TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Pada kasus trauma, syok septik dapat terjadi bila pasien datang
2. Etiologi
Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan
virus juga dapat menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi
8, 2002).
2) Malnutrisi
4) Penyakit kronis
5) Penyalagunaan obat dan alkohol
6) Neutropenia
7) Splenektomi
2) prosedur operasi
3. Patofisiologi
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh
SYOK SEPTIK
Endotoksin basil gram negatif
B1 B3 B5
O2 dalam
Ketidakmampuan B2 darah Gangguan metabolisme Gangguan saraf simpatis
A sel untuk berkurang oksidatif cerebral & parasimpatis
menggunakan O2
Kontraktilitas Hypoxia &
B4 Demand Peristaltik Peristaltik
Berkurangnya jantung ↓ iskemi pada
glukosa ↑ usus ↓ usus ↓
O2 di paru otak
Aliran darah CO ↓
Pernapasan Pemecahan Distended Diare
perifer glikogen
cepat / RR ↑ terganggu GFR ↓ Risiko perfusi abdomen,
menjadi serebral tidak gangguan
glukosa Risiko
Dyspnea Oliguria, efektif absorbsi
Cyanosis, Ketidakseimbangan
akral dingin Anuria Elektrolit
Pola Nafas Ketidak stabilan Defisit nutrisi
Perfusi Perifer
Tidak Efektif Kadar Glukosa
Tidak Efektif Gangguan
Darah
rasa nyaman
Penurunan
Curah
Jantung Gangguan
Eliminasi
Urine
5. Manifestasi Klinik
1) Hipotensi
2) Takikardi
3) Takipnea
4) Alkalosis respiratorik
rendah.
7) Hipertermia/hipotermia
9) Poliuria
11) Hiperglikemia
1) Hipotensi
2) Takikardia
3) Takipnea
4) Asidosis metabolik
7) Hipotermia
6. Klasifikasi
c. Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam
7. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
7. Icterus
8. Gagal hati
10. Kematian
ginjal.
syok
kegagalan hati.
1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
8. APTT > 60
1) Medis
(Roach, 1990).
jalur intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan
2) Keperawatan
yang tepat,
c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin
vascular.
A. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airway
b) Breathing
a. kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan
kemungkinan asidosis
c) Circulation
a. kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
f. pasang kateter
d) Disability
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
e) Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
2) Pengkajian Sekunder
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego
d) Makanan/Cairan
bowel sounds
e) Neurosensori
disfungsi motorik
f) Respirasi
episode anaplastik
h) Seksualitas
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Aksidatif Serebral
4. Perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
6. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik. Edukasi
7. Memandirikan pasien dan
Edukasi mempermudah pasien
dalam mengeluaarkan
7. Ajarkan lendir.
batuk efektif
Kolaborasi
8. Membantu pasien untuk
bernafas secara optimal.
Kolaborasi
8. Kolabor
asi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Ketidakstabilan Kadar Tupan : Manajemen Hiperglikemi
Gula Darah
Setelah diberikan tindakan Observasi
keperawatan, selama 3 x 24
jam diharapkan gula darah 1. Identifikasi 1. Mengetahui penyebab
pasien stabil. kemungkinan terjadinya hipoglikemia
penyebab dan untuk menentukan
Tupen : hipoglikemia. intervensi selanjutnya.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan gangguan
metabolisme aksidatif
serebral teratasi dengan 2. Membantu untuk
kriteria hasil : 2. Identifikasi situasi yang menentukan intervensi
menyebabkan selanjutnya.
1. Kesadaran menurun kebutuhan insulin
2. Kadar Gula Darah meningkat 3. Untuk mengetahui
Rendah (mis.penyakit adanya peningkatan
3. Berkeringat kambuhan). kadar gula darah.
3. Monitor kadar gula
darah, jika perlu.
4. Tanda dan gejala
hiporglekimia dapat
4. Monitor tanda dan menjadi salah satu acuan
gejala hipoglekimia ( untuk menegakan
5. Monitor intake dan diagnosa.
output cairan.
5. Untuk mengetahui
6. Monitor, keton urin, keseimbangan cairan
kadar analisa gas pasien.
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik, dan 6. Mengetahui keadaan
frekuensi nadi. pasien.
Terapeutik
7. Berikan asupan cairan
oral.
7. Cairan oral dapat
menurunkan kadar gula
8. Konsultasikan dengan darah.
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
9. Adanya peningkatan
dtekanan darah dan nadi
8. Monitor EKG merupaka salah satu
tanda terjadnya masalah
pada jantung.
9. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah 10. Guna memberika posisi
aktivitas. yang nyaman dan
mampu membuka jalan
Terapeutik nafas.
10. Berikan posisi semi
fowler atau fowler. 11. Diet yang sesuai
meupakan salah satu
penunjang pengobatan
pasien.
11. Berikan diet jantung
yang sesuai.
Edukasi
7. Anjurkan berolahraga 7. Olahraga adalah salah
rutin. satu kegiatan untuk
meningkatkan
8. Anjurkan minum obat kesehatan.
pengontrol tekanan 8. Tekanan darah yang
darah secara teratur. normal dapat
memperbaiki perfusi
perifer.
6. Menghindari terjadinya
5. Jaga privasi selama
infeksi.
eliminasi.
6. Bersihkan alat bantu
BAK setelah 7. Mempermudah pasien
digunakan. dengan keterbatasan
7. Sediaka alat bantu gerak.
(mis. Kateter eksternal,
urinal) jika pelu. 8. Pengeluaran BAK secara
ruti
Edukasi
8. Anjurkan BAK secara
rutin.
9. Anjurkan ke kamar
mandi atau toilet, jika
perlu.
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian 7. Sebagai salah satu
pramedikasi sebelum tindakan pendukung
mengubah posisi, jika pengobatan.
perlu
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action
Publishing.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas Kedokteran UI.