Anda di halaman 1dari 43

LITERATUR REVIEW JURNAL

STANDAR KETENAGAAN PERAWAT DI PKM DAN


URAIAN KERJA PERAWAT DI PKM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Manajemen Puskesmas

Disusun oleh :
Kelompok III

1. Centhya Wulan Sari


2. Riska Oktaviani
3. Rosa Dwi Apriani
4. Sandi Lusiana W
5. Siti Reni Nuraeni
6. Trisa Puji Astuti
7. Trisa Puji A
8. Vina Juliani
9. Wildania Sity M
10. M.Haikal AL Fath

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR

CIMAHI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul
“Literatur Review Standar Ketenagaan Perawat di PKM dan Uraian Keja Perawat
di PKM”.
Penulis dalam penyusunan tugas ini, mendapatkan banyak pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ns. Meilati Suryani,S.Kp.,M.Kep Selaku koordinator stase Keperawatan
Manajemen Puskesmas
2. Ns. Keiko Pasaribu.,M.Kep Selaku Dosen stase Keperawatan Manajemen
Puskesmas sekaligus pembimbing kelompok III
3. Ns. Ratna Wulan H, M.Kep Selaku Dosen stase Keperawatan Manajemen
Puskesmas
4. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Ners Tahap Profesi
angkatan 10 STIKes Budi Luhur cimahi tahun 2019 dan seluruh pihak yang
tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakannya.

Bandung, Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pusat pelayanan kesehatan masyarakat atau sering disebut
Puskesmas merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam
membina peran serta masyarakat juga memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dan menurut Permenkes no.75
(2014) Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Dengan kata
lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan
kesehatan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan kesehatan
menyeluruh yang meliputi pelayanan: kuratif (pengobatan), preventif (upaya
pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
Hasil preventif kunjungan menurut Dinkes Puskesmas Provinsi Jawa
barat tahun 2016 terdapat 45.123 penduduk dan untuk tenaga keperawatan
yaitu 50,90% sedangkan proprsi SDM tenaga keperawatan sebanyak
64,87%.
Dalam hal ini Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan
keprofesionalan dari para pegawainya untuk memberikan kepuasan kepada
masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. karena kualitan pelayanan
yang terdiri bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati akan
sangat berpengaruh apabila diterapkan sebaik-baiknya akan mempengaruhi
kepuasan pasien. Didukung dari hasil jurnal penelitian menurut Engkus
(2019) tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari
kualitas layanan terhadap kepuasan pasien di Puskesmas. Dan dari hasil
dari penelitian Taufik (2019) tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pasien di Puskesmas Kab.Lampung Tengah bahwa terdapat
pengaruh terhadap kepuasan pasien. Sedangkan dari penelitian Nura’aini
(2019) tentang pengaruh daya tangkap dan empati para medis terhadap
kepuasan pasien bahwa terdapat pengaruh terhadap kepuasan pasien. Hal
ini dapat diartikan bahwa empati yang dimiliki oleh pegawai telah diberikan
secara maksimal kepada pasien, sehingga dapat mengakibatkan kepuasan
pasien.
Dari uraian diatas untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang baik maka hal ini melatar belakangi dibuatnya “Makalah manajemen
puskesmas tentang pengembangan jenjang karir perawat dan standar
ketenagaan perawat di Puskesmas”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang pengembangan jenjang karir perawat dan standar
ketenagaan perawat di Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang standar ketenagaan
perawat di Puskesmas.
b. Untuk mengetahui dan memahami peranan tenaga perawat di
Puskesmas

C. Manfaat
Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai masukan untuk pengembangan manajemen puskesmas
tentang pengembangan jenjang karir perawat dan standar ketenagaan
perawat di Puskesmas
2. Manfaat Praktisi
a. Mahasiswa
Menambah wawasan mengenai manajemen puskesmas tentang
pengembangan jenjang karir perawat dan standar ketenagaan
perawat di Puskesmas.
b. Puskesmas
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualiatan pelayanan pada
Masyarakat

c. STIKes Budi Luhur


Mengembangkan ilmu pengetahuan mengetani peranan penting
perawat di Puskesmas
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PUSKESMAS

1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang

berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat

yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 2010),

sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI, (2014) dalam permenkes

no. 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat

yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas sebagai tulang punggung penyelenggaraan upaya

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya

berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal, sehingga untuk

melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama


dibutuhkan manajemen Puskesmas yang dilakukan secara terpadu dan

berkesinambungan agar menghasilkan kinerja Puskesmas yang efektif

dan efisien (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

2. Tujuan Puskesmas

Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya

pada satu atau bagian wilayah kecamatan, memiliki tujuan yaitu mengacu

pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima

Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

Tujuan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh

puskesmas yang tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik

Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk mewujudkan

masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan

bermutu;untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan

sehat;untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan

yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

3. Fungsi Puskesmas

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas, dimana Puskesmas


menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah. kerjanya dan Upaya

kesehatan mayarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam

menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain

terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas

g. Memantau pelaksanaaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

4. Visi Puskesmas
Dalam Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas tertera visi pembangunan

kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas. Puskesmas

melaksanakan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma

sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,

pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan.

5. Misi Puskesmas

Dalam Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas dimuat juga tentang misi

puskesmas. Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus

diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya visi

pembangunan kesehatan nasional. Misi puskesmas adalah:

a. Mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam

upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil

tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan

kepercayaan.
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,

mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan

UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem

Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

6. Kategori Puskesmas

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan menjadi :

a. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya

1) Puskesmas kawasan perkotaan

Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas

yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling

sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai

berikut :

a) Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya

pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan

jasa

b) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,

pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5

km, bioskop, atau hotel

c) Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik

d) Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas

perkotaan.

2) Puskesmas kawasan pedesaan


Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas

yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling

sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai

berikut :

a) Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sektor agraris

b) Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,

pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius

lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau

hotel

c) Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%

d) Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas

3) Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan

dengan karakteristik sebagai berikut :

a) Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana,

pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir

b) Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak

tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan

waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-

waktu dapat terhalang iklim atau cuaca

c) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan

yang

tidak stabil

b. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan


1) Puskesmas non rawat inap

Puskesmas non rawat inap adalah Puskesmas yang tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan

persalinan normal

2) Puskesmas rawat inap

Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi

tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan

rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

7. Tenaga Kesehatan

Dalam Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas dimana tenaga kesehatan

adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri

atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah

tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan

analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik

wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah (Kementerian Kesehatan RI,

2014). Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas :

a. Dokter atau dokter layanan primer;

b. Dokter gigi;

c. Perawat;

d. Bidan;
e. Tenaga kesehatan masyarakat;

f. Tenaga kesehatan lingkungan;

g. Ahli teknologi laboratorium medik;

h. Tenaga gizi; dan

i. Tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan

operasional lain di Puskesmas. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus

bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar

prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta

mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan

memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat

izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang–undangan.

7. Upaya Penyelenggaraan Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan prinsip penyelenggaraan

Puskesmas, agar mampu mencapai tujuan yang diharapkan, serta

mengembangkan dan membina pelayanan kesehatan di wilayahnya

secara efektif dan efisien, perlu disusun rencana lima tahunan ditingkat

Puskesmas. Dengan adanya Rencana Lima Tahunan Puskesmas, maka

kelangsungan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan pada setiap

tahun untuk satu periode akan dapat lebih terjamin, walaupun terjadi

pergantian pengelola dan pelaksana kegiatan di Puskesmas maka

diharapkan pengembangan program/kegiatan tetap berjalan sesuai


dengan Rencana Lima Tahunan yang telah ada (Kementerian Kesehatan

RI, 2016).

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan mayarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama. Upaya

kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud

meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta

mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya

kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan

upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang

sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi

pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan. Upaya


kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh

Puskesmas di antara :

a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat

c. Pelayanan satu hari (one day care)

d. Home care;

e. Rawat inap

Berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

Untuk melaksanakan upaya kesehatan tersebut maka puskesmas harus

menyelenggarakan manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dan pelayanan

laboratorium (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

B. STANDAR KETENAGAAN PERAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAIN

DI PUSKESMAS

Rata–rata tenaga di puskesmas dan pustu untuk melihat keadilan

distribusi jumlah tenaga kesehatan antara kota dan desa. Menurut teori

pasar, tenaga kesehatan akan mengumpul di daerah yang pasarnya tinggi,

peran pemerintah meredistribusi tenaga ini. Jumlah puskesmas yang memiliki

tenaga kurang memberikan gambaran kondisi ketenagaan antara puskesmas

di kota dan di desa.

Fungsi pemerintah untuk menjamin adanya tenaga pada seluruh

puskesmas, keadilan penyebaran sarana kesehatan dengan tenaga yang

cukup, bila puskesmas di kota dan di desa mempunyai tenaga yang

mencukupi. Pemerintah berfungsi untuk mendistribusikan dokter ke seluruh


wilayah. Menurut teori pasar, dokter akan banyak di kota karena merupakan

tempat dengan pasar yang tinggi.

Status kepala yang dokter di asumsikan akan lebih banyak di kota,

karena dokter akan memilih di tempat dengan sarana yang lengkap dan

menjanjikan secara ekonomi. Puskesmas yang dipimpin oleh bukan dokter

dapat diisi oleh tenaga kesehatan lain. Distribusi dikatakan adil bila

puskesmas di kota dan di desa sama-sama dipimpin dokter atau sarjana

kesehatan. Desa dan kota berbeda dari segi kebutuhan tenaga, karena

wilayah yang luas, sarana dan prasarana lain yang kurang memadai, fasilitas

kesehatan swasta yang kurang.

Tenaga yang dibutuhkan di desa akan lebih banyak dibanding di

kota. Desa diasumsikan berdasarkan hal diatas memiliki tenaga honorer yang

lebih banyak dibandingkan dengan di kota. Rata-rata tenaga di puskesmas

dan pustu untuk melihat keadilan distribusi jumlah tenaga kesehatan antara

kota dan desa. Menurut teori pasar, tenaga kesehatan akan mengumpul di

daerah yang pasarnya tinggi, peran pemerintah meredistribusi tenaga ini.

Jumlah puskesmas yang memiliki tenaga kurang memberikan

gambaran kondisi ketenagaan antara puskesmas di kota dan di desa. Fungsi

pemerintah untuk menjamin adanya tenaga pada seluruh puskesmas,

keadilan penyebaran sarana kesehatan dengan tenaga yang cukup, bila

puskesmas di kota dan di desa mempunyai tenaga yang mencukupi.

Pemerintah berfungsi untuk mendistribusikan dokter ke seluruh wilayah.

Menurut teori pasar, dokter akan banyak di kota karena merupakan

tempat dengan pasar yang tinggi. Status kepala yang dokter di asumsikan

akan lebih banyak di kota, karena dokter akan memilih di tempat dengan
sarana yang lengkap dan menjanjikan secara ekonomi. Puskesmas yang

dipimpin oleh bukan dokter dapat diisi oleh tenaga kesehatan lain. Distribusi

dikatakan adil bila puskesmas di kota dan di desa sama-sama dipimpin

dokter atau sarjana kesehatan.

Desa dan kota berbeda dari segi kebutuhan tenaga, karena wilayah

yang luas, sarana dan prasarana lain yang kurang memadai, fasilitas

kesehatan swasta yang kurang. Tenaga yang dibutuhkan di desa akan lebih

banyak dibanding di kota. Desa diasumsikan berdasarkan hal diatas memiliki

tenaga honorer yang lebih banyak dibandingkan dengan di kota.


Meski tidak terdapat perbedaan yang mencolok, rata-rata tenaga

membuktikan bahwa teori intervensi tidak terbukti. Pemerintah tidak bisa

membuat distribusi tenaga di regional Jawa-Bali sama dengan di Sumatera

dan KTI. Jumlah tenaga pustu berbeda sangat besar antara Jawa-Bali,

Sumatera dan KTI. Hal ini menunjukan bahwa di Jawa-Bali tenaga sudah

mencukupi, sehingga pustu pun bisa diisi dengan tenaga yang memadai.

Kepala puskesmas yang dikepalai oleh dokter, terdapat perbedaan dimana

untuk KTI mempunyai kepala yang lebih sedikit di banding Jawa-Bali dan

Sumatera. Puskesmas yang dipimpin oleh sarjana kesehatan selain dokter di

KTI belum ada sedangkan Jawa-Bali dan Sumatera tidak berbeda secara

mencolok.

Distribusi dikatakan adil bila puskesmas di tiap regional sama-sama

dipimpin dokter atau sarjana kesehatan. Tenaga honorer pada puskesmas di

KTI tidak berbeda secara mencolok di banding regional lainnya. 8 Magister

Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Jumlah Tenaga

berdasarkan konteks Kota-Desa dan Regional Bagian ini menyajikan


beberapa hal yang sangat menentukan dalam hal ketenagaan puskesmas

Indonesia yang ditinjau dari aspek kotadesa berdasrkan regional.

Standar ketenagaan minimal digunakan untuk menetapkan

kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang

izin pendirian baru atau peningkatan klasifikasi fasilitas pelayanan kesehatan

di wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota, serta di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan daerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan, tertinggal, dan

daerah yang tidak diminati (Permenkes No. 33 Tahun 2015 Tentang

Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Kesehatan, 2015).

Data yang diperlukan untuk metode standar ketenagaan minimal

antara lain data institusi dan fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit

umum dan puskesmas) pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

kebutuhan pada jenjang administrasi pemerintahan, data jenis dan jumlah

SDMK yang ada (tahun terakhir), Informasi klasifikasi Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (rumah sakit umum dan puskesmas) yang ada, informasi standar

ketenagaan minimal menurut klasifikasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(rumah sakit umum dan puskesmas), jenis, dan jumlah SDMK sesuai dengan

ketentuan peraturan perundanganundangan baik ditingkat pusat maupun

daerah.

Penentuan SDMK puskesmas dilakukan dengan membandingkan

jumlah SDMK yang ada saat ini dengan standar tenaga puskesmas

sebagaimana tertuang dalam lampiran Permenkes nomor 75 tahun 2014

tentang puskesmas.

Tabel 3. Standar ketenagaan puskesmas


No Jenis Tenaga Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Kawasan
Kawasan Kawasan Terpencil dan
Perkotaan Pedesaan Sangat
Terpencil
Non Non Non
Rawat Rawat Rawat
Rawat Rawat Rawat
Inap Inap Inap
Inap Inap Inap
Dokter atau dokter
1 1 2 1 2 1 2
layanan primer
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
Tenaga Kesehatan
5 2 2 1 1 1 1
Masyarakat
Tenaga Kesehatan
6 1 1 1 1 1 1
lingkungan
Ahli teknologi
7 1 1 1 1 1 1
laboratorium medik
8 Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
Tenaga
9 1 2 1 1 1 1
Kefarmasian
10 Tenaga administrasi 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat 2014)

C. URAIAN KERJA PERAWAT DI PUSKESMAS

1. Tugas Pokok

Melaksanakan pelayanan pengobatan jalan.

2. Fungsi

Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas

3. Kegiatan Pokok

a. Memeriksa dan mengobati penderita penyakit menular secara pasif

b. Memberikan pengobatan darurat pada penderita sakit gigi.

c. Mengadakan surveillance penyakit menular.

d. Melakukan imunisasi pada bayi ,anak sekolah.

e. Penyuluhan kesehatan pada penderita.


f. Mengadakan kunjungan follow up pada keluarga penderita yang

dipandang perlu.

g. Mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah kerjanya

dalam membantu perawat lain yang mempunyai kegiatan pokok UKS.

h. Pengobatan sementara penderita jiwa dan penyuluhan kesehatan

4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Puskesmas

a. Melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan (Askep) didalam gedung

maupun diluar gedung.

b. Berkolaborasi dengan Dokter dalam pelayanan pengobatan pasien

baik di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Pukesmas Keliling

dan Poskesdes.

c. Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruang BP dan

ruang perawatan dan bertanggung jawab atas pemeliharaan dan

pengamanan alat medis dan non medis di ruang BP dan ruang

perawatan.

d. Membantu kegiatan lintas program antara lain dalam kegiatan

pemberantasan penyakit menular , UKS, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat dan kegiatan lapangan lainnya.

e. Melaksanakan kegiatan Puskesmas diluar gedung.

f. Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu

lansia. 

g. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat perencanaan

kegiatan.

h. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat laporan kegiatan.

i. Melaksanakan kegiatan pelayanan pos MTB dan di Puskesmas.


j. Membantu pelaksanaan pelasakan kelainan mata, jiwa dan tumbuh

kembang anak balita.

BAB III
REVIEW JURNAL

A. ANALISIS BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DI


PUSKESMAS PONCOL KOTA SEMARANG
Puskesmas merupakan salah satu bentuk Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang
menyelenggarakan upaya kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya
secara menyeluruh, terpadu, dan merata sehingga dapat diterima dan
dijangkau oleh masyarakat. Puskesmas memiliki dua jenis pelayanan
yaitu rawat inap dan non rawat inap.
SDM Kesehatan menjadi salah satu komponen yang penting
dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di
puskesmas karena SDM Kesehatan merupakan perencana,
penggerak, dan pelaksana kegiatan pelayanan kesehatan itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) tercantum bahwa
sumber daya manusia di puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan. Terdapat standar ketenagaan puskesmas
yang dikategorikan berdasarkan jenis puskesmas dan kawasan atau
wilayah puskesmas.
Standar ketenagaan yang berada di puskesmas non rawat
inap pada kawasan perkotaan memiliki total jumlah minimal sumber
daya manusia sebanyak 22 orang dengan jumlah minimal tenaga
perawat sebanyak 5 orang. Pada peraturan tersebut, jumlah dari standar
ketenagaan tidak berdasarkan pengukuran beban kerja, jumlah wilayah
kerja, dan kapasitas tempat tidur pada puskesmas rawat inap. Maka
dari itu, sebaiknya untuk menghitung standar ketenagaan dapat
dilakukan dengan menganalisis beban kerja, berdasarkan
pertimbangan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Berdasarkan perhitungan Analisis Beban Kerja (ABK) sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015, total kebutuhan
tenaga perawat di Puskesmas Poncol yaitu 4 orang. Sedangkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh tenaga perawat
yang ada di Puskesmas Poncol hanya berjumlah 3 orang, hal
tersebut masih kurang jika di sesuaikan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tenaga perawat yang ada di Puskesmas Poncol
saat ini masih kurang 1 orang. Hasil perhitungan yang masih dibawah
standar dikarenakan tidak hanya melihat dari kriteria wilayah puskesmas
dan jenis puskesmas saja namun lebih spesifik menguraikan kegiatan
yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam menyelesaikan
pekerjaannya dan beban kerja yang dirasakan oleh tenaga perawat.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa Puskesmas Poncol
sebaiknya melakukan pengoptimalan kinerja tenaga perawat dengan
membagi tupoksi secara rata dengan tenaga kesehatan lainnya dan
meminimalisir pembagian tugas yang bukan tupoksi dari tenaga
perawat. Tenaga perawat sebaiknya meningkatkan kinerja pribadi
sehingga dapat memanajemen waktu penyelesaian kegiatan pokok
dan kegiatan tambahan tanpa mengambil waktu lembur. Selanjutnya
dapat memaksimalkan komunikasi dan koordinasi dalam penyelesaian
kegiatan baik didalam maupun diluar gedung puskesmas dengan
tenaga kesehatan lainnya.

B. ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KESEHATAN DALAM CAPAIAN


INDIKATOR KINERJA PUSKESMAS
Pembangunan kesehatan saat ini diselenggarakan melalui 3
pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan
dan jaminan kesehatan nasional. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan,
optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan.
Organisasi Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama dalam melaksanakan pembangunan kesehatan
tentunya harus optimal dan berkualitas. Pelayanan kesehatan berupa
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP) merupakan tugas dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh puskesmas dengan mutu yang harus terjaga. Oleh
karena itu pemerintah telah memberikan pedoman dan petunjuk
teknis bagi puskesmas dalam rangka menjaga mutu pelayanannya
tersebut. Salah satunya melalui pengukuran kinerja puskesmas yang
beberapa diantaranya menggunakan variabel pencapaian standar
pelayanan minimal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyak puskesmas
di Kabupaten Cirebon yang belum lengkap jenis tenaga kesehatannya
sebagaimana ketentuan yang dipersyaratkan oleh kementerian
kesehatan. Hanya sebagian kecil puskesmas saja yang telah lengkap
memiliki 9 jenis tenaga kesehatan, sedangkan sebagian besarnya
belum lengkap memiliki jenis tenaga kesehatan. Namun ada
beberapa jenis tenaga kesehatan yang semua puskesmas di
Kabupaten Cirebon telah memilikinya yaitu perawat dan bidan.
Kelengkapan jenis dan kecukupan jumlah tenaga kesehatan
akan sangat mendukung terhadap berjalannya fungsi-fungsi
pelayanan di puskesmas. Semua jenis personel kesehatan harus
menjadi perhatian pemimpin. Hal ini perlu mendapat perhatian yang
serius agar fungsi organisasi seperti puskesmas dapat berjalan dengan
optimal.
Hasil analisis bivariabel menunjukan ada hubungan jenis tenaga
kesehatan dengan capaian indikator kinerja SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain
yang menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
variabel jenis tenaga bidan, dokter, dan apoteker dengan rata-rata
capaian indikator kinerja SPM bidang kesehatan di Kab/Kota yang
terkategorisasi daerah terpencil perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas disebutkan bahwa pendirian
puskesmas juga harus memenuhi persyaratan salah satunya adalah
kelengkapan jenis dan kecukupan jumlah tenaga kesehatan. Jenis
tenaga kesehatan minimal yang harus ada di puskesmas berjumlah
sembilan (9) jenis yang meliputi: dokter, dokter gigi, perawat, bidan,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga
kefarmasian, tenaga gizi, dan ahli laboratorium medik.
Hasil analisis bivariabel menunjukan ada hubungan yang
bermakna antara jumlah tenaga kesehatan dengan capaian indikator
kinerja SPM bidang kesehatan. Hasil penelitian lain juga menunjukan
bahwa ada hubungan antara jumlah tenaga kesehatan perawat dan
bidan dengan capaian indikator kinerja SPM Kab/Kota. Menurut
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas disebutkan bahwa pemerintah menetapkan jumlah
minimal tenaga kesehatan untuk setiap jenis dan kategori puskesmas.
Dengan demikian standar ketenagaan tersebut merupakan
kondisi minimal yang harus dipenuhi agar puskesmas dapat
terselenggara dengan baik. Hal ini menunjukan jumlah tenaga
kesehatan yang ada akan menentukan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di puskesmas.

C. PERAN PERAWAT PUSKESMAS DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


PERKESMAS DI PUSKESMAS SUKOWONO KABUPATEN JEMBER
Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM
maupun UKP, Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di tetapkan
subsistem upaya kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama yaitu
upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) (Depkes RI, 2006). Dalam menanggapi hal
tersebut, peran perawat Puskesmas sangat dibutuhkan untuk
mencapai target dalam pelaksanaan program Perkesmas yang telah
ditentukan. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu. Apa yang dimaksud peran
perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
peraktik untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan
secara profesional, sesuai dengan kode etik profesional dimana
setiap peran dinyatakan sebagai ciri terpisah untuk kejelasan
(Mubarak & Chayatin, 2013).
Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas) adalah semua perawat fungsional keperawatan di
Puskesmas. Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di
Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu
(1) sebagai penemu kasus (case finder); (2) sebagai pemberi
pelayanan (care giver); (3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health
teacher/educater); (4) sebagai coordinator dan kolaborator;(5)
pemberinasehat (counseling); (6)sebagai panutan (rolemodel) (Depkes
RI, 2006).
Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) pada
dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan
kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian,
sebagaimana yang telah di uraikan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Peran perawat sebagai penemu kasus (case finder) di
Puskesmas Sukowono mayoritas termasuk dalam kategori tidak
optimal.
2. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan (care giver) di
Puskesmas Sukowono mayoritastermasuk dalam kategori tidak
optimal.
3. Peran perawat sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health
teacher/education) di Puskesmas Sukowon mayoritas termasuk
dalam kategori optimal.
4. Peran perawat sebagai koordinator dan kolaborator di Puskesmas
Sukowono sebagian besar termasuk dalam kategori optimal.
5. Peran perawat sebagai pemberi nasehat (counselling) di
Puskesmas Sukowono sebagian besar termasuk dalam kategori
optimal.
6. Peran perawat sebagai panutan (role model) di Puskesmas
Sukowono sebagian besar termasuk dalam kategori optimal.

D. THE ROLE OF NURSES AND THE QUALITY OF HEALTH SERVICES


WITH THE SATISFACTION OF BPJS PATIENTS IN JUNREJO
PUSKESMAS BATUCITY
Pusat kesehatan sebagai salah satu fasilitas kesehatan
diharapkan dapat memberikan layanan yang efektif, efisien dan
terjangkau untuk memberikan informasi kesehatan yang sesuai dalam
layanan kesehatan dan mampu menumbuhkan kepuasan masyarakat
dan menghasilkan data yang akurat. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas, perlu untuk
meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang berorientasi pada
kepuasan pasien, yang berarti berusaha memberikan layanan terbaik dan
mengevaluasinya berdasarkan kacamata pasien. Pasien yang memasuki
rumah sakit dengan seperangkat harapan dan keinginan, jika realitas
pengalaman selama pelayanan diharapkan dapat menimbulkan kepuasan
dan loyalitas pelanggan yang memungkinkan mereka untuk
mempengaruhi calon pelanggan baru, sebaliknya jika pengalaman
mereka lebih rendah dari yang mereka harapkan menyebabkan
ketidakpuasan (Suryawati, 2004).
Menurut Bagolz, (2010) Perawat adalah profesi yang berfokus
pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka
dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan dan
kualitas hidup yang optimal dari lahir hingga mati. Menurut Setiadi, (2011)
Perawat adalah profesi yang memiliki fungsi otonom yang didefinisikan
sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional adalah untuk
membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien segera.
Menurut Sudiharto (2007), yang menyatakan bahwa perawat
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk menjaga keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Selain itu, perawat dapat
menjadi tempat untuk meminta individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
setiap hari dan dapat membantu menyediakan cara keluarga untuk
mengatasi masalah.
Peran perawat sebagai pendidik dianggap penting, karena dapat
memberikan edukasi langsung kepada pasien seputar stroke, mulai dari
pencegahan, perawatan, terapi, dan informasi tentang berbagai hal yang
harus dihindari pasien selama perawatan. Perawat sebagai layanan
keperawatan dan sebagai fasilitator juga sangat bermanfaat bagi pasien.
Pasien dapat menerima perawatan langsung seperti pemeriksaan
tekanan darah, menimbang berat badan, yang sangat penting bagi pasien
dan membuatnya lebih mudah bagi pasien untuk mengontrol
perkembangan penyembuhannya. Selain itu pasien juga dapat langsung
mendapatkan jawaban atas pertanyaan tentang masalah yang mereka
alami dan mendapatkan solusi yang lebih mudah.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa peran perawat
yang baik ditemukan dalam peran perawat sebagai pendidik dan
fasilitator. Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh dari 7 peran dalam
lembaga keperawatan, mulai dari sebagai pendidik, koordinator sebagai
pelaksana layanan keperawatan, pengawas, pembela, fasilitator dan
peneliti ada dua peran yang banyak dilakukan oleh perawat yaitu peran
perawat sebagai pendidik dan sebagai fasilitator. Perawat yang
menjalankan peran mereka sebagai pendidik yang setiap saat
memberikan edukasi kepada pasien tentang cara menangani masalah
mereka. Selain peran pendidik, perawat juga menjalankan perannya
sebagai fasilitator di mana perawat memberikan kesempatan untuk
menanyakan sesuatu terkait dengan kondisi pasien yang belum dipahami
oleh pasien dan juga memberikan solusi dalam menangani masalah yang
dihadapi pasien, dengan memberikan wawasan, memberikan pemecahan
masalah dan mampu memandirikan pasien dalam perilaku sehat,
sehingga mereka yang diharapkan mengalami masalah kesehatan dapat
terselesaikan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa peran perawat
yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dipersenjatai
dengan pengetahuan yang mereka miliki. Keberadaan pasien yang masih
merasa kurang dalam menerima perawatan dari perawat perlu
mendapatkan perhatian dan evaluasi, mengingat perawat adalah orang
pertama yang menerima pasien ketika mereka mulai mendapatkan
perawatan dan juga selalu bersama pasien sehingga mereka harus dapat
mengetahui semua pasien. kondisi dengan perawatan yang mereka
alami.
Hubungan antara peran perawat dan kualitas layanan kesehatan
dengan kepuasan layanan pasien BPJS berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan bahwa faktor peran perawat memiliki efek pada kepuasan. Ini
sesuai dengan hasil penelitian di mana ditemukan bahwa peran perawat
yang baik dan kualitas layanan yang baik akan menghasilkan kepuasan
yang baik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor
peran perawat terhadap kepuasan. Diketahui bahwa nilai Sig (2-tailed)
memiliki 0,00 dan faktor kualitas layanan berpengaruh pada kepuasan, ini
dikenal sebagai Sig (2-tailed) yang memiliki angka 0,049. Adanya peran
yang baik dari perawat akan meningkatkan kualitas layanan dan akan
meningkatkan kepuasan pasien BPJS.
E. THE ROLE OF COMMUNITY NURSE REGARDING CASE DETECTION
OF TUBERCULOSIS IN PUBLICE HEALTH CENTER IN
BANJARBARU MUNICIPALITY SOUTH BORNEO)
Perawat harus menekankan kesehatan kegiatan promosi dan
pencegahan sebagai tindakan penting (Nies M A & McEwen M,2007).
Sangat penting untuk perawat komunitas memahami peran mereka dalam
manajemen TB termasuk kegiatan pencegahan di setiap tahap individu,
keluarga, masyarakat dan komunitas. Perawat komunitas dapat
mengunjungi TB pasien atau pasien suspek TB dan jelaskan tentang TB
dan peluang mereka untuk menderita TB (Toth, A., et al, 2004). Studi di
Kuba menunjukkan temuan kasus aktif yang terintegrasi dengan rumah
kunjungan dapat membantu menemukan pasien yang tidak bisa temukan
di lembaga layanan kesehatan (Gonzalez, E., et.al, 2009).
Penelitian ini menunjukkan keluarnya peran perawat komunitas
dalam deteksi kasus TB. Perawat memainkan peran penting dalam
manajemen TB (Yesenia FM et.al, 2010; Y. Mahendradhata et al., 2007).
Berdasarkan ICN (International Council of Nursing) menyatakan bahwa
perawat ditempatkan pada posisi yang memperkuat manajemen program
TB dan menerapkan elemen DOTS. Saat ini banyak manajemen program
TB dalam pengaturan komunitas (Ahmed AI et al., 2012). Salah satu
peran perawat komunitas sebagai orang yang bekerja dalam deteksi
kasus (Depkes, 2006).
Kegiatan penemuan kasus di banyak negara berkembang saat ini
diterapkan sebagai strategi WHO dalam manajemen TB adalah
penemuan kasus pasif. Penelitian ini menunjukkan temuan kasus pasif
sebagai pasien yang menunggu di lembaga pelayanan kesehatan.
Mereka datang dengan berbagai macam gejala dan mencari diagnosa
yang tepat untuk gejala tersebut (Golub JE, et, al, 2005). Temuan kasus
semacam ini kurang mencerminkan pencapaian target pasien. Dan
keterbatasannya mengarah pada penemuan kasus aktif yang merupakan
strategi lain untuk meningkatkan pencapaian target.
Active Case Finding (ACF) adalah deteksi aktivitas di tingkat
komunitas. Strategi ini dapat mengidentifikasi dan merawat pasien TB
yang belum terdeteksi oleh penemuan kasus pasif. Melalui ACF, deteksi
kasus dan pengobatan dapat langsung diterapkan serta mengurangi
infeksi TB selanjutnya dan mencegah kasus kekambuhan TB (Golub JE,
et.al, 2005).
Dalam penelitian ini peserta melihat penemuan kasus aktif
sebagai kegiatan kunjungan rumah. Sejalan dengan studi Gonzales di
Kuba, penemuan kasus aktif yang dipadukan dengan kunjungan rumah
akan membantu menemukan pasien TB yang sudah tidak terdeteksi oleh
temuan kasus pasif di lembaga pelayanan kesehatan (Gonzales, et.al,
2009). Perawat komunitas dapat mengunjungi rumah pasien atau
mencurigai dan menjelaskan tentang TB atau kesempatan mereka
menjadi pasien TB (Toth, A., et.al, 2004), ACF yang tangguh
membutuhkan lebih banyak orang untuk berpartisipasi (Golub JE, et.al,
2005). Ini juga menemukan dalam penelitian ini.
The Extensive Case Finding / ECF sebagai cara lain untuk
menemukan kasus. Perbedaan mendasar antara ACF dan ECF adalah
tingkat interaksi dengan target populasi. ACF membutuhkan banyak
penyedia layanan kesehatan, kontak tatap muka, dan evaluasi segera. Di
sisi lain ECF menyadarkan masyarakat tentang gejala TB melalui
pendidikan atau publikasi dan menyarankan mereka untuk memeriksakan
diri di lembaga pelayanan kesehatan (Golub JE, et.al, 2005). Temuan
kami menunjukkan ECF menggambarkan sebagai pendidikan kesehatan
dalam pengaturan masyarakat.
Hasil penelitian ini adalah peran perawat komunitas dalam
pendeteksian penemuan kasus pasif sedang menunggu pasien; ACF
melalui kunjungan rumah dan ECF melalui pendidikan kesehatan.
Perawat di pusat kesehatan masyarakat daerah Kota Banjarbaru telah
memainkan peran mereka dalam deteksi kasus TB, apakah aktif, pasif
dan luas.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. STANDAR KETENAGAAN PERAWAT DI PUSKESMAS

Di dalam Peraturan Menteri kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang

Standar Ketenagaan Puskesmas, Sumber daya manusia Puskesmas terdiri

atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga

Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud dihitung

berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah

pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,


karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu

kerja.

Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri dari dokter atau dokter

layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga gizi

dan tenaga kefarmasian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustara dan

Purwaningrum (2018), hasil analisis bivariabel menunjukan ada hubungan

yang bermakna antara jumlah tenaga kesehatan dengan capaian indikator

kinerja SPM bidang kesehatan. Hasil penelitian lain juga menunjukan

bahwa ada hubungan antara jumlah tenaga kesehatan perawat dan bidan

dengan capaian indikator kinerja SPM Kab/Kota. Menurut ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

disebutkan bahwa pemerintah menetapkan jumlah minimal tenaga

kesehatan untuk setiap jenis dan kategori puskesmas.

Dengan demikian standar ketenagaan tersebut merupakan kondisi

minimal yang harus dipenuhi agar puskesmas dapat terselenggara

dengan baik. Hal ini menunjukan jumlah tenaga kesehatan yang ada akan

menentukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas.

Untuk menghitung standar ketenagaan dapat dilakukan dengan

menganalisis beban kerja, berdasarkan pertimbangan jumlah pelayanan

yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik

wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu

kerja.

Standar ketenagaan perawat minimal yang diharapkan agar

Puskesmas dapat terselenggara dengan baik di Puskesmas menurut

Permenkes (Permenkes 75 Tahun 2014) yaitu 5 orang perawat untuk

puskesmas non rawat inap dan 8 orang perawat untuk puskesmas rawat inap

baik puskemas yang berada di pedesaan, perkotaan serta puskesmas yang

berada ditempat yang tepencil.

Berdasarkan hasil kalkulasi pada Puskesmas Batujajar di tahun 2017

bahwa terdapat 9 orang perawat berstatus PNS dan 1 orang berstatus TKK,

serta terdapat 1 orang perawat gigi dengan status PNS, dimana saat itu

puskesmas Batujajar merupakan puskesmas non rawat inap. Melihat dari

hasil ini dapat dikatakan bahwa puskesmas telah memenuhi standar.

Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Rizcarachmakurnia dkk

(2017) berpendapat lain bahwa diperoleh tenaga perawat yang ada di

Puskesmas Poncol hanya berjumlah 3 orang, hal tersebut masih kurang

jika di sesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun

2014 tentang Puskesmas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

tenaga perawat yang ada di Puskesmas Poncol saat ini masih kurang 1

orang. Hasil perhitungan yang masih dibawah standar dikarenakan tidak

hanya melihat dari kriteria wilayah puskesmas dan jenis puskesmas saja

namun lebih spesifik menguraikan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga

perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya dan beban kerja yang

dirasakan oleh tenaga perawat.


Hasil penelitian menyebutkan bahwa Puskesmas Poncol sebaiknya

melakukan pengoptimalan kinerja tenaga perawat dengan membagi

tupoksi secara rata dengan tenaga kesehatan lainnya dan meminimalisir

pembagian tugas yang bukan tupoksi dari tenaga perawat. Tenaga perawat

sebaiknya meningkatkan kinerja pribadi sehingga dapat memanajemen

waktu penyelesaian kegiatan pokok dan kegiatan tambahan tanpa

mengambil waktu lembur. Selanjutnya dapat memaksimalkan komunikasi

dan koordinasi dalam penyelesaian kegiatan baik didalam maupun diluar

gedung puskesmas dengan tenaga kesehatan lainnya.

B. PERANAN TENAGA PERAWAT DI PUSKESMAS

Di dalam Peraturan Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan

Pelaksamaan UU 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, pada bagian kedua

pasal 29 tentang tugas dan wewenang perawat, bahwa dalam

menyelenggarakan praktik keperawatan perawat bertugas sebagai pemberi

asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan

keperawatan, peneliti keperawatan.

Sedangkan peran tenaga perawat di puskesmas yaitu.

1)Melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan (Askep) didalam gedung

maupun diluar gedung, 2)Berkolaborasi dengan Dokter dalam pelayanan

pengobatan pasien baik di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu,

Pukesmas Keliling dan Poskesdes, 3)Bertanggung jawab atas kebersihan dan

penataan ruang BP dan ruang perawatan dan bertanggung jawab atas

pemeliharaan dan pengamanan alat medis dan non medis di ruang BP dan

ruang perawatan, 4)Membantu kegiatan lintas program antara lain dalam


kegiatan pemberantasan penyakit menular , UKS, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat dan kegiatan lapangan lainnya, 5)Melaksanakan kegiatan

Puskesmas diluar gedung, 6)Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu

balita dan Posyandu lansia, 7)Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat

perencanaan kegiatan, 8)Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat

laporan kegiatan, 9)Melaksanakan kegiatan pelayanan pos MTB dan di

Puskesmas, 10)Membantu pelaksanaan pelasakan kelainan mata, jiwa dan

tumbuh kembang anak balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilkukan oleh Almirza dan

Aldi (2016)  hasil penelitian, sebagaimana yang telah di uraikan, maka dapat

disimpulkan, Peran perawat sebagai penemu kasus (case finder) di

Puskesmas Sukowono mayoritas termasuk dalam kategori tidak optimal,

Peran perawat sebagai pemberi pelayanan (care giver) di Puskesmas

Sukowono mayoritastermasuk dalam kategori tidak optimal, Peran perawat

sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/education) di

Puskesmas Sukowon mayoritas termasuk dalam kategori optimal, Peran

perawat sebagai koordinator dan kolaborator di Puskesmas Sukowono

sebagian besar termasuk dalam kategori optimal, Peran perawat sebagai

pemberi nasehat (counselling) di Puskesmas Sukowono sebagian besar

termasuk dalam kategori optimal, Peran perawat sebagai panutan (role

model) di Puskesmas Sukowono sebagian besar termasuk dalam kategori

optimal.

Menurut Herawati DKK (2014) peran perawat komunitas dalam

pendeteksian penemuan kasus pasif sedang menunggu pasien; ACF melalui

kunjungan rumah dan ECF melalui pendidikan kesehatan. Perawat di pusat


kesehatan masyarakat daerah Kota Banjarbaru telah memainkan peran

mereka dalam deteksi kasus TB, apakah aktif, pasif dan luas.

Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat

(Perkesmas) adalah semua perawat fungsional keperawatan di Puskesmas.

Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas,

perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai

penemu kasus (case finder); (2) sebagai pemberi pelayanan (care giver);

(3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater); (4)

sebagai coordinator dan kolaborator;(5) pemberinasehat (counseling);

(6)sebagai panutan (rolemodel) (Depkes RI, 2006).

Peran perawat yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab

mereka dipersenjatai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Keberadaan

pasien yang masih merasa kurang dalam menerima perawatan dari perawat

perlu mendapatkan perhatian dan evaluasi, mengingat perawat adalah orang

pertama yang menerima pasien ketika mereka mulai mendapatkan perawatan

dan juga selalu bersama pasien sehingga mereka harus dapat mengetahui

semua pasien. kondisi dengan perawatan yang mereka alami.

Fasilitas kesehatan diharapkan dapat memberikan layanan yang

efektif, efisien dan terjangkau untuk memberikan informasi kesehatan yang

sesuai dalam layanan kesehatan dan mampu menumbuhkan kepuasan

masyarakat dan menghasilkan data yang akurat. Kualitas layanan kesehatan

dengan kepuasan layanan pasien BPJS akhir akhir ini sangat disoroti karena

sistem layanan BPJS yang kurang sistematis dan membludaknya pasien yang

memakai BPJS akan berimbas pada layanan kesehatan.


Hal ini sejalan dengan penelitian Restu Pamungkas DKK (2019)

faktor peran perawat memiliki efek pada kepuasan. peran perawat yang baik

dan kualitas layanan yang baik akan menghasilkan kepuasan yang baik. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa adanya peran yang baik dari perawat akan

meningkatkan kualitas layanan dan akan meningkatkan kepuasan pasien

BPJS.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Puskesmas sebagai tulang punggung penyelengaraan upaya

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya

berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal, sehingga untuk

melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan tingkat pertama

dan upaya kesehatan perseorangan. Tingkat pertama dibutuhkan

manajemen puskesmas yang dilakukan secara terpadu dan

berkeseimbangan agar menghasilkan kinerja puskesmas yang efektif dan

efisien (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Peraturan Menteri kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Standar

Ketenagaan Puskesmas, Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas

Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga

Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud dihitung

berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah

pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,

karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan

pembagian waktu kerja.

Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal menyebutkan bahwa

perlunya ketengaan tenaga medis khususnya perawat agar sesuai

dengan standar ketenagaan puskesmas Permenkes N0.75 tahun 2014,

serta menyarankan pengoptimalan kinerja tenaga perawat dengan

membagi tupoksi secara rata dengan tenaga kesehatan lainnya dan


meminimalisir pembagian tugas yang bukan tupoksi dari tenaga

perawat.

Jumlah tenaga kesehatan mempengaruhi capaian indikator kinerja

sehingga akan menentukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di

puskesmas. Selain itu kinerja perawat dilihat dari perannya sebagai

tenaga kesehatan seuai hasil penelitian perawat minimal mempunyai 6

peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder); (2)

sebagai pemberi pelayanan (care giver); (3) sebagai pendidik/penyuluh

kesehatan (health teacher/educater); (4) sebagai coordinator dan

kolaborator;(5) pemberinasehat (counseling); (6)sebagai panutan

(rolemodel) (Depkes RI, 2006). Peran perawat dan kualitas layanan

kesehatan memiliki efek pada kepuasan pelayanan kesehatan, sehingga

dengan begitu dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Ketenagaan medis, kinerja serta peran perawat yang sesuai

dengan standar dapat terbentuknya pelayanan kesehatan agar

terselenggara dengan baik, sehingga munculnya kepuasaan masyarakat

dalam menerima pelayanan kesehatan serta meningkatnya mutu

pelayanan kesehatan dimana masyarakat akan terus berpartisipasi atau

memberikan apresiasinya dengan memanfaatkan pelayanan keshatan

yang ada. Hal tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan terbentuknya masyarakat yang sejahtera dan dapat

menurunkan angka kesakitan.

B. Saran

a. Mahasiswa
Bagi mahasiswa diharapkan dengan makalah ini dapat

dijadikan sebagai wawasan mengenai manajemen puskesmas

tentang standar ketenagaan perawat dan peran atau uraian kerja

perawat di puskesmas.

b. Puskesmas

Puskesmas diharapkan untuk memperhatikan jumlah

ketenagaan perawat sesuai standar dan uraian kerja atau peran

perawat dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat.

c. STIKes Budi Luhur

Sebagai bahan ilmuan dan pengembangan teori mengenai

manajemen dalam standar ketenagaan perawat serta uraian kerja

atau peran perawat di puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Almirza, Aldi. (2019).Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Perkesmas di


Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember.
Dinkes Jabar. 2016. Profil Kesehatan.
http://diskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/9738b8d46840cc981f23c771c
4187b6d.pdf. Diakses tanggal 05 Mei 2020
Engkus. 2019. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-
3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 2. Diakses tanggal 05 Mei
2020.

Herawati DKK (2014). The Role Of Community Nurse Regarding Case Detection
Of Tuberculosis In Publice Helath Center In Banjarbaru Municipality
South Borneo. Diperoleh Tanggal 4 Mei 2020.

Mustara, Sri Nani Purwaningrum (2018). Analisis Ketersediaan Tenaga


Kesehatan Dalam Capaian Indikator Kinerja Puskesmas. Jurnal Media
Informasi Kesehatan Vol.14 No.2. Diperoleh Tanggal 4 Mei 2020

Nafizta Rizcarzchmakurnia DKK. (2017). Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan


Tenaga Perawat Di Puskesmas Kota Poncol Kabupaten Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.5 No. 3, Diperoleh Tanggal 4 Mei
2020

Nura’aini. 2019. Pengaruh daya tangkap dan empati para medis. Jurnal Simplex
Volume 2, Nomor 1. Diakses tanggal 05 Mei 2020

Permenkes no.75. 2014. Tentang pusat pelayanan kesehatan.


file:///C:/Users/user/Downloads/Permenkes%2075-
2014%20Puskesmas.pdf. Diakses tanggal 05 Mei 2020

Restu Pamungkas DKK. (2019).The Role Of Nurses And The Quality Of Helath
Services With The Satisfication Of BPJS Patients In Junrejo
Puskesmas Batu City. Journal For Research in Public Helath Vol. 1,
No. 1. Diperoleh Tanggal 4 Mei 2020.

Taufik. 2019. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di


Puskesmas Kab.Lampung Tengah. Volume 2 Nomor 3. Diakses tanggal
05 Mei 2020

Zulfahmi Hakim DKK. (2016). The Nurse’s Role In The Implementation Of


Program PHN In Sukowono Health Centers Jember Distrik. Diperoleh
Tanggal 4 Mei 2020.
.

Anda mungkin juga menyukai