Anda di halaman 1dari 12

TBC

Aldan Renaldi : J.0105.19.003

Putri Ainun Zaskia : J.0105.19.027

Rosa Dwi Apriyani : J.0105.19.032

Yusuf Mulyana : J.0105.19.0


DEFINISI & ETIOLOGI

– Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium


tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.
– Agen infeksi utama Mycobacterium tuberculosis
KLASIFIKASI

Menurut American Thoracik Society


– Kategori 0 : tidak pernah terpajan dan terinfeksi, riwayat kontak (-), test
tuberculin (-)
– Kategori 1 : terpajan tuberculosis, tidak terbukti infeksi, riwayat kontak (-), tes
tuberculin (-)
– Kategori 2 : terinfeksi tuberculosis, tidak sakit, test tuberculin (+), radiologi dan
sputum (-)
– Kategori 3 : terinfeksi tuberculosis dan sakit
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Nurarif & Kusuma (2015):


– Demam 40-41 0c, serta ada batuk/batuk darah
– Sesak nafas dan nyeri dada
– Malaise, keringat malam
– Suara khas pada perkusi dada,
– Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
– Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
– Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
– Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
– Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

– Sinar-X dada menunjukan nodula lesi, infiltrasi berpetak (terutama di lobus


atas), pembentukan rongga, jaringan parut, dan endapan kalsium
– Uji kulit tuberkulin mendeteksi paparan TB
– Computed tomography scan atau magnetic resonance imaging mengevaluasi
kerusakan paru-paru atau memastikan diagnosis yang sulit.
– Bronkoskopi bila dilakukan jika pasien tidak bisa menghasilkan spesimen
sputum yang mencukupi.
– TCM (test cepat molecular) atau rapid molecular diagnostic
PENATALAKSANAAN

– Pengobatan TB adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan


dengan paling sedikit 3 macam obat. Pengobatan simtomatik diberikan untuk
meredakan batuk, menghentikan perdarahan dan keluhan lainnya, sedangkan
pengobatan suportif diberikan untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan daya
tahan tubuh penderita (Soedarto Dalam Putri A, 2017).
– Obat Anti Tuberkulosis (OAT) : Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamis (Z),
treptomisin (S), Etambutol (E)
KEPERAWATAN

TEURAPEUTIK
– Latih nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
– Latih pernapasan diafragma
– Selalu menjaga kebersihan mulut
EDUKASI
– Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan
– Pahami kegunaan batuk yang efektif
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Keluhan Utama : adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif
Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga yang menderita penyakit tuberkulosis paru
dapat menyebabkan penularan.
Riwayat psikososial : Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
Lanjutan …
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat :
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
Pola nutrisi dan metabolic :
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
Pola aktivitas dan latihan :
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
Pola tidur dan istirahat :
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
Lanjutan …

Pola hubungan dan peran :


Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan isolasi karena penyakit menular.
Pola persepsi dan konsep diri :
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
Pola penanggulangan stress :
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress
pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. SISTEM PERNAPASAN
– inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, penggunaan otot bantu pernapasan,
diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
– Palpasi   : Taktil Fremitus suara meningkat.
– Perkusi    : TB tanpa komplikasi resonan atau sonor, jika efusi pleura redup
– Auskultasi : Suara napas tambahan (ronkhi, wheeze)
2. SISTEM INTEGUMEN
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
3. SISTEM GASTROINTESTINAL
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
4. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang
kurang meyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai