Di susun oleh:
Vina Juliani
NIM: J.0105.19.039
BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
3. Etiologi
b. Faktor Presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan , terlalu
lama diajak bicara , objek yang ada dilingkungannya dan suasana
sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stress dan
kecemasan.
[ ] [ ] [ ]
Tangens Kehilanga
Sirkumstans
ial n asosiasi
ial
[ ] Flight of [ ] [ ]
Blocking pengulang
ideas
an bicara
b. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] [ ]
Fobia Hipokondri
a
[ ] [ ] [ ] Pikiran
Ide magis
Depersonalisa
terkai
si t
c. Waham
[ ] [ ] [ ] [ ]
Somati Kebesara Curig
Agama
k n a
[ ] [ ] [ ] Siap [ ]
Sisip pikir Kontr
Nihilisti
pikir ol pikir
k
Sumber: Tim Keperawatan Jiwa STIKES DHB. 2018
Proses pikir
[ ] sirkumtansial [ ] tangensial
Isi pikir
[ ] obsesi [ ] fobia
Proses pikir
Masalah keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Ganggguan proses pikir : waham
c. Harga diri remdah kronik
Pohon masalah
effect
Core problem
Harga diri rendah kronik
causa
2. Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa
Tgl Diagnos Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
a
Tujuan
Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5
Gangguan 1. Klien dapat membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien: beri salam
proses pikir : saling percaya terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama
waham 2. Berorientasi kepada realitas secara perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
bertahap yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang
3. Mampu berinteraksi dengan orang dibicarakan, waktu dan tempat).
lain dan lingkungan
4. Menggunakan obat dengan prinsip 6 2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :
benar - Katakan perawat menerima keyakinan klien “saya
menerima keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima
- Katakan perawat tidak mendukung “sukar bagi saya
untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi
empati
- Tidak membicarakan isi waham klien
5. Klien dapat menidentifikasikan 1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien
kemempuan yang dimiliki yang realistis
2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-
hati terlibat diskusi tentang waham).
3. Tanyakan apa yang bisa klien lakukan (kaitkan dengan
aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa klien penting.
9. Klien dapat menggunakan obat 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat,
dengan benar dosis, frekuensi, dan efek samping akibat penghentian.
2. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat
3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
Contoh Rencana Keperawatan Gangguan Proses Pikir : Waham dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
No.
Diagnosa Rencana Tindakan
Tgl Diagnos Evaluasi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
a
1 2 3 4 5 6
- Afek labil
- Klien memasukkan
latihan tenis meja
kedalam jadwal harian
setiap hari pukul 09:00”
A:
SP1P tercapai
P:
O:
- Klien kooperatif
A:
SP2P tercapai
P:
O:
- Klien kooperatif
- Klien memasukkan
kedalam jadwal harian
minum obat setiap
pukul 7pagi, 1siang
dan 7malam
A:
SP3P tercapai
P:
Perawat : lanjutkan SP
budaya gangguan proses
pikir : waham
A. DEFINISI
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan jiwa yang dpat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, Pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep,2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-
I, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat Budi Anna,
2012)
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus
yang nyata, artinya klien mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar.
(Stuart and Laraia, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang mendengar suara
yang membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk
melakukan sesuatu (kadang hal-hal yang membahayakan). (Trimelia, 2012).
B. RENTANG RESPONNEUROLOGIS
1. Rentang Respon Neurobiologis
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan halusinasi pendengaran
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Bantu pasien menganli halusinasi
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
3) Menghardik halusinasi
4) Bercaka-cakap dengan orang lain
5) Melakukan aktivitas yang terjadwal
6) Minum obat secara teratur
2. SP PASIEN
a. SP 1 Pasien: membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
b. SP 2 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
c. SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan Melakukan
aktivitas yang terjadwal
d. SP 4 Pasien: melatih pasien minumobat secara teratur
1) Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik dirumah
maupun di RS
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2) Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis halusinasi
yang dialami, tanda gejala, proses terjadinya dan cara merawat
pasien halusinasi.
c) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat pasien
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP 1 Keluarga: memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, jenis halusinasi yang dialami, tanda gejala, proses
terjadinya dan cara merawat pasien halusinasi.
SP 2 Keluarga: melatih keluarga praktik merawat pasien langsung
duhadapan pasien.
SP 3 Keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Nama Klien :
DX. Medis :
No. CM :
Ruangan :
Dx Perencanaan
No
Tgl Keperawa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
tan
Gangguan TUM :
Persepsi Klien tidak 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling percaya
Sensori : mencederai bersahabat dengan mengungkapkan prinsip
halusinasi orang lain menunjukan komunikasi terapentik.
Tuk 1 : rasa senang a. Sapa klien dengan ramah baik
Klien dapat ada kontak verbal maupun non verbal
membina mata. Mau b. Perkenalkan diri dengan
hubungan berjabat tangan, sopan
saling mau c. Tanyakan nama lengkap klien
percaya menyebutkan dan nama panggilan yang
nama, mau disukai klien
menjawab d. Jelaskan tujuan pertemuan
salam, klien e. Jujur dan menepati janji
mau duduk f. Tunjukan sikp simpati dan
berdampingan menerima apa adanya
dengan g. Beri perhatian pada kebutuhan
perawat, mau dasar klien
mengungkapka
n masalah yang
dihadapi.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya: pada masa anak-anak
yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan.
2) Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi
dan dijadikan perilaku yang wajar.
3) Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang
wajar.
4) Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
B. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut: Muka merah dan tegang, Mata melotot/ pandangan
tajam, Tangan mengepal, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Bicara kasar,
Suara tinggi, membentak atau berteriak, Mengancam secara verbal atau fisik,
Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras, Melempar atau memukul
C. Akibat
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
lingkungan.
G. Askep
4 Masalah keperawatan
1. Aniaya fisik ( / ) ( / ) ( / )
2. Aniaya seksual ( / ) ( / ) ( / )
3. Penolakan ( / ) ( / ) ( / )
5. Tindkaan kriminal ( / ) ( / ) ( / )
6. Aktivitas motorik
)agitasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.