Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS MOCH RAMDAN


diajukan sebagai salah satu syarat Tugas Praktik Belajar Lapangan III
dengan dosen pembimbing Yayat H, S.Kep., Ners., M.Kep

disusun oleh :
Anggota Kelompok 3
Nabhan miftah Aziza 102021033

Chandra Gustian Pratama 102021024

Raifal Esa Ramadhan 102021005

Della Nurmalasari 102021011

Siti Nurlia Utami 102021014

Tresna Gumiwang 102021028

Anisa Hanum Salsabila 102021017

Shifa Jamilatu Sholihah 102021025

Shafitri Anggraeni 102021035

Zahira Nazillah 102021001

Putri Dilla Mutmainah 102021020

Dewi Asriyani 102021045

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, taufiq dan hidayah
serta inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Moch Ramdan ini dengan baik tanpa adanya halangan
sedikitpun. Sholawat beriringan salam selalu tercurahkan kepada baginda besar
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam beserta keluarga, sahabat, hingga
akhir zaman.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih Kepada Bapak Yayat
Hidayat, S.Kep.,Ners.,M.Kep yang telah membimbing kelompok 3 untuk
menyusun Laporan ini. Selain itu, pembuatan Laporan ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas Praktek belajar lapangan III. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam Laporan
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempuraan laporan ini.

Bandung, 03 Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.Pelayanan
Kesehatan Puskesmas yang selanjutnya disebut dengan Pelayanan Kesehatan
adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang
dituangkan dalam suatu sistem (Permenkes No.43 Tahun 2019).

B. Tujuan Puskesmas
1. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan
masyarakat yang:
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat,
b. mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu,
c. hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
2. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam rangka mewujudkan kecamatan sehat.
3. Kecamatan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan untuk
mencapai kabupaten/kota sehat
4. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
5. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Puskesmas mengintegrasikan program yang
dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga.
6. Pendekatan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan keluarga.

C. Fungsi Puskesmas
1. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan
b. UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
2. Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a,
Puskesmas berwenang untuk:
a. menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
yang bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan
Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
f. melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia Puskesmas
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
3. Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,
Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikologi, sosial, dan budaya dengan membina
hubungan dokter - pasien yang erat dan setara
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu,
berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan
masyarakat
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan
lingkungan kerja.
4. Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan,
wahana program internsip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit
pendidikan.
5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan Puskesmas sebagai wahana
pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau sebagai
jejaring rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Visi Puskesmas
UPK sebagai bagian dari unsur pelaksana teknis program Kementerian
Kesehatan, mendukung visi Kemenkes yaitu “Mewujudkan masyarakat
mandiri produktif dan berkeadilan”. Maka visi dan misi UPK harus
memiliki tujuan sesuai dengan arah strategi Kementerian Kesehatan.
Visi : “Menjadi sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi pegawai
dan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan”Untuk
mewujudkan visi tersebut di atas, ditetapkan misi UPK yang
menggambarkan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi UPK.

E. Misi Puskesmas
Adapun misi UPK sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan promotive, preventif, kuratif dan


rehabilitatif.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga kesehatan sesuai
dengan perkembangan IPTEK.
3. Memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai perkembangan teknologi
dan informasi berbasis digital.

F. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah:

1. Sistem Kesehatan Nasional Kedudukan puskesmas dalam Sistem


Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota Kedudukan puskesmas dalam Sistem
Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah
kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah Kedudukan puskesmas dalam Sistem
Pemerintah Daerah adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Di wilayah kerja
puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti
praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai
kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah
kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis
dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa
dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai
pembina.

G. Wilayah Kerja Puskesmas


1. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf a, Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan
b. Puskesmas kawasan perdesaan
c. Puskesmas kawasan terpencil dan
d. Puskesmas kawasan sangat terpencil.
2. Kategori Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditetapkan oleh bupati/wali kota.
3. Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada di daerah
perbatasan dengan negara lain.
4. Puskesmas kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) huruf a merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 dari 4 kriteria wawasan
perkotaan sebagai berikut :
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduknya pada
sektor non agraris, terutama industri, perdagangan, dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar
radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh per seratus) rumah tangga memiliki
listrik; dan/atau d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju
fasilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
5. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan
perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. memprioritaskan pelayanan UKM
b. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
c. pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
6. Puskesmas kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) huruf b merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
kawasan perdesaan sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduk pada
sektor agraris atau maritim.
b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,
pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius
lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh per
seratus); dan
d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana
dimaksud pada huruf b
7. Puskesmas kawasan terpencil dan Puskesmas kawasan sangat terpencil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c dan huruf d
memenuhi kriteria sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
kawasan terpencil dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan
kompetensi Tenaga Kesehatan
b. dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
c. pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan
lokal

H. Struktur Organisasi
1. Setiap Puskesmas harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel.(2) Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit terdiri atas:
a. kepala Puskesmas
b. kepala tata usaha dan
c. penanggung jawab.
2. Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan
perundang undangan.
3. Kepala puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas,
pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan bangunan, prasarana, dan peralatan.
4. Kepala Puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.
5. Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara;
b. memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1
(strata satu) atau D-4 (diploma empat); c
c. pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan
jenjang ahli pertama paling sedikit 2 (dua) tahun;
d. memiliki kemampuan manajemen di bidang kesehatan masyarakat;
e. masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 (dua) tahun; dan
f. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
6. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak
tersedia seorang tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, kepala
Puskesmas dapat dijabat oleh pejabat fungsional tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.
7. Kepala tata usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b
memiliki tugas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan administrasi
perkantoran Puskesmas.
8. Penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c
paling sedikit terdiri atas:
a. penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat;
b. penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium;
c. penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas;
d. penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan puskesmas;
dan
e. penanggung jawab mutu
9 Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membawahi
pelayanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
10. Selain penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibentuk penanggung jawab lainnya berdasarkan kebutuhan Puskesmas
dengan persetujuan kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota.

I. Tata Kerja Puskesmas


Pasal 48
(1) Hubungan kerja antara dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dengan
Puskesmas bersifat pembinaan.(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
kepada Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yang memiliki otonomi
dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan daerah. (3) Pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)merupakan bagian
dari tugas, fungsi, dan tanggung jawab dinas kesehatan daerah kabupaten
atau kota .

Pasal 49
(1) Selain memiliki hubungan kerja dengan dinas kesehatandaerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1),
Puskesmas memiliki hubungan kerja dengan rumah sakit, serta Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lain, upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
dan lintas sektor terkait lainnya di wilayah kerjanya sebagai jejaring
Puskesmas.(2) Hubungan kerja antara Puskesmas dengan rumah sakit,
bersifat koordinasi dan/atau rujukan di bidang upaya kesehatan.(3)
Hubungan kerja antara Puskesmas dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lain dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat bersifat pembinaan,
koordinasi, dan/atau rujukan di bidang upaya kesehatan.

J. Program Kesehatan Wajib


1. Puskesmas menyelenggarakan UKM tingkat pertama dan UKP tingkat
pertama.(2) UKM dan UKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.Pasal 52 UKM
tingkat pertama dan UKP tingkat pertama harus diselenggarakan untuk
pencapaian:
a. standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan
b. Program Indonesia Sehat dan
c. kinerja Puskesmas dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.
2. UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 meliputi UKM
esensial dan UKM pengembangan.(2) UKM esensial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan
b. pelayanan kesehatan lingkungan
c. pelayanan kesehatan keluarga
d. pelayanan gizi dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
3. UKP tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dilaksanakan
oleh dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga Kesehatan
lainnya sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga Kesehatan
lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan UKP tingkat pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan, standar prosedur operasional, dan etika profesi.
5. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam
bentuk:
a. rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit
b. pelayanan gawat darurat
c. pelayanan persalinan normal
d. perawatan di rumah (home care) dan/atau rawat inap.
6. Dalam melaksanakan UKM dan UKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
sampai dengan Pasal 54, Puskesmas harus menyelenggarakan kegiatan:
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat;
d. pelayanan laboratorium; dan
e. kunjungan keluarga.
7. Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
K. Program Pengembangan
1. Beberapa contoh UKM Pengembangan yang dapat dilaksanakan di
Puskesmas adalah sebagai berikut:
2. Pelayanan kesehatan jiwa
3. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
4. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
5. Pelayanan kesehatan olahraga
6. Pelayanan kesehatan indera
7. Pelayanan kesehatan lansia
8. Pelayanan kesehatan kerja
9. Pelayanan kesehatan lainnya.
BAB II
DATA PUSKESMAS
A. PROFILE PUSKESMAS
1. Jati Diri
Puskesmas Moch Ramdan adalah Salah satu puskesmas di Kota
Bandung melayani pemeriksaan kesehatan, rujukan, surat kesehatan dll.
Puskesmas ini melayani berbagai program puskesmas seperti periksa
kesehatan (check up), pembuatan surat keterangan sehat, rawat jalan, lepas
jahitan, ganti balutan, jahit luka, cabut gigi, periksan tensi, tes hamil,
periksa anak, tes golongan darah, asam urat, kolesterol dan lainnya.
Puskesmas juga melayani pembuatan rujukan bagi pasien BPJS ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Pelayanan Puskesmas Moch Ramdan juga baik dengan tenaga
kesehatan yang baik, mulai dari perawat, dokter, alat kesehatan dan
obatnya. Puskesmas ini dapat menjadi salah satu pilihan warga masyarakat
Kota Bandung untuk memenuhi kebutuhan terkait kesehatan.
Jam Operasional Puskesmas / jam kerja :
 Senin: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Selasa: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Rabu: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Kamis: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Jumat: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Sabtu: 7:30 AM - 2:30 PM,
 Minggu: tutup.
Puskesmas Moch ramdan terletak di Jl. Moch. Ramdan No.108, Ciateul,
Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40252, Indonesia

15
16

2. Struktur Organisasi Puskesmas


17

3. Visi Misi Motto


 Visi : TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL.
NYAMAN. SEJAHTERA DAN AGAMIS
 Misi : Membangun masyarakat yang humanis, agamis, dan berdaya
saing Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang melayani efektif,
efisien. dan bersih Membangun perekonomian yang mandiri, kokoh,
dan berkeadilan. Mewufudkan Bandung nyaman melalui perencanaan
tata ruang, pembangunan ruang yang berkualitas dan berwawasan
lingkungan. Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif,
kolaboratif, dan terintegrasi.
 Motto : IDAMAN (Ikhlas dalam Pelayanan)
4. Geografi
a. Wilayah kerja (Desa/kelurahan/kecamatan)
Puskesmas Moch Ramdan, terletak di JI. Moch. Ramdan No. 108,
Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Provinsi Jawa
Barat, dengan luas lahan yang dipergunakan adalah + 949 m2.
Puskesmas Moch Ramdan memiliki 3 wilayah kerja di Kecamatan
Regol yaitu Kelurahan Ciseureuh, Kelurahan Cigereleng, dan
Kelurahan Ciateul.
Batas wilayah Puskesmas Moch Ramdan adalah sebagaimana yang di
tunjukan pada gambar yaitu :
Sebelah Utara : Kelurahan Pungkur
Sebelah Barat : Kelurahan Karasak dan Kelurahan Nyengseret
Sebelah Selatan : Kelurahan Wates
Sebelah Timur : Kelurahan Balong Gede, Ancol dan Pasirluyu
18

b. Peta wilayah
Gambar 2.1 Peta wilayah Kerja UPTD Puskesmas Ramdan
19

5. Program Kerja
1) Upaya Promosi Kesehatan
a) Cakupan Komunikasi Interpersonal dan Konsultasi (KIP/K)
b) Cakupan Penyuluhan Kelompok Oleh Petugas Kesehatan Di
Dalam Gedung Puskesmas
Jumlah penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam gedung
selama tahun 2022 sebanyak 96 kali penyuluhan, yang
dilaksanakan di Puskesams Moch Ramdan. Penyuluhan ini
dilakukan di depan pasien sebelum pasien mendapatkan
pemeriksaan oleh dokter.
c) Cakupan Institusi Kesehatan berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Jumlah puskesmas yang ada di wilayah kelurahan Ciateul sebanyak
1 puskesmas dan telah diperiksa serta memenuhi persyaratan
keschatan sesuai dengan indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat).
2) Promosi Kesehatan Luar Gedung
a) Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS Di Tatanan Rumah
Tangga
Jumlah rumah tanga yang ada di wilayah Puskesmas Moch
Ramdan sejumlah 7736, dengan jumlah rumah tanga yang
diperiksa berjumlah 1269. Berdasarkan hasil kesepakatan bersana
dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung mala tahun 2022 Rumah
Tangga yang diperiksa dan dibina adalah rumah tangga yang
memiliki bayi dan balita saja dalam upaya pencesahan penyebaran
virus covid-19. Jumlah rumah tanga sang melaksanakan 10
indikator PHBS berjumlah 891 (70,2%). Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berperilalu hidup bersit. dan sehat perlu
dilakukan berbazai upaya untuk meningkatkan cakupan tersebut.
Salah satunya dengan rencana pelaksanaan kegiatan Keluarga
20

Sehat dan penyuluhan tentng PHBS Rumah Tangga kepada rumah


tangga yang belum berPBHS.
b) Cakupan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penyuluhan
Kelompok Oleh Petugas Di Masyarakat
Terdapat 272 kegiatan penyuluhan luar gedung yang dilakukan di
wilayah Puskesmas Moch Ramdan selama pandemi terbatasnya
ruang untuk melakukan penyuluhan luar gedung perlu dilakukan
peningkatan kegiatan penyuluhan luar gedung di wilayah kerja
Puskesmas Moch Ramdan.
c) Cakupan Pembinaan UKBM Melalui Persentase (%) Posyandu
Purnama dan Mandiri
Pada tahun 2022 posyandu yang ada di wilayah keria Puskesmas
Moch Ramdan Tahun sebanyak 35 posyandu, dengan jumlah
posyandu purnama sebanyak 20 posyandu dan posyandu mandiri
sebanyak 4 posyandu. Perlu dilakukan upaya meningkatkan strata
posyandu dengan menguatkan kerjasama dengan lintas sektor dan
pokjanal posyandu tingkat kecamatan bersama PKP (pendamping
kader posyandu).
d) Cakupan pembinaan pemberdayaan masyarakat dilihat melalui
persentase (%) RW Siaga Aktif
Jumlah RW yang berada di wilayah keria Puskesmas Moch
Ramdan terdapat 29 RW dengan Jumlah RW Saga sebanyak 29
RW (100%). Selama masa pandemic dibentuk pula RW Siaga
Covid-19 yang didalamnya terdapat kegiatan upaya-upaya yang
dapat mencegah dan memutus Penyebaran covid-19. Kesulitan
keberadaan dan kesinambungan pemangku kepentingan dan
kesadaran masyarakat untuk manfaatkan wadah yang ada.
e) Cakupan Pemberbedayaan Individu/Keluarga Melalui Kunjungan
Rumah
Cakupan pemberdayaan individu dan keluarga melalui kunjungan
rumah masih belum memenuhi target. Untuk itu perl dilakukan
21

upaya dalam meningkatkan cakupan dengan melibatkan kader


kesehatan dan lintas sektor terkait.
3) Kesehatan Lingkungan
a) Cakupan Pengawasan Rumah Sehat Di Puskesmas
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa di wilayah Kera
Pusiesmas M. Ramdan dari 1 122, rumah yang diperiksa sebanyak
709 rumah atau 63,19% rumah yang sehat. Diantara kelurahan
yang ada di wilayah Kerja Puskesmas M. Ramdan kelurahan
cieeureuh yang masil banyak terdapat rumah yang belun memenuhi
syarat leschatan dikarenalkan faltor ekonomi sebarian besar
penduduknya berprofesi sebagai buruh karena itu perl adanya
kesadaran masyarakat mengenai rumah schat dan dilkarenakan
peran serta lintas sektor dalam menuntaskan masalah rumah sehat.
b) Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih (Sab) Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari sarana yang
diperiksa sebanyak 1110 terdapat 1023 (92, 16%) air bersih yang
memenuhi syarat. Mash ada 7,84% yang belum memenuhi syarat
karena kondisi sarana yang dibangun dekat dengan selokan, sungai
ataupun pesawahan jadi dimungkinkan ada resapan atau
terkontaminasi sehingga air tidak memenuhi syarat.
c) Cakupan Pengawasan Jamban Di Puskesmas M Ramdan Tahun
2022
Pari jumlah jamban yang diperiksa di wilayah Puskesmas M
Ramdan sebanyak 1090 sarana dan yang dinyatakan memenuhi
syarat sebanyak 592 (54,31%), masth banyak masyarakat yang
belum sadar akan pentingnya jamban sehat dan sudah nyaman
dengan kondisi yang ada sekarang sehingga masyarakat membuang
be sungai atau ke selokan. Upaya mempercepat pembangunan
jamban yang sehat harus ada koordinasi dan komitmen yang kuat
dari lintas sektor, kesadaran masyarakat juga sangat diperlukan
untuk hidup sehat.
22

d) Cakupan Pengawasan Spal (Sarana Pembuangan Air Limbah)


Dari jumlah SPAL yang diperiksa sebanyak 1090 sarana dan Yang
telah memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas sebanyak 984
(90,27%. Masih terdapat sarana, yang belum memenuhi syarat
dikarenakan saluran air yang tidak dipelihara dengan baik schingsa
terjadi penyumbatan atau genangan.
e) Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum (Ttu) Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa dari 107 jumlah tempat
umum yang diperiksa, ditemukan 99 tempat umum yang
memenuhi syarat kebersihannya (92,5%). Perlunya pengawasan
dan pembinaan secara berkesinambungan dalam upaya
mewujudkan TTU yang sehat.
f) Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (Tpm) Di
Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dianalisis dari 26 jumlah TPM yang ada dan
yang diperiksa sebanyak 11 TPM yang dinyatakan memenuhi.
Syarat Keschatan sebanyak 4 TTU (36,36%). Dengan
meningkatrya. Jumlah TPM yang ada di wilyah puskesmas maka
diperlukan pendekatan, pembinan dan pengawasan yang terus
menerus sehingga diharapkan banyak TPM yang memenuhi syarat.
g) Cakupan Pengawasan Industri Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah industri yang
diawasi sebanyak 4 industri dari jumlah industri yang ada yaitu 6
industri. Mash rendahnya kesadaran dan terbukanya industri untuk
diperiksa.
h) Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penderita.Penyakit
berbasis lingkungan yang mendapatkan konseling oleh petugas
pusiesmas sebanvak 214 orang dart jumlah total penderta Denyakit
yang berjumlah 2345 orang. Tidak semua penderta mendapat
konseling karena keadaan sekarans yang lagi pandemi covid 19
23

dan kcengganan pasien untuk dikonseling dengan alasan waktu dan


kesibukan pasien.
i) Inpeksi Sanitasi Sarana Pembangunan Sampah Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pembuangan
sampah yang diperiksa sebanyak 1111 dan yang memenuhi syarat
sebesar 706 (63,54%). Mash banyak masyarakat yang membuang
atau menyimpan sampah dengan menggunakan keresek yang
disimpan di pagar.
j) Cakupan Pengawasan Tempat Pengelolaan Pestisida Di Puskesmas
Di wilayah kerja Puskesmas M Ramdan tidak ada tempat
pengelolaan pestisida. Persentase Kelurahan Yang Melaksanakan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
k) Presentasi Kelurahan Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasi
Masyarakat Di Puskesmas
Seluruh kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ramdan sudah
melaksanakan kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat dan yang
memenuhi syarat sebesar 100%.
4) Upaya KIA dan KB
a) Cakupan Kunjungan Ibu Hmil K4 Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa cakupan kunjungan ību
hamil K4 mencapai 97,7%. Beberapa faktor penghambat yang ada
di lapangan adalah masih kurangnya kesadaran bumil, pendataan
sasaran yang berubah-ubah, mobilitas penduduk yang tinggi,
belum optimalnya pelaporan dari BPS dan masih banyaknya ibu
hamil yang pulang kampung. Keberadaan posyandu sebagai upaya
pelayanan keschatan di luar gedung merupakan upaya pendekatan
kepada masyarakat untuk keterjangkauan layanan kesehatan masih
perlu ditingkatkan pembinaannya. Sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu akan dapat meningkatkan jumlah cakupan ini.
b) Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di
Puskesmas
24

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di


wilayah Puskesmas M Raman sebanyak 84,6%. Meningkatnya
kesadaran ibu bersalin untuk memanfaatkan tenaga kesehatan yang
ada, tidak adanya paraji merupakan faktor pendorong dalam
program ini. Faktor penghambat yang ada di lapangan adalah
banyaknya ibu hamil yang bersalin di kampung halaman, kurang
koordinasi dan pencatatan pelaporan yang belum baik merupakan
faktor penghambat dalam hal ini
c) Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Di Puskesmas
Dari tabel diatas dianalisis bahwa cakupan komplikasi kebidanan
yang ditangani belum mencapai target. Beberapa faktor yang dapat
mendorong adalah meningkatnya keasadaran bumil tentang
kesehatannya. Untuk itu perlu ditingkatkan kegiatan bidang
kesehatan dengan memperbanyak informasi kesehatan, sarana
kesehatan yang terjangkau, meningkatkan kepedulian pihak
keluarga terhadap kesehatan bumil. Beberapa faktor penghambat
yang ada di lapangan yaitu mash rendahnya kesadaran masyarakat,
kurang berperanannya RW siaga yang sudah terbentuk, kurangnya
peranan pemangku kepentingan.
d) Cakupan Pelayanan Nifas Di Puskesmas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan ibu Tilas
cukup baik. Hal yang merupakan faltor pendorons adalah. Meraga
kesehatan ferlatin, meningkatnya akses infomnast Keschatan.
Adapun faltor persehambat yang ada dilapansan adalat rendahnya
kesadaran bumil untuk memeriksakan kehamilannya, penentuan
target sasaran yang tinggi, sistem pencatatan dan pelaporan yang
kurang baik
e) Cakupan Kunjungan Neonatus (KNI) Di Puskesmas
Cakupan kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas M
Raman belum mencapai target. Beberapa faktor penyebab adalah
kurangnya kesadaran bumil, mash banyaknya bumil yang pulang
25

kampung, mobilitas penduduk yang tinggi, rendahnya kesadaran


masyarakat, sistem pencatatan dan pelaporan belum maksimal.
Faktor pendorong adalah akses informasi sudah baik dan akses
terhadap layanan yang mudah. Untuk itu upaya yang harus
dilakukan adalah meningkatkan penyebaran informasi, pelatihan
bumil, pemberdayaan kader kesehatan dan pembinaan sarana
Aesehatan swasta yang melayani bumil agar rutin melaporkan
selruh kegiatannya dengan lengkap ke puskesmas.
f) Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Di Puskesmas
Faktor pendorong adalah meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang kesehatan, akses informasi semakin terbuka. Faktor
penghambat yang ada di lapangan antara lain data sasaran kurang
akurat, banyak ibu yang memeriksakan bayi di luar wilayah kerja,
sistem pelaporan yang belum terkoordinasi dengan baik, peran
BPS belum optimal.
g) Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani Di
Puskesmas
Yang merupakan faktor pendorong adalah meningkatnya kesadaran
masyarakat, akses informasi terbuka, keterjangkauan layanan
keschatan, sarana prasarana kesehatan lengkap. Beberapa faktor
penghambat yang ada di lapangan adalah kurangnya kesadaran
masyarakat, sasaran kurang akurat.
h) Cakupan Kunjungan Bayi Di Puskesmas
Yang merupakan faktor pendorong adalah akses informasi yang
semakin terbuka, keterjangkauan layanan. Faktor penghambat yang
ada di lapangan adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada, faktor ibu bekerja, peran
BPS belum optimal, data sasaran kurang akurat, banyak ibu
memeriksakan bayi di luar wilayah kerja, sistem pelaporan mash
belum terpadu.
i) Cakupan Pelayanan Anak Balita Di Puskesmas
26

Dari tabel diatas dianalisis tentang faktor pendorong adalah


meningkatnya akses informasi, meningkatnya kesadaran
masyarakat. Faktor penghambat yang ada di lapangan adalah peran
BPS belum optimal, pemeriksaan balita di sarana keschatan yang
berada di luar wilayah keria, sistem pelaporan kurang terpadu.
j) Cakupan Peserta KB Aktif Di Puskesmas
Cakupan Peserta KB Aktif di wilayah Puskesmas M Ramdan
sebanyak 31,5%. Beberapa faktor penyebab antara lain kesadaran
masyarakat mash rendah, data sasaran kurang akurat, koordinasi
lintas sektor belum berjalan dengan baik.
5) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
a) Cakupan Keluarga Sadar Gizi Di Puskesmas
Jumlah keluarga yang standar gizi sebanyak 1349 dan keluarga
sadar gizi sebanyak 97,1%.
b) Cakupan Balita Ditimbang Di Puskesmas
Pencapaian partisipasi masyarakat (D/S) sudah mencapai target
dikarenakan kesadaran masyarakat untuk mengetahui kesehatan
bayinya sudah mulai meningkat sehingga masyarakat sudah
merasakan manfaat adanya posyandu.
c) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Bayi Di Puskesmas
Pencapaian target Vit A bagi bayi (6-11 Bulan) sudah mencapai
target, dikarenakan kader melakukan sweeping kepada sasaran
yang belum mendapat Vit A Biru. Sehingga semua sasaran bayi
mendapat Vitamin A biru sesuai umurnya.
d) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita (12 – 59
Bulan) Di Puskesmas
Pemeriksaan Vitamin A pada balita sudah mencapai target. Ibu dan
balita di wilayah kerja Puskesmas M. Ramdan sudah menyadari
pentingnya Vitamin A untuk balitanya, shingga mereka antusias
mendapatkan Vitamin A.
27

e) Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas Di


puskesmas
Beberapa hal yang meniadi faktor penghambat bagi ibu nifas yang
tidak mendapat vitamin A adalah kesadaran masyarakat tentang
pentingnya vitamin A bagi ibu nifas masih kurang, banyak ibu
melahirkan di kampung halamannya dan baru kembali setelah
masa nifasnya berakhir.
f) Cakupan Distribusi Tablet Fe 9o Tablet Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas
Pemberian tablet tambah darah 90 tablet (Fe3) kepada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas M. Ramdan sudah mencapai target. Ibu
hamil di wilayah kerja sudah menyadari pentingnya tablet tambah
darah bagi kehamilan.
g) Cakupan Distribusi Mp-Asi Baduta Gakin Di Puskesmas
Alokasi pendanaan MP -ASI Baduta Gakin pada tahun 2022
sebanyak 40 anak.
h) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Di Puskesmas
Pada tahun 2022 ada 2 balita gizi buruk (BB/U) dan Kurus sekali
berat badan.
i) Cakupan Asi Eksklusif Di Puskesmas
Cakupan ASI Ekslusif sudah mencapai target.
6) Upaya Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular
a) Cakupan BCG Di Puskesmas
Beberapa faktor yang masih merupakan faktor penghambat vang
ada di lapangana dalah data sasaran bayi yang kurang lengkap dan
karang akurat, mash rendahnya kesadaran maryarakat tentang
pentingnya imunisasi, peran sarana kesehatan swasta belum
optimal, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pelaporan belum
berjalan dengan baik. Perlu peningkatan pemahaman
b) Cakupan DPTHB 1 Di Puskesmas
28

Beberapa faktor yang mash merupakan faktor penghambat yang ada


di lapangan adalah data sasaran bayi yang kurang lengkap dan
kurang akurat, masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi, peran sarana kesehatan swasta belum
optimal, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pelaporan belum
berialan dengan baik. Perlu peningkatan pemahaman melalui
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi, peningkatan
peranan kader dan sweeping balita.
c) Cakupan DPT HB 3 Di Puskesmas
Beberapa faktor yang mash merupakan faktor penghambat sang ada
di lapangana dalah data sasaran bayi yang kurang lengkap dan
karang akurat, mash rendannya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi, peran sarana kesehatan swasta belum
optimal, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pelaporan belum
berjalan dengan baik. Perlu peningkatan pemahaman melalui
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi, peningkatan
peranan kader dan sweeping balita.
d) Cakupan Polio 4 Puskesmas
Beberapa faktor yang mash merupakan faktor penghambat yang ada
di lapangan adalah data sasaran bayi yang kurang lengkap dan
kurang akurat, mash rendahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi, peran sarana kesehatan swasta belum
optimal, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pelaporan belum
berjalan dengan baik. Perlu peningkatan pemahaman melalui
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi, peningkatan
peranan kader dan sweeping balita.
e) Cakupan Kampanye Campak Rubella Di Puskesmas
Beberapa faktor yang masih merupakan faktor penghambat jans ada
dilapangan adalah data sasaran bayi yang kurang lengkap dan
kurang akurat, masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi, peran sarana kesehatan swasta belum
29

optimal, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pelaporan belum


berjalan dengan baik. Perlu peningkatan pemahaman melalui
penyuluhan Keschatan tentang pentingnya imunisasi, peningkatan
peranan kader dan sweeping balita.
7) pelayanan imunisasi lanjutan
a) Cakupan BIAS TD Di Puskesmas
Masih perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi merupakan faktor penghambat yang ada di
lapangan. Peningkatan pemahaman in dapat diselesaikan dengan
penguluhan kesehatan di sekolah, sarana kesehatan, media sosial,
dan memerlukan peranan dari pemangku kepentingan
b) Cakupan Kampaye Campak Rubella Di Puskesmas
Masih perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi merupakan faktor penghambat yang ada di
lapangan. Peningkatan pemahaman in dapat diselesaikan dengan
penyuluhan kesehatan di sekolah, sarana kesehatan, media sosial,
dan memerlukan peranan dari pemangku kepentingan.
c) Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini Di Puskesmas
Sistem pencatatan dan pelaporan melalui sms ke SKDR pusat setiap
minggu sangat efektif untuk mengetahui ketepatan dan kelengkapan
laporan sistem kewaspadaan dini. Pemantauan dinas kesehatan kota
setiap minggu dapat mempertahankan ketepatan dan kelengkapan
laporan.
d) Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit Di Puskesmas
Keberadaan dan komunikasi yang canggih serta koordinasi antara
petugas dan kader secara cepat merupakan faltor pendorong
terhadap pelaporan kasus yang terjadi. Perlunga perantauan secara
berkesinambungan dari pihak Dinkes Kota dalam pelaksanaannya.
e) Cakupan Pengendalian Kejadia Luar Biasa ( KLB ) Di Puskesmas
Dengan adanya kasus KLB di wilayah kerja puskesmas maka perlu
ditingkatkan kembali koordinasi dengan lintas program dan lintas
30

sektor serta masyarakat untuk mencegah KLB berulang.Diperlukan


peran serta dari masyarakat dalam penanganan kasus berpotensi
KLB, perlunya disosialisasikan kepada masyarakat tentang kegiatan
surveilans berbasis masyarakat untuk mencegah KLB.
f) Cakupan Pengendalian Kejadian Luar Blasa (KLB)
Masih perlunya peningkatan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada dalam
penemuan kasus pneumonia pada balita. Dan diperlukan juga
peningkatan pengetahuan petugas dalam penatalaksanaan dan
deteksi dini kasus pneumonia, selain itu untuk meningkatkan
cakupan penemuan pneumonia diperlukan juga pelaporan kasus
pneumonia dari jejaring puskesmas seperti dokter praktek swasta,
klinik swasta dan rumah sakit diwilayah kerja puskesmas.
g) Cakupan Penemuan Pasien baru TB BTA Positif
Faktor penghambat yang ada dilapangan adalah masih kurangnya
kesadarabn masyarakat pentingnya pengobatan 1B, peranan kader
mash kurang, stigma penyakit, pelaporan dan pencatatan dari
sarkesta belum berjalan dengan baik, penjaringan Suspek kurang
berjalan dengan baik. Penyuluhan secara terus Tonerus,
meningkatkan peran serta kader dan keterlibatan lintas sektor baik
sekolah maupun aparat kewilyahan merupakan solusi dalam
masalah ini.
h) Cakupan Kesembuhan Pasien TB BTA Positif
Kesadaran pasien untuk berobat, perlunya pelibatan pihak keluarga
dan masyarakat serta menurunkan stigma yang ada di masyarakat
merupakan solusi dari masalah ini. Penanganan kasus TBC tidak
hanya melibatkan pihak masyarakat dan puskesmas saja, tetapi
perlu melibatkan pihak pemangku kepentingan dalam memberikan
kebijakan pengawasan pasien maupun pengawasan obat.
i) Cakupan Penderita DBD Yang Ditangani
31

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD dan


kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat menyebabkan
peningkatan kasus DBD pada tahun 2022. Solusi dalam masala ini
adalah mengaltilkan gerakan 1 rumah 1 jumantik dan
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M plus, pensuluhan.
decara berkssinambunzan, sistem pelaporan terpadu dengan
pelibatan keriasama lintas sektor maupun pemangku kepentingan
akan dapat mengatasi masalah ini.
j) Cakupan Penemuan Penderita Diare
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang penyakit diare dan kurang
aktifnya kader dalam melaporkan kasus dare diwilayahnya
menyebabkan penanganan kasus dare tidak berjalan dengan baik.
Solusi dalam masalah in adalah refreshing kader dengan pelibatan
kerjasama lintas sektor maupun pemangku kepentingan akan dapat
mengatasi masala ini. Serta diperlukan juga pelaporan kasus dare
dari jejaring puskesmas seperti klinik swata, dokter praktek swasta,
dan rumah sakit diwilayah kerja puskesmas untuk meningkatkan
cakupan penemuan kasus diare.
8) Upaya Pengobatan
a) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan
Faktor pendorong untuk peningkatan rawat jalan antara lain
keterjangkauan akses layanan, promosi layanan kesehatan,
Letersediaan sarana dan prasarana, meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap layanan yang ada. Yang merupakan faktor
penghambat yang ada di lapangan antara lain keterbatasan
kemampuan tenaga medis dalam penanganan schingga teriadi
pembatasan jumlah kunjungan rawat jalan. Solusinya adalah
peningkatan penyuluhan keschatan sebagai peranan utama fungsi
puskesmas dalam upaya peningkatan kesehatan baik perorangan
maupun masyarakat.
b) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Gigi
32

Faktor penghambat yang ada di lapangan antara lain keterbatasan


kemampuan tenaga medis dan pandemi covid-19 schingga
pelayanan tindakan gigi g belum bisa dilaksanakan dalam
penanganan sehingga terjadi pembatasan jumlah kunjungan rawat
jalan. Solusinya adalah peningkatan penyuluhan kesehatan sebagai
peranan utama fungsi puskesmas dalam upaya Deningkatan
kesehatan baik perorangan maupun masyarakat.
c) Cakupan Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas
Faktor pendorong untuk peningkatan cakupan pemeriksaan
laboratorium adalah promosi layanan kesehatan, ketersediaan
sarana dan prasarana, meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap layanan yang ada dan peningkatan kompetensi tenaga
medis tehadap layanan. Yang merupakan faktor penghambat antara
lain keterbatasan penyediaan alat dan bahan habis pakai. Solusinya
adalah kesinambungan dalam penyediaan alat dan bahan habis
pakai termasuk pada baya pemeliharaan alat untuk menjaga
kualitas mutu pemeriksaan.
d) Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang Dirujuk
Peningkatan kompetensi tenaga medis dalam mendeteksi penyakit
merupakan faktor pendorong. Perlunya pembinaan dan update ilmu
bagi tenaga keschatan sangat diperlukan untuk Deningkatan
kualitas layanan. Permasalahan yang terjadi, kurang adanya
kordinasi antara petugas lab, balai pengobatan dan Pendartaran,
sehinzga data yang dibutuhkan tidak tersedia. Solusi untuk
permasalahan tersebut, dibutuhkan kordinasi antar tenaga reschatan
supaya data rujukan dapat diketahui.
e) Cakupan Asuhan Keperawatan Individu Pada Pasien Rawat Inap
9) Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Cakupan Sekolah (SD/MI/sederajat) yang melaksanakan
Penjaringan Kesehatan
33

Peranan pihak sekolah, keterlibatan lintas sektor merupakan takitor


pendorong yang menentukan keberhasilan pelaksanaan di
lapangan. Faktor penghambat yang ada di lapangan adalah tugas
angkap petugas dan mash rendahnya kesadaran pihak sekolah
lentang pentingnya pemeriksaan kesehatan.
b) Cakupan Pembinaan Kelompok Olah Raga
Adanya tugas rangkap petugas merupakan faktor penghambat
dalam pembinaan dan pemantauan kelompok olahraga yang ada di
wilayah kerja. Solusinya pemerataan beban kineria antar petugas,
penambahan tenaga, dan peningkatan.
c) Cakupan Keluarga Dibina (Keluarga Rawan)
Adanya tugas rangkap petugas dan koordinasi petugas di lapangan
baik kegiatan maupun pencatatan dan pelaporannya masih menjadi
faktor penshambat yang ada di lapangan. Solusinya Peningkatan
koordinasi antar petugas.
d) Cakupan Keluarga Rawan Selesai Dibina
Adanya tugas rangkap petugas dan koordinasi petugas di lapangan
baik kegiatan maupun pencatatan dan pelaporannya mash menjadi
faktor penghambat yang ada di lapangan. Solusinya peningkatan
koordinasi antar petugas.
e) Cakupan Keluarga Mandiri III
Cakupan Keluarga Mandiri III di wilayah Puskesmas M Ramdan
sebanyak 62 orang (100%).
10) Upaya Kesehatan Kerja
a) Cakupan Pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Adanya tugas rangkap petugas dan koordinasi petugas di lapangan
baik kegiatan maupun pencatatan dan pelaporannya masih menjadi
faktor penghambat yang ada di lapangan. Solusinga peningkatan
koordinasi antar petugas.
b) Cakupan Penanganan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
34

Masih belum baiknya sistem pencatatan dan pelaporan serta


kurangnya koordinasi petugas masih merupakan faktor
penghambat yang ada di lapangan. Solusinga perbaikan koordinasi
antar petugas.
c) Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut
1) Cakupan PembinaanUpaya Kesehatan Gigi Masyarakat
(UKGM)
Faktor pendorong tercapainya Cakupan Pembinaan Upaya
Kesehatan Gigi Masyarakat adalah karena adanya peran serta
tenaga kesehatan dengan kader yang memotivasi masyarakat
untuk datang ke posyandu untuk mendapat pembinaan
kesehatan gigi dan mulut dan besarnya keingintahuan
masyarakat tentang pengetahuan gigi dan mulut.
2) Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman
Kanak-kanak (TK)
Faktor penghambat Pembinaan Kesehatan Gigi dan mulut di
Taman Kanak-kanak adalah kurang terjalinnya komunikasi yang
baik antara pihak sekolah dengan pihak Puskesmas (tenaga
Keschatan), dikarenakan kurangnya koordinasi antar lintas
sektor. Dan juga kurangnya kesadaran akan pentingnya
keschatan gigi dan mulut. Solusinya adalah dengan dilakukan
penyuluhan tentang Reschatan gigi dan mulut antar lintas sektor
agar timbulya Kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut. Koordinasi
3) Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di SD/MI
Pembinaan kesehatan gigi dan mulut kepada siswa sekolah dasar
belum dilaksanakan karena jumlah tenaga dokter yang kurang.
4) Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa TK
Yang menjadi faktor pendorong tercapainya Pembinaan
Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI adalah terjalinnya
komunikasi dan koordinasi yang baik antar tenaga kesehatan
35

dengan pihak sekolah juga lintas sektor, dan tingginya


kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Faktor penghambat tercapainya cakupan Pemeriksaan
Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa TK adalah karena belum
selurut TK yang ada diwilayah Puskesmas bersedia dilakukan
pemeriksaan, dan juga karena pada saat pemeriksaan adanya
giswa/siswi yang tidak hadir dan tidak mau dilakukan
pemeriksaan. Solusinga adanya koordinasi lintas sektor untut
kesehatan gigi dengan melibatkan Dinas Kesehatan dan Dinas
Pendidikan.
5) Cakupan Pemeriksaan Gigi Dan Mulut Siswa Sd
Faktor penghambat tidak tercapainya cakupan Pemeriksaan
Kesehatan Gigi dan Mulut siswa SD / MI karena tidak seluruh
kelas (siswa) yang diperiksa.
6) Cakupan Penanganan Siswa TK Yang Membutuhkan Perawatan
Kesehatan Gigi
Yang menjadi faktor pendorong tercapainya Pembinaan.
Kesehatan Gigi dan Mulut di TK adalah belum terjalinnya
komunikasi dan koordinasi yang baik antar tenaga keschatan
dengan pihak sekolah juga lintas sektor, dan tingginya
kesadaran akan pentingnya kesehatan gig dan mulut.
7) Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan
Perawatan Kesehatan Gigi
Faktor penghambat tercapainya cakupan penanganan Siswa
SD/MI yang membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi dan
Mulut adalah karena kurangnya kesadaran siswa yang telah
dirujuk untuk mendapatkan perawatan, dan kurangnya
kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut.
Solusinya adalah perlunya dilakukan penyuluhan secara rutin
schingga diharapkan dapat meningkatkan késadaran dan
keinginan untuk meniaga kesehatan gigi dan mulut.
36

d) Upaya Kesehatan Jiwa


1) Cakupan Deteksi Dini Gangguan Keschatan Jiwa
Mash rendahnya cakupan deteksi dini gangguan jiwa dengan
kesenjangan 10,87% disebabkan mash kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan yang ada,
kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektor,
kurangnya promosi layanan, tidak tersedianya obat-obatan,
kurangnya akses informasi mengenai gangguan jiwa.
Peningkatan promosi layanan dan peningkatan kerjasama lintas
program dan lintas sektor merupakan jalan solusi terhadap
penemuan kasus gangguan jiwa ini.
2) Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan
Jiwa
Penanganan pasien terdeteksi gangguan keschatan jiva
diwilayah Keia puskesmas sudah fertangani 100 %. Dalam
penanganan pasien Wlakukan dengan memberikan konseling,
kunjungan rumah dan rujukan jika diperlukan.
11) Upaya Kesehatan Indera
a) Indra Penglihatan
1) Cakupan kegiatan skrining kelainan/ gangguan refraksi pada
anak sekolah
Kerjasama lintas sektor baik dari pihak sekolah, puskesmas
maupun R$ rujukan merupakan faktor pendorong
keberhasilan program ini.
2) Cakupan Penanganan Kasus Kelainan Refraksi
Kompetensi petugas dalam mengenali dan menangani kasus
Kelinan refraksi merupakan faktor penghambat yang ada di
lapangan. Perlunya update pengetahuan, kerjasama lintas
sektor, Keijasama penanganan ruiukan penanganan kelainan
fraks Sampai saat ini belum terlaksana dengan baik.
37

Solusinya peningkatan kompetensi petugas, kerjasama lintas


sektor yang baik merupakan solusi dalam masalah ini.
3) Cakupan Skrining Katarak
Peningkatan kemampuan petugas maupun tenaga medis
dalam penemuan dan pemeriksaan katarak meniadi faktor
pendorong peningkatan cakupan skrining katarak yang ada di
lapangan.
4) Cakupan Penanganan Penyakit Katarak
Peningkatan kemampuan petugas maupun tenaga medis
dalam penemuan dan pemeriksaan katarak serta peranan
rumah sakit rujukan dan kemudahan pembiayaan menjadi
faktor pendorong peningkatan cakupan skrining katarak yang
ada di lapangan.
5) Cakupan Rujukan Gangguan Penglihatan Pada Kasus
Diabetes Melitus Ke RS
Peningkatan kemampuan petugas maupun tenaga medis
dalam penemuan dan pemeriksaan gangguan penglihatan
pada kasus diabetes serta peranan rumah sakit rujukan dan
kemudahan transportasi pasien ke RS menjadi faktor
pendorong peningkatan cakupan rujukan yang ada di
lapangan.
b) Indra Pendengaran
1) Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus Gangguan
Pendengaran di SD/ MI

Faktor pendorong tercapainya Kegiatan Penjaringan


Penemuan Kasus Gangsuan Pendengaran di SD/MI
Puskesmas M Ramdan adalah keriasama lintas sektor baik
antara pihak sekolah, Pluskesmas, dan pemangku
kepentingan. Beberapa hal yang masih menjadi faktor
penghambat adalah pengelolaan tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung,
38

sistem pencatatan dan pelaporan yang belum berjalan dengan


bailk.

2) Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI yang


ditangani
Peningkatan kemampuan petugas maupun tenaga medis
dalam penemuan dan pemeriksaan pendengaran menjadi
faktor pendorong peningkatan cakupan skrining kasus
gangguan pendengaran yang ada di lapangan. Bebrapa solusi
supaya kegiatan in dapat berjalan dengan baik adalah
peningkatan kompetensi petugas, pencatatan dan pelaporan
yang baik disamping kerja sama lintas sektor.
c) Upaya Kesehatan Lanjut Usia
12) Kesehatan Usia Lanjut
a) Cakupan kesehatan usia lanjut
Belum semua pasien usia lanjut mendapatkan layanan keschatan.
Jarak yang jauh, kondisi tubuh, tidak adanya keluarga yang
mengantar menjadi faktor penghambat untuk mendapatkan layanan
kesehatan. Perlunya penanaman kesadaran bagi pihak keluarga
untuk mempunyai kesadaran dalam menjaga kesehatan bagi
keluarga yang berusia lanjut untuk tetap melakukan pemeriksaan
secara berkala. Perlu pembinaan dari petugas kesehatan secara
terus menerus untuk menanamkan kesadaran untuk masyarakat.
b) Cakupan Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut pada Kelompok Usia
Laniut
Meningkatnya jumlah penyakit degeneratif pada usia lanjut
menyebabkan masyarakat berusaha mencari pengobatan. Beberapa
laktor pendorong dari kegiatan in yaitu mulai terjadinya
peningkatan kesadaran masyarakat usia lanjut untuk tetap menjaga
kesehatannya. Apalagi bila di puskesmas sudah terbentuk Wadah
pembinaan seperti prolanis. Ketergantungan masyarakat Akan
kehadiran petugas keschatan menyebabkan kegiatan tidak berjalan
39

dengan semestinya. Perlunya pembinaan secara terus Inenerus dari


petugas keschatan merupakan solusi agar kegiatan ini dapar
berjalan dengan baik. Namun dikarenakan masih pandemi Covid-
19 kelompok usia lanjut belum melakukan pembinaan.
13) Upaya Kesehatan Tradisional
a) Cakupan Pembinaan Upaya Keschatan Tradisional (Kestrad)
Pembinaan oleh puskesmas sudah dilaksanakan secara berkala
kepada penyehat tradisional.
b) Cakupan Pengobat Tradisional Terdaftar/ Berifin
Penyehat tradisional yang ada di wilayah kerja Puskesmas M
Ramdan berjumlah 4 dan telah dibina semua.
c) Cakupan Pembinaan Kelompok Taman Obat Keluarga

6. Sumber Daya Manusia


Tabel 2.1 Tenaga Kesehatan di UPTD Puskesmas Ramdan

kelurahan
No Jenis Tenaga kesehatan Ciateu Total
Ciseureuh Cigereleng l
1 2 3 4 5 6
Tenaga kesehatan
1 dokter umum 6 7 1 13
2 Dokter Spesialis 0 1 0 1
3 Dokter Gigi 2 11 2 15
A
4 Dokter Gigi Spesialis 1 1 1 3
5 Bidan praktek 2 0 1 3
6 Pengobatan tradisional 0 0 0 0

B 1 klinik rontgen/radioligi 0 1 0 1
2 klinik CT scan 0 0 0 0
3 Rumah Bersalin (RB) 0 0 0 0
4 Klinik Pratama 1 1 0 2
40

5 Klinik Utama 0 0 1 1
6 Laboratorium 0 1 0 1
7 Apotik 1 4 2 7
8 Salon Kecantikan 0 0 0 0
Jumlah Tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan Yang Memiliki
Izin Praktek di wilayah UPTD Puskesmas M. Ramdan Tahun 2022,
tercatat tenaga kesehatan mencapai 30 orang dan jumlah sarana kesehatan
mencapai 12 buah yang tersebar di 3 kelurahan yaitu Cisereuh, Cigereleng,
dan Ciateul.

7. Sarana prasarana
a. Sarana
Tabel 2.2 Jumlah dan kondisi bangunan UPTD Puskesmas
M.Ramdan di wilayah kerja UPTD Puskesmas M.RAmdan tahun
2022

UPT Puskesmas M.ramdan


N luas
Uraian Jumlah Rusak
o bangunan Baik
Ringan Sedang Berat
1 pendaftaran 1 1x3.2 √
2 Ruangan Rekam medis 1 3.7x3.6 √
3 Ruangan Tunggu 1 4x20 √
4 Ruangan Pelayanan BP 1 11.5x6 √
5 Ruangan UGD 1 2.85x2.9 √
6 Ruangan Pelayanan KIA 1 7.6x7.25 √
7 Ruangan MTBS 1 3.3x4 √
8 Ruangan Poli gigi 1 5x5.4 √
9 Ruangan Pelayan Lansia 1 4.4x4.9 √
10 Ruangan Konseling 1 2.8x4.9 √
11 Ruangan Lab 1 3.5x5 √
12 Ruangan DOTS 1 3.2x3.9 √
13 Ruangan Farmasi 1 1.9x3.7 √
41

14 Gudang Obat 1 3.2x3.9 √


Ruangan Penyimpanan
15 Vaksin 1 4x5 √
16 Aula 1 11.5x6 √
17 Ruangan Tata Usaha 1 5x5.4 √
18 Ruangan PJ Puskesmas 1 4x5 √
19 Ruangan UKM 1 5x8.5 √
20 Ruangan Staf 1 5x8.5 √
21 Mushola 1 5x3.3 √
22 Gudang 1 4.5x 3.5 √
23 Dapur 1 2x3.5 √
24 Toilet 5 2x1.5 √
25 Parkir 1 25x16.6 √

UPT Puskesmas M.ramdan


No Uraian Jumlah Rusak
Baik
Ringan Sedang Berat
1. Kendaraan Ambulan 1 √
Kendaraan Bermotor Roda
2. Dua 1 √
b. Prasarana
Tabel. 2.3 jumlah dan kondisi peralatan Kesehatan UPTD
Puskesmas M.Ramdan

UPTD Puskesmas M. Ramdan Posyandu


N Jenis Peralatan Yang Yang
O Kesehatan Yang Ada Ada Tidak Rusa Yang Ada Ada Tidak Rusa
Lengkap Lengkap k Lengkap Lengkap k
Pengukur Tinggi
1. Badan Bumil 1 12
2. Timbangan Dacin 32
42

3. KB Kit 1
4. Thermos 1
5 Timbangan Kit 2
Timbangan Bayi
6. baru Lahir 1
Timbangan Bayi
7. Kodok 2
8. Tensimeter 4
9. Vaccine Carier 10
10. Stetoskop Monokuler 6
11. Freezer 1
12. PHN Kit 1 1
13. Sterilisator 1 rak 1
14. sterilisator 2 rak 2
Cold Pack putih
15. Orange 4
Cold Pack Putih
16. Kecil 35
Cold Pack Putih
17. Besar 2
18. UKGS Kit 1
19. Set Mikroskop 1
Pengukur Tinggi
20. Badan Bayi 1
Set Pemeriksaan
21. Hematologi/ Darah 1
Set Pemeriksaan
22. Urine 1
23. Wireless 1
24. Radio Casette 1
43

25. Slide Proyektor 2


Tempat Tidur
26. Pemeriksaan Pasien 3
27. Ginekologi Bed 1
Timbangan Orang/
28. Dewasa 2 20
Peralatan kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas M. Ramdan
cukup. Kendala yang ada selama ini adalah belum mencukupinya
anggaran di Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk pemeliharaan alat
kesehatan sehingga alat ukur yang ada belum seluruhnya dapat
dikalibrasi. Menurut standar ISO 9001: 2011, kalibrasi merupakan
salah satu hal yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan alat sehingga
penggunaan alat ukur dapat lebih akurat. Berikut jumlah dan jenis alat
kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas M. Ramdan.
Tabel 2.4 Jumlah dan kondisi perlengkapan mebeuler UPTD Puskesmas
M.Ramdan

UPT Puskesmas M.ramdan


No Jenis Barang Rusak
Jumlah Baik
Ringan Sedang Berat
1. meja kerja 19 18 1
2. meja komputer 2 2
3. lemari kaca 3 3
4. lemari sorok 1 1
5. lemari besi 5 5
6. lemari kayu 8 8
7. filing besi / metal 2 2
8. filing kayu 1 1
9. rak besi/metal 4 4
10. kursi biasa 4 4
11. kursi lipat 20 19 1
44

12 kursi putar 5 5
13 kursi tamu/sofa 2 2
14 kursi kayu 4 3
15 bangku tunggu 14 12 1 1
16 tempat tidur 4 4
17 Gynecolog bed 1 1
Tabel 2.5 Jumlah dan kondisi perlengkapan administrasi kantor UPTD
Puskesmas M.Ramdan

UPT Puskesmas M.ramdan


No Jenis Barang Rusak
Jumlah Baik
Ringan Sedang Berat
1 Mesin ketik manual 2 1 1
Papan Nama
2 instansi 1 1
Mesin Hitung
3 manual 3 3
4 papan pengumuman 1 1
5 White Board 4 4
6 Komputer 15 13 1 1
7 Printer 7 5 2
8 Laptop 2 2
9 kamera digital 1 1
Tabel 2.6 Jumlah dan kondisi peralatan lainnya UPTD Puskesmas M.Ramdan

UPTD Puskesmas M.ramdan


N
Jenis Barang Rusak
o Jumlah Baik
Ringan Sedang Berat
1 Dispenser 1 1
2 Komppor Gas 1 1
3 Tabung Gas 1 1
4 Kipas Angin 4 4
45

radio tape
5 karaoke 1 1
6 Televisi 1 1
Peraltan pendukung yang sudah ada selama ini telah mencakupi dan masih
dapat berfungsi.
BAB III

1. Pengertian SPM
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah merupakan
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang
kesehatan yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh
setiap warga negara.

2. Jenis Layanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan


di Kabupaten/Kota
No Jenis layanan Mutu layanan Penerima Pernyataan
dasar dasar layanan dasar standar
1. Pelayanan Sesuai standar Ibu hamil Setiap ibu hamil
kesehatan ibu pelayanan mendapatkan
hamil antenatal. pelayanan
antenatal sesuai
standar.
2. Pelayanan Sesuai standar Ibu bersalin Setiap ibu
kesehatan ibu pelayanan bersalin
bersalin persalinan. mendapatkan
pelayanan
persalinan sesuai
standar

3. Pelayanan Sesuai standar Bayi baru lahir Setiap bayi baru


kesehatan bayi pelayanan lahir mendapatkan
baru lahir kesehatan bayi pelayanan
baru lahir. kesehatan
neonatal esensial
sesuai standar.
4. Pelayanan Sesuai standar Balita Setiap balita

46
kesehatan balita pelayanan mendapatkan
(12 – 59 bulan) kesehatan pelayanan
balita. kesehatan sesuai
standar.
5. Pelayanan Sesuai standar Anak pada usia Setiap anak pada
kesehatan pada pelayanan pendidikan usia pendidikan
usia pendidikan kesehatan usia dasar. dasar
dasar pendidikan mendapatkan
dasar. pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
6. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga
kesehatan pada pelayanan Indonesia usia negara Indonesia
usia produktif kesehatan usia 15 s.d 59 tahun. usia 15 s.d 59
produktif. tahun
mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
7. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga
kesehatan pada pelayanan Indonesia usia negara Indonesia
usia lanjut kesehatan usia 60 tahun ke atas. usia 60 tahun ke
lanjut. atas mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
8. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita
kesehatan pelayanan hipertensi hipertensi
penderita kesehatan mendapatkan
hipertensi penderita pelayanan
hipertensi. kesehatan sesuai

47
standar

9. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita


kesehatan pelayanan diabetes mellitus Diabetes Melitus
penderita kesehatan mendapatkan
Diabetes penderita pelayanan
Melitus Diabetes kesehatan sesuai
Melitus. standar.
10. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang
Kesehatan pelayanan gangguan jiwa dengan gangguan
orang dengan kesehatan jiwa. (ODGJ) berat. jiwa (ODGJ)
gangguan jiwa berat
(ODGJ) berat mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
11. Pelayanan Sesuai standar Orang terduga Setiap orang
kesehatan orang pelayanan TBC. terduga
terduga orang terduga tuberkulosismend
tuberculosis Tuberkulosis apatkan pelayanan
(TBC) kesehatan sesuai
standar
12. Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang
kesehatan orang pelayanan terinfeksi HIV dengan risiko
dengan risiko kesehatan (ibu hamil, terinfeksi HIV
terinfeksi virus kepada orang pasien TB, mendapatkan
yang dengan pasien IMS, pelayanan
melemahkan risikoterinfeksi waria/transgend kesehatan sesuai
daya tahan HIV er, pengguna standar.
tubuh napza, dan
manusia(Huma warga binaan

48
n lembaga
Immunodeficie pemasyarakatan
ncy Virus=HIV) ).

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes melitus (DM)

Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai


standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita
Diabetes Melitus (DM) usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
kesehatan diabetes mellitus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
meliputi:

a. Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas


pelayanan Kesehatan

b. Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau Nutrisi

c. Melakukan rujukan jika diperlukan

d. Therapy Farmakologi : Gula darah sewaktu (GDS) lebih dari 200


mg/dl ditambahkan pelayanan terapi farmakologi

4. Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa


(ODGJ) Berat
Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut
dan Skizofrenia meliputi:
a. Pemeriksaan Kesehatan jiwa meliputi: Pemeriksaan status mental
Wawancara
b. Edukasi kepatuhan minim obat
c. Melakukan rujukan jika diperlukan

49
5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis
Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai Standar.Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi
orang terduga TBC meliputi: 1)PemeriksaanklinisPelayanan klinis terduga
TBC dilakukan minimal satu kalidalam setahun, adalah pemeriksaan
gejala dan tanda
2)Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan dahak dan/atau
bakteriologis dan/atau radiologis
3)Edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan.
4)Melakukan rujukan jika diperlukan. Gejala Utama TB adalah batuk
selama 2 minggu atau lebih.Batuk dapat diikuti dengan dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik dan badan
meriang lebih dari satu bulan.
Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara dini,
penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan penularan
dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor risiko dan pemberian
obat pencegahan. Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan
TB sedini mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan
hingga sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh).

6. Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinfeksi


Virus yang Melemahkan Daya Tahan Tubuh Manusia (Human
Immunodeficiency Virus = HIV)
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko terinfeksi
HIV sesuai standar meliputi:
1)Edukasi perilaku berisikodanpencegahanpenularan
2)Skrining dilakukan dengan pemeriksaan Tes Cepat HIV minimal 1 kali
dalam setahun.
3)Melakukan rujukan jika diperlukan.

50
Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV yaitu:
a. Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil.
b. Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dansedang
mendapat pelayanan terkait TBC
c. Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang terbukti
terinfeksi IMS selain HIV dan sedang mendapat pelayanan terkait
IMS
d. Penjaja seks, yaitu seseorang yang melakukan hubunganseksual
dengan orang lain sebagai sumber penghidupan utama maupun
tambahan, dengan imbalan tertentu berupa uang, barang atau jasa
e. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), yaitulelaki yang
pernah berhubungan seks dengan lelaki lainnya, sekali, sesekali atau
secara teratur apapun orientasi seksnya (heteroseksual, homoseksual
atau biseksual)
f. Transgender/Waria, yaitu orang yang memiliki identitas gender atau
ekspresi gender yang berbeda dengan jenis kelamin atau seksnya yang
ditunjuk saat lahir, kadang disebut juga transeksual.
g. Pengguna napza suntik (penasun), yaitu orang yangterbukti memiliki
riwayat menggunakan narkotika dan atau zat adiktif suntik lainnya.
h. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), yaitu orangyangdalam
pembinaan pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM dan telah
mendapatkan vonis tetap

7. Target dan Realisasi Pencapaian SPM Puskesmas Moch Ramdan


tahun 2023

JUMLAH
N INDIKATO TARGET KESENJANGA
SASARA CAPAIAN
O R (%) N
N
1 Cakupan 100 648 65 101.0 1.08
Pelayanan 5 8
kesehatan
penderita
diabetes

51
mellitus
Cakupan
Pelayanan
Kesehatan
2 orang 100 51 45 88.24 -11.76
dengan
gangguan
jiwa berat
Cakupan
Pelayanan
39
3 kesehatan 100 419 94.27 -5.73
5
orang
terduga TB
Cakupan
Pelayanan
kesehatan
orang 42
4 100 2031 21.07 -78.93
dengan 8
resiko
terinfeksi
HIV

8. Sistem Pelaporan

No Penderita Pelaporan
1. TB SITB
2. HIV SIHA
3. JIWA SIMKESWA
4. DM IPTM

Cakupan Pelayanan Kesehatan Diabetes Mellitus

Agustus September Oktober


Pencapaian 88,89% 89,66% 101,08%
Target 66,6% 75% 83,3%
Kesenjangan Tercapai Tercapai Tercapai

52
Keterangan :
Cakupan pelayanan kesehatan Diabetes Melitus di puskesmas moch
ramdhan terdapat kesenjangan dimana target bulan agustus,
September dan oktober telah tercapai dengan hasil pada bulan agustus
88,89%, pada bulan September 89,66% dan oktober 101,08%

Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa


Berat

Agustus September Oktober


Pencapaian 74,51% 80,39% 88,24%
Target 66,6% 75% 83,3%
Kesenjangan Tercapai Tercapai Tercapai

Keterangan :
Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat di
puskesmas moch.Ramdhan terdapat kesenjangan dimana pada bulan
agustus 74,51%, pada bulan September 80,39%, dan oktober 88,24%
yang mana semua cakupan telah tercapai.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Terduga TB

Agustus September Oktober


Pencapaian 83,29% 88,78% 94,27%
Target 66,6% 75% 83,3%
Kesenjangan Tercapai Tercapai Tercapai

Keterangan :
Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan teduga TB di puskesmas
moch.Ramdhan terdapat kesenjangan dimana pada bulan agustus

53
83,29%, pada bulan September 88,78%, dan oktober 94,27%, yang
mana semua cakupan telah tercapai.

Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko HIV

Agustus September Oktober


Pencapaian 12,56% 17,73% 21,73%
Target 66,6% 75% 83,3%
Kesenjangan 54,4% (Tidak 52,27% (tidak 62,23% (tidak
tercapai ) tercapai) tercapai)

Keterangan :
Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV di puskesmas
moch.Ramdhan terdapat kesenjangan dimana pada bulan agustus
12,56%, pada bulan September 17,73%, dan oktober 21,73%, yang
mana semua cakupan tidak tercapai.

54

Anda mungkin juga menyukai