] [ ]
Tangens Kehilanga
Sirkumstans
ial n asosiasi
ial
[ ] Flight of [ ] [ ]
Blocking pengulang
ideas
an bicara
b. Isi pikir

[ ] Obsesi [ ] [ ]
Fobia Hipokondri
a
[ ] [ ] [ ] Pikiran
Ide magis
Depersonalisa
terkai
si t
c. Waham

[ ] [ ] [ ] [ ]
Somati Kebesara Curig
Agama
k n a
[ ] [ ] [ ] Siap [ ]
Sisip pikir Kontr
Nihilisti
pikir ol pikir
k
Sumber: Tim Keperawatan Jiwa STIKES DHB. 2018

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
a. Apakah pasien memiliki pikiran / isi pikiran yang berulang – ulang
diungkapkan dan menetap ?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu , atau
apakah pasien cemas berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya ?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda – benda disekitarnya
aneh atau tidak nyata ?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya ?
e. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau di bicarakan oleh orang
lain ?
f. Apakah pasien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar ?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
fikirannya ?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien
waham yaitu :

Alasan masuk / di rawat


Umumnya klien dengan gangguan orientasi realita bahwa ke
rumah sakit karena mnegungkapkan kata – kata ancaman ,
mengatakan benci dan kesal pada seseorang. Klien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal , marah
atau merusak barang – barang dan tidak mampu mengendalikan diri.

Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic ,flight of


ideas , kehilangan asosiasi , pengulangan kata – kata yang di dengar.
Serta klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama
, kebesaran , kecurigaan , keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak
mempunyai orang lain , curiga , bermusuhan , merusak (diri , orang
lain , lingkungan) , takut , kadang panic , sangat waspada , tidak
dapat menilai lingkungan / realitas , ekspresi wajah klien tegang ,
mudah tersinggung.
Format / data focus pengkajian pada klien dengan waham (Keliat dan
Akemat, 2009)

Berikan tanda V pada kolom yang sesuai data klien

Proses pikir

[ ] sirkumtansial [ ] tangensial

[ ] flight of idea [ ] bloking

[ ] kehilangan asosiasi [ ] pengulangan bicara

Isi pikir

[ ] obsesi [ ] fobia

[ ] depersonalisasi [ ] ide terkait

[ ] hipokondria [ ] pikiran magis

Proses pikir

[ ] agama [ ] somatic [ ] kebesaran [ ] curiga

[ ] nihilistic [ ] sisip pikir [ ] siap pikir [ ]


control pikir

Masalah keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Ganggguan proses pikir : waham
c. Harga diri remdah kronik

Pohon masalah

Kerusakan komuikasi verbal

effect

Perubahan proses pikir : waham

Core problem
Harga diri rendah kronik

causa

2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnos Deskripsi Data Mayor Data Minor


keperawatan
1 Gangguan isi Gangguan isi fikir Subyektif : Subyektif :
fikir :Waham yang ditandai - Merasa curiga - Merasa orang
dengan keyainan - Merasa cemburu lain menjauh
tentang diri dan - Merasa - Merasa tidak
lingkungan yang diancam/diguna- ada yang mau
menyimpang, dan guna. mengerti
dipertahankan - Merasa sebagai
secara kuat orang hebat
- Merasa memiliki
kekuatan luar
biasa.
- Merasa saki/rusak
oragan tubuh.
- Merasa sudah
mati
- Merasa prilakunya
dikontrol orang
lain
- Merasa pikiran
orang lain masuk
dalam dalam alam
pikirannya.
- Merasa orang lain
mengetahui isi
pikirnya.
Obyektif
- Marah-marah
tanpa sebab
- Banyak berbicara
(logorrhoe)
- Menyendiri
- Sirkumstansial
- Inkoheren
- Flight or idea
- Hipermotorik
- Euforia (gembira
berlebihan)
- Disforia (sedih
berlebihan)

Diagnose keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon


masalah:

a. Kerusakan komunikasi verbal

b. Gangguan proses pikir : waham

c. Harga diri rendah kronik


3. Rencana Keperawatan Klien Gangguang Proses Pikir : Waham

No
Diagnosa
Tgl Diagnos Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
a
Tujuan
Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5
Gangguan 1. Klien dapat membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien: beri salam
proses pikir : saling percaya terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama
waham 2. Berorientasi kepada realitas secara perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
bertahap yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang
3. Mampu berinteraksi dengan orang dibicarakan, waktu dan tempat).
lain dan lingkungan
4. Menggunakan obat dengan prinsip 6 2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :
benar - Katakan perawat menerima keyakinan klien “saya
menerima keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima
- Katakan perawat tidak mendukung “sukar bagi saya
untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi
empati
- Tidak membicarakan isi waham klien

3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan


terkindung :
- Anda berada di tempat aman, kami akan menemani
anda.
- Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
- Jangan tinggalkan klien sendirian
4. Observasi apakan waham klien mengganggu aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri

5. Klien dapat menidentifikasikan 1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien
kemempuan yang dimiliki yang realistis
2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-
hati terlibat diskusi tentang waham).
3. Tanyakan apa yang bisa klien lakukan (kaitkan dengan
aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa klien penting.

6. Klien dapat mengidentifikasi 1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari


kebutuhan yang tidak terpenuhi 2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama dirumah atauppun dirumah sakit (rasa takut,
ansietas, marah).
3. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan
waham
4. Tingkatkan aktifitas yang dapat terpenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu dan tenga (aktifitas dapat
dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).
5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk
menggunakan wahmnya.
7. Klien dapat berhubungan dengan
realistis 1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas
diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas
waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok: orientasi
realitas
3. Berikan pujian pada setiap kegiatan positif yang
dilakukan klien

8. Klien mendapat dukungan keluarga 1. Diskusikan dengan keluarga dengan :


- Gejala waham
- Cara merawatnya
- Lingkungan keluarga
- Folow-up obat
2. Anjurkan keluarga melaksanakan 5.1. Dengan bantuan
perawat

9. Klien dapat menggunakan obat 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat,
dengan benar dosis, frekuensi, dan efek samping akibat penghentian.
2. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat
3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.

Contoh Rencana Keperawatan Gangguan Proses Pikir : Waham dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

Tgl Kriteria evaluasi Klien Kriteria evaluasi Keluarga


Dx
SP1P SP1K
Gangguan Setelah perteuan pasien - Membantu orientasi realita. Setelah pertemuan - Mendiskusikan masalah yang dirasakan
proses dapat memenuhi - Mendiskusikan kebutuhan yang tidak keluarga mampu keluar dalam merawat pasien.
fikir kebutuhannya terpenuhi. mengidentifikasi - Menjelaskan pengertian, tanda dan
waham - Membantu pasien memenuhi kebutuhannya masalah menjelaskan gejala, dan jenis waham yang dialami
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam cara merawat pasien pasien serta proses terjadinya.
jadwal kegiatan harian - Menjelaskan cara merawat pasien
waham, RLT keluarga/jadwal merawat
pasien
SP2P SP2K
Setelah pertemuan pasien - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Setelah pertemuan - Melatih keluarga mempraktikkan cara
mampu : pasien. keluarga mampu : merawat pasien dengan waham
1. Menyebutkan kegiatan - Berdiskusi tentang kemampuan yang 1. Menyebutkan - Melatih keluarga mempraktikkan cara
yang sudah dilakukan. dimiliki kegiatan yang sesuai merawat langsung kepada pasien
2. Mampu menyebutkan - Melatih kemampuan yang dimiliki dilaukan waham
serta memilih - Pilih dan latih potensial kemampuan yang 2. Mampu - RLT keluarga
kemampuan yang dimiliki memperagakan cara
dimiliki. - Masukan dalam jadwal kegiatan pasien merawat pasien
SP3P SP3K
Setelah pertemuan, - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengidentifikasi - Membantu keluarga membuat jadwal
pasien dapat pasien masalah dan mampu aktifitas di rumah termasuk minum obat
menyebutkan kegiatan - Memberikan pendidikan kesehatan tentang menjelaskan cara - Menjelaskan follow up pasien setelah
yang sudah dilakukan dan penggunakan obat secara teratur merawat pasien pulang
mampu memilih - Menganjurkan pasien memasukkan dalam
kemampuan lain yang jadwal kegiatan harian
dimiliki
4. Implementasi dan Evaluasi

Contoh implementasi dan evaluasi gangguan proses pikir waham

No.
Diagnosa Rencana Tindakan
Tgl Diagnos Evaluasi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
a

1 2 3 4 5 6

1 Gangguan SP1P Melakukan SP1P S:


proses pikir : Gangguan gangguan proses
waham proses pikir : pikir : waham “saya hanya mau
waham berbincang10 menit saja”
- Membantu
orientasi “mereka tidak percaya
realita kalau saya ini presiden”

- Mendiskusika “presiden kan enak bisa


n kebutuhan ngatur dan perintah, saya
yang tidak gak senang kalau diatur”
terpenuhi
“bapak saya yang suka
- Membantu ngatur”
klien
memenuhi “saya ingin ikut teman-
teman pergi ke ruang
kebutuhannya
rehabilitasi terus bisa main
- Menganjurkan tenis meja”
klien
“saya mau latihan setiap
memasukkan
pagi pukul 09:00”
dalam jadwal
kegiatan O:
harian klien
- Pembicaraan cepat

- Afek labil

- Klien memasukkan
latihan tenis meja
kedalam jadwal harian
setiap hari pukul 09:00”

A:

SP1P tercapai

P:

Perawat : lanjutkan SP2P


pukul 09:30 diteras depan
ruang rehabilitasi
Klien: motivasi klien untuk
latihan olahraga tenis
meja pada pukul 09:00
sesuai jadwal harian.

09: 1 Gangguan SP2P Melakukan SP2P S:


30 proses pikir : Gangguan gangguan proses
waham proses pikir : pikir: waham “sekarang kita berbincang
waham 15 menit yah”
- Mengevaluasi
jadwal kegiatan “saya tadi main tenis meja
klien loh, dan menang”

- Berdiskusi “saya juga bisa main gitar


tentang lho, waktu SMA saya
kemampuan punya band sama teman-
yang dimiliki teman”

“mari saya tunjukkan


kehebatan saya main
gitar”

“karena jadwal main musik


disini setipa hari selasa
dan kamis pukul 09.00
saya akan latihan sesuai
jadwal”

O:

- Klien kooperatif

- Kontak mata baik

- Klien membuat jadwal


latihan main gitar
sesuai jadwal di rumah
sakit

A:

SP2P tercapai

P:

Perawat: lanjutkan SP3P


pukul 11:00 di ruang
perawatan klien

Klien : motivasi klien


latihan memainkan gitar
setiap hari Selasa dan
Kamis pukul 09.00

11: Gangguan SP3P Melakukan SP3P S:


00 proses pikir : Gangguan gangguan proses
waham proses pikir : pikir : waham “kita berbincang 10 menit
waham - Mengevaluasi ya”
jadwal
kegiatan “saya dapat obat 3 macam
harian klien dari dokter”

- Memberikan “oh, berarti yang warnanya


pendidikan orange itu CPZ gunanya
kesehatan untuk menenangkan”
tentang
penggunaan “terus yang warna putih itu
obat secara supaya saya rileks dan
teratur tidak tegang ya disebut
THP”
- Menganjurkan
“yang warna merah jambu
klien
memasukkan itu disebut HPL supaya
saya tenang juga kan?”
dalam jadwal
kegiatan “semua obatnya harus
harian saya minum sehari 3kali
kan?”

“saya akan minum obat


sesuai jadwal dan teratur,
baik di rumah sakit
sekarang atau sudah
pulang ke rumah nanti”

“saya akan minum obat


setiap hari pukul 7pagi,
1siang, dan 7malam”

O:

- Kontak mata baik

- Klien kooperatif

- Klien memasukkan
kedalam jadwal harian
minum obat setiap
pukul 7pagi, 1siang
dan 7malam

A:

SP3P tercapai

P:

Perawat : lanjutkan SP
budaya gangguan proses
pikir : waham

Klien : motivasi klien


untuk minum obat sesuai
dengan jadwal
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tim Keperawatan Jiwa STIKES DHB. 2018. Panduan Praktik Profesi Ners Keperawatan
Jiwa.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung : Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
HALUSINASI

A. DEFINISI
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan jiwa yang dpat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, Pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep,2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-
I, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat Budi Anna,
2012)
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus
yang nyata, artinya klien mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar.
(Stuart and Laraia, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang mendengar suara
yang membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk
melakukan sesuatu (kadang hal-hal yang membahayakan). (Trimelia, 2012).
B. RENTANG RESPONNEUROLOGIS
1. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses


Persepsi akurat Ilusi pikir
Emosi konsisten Reaksi emosi Waham
dengan pengalaman berlebihan atau Perilaku
Perilaku sesuai kurang disorganisasi
Hubungan sosial Perilaku aneh atau Isolasi sosial
tidak biasa
Menarik diri

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.

C. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara
psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Jenis halusinasi menurut data subjektif dan objektif

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau


Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
Mencodongkan telingan Mendengar suara yang mengajak
kearah tetentu bercakap-cakap
Menutup telingan Mendengar suara memerintah
melaukakn sesuatu yang berbahaya
penglihatan Menunujuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar, bentuk
tertentu geometris, bentuk kartun, melihat
Ketakutan pada sesuatu hantu atau monster
yang tidak jelas
Penghidu Tampak seperti sedang Mencium seperti bau feses, urine,
mencium bau-bauan darah,
Menutup hidung
Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urine
Muntah dan feses
Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
permukaan kulit dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari halusinasi adalah:
a. berbicara dan tertawa sendiri
b. bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
c. berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. disorientasi
e. merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. ingin memukul atau melempar barang – barang
3. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.
4. Masalah keperawatan
Akibat : Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Masalah utama : Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Penyebab : Isolasi sosial : menarik diri


5. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
2. Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi
marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d. Klien merasa makan sesuatu
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2. Data Objektif
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
1. Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat ”tidak”, ”ya”.
2. Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain,
berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam),
kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan
diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).

D. FORMAT PENGKAJIAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI


Persepsi:
Halusinasi
1. Pendengaran
2. Penglihatan
3. Perabaan
4. Pengecapan
5. Penciuman
Jelaskan
a. Isi halusinasi:
b. Waktu halusinasi:
c. Frekuensi halusinasi:
d. Respons halusinasi:
Masalah keperawatan:

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan halusinasi pendengaran
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Bantu pasien menganli halusinasi
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
3) Menghardik halusinasi
4) Bercaka-cakap dengan orang lain
5) Melakukan aktivitas yang terjadwal
6) Minum obat secara teratur

2. SP PASIEN
a. SP 1 Pasien: membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
b. SP 2 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
c. SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan Melakukan
aktivitas yang terjadwal
d. SP 4 Pasien: melatih pasien minumobat secara teratur
1) Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik dirumah
maupun di RS
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2) Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis halusinasi
yang dialami, tanda gejala, proses terjadinya dan cara merawat
pasien halusinasi.
c) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat pasien
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
 SP 1 Keluarga: memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, jenis halusinasi yang dialami, tanda gejala, proses
terjadinya dan cara merawat pasien halusinasi.
 SP 2 Keluarga: melatih keluarga praktik merawat pasien langsung
duhadapan pasien.
 SP 3 Keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien :
DX. Medis :
No. CM :
Ruangan :
Dx Perencanaan
No
Tgl Keperawa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
tan

Gangguan TUM :
Persepsi Klien tidak 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling percaya
Sensori : mencederai bersahabat dengan mengungkapkan prinsip
halusinasi orang lain menunjukan komunikasi terapentik.
Tuk 1 : rasa senang a. Sapa klien dengan ramah baik
Klien dapat ada kontak verbal maupun non verbal
membina mata. Mau b. Perkenalkan diri dengan
hubungan berjabat tangan, sopan
saling mau c. Tanyakan nama lengkap klien
percaya menyebutkan dan nama panggilan yang
nama, mau disukai klien
menjawab d. Jelaskan tujuan pertemuan
salam, klien e. Jujur dan menepati janji
mau duduk f. Tunjukan sikp simpati dan
berdampingan menerima apa adanya
dengan g. Beri perhatian pada kebutuhan
perawat, mau dasar klien
mengungkapka
n masalah yang
dihadapi.

TUK 2 : Klien dapat 2. Adakan kontak sering dan


Klien dapat menyebutkan singkat secara bertahap.
mengenal waktu, isi, frekunsi Observasi tingkah laku klien
halusinasinya dan situasi yang terkait dengan halusinsinya;
menimbulkan bicara dan tertawa tanpa stimulus
halusinasi memandang kekiri/ke kanan/ ke
depan seolah-olah ada teman
bicara
Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang
sedang halusinasi, Tanyakan
apakah ada suara yang
didengar
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa klien lain
juga ada seperti klien
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien.
f. Jika Klien tidak sedang
berhalusinasi klari fikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi.
Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi ( jika
sendiri, jengkel / sedih)
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang sore, dan malam atau
sering dan kadang-kadang)
Klien dapat Diskusikan dengan klien bagaimana
mengungkapkan perasaannya jika terjadi halusinasi
perasaan terhadap (marah/takut, sedih, senang) dan
halusinasi nya beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat 3. identifikasi bersama klien cara
Klien dapat menyebutkan atau tindakan yang dilakukan jika
mengontrol tindakan yang terjadi halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya biasanya dilakukan menyibukan diri dll)
untuk mengendali- Diskusikan manfaat dan cara
kan halusinasinya yang digunakan klien, jika
Klien dapat bermanfaat beri pujian
menyebutkan cara Diskusikan cara baru untuk
baru memutus/ mengontrol timbulnya
halusinasi :
Katakan : “saya tidak mau
dengar/lihat kamu” (pada saat
halusinasi terjadi)
Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk bercakap cakap
atau mengatakan halusinasi yang
didengar / dilihat
Membuat jadwal kegiatan sehari
hari agar halusinasi tidak sempat
muncul
Klien dapat Meminta keluarga/teman/ perawat
memilih cara menyapa jika tampak bicara sendiri
mengatasi Bantu Klien memilih dan melatih
halusinasi seperti cara memutus halusinasi secara
yang telah bertahap
didiskusikan Beri kesempatan untuk melakukan
dengan klien cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya
Klien dapat dan beri pujian jika berhasil
melaksanakan cara
yang telah dipilih
untuk
mengendalikan
halusinasinya
Klien dapat Anjurkan klien mengikuti terapi
mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
TUK 4 : Keluarga dapat Anjurkan Klien untuk memberitahu
Kilen dapat membina keluarga jika mengalami halusinasi
dukungan hubungan saling Diskusikan dengan keluarga )pada
dari keluarga percaya dengan saat keluarga berkunjung/pada saat
dalam perawat kunjungan rumah)
mengontrol Keluarga dapat Gejala halusinasi yang di alami klien
halusinasinya menyebutkan Cara yang dapat dilakukan klien dan
pengertian, tanda keluarga untuk memutus halusinasi
dan tindakan untuk Cara merawat anggota keluarga
mengendali kan yang halusinasi di rumah : beri
halusinasi kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian
bersama
Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol, dan
resiko mencederai orang lain
TUK 5 : Klien dan keluarga Diskusikan dengan klien dan
Klien dapat dapat keluarga tentang dosis,efek samping
memanfaatka menyebutkan dan manfaat obat
n obat manfaat, dosis dan
dengan baik efek samping obat Anjurkan Klien minta sendiri obat
Klien dapat pada perawat dan merasakan
mendemontrasi manfaatnya
kan penggunaan
obat dgn benar Anjurkan klien bicara dengan dokter
Klien dapat tentang manfaat dan efek samping
informasi tentang obat yang dirasakan
manfaat dan efek
samping obat
Diskusikan akibat berhenti minum
Klien memahami obat tanpa konsultasi
akibat berhenti
minum obat tanpa Bantu klien menggunakan obat
konsultasi dengan prinsip 5 (lima) benar
Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan obat
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Keliat, B. A., 2004, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.

Yosep, I., 2010, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi,
2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat
menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang
sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya: pada masa anak-anak
yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan.
2) Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi
dan dijadikan perilaku yang wajar.
3) Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang
wajar.
4) Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan 
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

B. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan

adalah sebagai berikut: Muka merah dan tegang, Mata melotot/ pandangan

tajam, Tangan mengepal, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Bicara kasar,

Suara tinggi, membentak atau berteriak, Mengancam secara verbal atau fisik,
Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras, Melempar atau memukul

benda/orang lain, Menyerang orang lain, Melukai diri sendiri/orang lain

C. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai

diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan

yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan

lingkungan.

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah

Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan

keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk

mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis,

biologis, dan social budaya.

4 Masalah keperawatan

a)      Perilaku kekerasan

b)      Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

c)      Perubahan persepsi sensori: halusinasi

d)     Harga diri rendah kronis

e)      Isolasi social


format pengkajian pad pasien resiko perilaku kekerasan

pelaku/usia korban/usia saksi/usia

1. Aniaya fisik ( / ) ( / ) ( / )

2. Aniaya seksual ( / ) ( / ) ( / )

3. Penolakan ( / ) ( / ) ( / )

4. Kekersan dlm keluarga ( / ) ( / ) ( / )

5. Tindkaan kriminal ( / ) ( / ) ( / )

6. Aktivitas motorik

( ) lesu ( )tegang ( )gelisah (

)agitasi

( )Tik ( )grimasen ( )tremor ( )kompulsif

7. Interaksi selama wawancara

( )Bermusuhan ( )kontak mata –

( )Tidak kooperatif ( )defensiv

( )Mudah tersinggung ( )curiga

a. Tindakan keperawatan padapasien


1. Tujuan Keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan perilaku
kekerasannya
f) Pasien dapat mencegah/menegdalikan perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang
lalu
c) Dsikusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi
penyebab perilaku kekerasan
d) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan
f) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan
g) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
h) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal
i) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
j) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
k) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan
perilaku kekerasan.
SP 1 pasien : Membina hubungan saling peraya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas
dalam).
SP 2 pasien : Memebatu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik kedua (pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan
harian cara kedua.
SP 3 pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal
(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengedalikan perilaku kekerasan,
latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal
latihan mengungkapkan marah secara verbal).
SP 4 pasien : Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/berdoa).
SP 5 pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan obat (bantu
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar [benar nama
pasien/pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosisi obat] disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1. Tujuan Keperawatan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Diskusikan bersama kelurga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tada dan
gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut)
c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
d) Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan
e) Buat rencana pulang bersama keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.

Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai