Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Fasilitas kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam
lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Selain itu Puskesmas
memiliki tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung tercapainya
kecamatan sehat.
Lulusan dokter mempunyai kompetensi sebagai dokter layanan
primer. Dokter layanan primer nantinya diharapkan dapat bertindak
sebagai gate keeper yang akan menangani sebagian besar kasus di
masyarakat sendiri hingga tuntas melalui fasilitas kesehatan tingkat
pertama seperti Puskesmas. Dokter layanan primer diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang bersifat holistik, preventif dan promotif

1
dibandingkan kuratif. Di lain pihak, dokter layanan primer harus
berorientasi pada kedokteran keluarga, okupasi, komunitas, managerial,
dan kepemimpinan.
Pada era serba modern ini, maka mahasiswa dituntut untuk lebih maju
dengan cara meningkatkan kualitas Sumber Daya yang mutlak harus
dimiliki mahasiswa salah satu perwujudannya melalui program Praktik
Belajar Lapangan (PBL). Praktik Belajar Lapangan (PBL) mahasiswa
yang dilaksanakan di Puskesmas akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa
untuk menambah kecakapan, profesionalisme, personal, dan sosial
mahasiswa. Melaui kegiatan ini juga mahasiswa berkesempatan untuk
mengembangkan pola pikir, memberikan ide-ide yang berguna serta dapat
menambah pengetahuannya dengan begitu penulis lebih memiliki rasa
disiplin dan bertanggung jawab dengan apa yang dilimpahkan.
Pada blok 6 semester II ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang melaksanakan Praktik Belajar
Lapangan (PBL) di Puskesmas Miroto. Hasil pengamatan di lapangan
akan dibandingkan dengan teori yang telah didapatkan pada pembekalan
dan belajar mandiri.

1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan


A. Tujuan Umum
Pada akhir kegiatan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
gambaran umum Puskesmas melalui kegiatan yang telah dilaksanakan
sesuai kenyataan yang ada di Puskesmas.
B. Tujuan Khusus
Pada akhir kegiatan diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memperolah pengalaman sehingga dapat menjelaskan gambaran
umum Puskesmas dengan cara membuat laporan praktik belajar
lapangan di Puskesmas.
2. Membina dan meningkatkan kerjasama antara FK Unimus dengan
Puskesmas tempat melaksanakan kegiatan.

2
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
Manfaat yang didapat dari Praktik Belajar Puskesmas (PBL) adalah:
A. Mahasiswa mampu memahami tentang gambaran umum di
Puskesmas;
B. Mahasiswa mampu membandingkan antara teori dengan praktik di
lapangan;
C. Mendapatkan mengenai cara kerja Puskesmas dalam menjalankan
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
D. Mahasiswa mampu menjalin kerjasama dan tanggung jawab antar
anggota kelompok.

1.4 Ruang lingkup


Ruang lingkup laporan Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas Miroto
Semarang, mahasiswa melakukan observasi mengenai gambaran umum di
Puskesmas yang berkaitan dengan UKM, UKP, Administrasi dan Tim
Mutu yang dilakukan Puskesmas Miroto dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat.

1.5 Metode Pengumpulan Data


A. Data Primer
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan mengenai permasalahan yang ditinjau. Metode
observasi ini merupakan data primer.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab
dengan pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang
sedang ditinjau. Metode ini merupakan data primer.

3
3. Pemaparan materi tentang gambaran umum di Puskesmas oleh
tenaga kesehatan.
B. Data Sekunder
1. Metode Dokumen
Metode dokumen adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengambil data-data yang diperlukan dari
dokumen yang berkaitan, berupa Buku Profile Puskesmas, Data
Dinding, Laporan Tahunan dan Rencana Tingkat Puskesmas

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarkat

2.1.1 Pengertian Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman
Kerja Puskesmas disebutkan bahwa Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja nya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 menyebutkan bahwa
Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.1.2 Kedudukan Puskesmas

5
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan
Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah:
A. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
B. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian
tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
C. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.
D. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktik dokter, praktik dokter gigi,
praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan
Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama ini adalah Sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan
bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa
dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah
sebagai pembina.2

2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas

6
A. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh
puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian
masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan
kesinambungan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengaju
pada visi pembangunan kesehatan puskesmas diatas yakni
terwujudnya kecamatan sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
B. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1. Mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Mendorong kemandirian hidup
sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
5. Mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.1

7
2.1.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
A. Berdasarkan Prinsip paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah
dan mengurangi kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
B. Berdasarkan prinsip pertanggung jawaban wilayah, Puskesmas
menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
C. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
D. Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
E. Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
F. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.1

2.1.5 Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
A. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
B. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
C. Hidup dalam lingkungan sehat; dan

8
D. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas tersebut mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
2.1.6 Fungsi Puskesmas
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
A. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
B. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
C. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
Puskesmas meliputi:

9
1. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.1

2.1.7 Asas Penyelenggaraan


Asas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
A. Asas pertanggungjawaban wilayah
Asas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggung
jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
2. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
3. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya

10
4. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya
kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya (outreach activities) pada
dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan asas
pertanggungjawaban wilayah.
B. Asas pemberdayaan masyarakat
Asas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan
masyarakat antara lain:
1. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
2. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi)
4. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren)
5. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
6. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
7. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
8. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)

11
9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
10. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
Tabungan Ibu
11. Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.
C. Asas keterpaduan
Asas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak
dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan, yakni:
1. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
a. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, dan pengobatan.
b. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa.
c. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, dan kesehatan gigi.
d. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan
jiwa, dan promosi kesehatan.
2. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat

12
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
a. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
b. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian
c. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.
d. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama,
koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
e. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
f. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
D. Asas rujukan
Asas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
asas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan

13
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan
yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang
dikenal, yakni:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi
satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam:
a. Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada
tenaga Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di Puskesmas.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut
telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas
tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,

14
maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.2

2.2 Upaya Kesehatan Wajib

2.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat


Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh
setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar minimal
pelayanan kabupaten atau kota di bidang kesehatan. Berikut macam-
macam upaya kesehatan masyarakat esensial:
A. Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai
keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan.
Suatu program perubahan perilaku masyarakat yang
menyeluruh dalam konteks masyarakatnya, bukan hanya
perubahan perilaku saja, tetapi juga terjadinya perubahan
lingkungan. Promosi Kesehatan merupakan program yang
dirancang untuk memberikan perubahan terhadap manusia,
organisasi, masyarakat dan lingkungan.

15
2. Strategi Promosi Kesehatan
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut secara efektif dan
efesien, diperlukan cara pendekatan yang strategis. Cara ini sering
disebut strategi, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara
berhasil guna dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO
strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal :
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang
diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi
adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program
yang diinginkan.
b. Dukungan sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk
mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat,
baik tokok masyarakat formal maupun infomal. Tujuan
utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat,
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui
tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan
program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima
dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut
c. Pemberdayaan masyarakat (Impowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
ditunjukkan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

16
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan
dalam berbagai kegiatan, antara lain; penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
3. Sasaran Promosi Kesehatan
a. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misalnya : Kepala keluarga,
ibu hamil/menyusui, anak sekolah.
b. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misalnya: Tokoh masyarakat,
tokoh adat, tokoh agama.
c. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misalnya: Pembuat kebijakan mulai
dari pusat sampai ke daerah.
4. Perencanaan Promosi Kesehatan
a. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk
mencapai 3 hal, yaitu;
 Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
 Peningkatan perilaku masyarakat
 Peningkatan status kesehatan masyarakat
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari
3 tingkatan, yaitu;
 Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan
 Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada
 Tujuan Perilaku

17
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang
harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu,
tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap.
b. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan
sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok
maupun keduanya
c. Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin
sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat
menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran
mau melaksanakan isi pesan tersebut
d. Menentukan Metode
 Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster,
spanduk, penyebaran leaflet, dll
 Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya
dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui
pemutaran film/video
 Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk
mencoba keterampilan tersebut
 Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
e. Menentukan Metode
 Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah
dengan menggunakan media.
 Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,
tk pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang
digunakan dan sumber daya yang ada

18
f. Menyusun Rencana Evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan
dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran
yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan
evaluasi tersebut
g. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu,tempat &
pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart
h. Kegiatan Pokok
 Penyuluhan kesehatan masyarakat.
 Sosialisasi program kesehatan.
 Perawatan kesehatan masyarakat.
 Program hidup sehat dan bersih.
i. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Terbagi atas:
 Masyarakat desa
- Posyandu Balita
- Posyandu Lansia
- Pos Pelayanan Khusus ( Rumah Sosial)
- Pos UKK ( Upaya Kesehatan Kerja)
- Pengembangan Desa Siaga
 Masyarakat Sekolah
- Pelatihan kader kesehatan / dokter kecil
- Pembinaann guru UKS
- Lomba Dokter Kecil
- Lomba Sekolah Sehat
- Pelatihan Kader Poskestren
 Penyuluhan Kesehatan di Sekolah dan Ponpes

19
 Penjaringan Kesehatan
 Pemeriksaan Kesehatan Berkala

B. Program Kesehatan Lingkungan


1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
seoptimal mungkin dalam rangka mencapai kualitas yang
setinggi-tingginya dalam wujud upaya kesehatan lingkungan
dan pelestarian lingkungan yang dinamis serta meningkatkan
dan memupuk peran serta dalam meningkatkan upaya
kesehatan lingkungan.
b. Tujuan Khusus
Mengubah dan mengendalikan atau menghilangkan
kebiasaan buruk di kalangan masyarakat yang dapat
berpengaruh terhadap rendahnya kualitas kesehatan
lingkungan mereka.
2. Bentuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan dilakukan dalam
bentuk :
a. Konseling
Berdasarkan konseling terhadap pasien dan/atau
hasil surveilans kesehatan yang menunjukan kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan
akibat faktor resiko lingkungan, tenaga kesehatan lingkungan
harus melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan terhadap
media lingkungan.
b. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan dengan
cara pengamatan fisik media lingkungan, pengukuran media

20
lingkungan di tempat, uji laboratorium dan/atau analisi resiko
kesehatan lingkungan.
c. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi kesehatan lingkungan dapat dilakukan
dengan cara komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerak atau pemberdayaan masyarakat, perbaikan dan
pembangunan sarana, pengembangan teknologi tepat guna
dan/atau rekayasa lingkungan.
3. Kegiatan Pokok:
a. Klinik sanitasi Puskesmas
 Klinik sanitasi (konseling)
 Kunjungan rumah
b. Pengamanan tempat pengelolaan pestisida
 Inspeksi tempat sarana pengelolaan pestisida.
 Pengawasan tempat dan prosedur pengelolaan pestisida.
 Pembinaan kepada masyarakat tentang penggunaan
pestisida.

C. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB


1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.
a. Tujuan
 Tujuan Umum
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA)
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat

21
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.
 Tujuan Khusus
- Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap
dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna
dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban
10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
- Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan
anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak
atau TK.
- Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi,
anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu
meneteki.
- Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
- Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi
masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.
b. Progam pokok
 Pembinaan kesehatan ibu
 Pelayanan ibu resiko tinggi berupa cakupan pelayanan
konseling penanganan dan rujukan
 Persalinan oleh tenaga kesehatan
 Cakupan peserta KB aktif
 Pelayanan neonatus, bayi dan anak balita

22
 Perawatan ibu nifas
 Prinsip Pengelolaan Program KIA.
c. Pelayanan dan jenis Indikator KIA
 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah prosentasi ibu hamil
pertama kali yang mendapat pelayanan oleh tenaga
kesehatan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
 Deteksi dini ibu hamil berisiko
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah:
- Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
- Anak lebih dari 4
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang
kurang 2 tahun ataulebih dari 10 tahun
- Tinggi badan kurang dari 145 cm
- Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm
- Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi
dan riwayat cacat kengenital.
- Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang
belakang atau panggul.
d. Pelayanan Neonatus, Bayi dan Balita
 Pelayanan Neonatus
- Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.
- Pelayanan kesehatan dasar berupa ASI ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusar,
pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada
saat lahir, hepatitis B (bila tidak diberikan pada saat
bayi lahir), manajemen tepadu bayi muda.

23
- Pelayanan neonatus yang sesuai dengan standar yaitu
minimal 3x, pada 6-24 jam setalah kelahiran, 3-7 hari
setelah kelahiran dan pada hari ke 28 yang difasilitasi
kesehatan atau kunjungan ke rumah.
 Pelayanan Bayi
Setiap bayi berhak mendapat pelayanan kesehatan
minimal 4 kali yaitu pada 29 hari-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9
bulan dan terakhir 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan dasar
berupa imunisasi yang wajib yaitu BCG, campak,
DPT/HB1-3, polio 1-4, dan stimulasi deteksi intervensi dini
tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayi. Dosis imunisasi yaitu : 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio,4 dosis hepatitis B, dan 1
dosis campak.
 Pelayanan Balita
- Setiap anak usia 12-59 bulan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan 8x dalam setahun, yang tecatat
dalam kohrt anak balita prasekolah, buku KIA/KMS,
dan buku pencatatan.
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap
usia 12-59 bulan, dilaksanakan minimal 2x dalam
setahun.
- Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) pada
usia 12-59 bulan, yang dilakukan 2x pertahun pada
bulan februari dan agustus.
Posyandu balita menggunakan sistem lima kerja :
- Meja 1: Pendaftaran dilakukan oleh kader.
- Meja 2: Penimbangan bayi dan anak balita dilakukan
oleh kader.
- Meja 3: Pengisian KMS dilakukan oleh kader.

24
- Meja 4: Penyuluhan kepada ibu- ibu yang mempunyai
anak balita.
- Meja 5: Pelayanan imunisasi, untuk vitamin warna
merah (balita uasia 1 tahun-5 tahun). Sedangkan kapsul
biru (usia 6 bulan-11 bulan). Serta diberikan pemberian
makanan tambahan bayi dan balita.
 MTBS (Manajemen terpadu Bayi Sakit)
MTBS merupakan suatu manajemen melalui
pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit yang datang ke pelayanan kesehatan baik mengenai
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi,
maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling
yang diberikan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)
adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan
anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
 Pelayanan nifas
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan.
- Ibu yang mendapatkan pelayanan nifas pertama kali
sesuai standar adalah 6 jam sampai 7 hari pasca
persalinan.
- Pelayanan nifas yang sesuai standar yaitu pemberian
vitamin A dua kali dan atau persiapan pemasangan KB
pasca persalinan.
- Cakupan pelayanan nifas yang sesuai, 3 kali minimal
yaitu pada 6 jam – 7 hari pasca persalinan, minggu ke-
2 dan minggu ke-6.

25
2. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian
KB adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan
hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran
diperpanjang, dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila
jumlah anak telah tercapai yang diinginkan untuk membina
keluarga yang sehat dan sebaik-baiknya. Menuju Normal
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
b. Sasaran
Pasangan usia subur, dengan istri usia anatara 15-49 tahun.
c. Langkah pelaksanaan program KB
- Pendataan sasaran PUS
- Konseling KB untuk PUS
- Pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan standar.
- Pengadaan alat dan obat kontrasepsi.
- Pelatihan klinis pelayanan KB.
- Pelatihan peningkatan kinerja program KB
- Penguatan sistem informasi pelayanan KB.
- Evaluasi dan monitoring.

3. Upaya Perbaikan Gizi


a. Pola Makan
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan
sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan
sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan
sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan
secara sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan:
 Agama/Kepercayaan
 Budaya
 Status sosial ekonomi
 Personal preference

26
 Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang
 Kesehatan 
b. Pedoman Pola Makan Sehat
Pedoman 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang menyampaikan
pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai
gizi seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia
yang andal. Garis besar pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan
oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997) antara lain :
 Makanlah makanan yang beraneka ragam harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan bahkan serat makanan.
 Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi.
 Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari
kebutuhan energi.
 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat
dari kecukupan energi. Konsumsi lemak dan minyak
berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh dari hewan,
dapat beresiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-
orang yang mempunyai kecenderungan ke arah tersebut.
 Gunakan garam beryodium. Penggunaan garam
beryodium dapat mencegah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY).
 Makanlah makanan sumber zat besi.
 Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 4 bulan.
 Biasakan makan pagi.
 Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air
minum harus bersih dan bebas kuman.
 Lakukan kegiatan fisik atau olah raga yang teratur.
 Hindari minum minuman beralkohol.
 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

27
 Bacalah label pada makanan yang dikemas Selain itu,
konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan tersebut.
c. Gizi Seimbang
 Pengertian gizi seimbang
Gizi seimbang adalah konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi agar tumbuh sehat dan cerdas.
 Gizi seimbang untuk bayi
Makanan seimbang untuk bayi dan anak sampai umur 2
tahun terdiri dari Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan yang diberikan
pada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI harus diberikan pada umur 6 bulan. Tujuan
Pemberian Makanan Kepada Bayi dan Anak Umur 0-24 bulan:
agar bayi dan anak tumbuh sehat dan cerdas, bayi dan anak
memiliki daya tahan tubuh yang maksimal, membentuk perilaku
pemberian makanan yang baik dan benar sejak dini.
- Persyaratan Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak
 Sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan anak (Gizi
Seimbang)
 Konsistensi Makanan Pendamping ASI disesuaikan
dengan umur dan kemampuan daya cerna bayi/anak
(cair, lumat, lembik, makanan keluarga)
 Mengutamakan pemberian ASI eksklusif sampai
bayi umur 6 bulan, MP-ASI dimulai diberikan saat
bayi berumur 6 bulan dan ASI diteruskan, aman,
yaitu bebas dari bahan berbahaya.
- Tahapan Pemberian Makanan Dengan Gizi Seimbang
 Umur 0-6 bulan (ASI Eksklusif)
 Umur 6-9 bulan
 Umur 9-12 bulan
 Umur 1-2 tahun

28
 Gizi seimbang untuk balita
Zat gizi utama yaitu karbohidrat, lemak, protein, serat,
vitamin dan mineral. Asupan makanan sehari untuk anak
harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan
sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan
asupan energi sebanyak 100 kkal. Asupan lemak juga perlu
ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah
lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari
minyak dan margarin.
 Gizi seimbang untuk ibu hamil
Seorang ibu hamil memiliki kebutuhan gizi khusus.
Namun, terkadang diperlukan tambahan makanan, bahkan
suplemen sesuai kebutuhan. Berikut adalah beberapa syarat
makanan sehat bagi ibu hamil:
- Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk
kebutuhan kesehatan.
- Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi.
- Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi
- Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara
berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.
 Gizi Ibu Menyusui
Makanan Ibu bisa mempengaruhi bayi lewat pemberian
ASI (terutama pada rasa ASI). Hindari makanan berbumbu
tajam atau pedas juga kafein karena bisa menjadi stimulan
bagi bayi seperti kembung, diare, alergi atau masalah lain.

4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


(P2M)
a. Pengertian
Pemberantasan penyakit menular adalah upaya untuk
menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka

29
kematian akibat penyakit menular yang banyak menyerang bayi,
anak-anak, ibu, dan angkatan kerja. Secara epidemiologis
pemberantasan penyakit menular harus memperhatikan faktor-
faktor: host, agent, environment dan time, place, person,
sehingga upaya pemberantasan harus dapat memutuskan mata
rantai penularan penyakit.
b. Tujuan
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit.
- Mengkoordinir penyakit yang telah dapat dikendalikan.
c. Kegiatan Pokok
- Surveilans epidemiologi, meliputi pengamatan penyakit
menular, pemantauan wilayah setempat, pengamatan
vektor dan pemeriksaan laboratorium.
- Pengobatan penderita, baik yang bersifat pencegahan atau
penyembuhan dalam rangka memutuskan rantai penularan.
- Pemberantasan vektor secara mekanis, kimiawi dan
biologi.
- Imunisasi untuk mencegah penyakit: TB paru, difteria,
pertusis, tetanus, campak, polio, dan hepatitis B.
- Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
penyakit seperti: diare, malaria, demam berdarah, rabies,
dan lain-lain.
d. Pelaksanaan kegiatan :
- Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif

30
dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan
dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan. Tujuan surveilans
adalah:
 Menentukan data dasar/besarnya masalah kesehatan
 Memantau atau mengetahui kecenderungan penyakit
 Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa
 Membuat rencana, pemantauan, penilaian atau evaluasi
program kesehatan.
Pengobatan terhadap penderita penyakit menular harus
dilakukan secepatnya agar penyakit tidak sempat menular secara
luas. Pengobatan yang cepat dan tepat bukan hanya dapat
menyembuhkan saja, tetapi dapat mencegah menularnya penyakit
yang berarti memutuskan mata rantai penularan.
- Pemberantasan Vektor Penyakit Dilakukan dengan cara:
 Mekanis: pemasangan kelambu pada rumah – rumah
yang berada di daerah endemis penyakit malaria atau
daerah yang sering mengalami ledakan penyakit DHF
(Dengue Hemorragic Fever). Pemasangan kawat kasa
atau plastik strimin (biasanya untuk membuat kritik)
pada lubang angin di dinding rumah setidaknya dapat
mengurangi jumlah nyamuk yang masuk ke dalam
rumah.
 Kimiawi: Penyemprotan rumah – rumah dengan racun
serangga dapat dilakukan secara swadaya masyarakat
atau menunggu bila dari dinkes melakukan
penyemprotan.
 Biologis: Penebaran ikan kepala timah atau jenis lain
yang senang memakan jentik – jentik pada kolam –
kolam tempat genangan air bila tidak dimanfaatkan
harus dikeringkan.

31
- Penanggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa) dan Wabah
Penyakit
Kejadian luar biasa adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian/kesakitan yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu. Kriteria kerja
KLB, meliputi:
 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya
tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah.
 Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali (2x)
atau lebih dibandingkan dengan jumlah
kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya, tergantung dari jenis penyakitnya.
 Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian
selama tiga kurun waktu berturut-turut sesuai dengan
penyakitnya.
- Penyuluhan kesehatan dalam penanggulangan KLB atau
wabah dititik beratkan pada gerakan untuk menanggulangi
penyakit misalnya:
 Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
 Gerakan Kebersihan Lingkungan
 Gerakan Imunisasi Massal
 Gerakan Penemuan Penderita Demam (Mass Fever
Survey)
Ada beberapa unsur yang dapat dipergunakan dalam kegiatan
surveilans epidemiologi di Puskesmas, dan unsur tersebut dipilih
karena sudah tersedianya data serta adanya kemampuan
Puskesmas untuk melaksanakannya. Adapun unsur-unsur tersebut
ialah data kesakitan dapat diperoleh dari laporan bulanan data
kesakitan Puskesmas yang memuat hampir semua penyakit yang
diderita penduduk. Diambil penyakit menular yang biasanya

32
menimbulkan maasalah didaerah, baik karena jumlah
penderitanya yang banyak maupun yang menimbulkan banyak
kematian. Menurut penggolongan dalam daftar tabulasi data
(DTD) penyakit-penyakit yang perlu diamati secara terus-
menerus.

2.2.2 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan
upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang
dilakukan oleh Puskesmas antara lain pelayanan kesehatan jiwa,
pelayanan kesehatan gigi masyarakat, pelayanan kesehatan
tradisional komplementer, pelayanan kesehatan olahraga,
pelayanan kesehatan indera, pelayanan kesehatan lansia,
pelayanan kesehatan kerja, dan pelayanan kesehatan lainnya.
A. Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif upaya promotif merupakan suatu kegiatan
dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan
Kesehatan Jiwa yang bersifat promosi Kesehatan Jiwa.
1. Promotif
Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa
masyarakat secara optimal, menghilangkan stigma,
diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai bagian dari
masyarakat, meningkatkan pemahaman dan peran serta

33
masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa, dan meningkatkan
penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan
Jiwa. Upaya promotif dilaksanakan di lingkungan keluarga,
lembaga pendidikan, tempat kerja, masyarakat, fasilitas
pelayanan kesehatan, media massa, lembaga keagamaan dan
tempat ibadah, dan lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan.
2. Preventif
Upaya preventif kesehatan jiwa ditujukan untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan, mencegah timbulnya dan/atau
kambuhnya gangguan jiwa, mengurangi faktor risiko akibat
gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau perorangan,
dan/atau mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
Upaya preventif kesehatan jiwa dilaksanakan di lingkungan
keluarga, lembaga, dan masyarakat.
a. Upaya preventif di lingkungan keluarga dilaksanakan dalam
bentuk pengembangan pola asuh yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa, komunikasi,
informasi, dan edukasi dalam keluarga dan kegiatan lain
sesuai dengan perkembangan masyarakat.
b. Upaya preventif di lingkungan lembaga dilaksanakan dalam
bentuk menciptakan lingkungan lembaga yang kondusif
bagi perkembangan kesehatan jiwa, memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pencegahan
gangguan jiwa, dan menyediakan dukungan psikososial dan
kesehatan jiwa di lingkungan lembaga.
c. Upaya preventif di lingkungan masyarakat dilaksanakan
dalam bentuk menciptakan lingkungan masyarakat yang
kondusif, memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
mengenai pencegahan gangguan jiwa, dan menyediakan
konseling bagi masyarakat yang membutuhkan.

34
3. Kuratif
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan
kesehatan terhadap ODGJ yang mencakup proses diagnosis
dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ dapat
berfungsi kembali secara wajar di lingkungan keluarga,
lembaga, dan masyarakat. Upaya kuratif Kesehatan Jiwa
ditujukan untuk penyembuhan atau pemulihan, pengurangan
penderitaan, pengendalian disabilitas, dan pengendalian gejala
penyakit. Proses penegakan diagnosis terhadap orang yang
diduga ODGJ dilakukan untuk menentukan kondisi kejiwaan,
dan tindak lanjut penatalaksanaan. Penegakan diagnosis
dilakukan berdasarkan kriteria diagnostik oleh dokter umum,
psikolog atau dokter spesialis kedokteran jiwa.
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di
fasilitas pelayanan di bidang kesehatan jiwa. Penatalaksanaan
kondisi kejiwaan pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem
rujukan. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat
dilakukan dengan cara rawat jalan, atau rawat inap.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif kesehatan jiwa merupakan kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang
ditujukan untuk mencegah atau mengendalikan disabilitas,
memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi okupasional,
dan mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ agar
mandiri di masyarakat.
Upaya rehabilitatif ODGJ meliputi rehabilitasi psikiatrik
dan/atau psikososial, dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi
psikiatrik dan/atau psikososial dan rehabilitasi sosial ODGJ
dapat merupakan upaya yang tidak terpisahkan satu sama lain
dan berkesinambungan. Upaya rehabilitasi psikiatrik dan/atau
psikososial dilaksanakan sejak dimulainya pemberian

35
pelayanan kesehatan jiwa terhadap ODGJ. Upaya rehabilitasi
sosial dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, atau
koersif, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun panti sosial.
Upaya rehabilitasi sosial ini diberikan dalam bentuk
motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan,
pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan,
bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial
dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan
sosial dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan
lanjut, dan/atau rujukan.
B. Pelayanan kesehatan kerja
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, yang meliputi
pekerja di sektor formal dan informal. Upaya kesehatan kerja juga
berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di
lingkungan tempat kerja, dan bagi kesehatan pada lingkungan
tentara nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta
kepolisian Republik Indonesia.
Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan
kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, dan
bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk
upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pekerja wajib
menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan
menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam
penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi,

36
hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
C. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu
dari 17 upaya kesehatan sebagaimana dimaksud oleh
ketentuan Pasal 48 dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tersebut dilaksanakan melalui pendekatan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan
secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Pembangunan kesehatan sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dilaksanakan
melalui berbagai upaya dalam bentuk pelayanan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan tradisional sebagai bagian dari upaya
kesehatan yang menurut sejarah budaya dan kenyataan
hingga saat ini banyak dijumpai di Indonesia bersama
pelayanan kesehatan konvensional diarahkan untuk
menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri dan
berkeadilan. Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan
bahwa 59,12% semua kelompok umur, laki-laki dan
perempuan, baik di pedesaan maupun diperkotaan 5
menggunakan jamu, yang merupakan produk obat tradisional

37
asli Indonesia. Berdasarkan riset tersebut 95,60% merasakan
manfaat jamu. Dari berbagai kekayaan aneka ragam hayati
yang berjumlah sekitar 30.000 spesies, terdapat 1.600 jenis
tanaman obat yang berpotensi sebagai produk ramuan
kesehatan tradisional atau pada gilirannya sebagai obat
modern. Bersamaan dengan keanekaragaman hayati tersebut
di atas, terdapat ratusan jenis keterampilan
pengobatan/perawatan tradisional khas Indonesia.
Ramuan dan keterampilan tersebut akan dikembangkan
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kondisi sakit, dan meningkatkan
kualitas hidup yang sejalan dengan paradigma sehat, sejalan
dengan upaya pengobatan. Pemerintah mengembangkan
pelayanan kesehatan tradisional yang didasarkan pada pohon
keilmuan (body of knowledge) berdimensi holistik biokultural
menjadi suatu sistem pelayanan kesehatan tradisional
Indonesia yang sesuai dengan norma agama dan kebudayaan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan suatu sistim
pengobatan/perawatan yang berlandaskan filosofi dan konsep
dasar manusia seutuhnya, sehingga pasien/klien yang
dipandang secara holistik, kultural akan diperlakukan lebih
manusiawi. Dengan pendekatan filosofis ini pelayanan
kesehatan tradisional akan melengkapi pelayanan kesehatan
modern yang lebih menitikberatkan pada pendekatan
biomedik sehingga terjadi sinergitas dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia.
D. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 93 dan 94, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

38
kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi,
pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan
pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi
masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman,
bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Dua halangan utama dalam menggabungkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dalam sistem PHC adalah orientasi
kedokteran gigi konvensional yang masih diarahkan pada
pelayanan individual, bukan pendekatan komunitas dan karakter
teknisnya dibandingkan dengan sosial dan perilaku sertar filosofi
kedokteran gigi konvensional yang harus diubah menjadi
perawatan yang tidak terlalu membutuhkan teknologi, kontrol dan
pencegahan untuk mengatasi kebutuhan perawatan kesehatan gigi
dan mulut komunitas. Upaya Pelayanan kesehatan gigi di
Indonesia dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun swasta.
Upaya pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan oleh
pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care
(kebijakan WHO) yang meliputi tindakan promotif, preventif, 4
deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan pelayanan
kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.
Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan
gigi dilakukan dengan pendekatan Basic Package of Oral Care
(BPOC) atau Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, yang terdiri dari:

39
1) Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent
Treatment/OUT) yang terdiri atas 3 elemen mendasar
2) Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung fluoride dengan
harga terjangkau (Affordable Fluoride Toothpaste/AFT) dan
3) Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa
bur)/Atraumatic Restorative Treatment (ART).
Promosi kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen
integral dari BPOC (Basic Package Oral Care) untuk
meningkatkan kepedulian akan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Keberhasilan diperkenalkannya BPOC pada
masyarakat bergantung pada komunikasi yang baik dari seluruh
sektor yang terlibat. Tidak terdapat satu model atau metode
tertentu yang dapat diaplikasikan secara universal. Tiap daerah
atau negara harus mengembangkan metode BPOC mereka sendiri
berdasarkan kebutuhan populasi dan dengan menggunakan
struktur pelayanan kesehatan yang telah ada. Sudah terlalu
banyak program kesehatan gigi dan mulut yang mengalami
kegagalan karena masalah manajemen, logistik dan finansial
karena dijalankan secara terpisah dari PHC yang telah ada.
E. Pelayanan Kesehatan Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan
paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut
yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa
dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas ataupun Rumah Sakit
serta panti-panti dan institusi lainya.
Teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut
adalah teknologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat,
yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat,
terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai
dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya

40
kesehatan usia lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai
pemberi pelayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang
berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan
masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut
setempat. Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya
antara lain:
1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi
usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik
P2 bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana
penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang
penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan
usia lanjut.
2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi
penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan
dapat berupa kegiatan:
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
c. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan
tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat
pendengaran dan lain-lain agar usia lanjut dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan. .
b. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan
memperkuat mental penderita.

41
c. Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi,
aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang
diderita.
e. Perawatan fisioterapi.
F. Pelayanan kesehatan olahraga
Kesehatan olahraga adalah suatu bentuk olahraga untuk
tujuan kesehatan, dengan kegiatan olahraga yang melibatkan raga
dan jasmani manusia. Kesehatan olahraga diperlukan untuk
tercapainya derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat
yang optimal dengan melakukan olahraga atau latihan fisik secara
baik, benar, terukur dan teratur serta berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja sumber daya
manusia. Kesehatan olahraga meliputi pelayanan kesehatan pada
kegiatan olahraga dan pemanfaatan olahraga untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang diselenggarakan
secara terpadu dan menyeluruh melalui berbagai pendekatan,
seperti promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan masukan dari Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya
kesehatan wajib Puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam
arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah
tercapai.
Pada keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan
Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila Puskesmas belum mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal
menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggungjawab dan wajib

42
menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional
lainnya.3

2.2.3 Upaya Kesehatan Perseorangan


Upaya kesehatan perseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan. Dimana Puskesmas sebagai
UKP strata utama yang merupakan UKP tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar
yang ditujukan kepada penanganan. Penyelenggara UKP strata
pertama adalah pemerintah, masyarakat dan swasta yang diwujudkan
melalui berbagai bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan,
praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik, balai
pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama, dan rumah
bersalin.
UKP strata pertama diselenggarakan pemerintah dan juga
Puskesmas. Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi
pelayanan, yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan perseorangan. Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas
dilengkapi dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok
Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa. Dalam UKP strata pertama juga
termasuk pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif, serta
pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama
perlu dilakukan berbagai program kendali mutu, baik yang bersifat
prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi, maupun yang
bersifat retrospektif seperti gugus kendali mutu. Untuk masa
mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah
berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata
pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama

43
akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan
konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih
dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.
Menurut Permenkes 75 tahun 2014 pada pasal 35 menyatakan
bahwa Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dilaksanakan dalam bentuk:
A. Rawat jalan
Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat umum yang dilaksanakan pada
pemberian pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan
lainnya.
Komponen tarif pelayanan rawat jalan tingkat pertama
terdiri atas tarif atas jasa sarana dan jasa pelayanan kesehatan. Tarif
atas jasa sarana merupakan biaya yang dibayarkan untuk
penggunaan sarana di PPK tingkat pertama, bahan dan alat habis
pakai serta obat-obatan. Tarif atas jasa pelayanan merupakan biaya
jasa pemberian pelayanan kesehatan perorangan atau keluarga yang
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Rawat jalan tingkat lanjutan merupakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub
spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap
tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus. Biaya
pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan ditetapkan berdasarkan tarif
paket dan tarif luar paket.
Tarif pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan meliputi tarif
jasa sarana dan jasa pelayanan. Tarif atas jasa sarana merupakan
biaya penggunaan sarana dan fasilitas Balkesmas dan Rumah

44
Sakit, bahan dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan dalam
rangka observasi, diagnosis, pengobatan, perawatan rehabilitasi
dan/atau pelayanan medis lainnya, serta untuk pelaksana
administrasi pelayanan. Tarif atas jasa pelayanan meliputi biaya
untuk pemberi pelayanan dalam rangkaobservasi, diagnosis,
pengobatan, perawatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medis,
dan/atau pelayanan medis lainnya, serta untuk pelaksana
administrasi pelayanan.
Jenis pelayanan yang dapat diberikan di Balkesmas dan
Rumah Sakit meliputi pelayanan Paket Pemeriksaan (P I), Paket
Pemeriksaan Laboratorium (P II A), Paket Pemeriksaan
Radiogiagnostik (P II B), Paket Pemeriksaan Elektromedik (P II
C), Paket Tindakan Medis (P III), dan pelayanan kesehatan luar
paket. Besarnya tarif pelayanan di Balkesmas disetarakan dengan
besaran tarif pelayanan di Balksesmas disetarakan dengan besaran
tarif pelayanan Rumah Sakit Daerah kelas D.
B. Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk
mengurangi risiko kematian atau cacat, tanpa memperhitungkan
jumlah kunjungan dan pelayanan yang diberikan kepada peserta
atau anggota keluarganya.
Tujuan dari pelayanan gawat darurat adalah tercapainya
suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi
setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat
darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat
pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan
kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1. Penanggulangan penderita di tempat kejadian

45
2. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian
kesarana kesehatan yang lebih memadai.
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang
kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat
rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
C. Pelayanan satu hari (one day care)
Pelayanan satu hari (one day care) adalah pelayanan yang
dilakukan untuk penderita yang sudah ditegakkan diagnosa secara
definitif dan perlu mendapat tindakan atau perawatan semi
intensif (observasi) setelah 6 jam sampai 24 jam.
Biaya pelayanan satu hari (one day care) dibayarkan untuk
biaya akomodasi. Untuk biaya tindakan pada pelayanan satu hari
(one day care) dibayarkan sesuai dengan tarif tindakan. Tarif paket
pelayanan meliputi tarif atas jasa sarana dan jasa pelayanan.
Apabila dalam satu hari perawatan/observasi tersebut
pasien belum ada perubahan kondisi yang lebih baik maka pasien
dianjurkan untuk rawat inap. Pelayanan (one day care)
bekerjasama dengan instalasi rawat jalan untuk proses observasi
yang lebih baik.
D. Home care
Home care adalah suatu layanan perawatan pasien di
rumah. Yang membutuhkan perawatan di rumah baik pasien yang
masih sehat sampai yang sakit, pasien dengan berbagai kondisi
jenis penyakit dengan berbagai latar belakang yang melandasi
keputusan untuk menggunakan jasa ini di lingkungan keluarga.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan
kesehatan di rumah adalah:

46
1. Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.
2. Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien
denganmelibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek
yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan.
3. Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek
administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir
berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non
profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan.
E. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.
Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat umum dan dilaksanakan pada
Puskesmas perawatan, untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana
peserta atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1
(satu) hari.
Pelayanan rawat inap tingkat pertama bagi peserta dapat
dilakukan di Puskesmas perawatan. Dalam hal Puskesmas
perawatan tidak mempunyai kemampuan pelayanan untuk
memberikan pelayanan kesehatan atau tindakan medis bagi peserta,
maka wajib dirujuk ke PPK Tingkat Lanjutan.
Tarif rawat paket inap tingkat pertama meliputi tarif jasa
sarana dan jasa pelayanan. Tarif atas jasa sarana merupakan biaya
penggunaan sarana dan fasilitas Puskesmas rawat inap, akomodasi,
obat-obatan, bahan dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan
dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, perawatan, dan
pelayanan media lainnya. Tarif atas jasa pelayanan meliputi biaya
untuk pemberi pelayanan dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan, perawatan, konsultasi, visite, dan pelayanan medis
lainnya, serta untuk pelaksanaan administrasi pelayanan.

47
F. Laboratorium
Pelayanan laboratorium diPuskesmas harus memenuhi kriteria
ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan. Pelayanan
laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud adalah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Manfaat Laboratorium Puskesmas
a. Pemantapan dan penyempurnaan dan metode
pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analik
dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran
hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan
dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa dari proses mulai dari persiapan
pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan,
pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai dengan
pencacatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan.
2. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri,
dalam lingkup ini adalah ruangan laboratorium Puskesmas.
3. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan atau instalasi
yang membuat suatu sarana yang ada bias berfungsi sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
4. Perlengkapan dan peralatan
a. Perlengkapan
 Meja pengambilan sampel darah
 Loket pendaftaran, penerimaan sampel urin dan
dahak pengambilan hasil

48
 Kursi petugas laboratorium dan pasien
 Bak cuci
 Meja pemeriksaan
 Lemari pendingin (refrigerator)
 Lemari alat
 Rak reagen
5. Jenis dan jumlah dan perlatan laboratorium Puskesmas
tergantung dari metode pemeriksaan, jenis, program
pemeriksaan Puskesmas.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Tujuan Puskesmas


a. Visi
“ Menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas menuju
masyarakat Kecamatan Semarang Tengah yang mandiri untuk hidup
sehat.”
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara
mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dicapai.
Perilaku masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Miroto yang mandiri
untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu
semua lapisan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Miroto juga
mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu.
b. Misi

49
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran
organisasi Puskesmas Miroto, yang bertanggung jawab secara teknis
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan
Puskesmas Miroto. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang
diemban oleh seluruh jajaran petugas di Puskesmas Miroto, yaitu :
a. Meningkatkan tata kelola manajemen dan sistem informasi kesehatan
berbasis teknologi tepat guna.
b. Memberikan kualitas pelayanan yang prima, merata dan terjangkau
bagi masyarakat.
c. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memiliki kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat.
3.2 Prinsip Puskesmas, Tugas Puskesmas, Fungsi Puskesmas, dan
Kewenangan Puskesmas
3.2.1 Prinsip Puskesmas
 Paradigma Sehat
Puskesmas Miroto mendorong pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Contohnya adalah Gerakan Semarang Hebat dengan melakukan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang dan pada
saat launching atau pembukaan program Puskesmas misalnya Gebyar
Lansia maka pemangku kepentingan seperti Camat Semarang Tengah
diikutsertakan dalam kegiatan guna melakukan pemantauan kegiatan
yang dilakukan.
 Pertanggungjawaban Wilayah
Pertanggungjawaban wilayah yang dimaksud yaitu Puskesmas
menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas Miroto melakukan program
kesehatan masyarakat seperti Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS PK) dengan menyediakan kuesioner untuk
diisi oleh keluarga untuk mengetahui Indeks Keluarga Sehat (IKS)

50
apakah dalam kategori sehat, prasehat atau sehat. Apabila didapatkan
indikasi keluarga prasehat atau tidak sehat misalnya ada riwayat
hipertensi yang tidak pernah atau jarang kontrol ke Puskesmas dalam
keluarga maka akan dilakukan intervensi lanjutan PIS PK dengan
mendatangi kembali keluarga tersebut untuk memberi tahu dan
mengajak tentang pentingnya memeriksaan hipertensi tersebut secara
rutin hal tersebut akan meningkatkan IKS keluarga dari prasehat atau
tidak sehat menjadi sehat.
 Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Puskesmas Miroto melakukan
pengkaderan dari beberapa warga di 6 kelurahan meliputi kelurahan
Miroto, kelurahan Brumbungan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Pekunden, Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Karang Kidul untuk
selanjutnya diberikan pelatihan dan sosialisasi tentang program
kesehatan Puskesmas Miroto agar pelaksanaan program tersebut
dijalankan oleh kader yang telah diberi pelatihan. Contohnya adalah
dalam program SiCentik.
 Pemerataan
a. Lokasi Puskesmas Miroto mudah diakses oleh masyarakat karena
memiliki panah penunjuk dijalan-jalan, dapat diakses oleh
kendaraan umum serta dapat ditemukan menggunakan Google
Maps.
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang merata bagi pasien
maupun masyarakat mulai dari bayi, balita, anak-anak, dewasa
bahkan lanjut usia tanpa membedakan status sosial dan sebagainya.
 Teknologi Tepat Guna
Pelayanan Puskesmas Miroto memanfaatkan teknologi tepat guna
seperti aplikasi Puskesmas Tanpa Antrian Kota Semarang
(PUSTAKA) yang bertujuan memudahkan masyarakat dalam
pendaftaran pelayanan kesehatan, SIMPUS Online dan sistem

51
informasi berupa pemanggilan pasien berdasarkan nomor antrian
disetiap poli serta farmasi dengan menggunakan speaker otomatis yang
sudah terhubung dengan laptop didalam setiap poli.
 Keterpaduan dan Kesinambungan
Puskesmas Miroto melakukan kerjasama antara UKP dan UKM, lintas
program dan lintas sektor serta sistem rujukan yang kerjasama tersebut
memilihi tujuan dan arah yang sama yaitu pelayanan kesehatan.
Contohnya adalah pelaksanaan program puskesmas yang melibatkan
bukan hanya UKM atau UKP puskesmas tetapi juga lintas sector dan
sistem rujukan internal didalam Puskesmas Miroto.

3.2.2 Tugas Puskesmas


Puskesmas Miroto mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

3.2.3 Fungsi Puskesmas


Fungsi Puskesmas Miroto meningkuti Permenkes Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu Puskesmas Miroto
memiliki fungsi menjalankan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dengan beberapa program didalam
fungsi tersebut.

3.2.4 Kewenangan Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama


di wilayah kerjanya, Puskesmas Miroto berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan. Dalam
hal ini Puskesmas Miroto mengadakan Monitoring dan Evaluasi
(Monev) setiap 1 atau 2 bulan sekali tergantung besarnya kegiatan
yang diadakan.

52
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan. Dalam
melaksanakan program UKM, Puskesmas Miroto mengadakan
kerjasama dengan lintas sektor terkait, dengan cara melakukan
sosialisasi tentang program yang akan dijalankan. Misalnya melakukan
advokasi dan sosialisasi kedinas pendidikan terkait distribusi tablet Fe
(Tablet Tambah Darah) ke sekolah-sekolah.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Gerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait. Dalam kewenangan ini
Puskesmas Miroto melakukan program Jamban Sehat dan
Pemberantasan Tikus
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat. Puskesmas Miroto melakukan
Program Sijentik dengan sasaran :
- Anak sekolah, dengan cara mengunjungi sekolah-sekolah di
wilayah Puskesmas Miroto dan mengajarkan bagaimana cara
membuat tabel Sijentik yang nantinya akan diisi oleh siswa.
- Warga sekitar dengan cara mendatangi satu persatu rumah untuk
melihat kamar mandi dan tempat penampungan air untuk didata
apakah terdapat jentik didalamnya.
Warga merupakan kader, dimana sebagian besar warga diwilayah
Puskesmas Miroto sudah sadar akan program Sijentik sehingga bisa
mencegah nya dan tenaga kesehatan di Puskesmas Miroto akan
memantau.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas. Tenaga kesehatan Puskesmas Miroto mengikuti pelatihan
yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK), contohnya
Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI), Pelatihan TBC dan Manajemen
Penyakit Tidak Menular (PTM).

53
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
Dalam kewenangan ini Puskesmas Miroto mengadakan dinas luar
(Diklat), ikut serta dalam seminar dan juga pelatihan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu dan cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di


wilayah kerjanya, Puskesmas Miroto berwenang untuk:

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,


berkesinambungan dan bermutu. Dalam setiap kunjungan pasien dipoli
yang terdapat didalam Puskesmas Miroto dilakukan pemeriksaan
pasien mulai dari anamnesis, tindakan, diagnosis, terapi bahkan
rujukan internal maupun eksternal.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
preventif dan kuratif. Dalam upaya preventif dan kuratif tenaga
kesehatan dalam setiap poli di Puskesmas Miroto melakukan edukasi
terkait keluhan yang dirasakan pasien.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Puskesmas Miroto
menyelenggarakan :
- Individu, Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) berupa pelayanan
pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, terapi bahkan
rujukan internal maupun eksternal.
- Keluarga, kelompok dan masyarakat
Dengan melakukan:
o Program Pelayanan Terpadu (Posyandu)

54
o Gebyar Lansia dengan kegiatan berupa senam lansia dan
pemeriksaan TB, BB, tekanan darah, konseling dan test
laboratorium.
o Program Lansia berupa kegiatan pemeriksaan kesehatan
setiap bulan untuk warga sekitar Puskesmas Miroto dengan
pemeriksaan TB, BB, tekanan darah dan test laboratorium.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
Puskesmas Miroto menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti masker, handscoon dan penggunakaan alat kesehatan
steril dalam penanganan pasien serta memiliki jalur evakuasi apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi. Dalam menyelenggarakan
pelayanan bagi pasien Puskesmas Miroto bekerja sama dalam sebuah
tim yang melibatkan tenaga kesehatan Puskesmas. Contoh pasien dari
BP Umum mendapat rujukan internal untuk melakukan pengecekan
GDS (Gula Darah Sewaktu) didapatkan gula darah tinggi berdasarkan
hasil laboratorium kemudian berkonsultasi dengan dokter terkait hasil
pemeriksaan. Dokter kembali merujuk pasien untuk berkonsultasi
dengan bagian gizi tentang pola makan pasien gula darah tinggi.
 Melaksanakan rekam medis.
 Puskesmas Miroto melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan Puskesmas.
 Puskesmas Miroto melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kota (DKK) contohnya Pengendalian Penyakit Infeksi
(PPI), Pelatihan TBC, pelatihan HIV dan Manajemen Penyakit Tidak
Menular (PTM).
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan. Apabila terdapat kasus diluar 144 penyakit yang dapat

55
ditangani dan didiagnosis oleh puskesmas maka Puskesmas Miroto
akan melakukan sistem rujukan berjenjang. Contohnya pada anak bayi
berusia 15 hari dirujuk ke RS Hermina untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan lebih karena di diagnosis ikterus lebih dari 15 hari.

3.3 Persyaratan mendirikan Puskesmas, Peralatan Kesehatan Puskesmas,


dan Sumber daya manusia di Puskesmas
3.3.1 Persyaratan mendirikan Puskesmas

Puskesmas Miroto berada di kecamatan Semarang Tengah. Selain


Puskesmas Miroto terdapat juga Puskesmas lain di kecamatan Semarang
Tengah yaitu Puskesmas Poncol. Pendirian Puskesmas Miroto telah
memenuhi semua syarat pendirian Puskesmas yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
yaitu antara lain :

a. Geografis
Puskesmas Miroto terletak di Jalan Taman Seteran Barat No. 03 RT. 03
RW. 03, Keluarahan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah, Kota
Semarang, Jawa Tengah. Puskesmas Miroto mempunyai luas 900 M 2.
Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas Miroto 2.764.72 Ha dengan
wilayah kerjanya sebagai berikut :
- Kelurahan Miroto : 345, 99 Ha
- Kelurahan Brumbungan : 308, 83 Ha
- Kelurahan Jagalan : 270, 09 Ha
- Kelurahan Gabahan : 203, 50 Ha
- Kelurahan Pekunden : 844, 00 Ha
- Kelurahan Karang Kidul : 792, 31 Ha

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO

56
Gambar 3.1
b. Aksesibilitas Jalur Transportasi
Puskesmas Miroto dapat di akses dengan beberapa transportasi melalui
Jalan Petempen, Jalan Mataram, Jalan Pandanaran, Jalan Ahmad Yani,
Jalan Pemuda Semarang dan Jalan MT Haryono.
c. Kontur Tanah
Puseksmas Miroto berada pada ketinggian tanah diatas permukaan air
laut 3,49 m. Letak Puskesmas Miroto terletak diantara 6ᵒ - 7ᵒ20 Lintang
Selatan dan 109ᵒ50 - 110ᵒ35 Bujur Timur.
d. Fasilitas Parkir
Puskesmas Miroto memiliki lahan parkir yang memadai yang berada
disamping gedung Puskesmas Miroto.
e. Fasilitas Keamanan
Puskesmas Miroto memiliki fasilitas keamanan yang memadai yang
terdiri dari 1 orang petugas jaga siang dan 1 orang petugas jaga malam.
f. Ketersediaan Fasilitas Publik
Di sekitar Puskesmas Miroto terdapat fasilitas umum yang dapat
mendukung berjalannya komunitas disekitar Puskesmas Miroto, antara
lain mushola, ruang Laktasi, lahan parkir, kamar mandi, ruang bermain
anak dan aula.
g. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan oleh Puskesmas Miroto

57
Melakukan kegiatan Jum’at Bersih.

3.3.2 Peralatan Kesehatan Puskesmas


Tabel 3.1

NO Jenis barang / nama Tahun Asal / usul Kondisi


barang pembelian
1 Tes kolestrol 2001 DKK Baik
2 Tes gula 2005 DKK Baik
3 Tes asam urat 2006 DKK Baik
4 Microscope 2006 DKK KB
5 IUD KIT 2008 BKKBN Baik
6 Implant Kit 2008 BKKBN Baik
7 Sterilisator 2008 BKKBN Baik
8 Sterilisator 2008 APBD Baik
9 Centrifuge Hematokrit 2008 DKK Baik
10 Nebulizer 2009 DKK Baik
11 Obgyn Bed 2009 BKKBN Baik
12 Implant Kit 2009 BKKBN Baik
13 Citojetc 2009 APBD Baik
14 Tabung Oksigen 2009 APBD Baik
15 Alat Jahit Set 2009 APBD Baik
16 Timbangan Bayi 2009 DKK Baik
17 Timbangan bayi 2009 DKK Baik
18 Lihght Cure 2010 APBD Baik
19 Multi Channel Pipette 2010 APBD Baik
20 Timbangan Digital 2011 APBD Baik
21 Sterilisator 2011 DKK Baik
22 Almari Laborat 2011 APBD Baik
23 Almari NAPZA 2011 APBD Baik
24 Implant Kit 2013 BAPERMAS Baik
25 Stand Lamp 2014 JKN Baik
26 Haymocytometer 2014 DKK Baik
27 Mikropipet 5 UL 2014 JKN Baik
28 Centrifuge 2014 JKN Baik
29 Infra Red Lamp 2014 JKN Baik
30 Kursi Roda 2014 JKN Baik
31 Sterilisator 2014 JKN Baik
32 Otoscope 2014 JKN Baik
33 Doppler 2014 JKN Baik
34 Bein 2014 JKN Baik
35 High Speed 2014 JKN Baik
36 Dental Unit 2014 DKK Baik

58
37 Tensimeter Digital 2014 DKK Baik
38 Tensimeter Digital 2014 DKK Baik
39 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
40 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
41 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
42 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
43 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
44 Tensimeter Air Raksa 2014 DKK Baik
45 Stetoscope 2014 DKK Baik
46 Stetoscope 2014 DKK Baik
47 Stetoscope 2014 DKK Baik
48 Stetoscope 2014 DKK Baik
49 Stetoscope 2014 DKK Baik
50 Stetoscope 2014 DKK Baik
51 HB meter 2015 DKK Baik
52 Rotator 2015 JKN Baik
53 Mikropipet 2015 JKN Baik
54 Pipet klinik 2015 JKN Baik
55 Rak mikropipet 2015 JKN Baik
56 Kursi roda 2015 JKN Baik
57 Emergency Trolly 2015 JKN Baik
58 Emergency Trolly 2015 JKN Baik
59 Emergency Trolly 2015 JKN Baik
60 Cold Chain 2015 DKK Baik
61 Citoject 2015 JKN Baik
62 Tang Gigi Dewasa 1 set 2015 JKN Baik
63 Tang Gigi Anak 1 set 2015 JKN Baik
64 Tabung Oksigen 2015 JKN Baik
65 Matras Foam 2016 JKN Baik
66 Hematology 2016 JKN Baik
67 Fotometer 2016 JKN Baik
68 Micropipet 100 UL 2016 JKN Baik
69 Micropipette 500 UL 2016 JKN Baik
70 Autoclave Portable 2016 JKN Baik
71 Magnifying Lamp 2016 JKN Baik
72 Examine Table 2016 JKN Baik
73 Doppler 2016 JKN Baik
74 Tng cabut Dewasa 2016 JKN Baik
75 Bed Double Crank 2016 JKN Baik
76 Alat Ukur PB 2016 DKK Baik
77 Vaccine Carier 2016 DKK Baik
78 Anuskopi 2017 DKK Baik
79 UKS Kit 2017 DKK Baik
80 Urine Analizer 2017 BLUD Baik

59
81 Mikropipet 2017 BLUD Baik
82 Tandu Lipat 2017 BLUD Baik
83 Tensi Digital Omron 2018 BLUD Baik
84 Magnifying Lamp 2018 BLUD Baik
85 Kedokteran Umum 2018 BLUD Baik
86 Kedokteran Gigi 2018 BLUD Baik
87 Nebulizer 2018 DKK Baik
88 Pulse oksimetri 2018 DKK Baik
89 Tensi Meter Omron 2018 DKK Baik
90 GCU 2018 DKK Baik
91 Body Fat Analizer 2018 DKK Baik
Sumber : Simbada Kota Semarang Tahun 2018

Keterangan :

 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)


memfasilitasi peralatan kesehatan untuk program KB di Puskemas Miroto.
 Dinas Kesehatan Kota (DKK), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS) memfasilitasi peralatan
kesehatan dalam bentuk barang untuk Puskemas Miroto.
 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memfasilitasi peralatan dalam bentuk
dana yang nantinya akan digunakan oleh Puskesmas Miroto untuk
penyediaan peralatan kesehatan.
Apabila terjadi kerusakan pada peralatan kesehatan tersebut yang memang
sudah tidak dapat diperbaiki oleh pihak Puskesmas Miroto maka akan
melakukan pengajuan penggantian barang oleh sumber-sumber penyedia
barang yang dapat dilakukan 2 kali dalam 1 tahun.

3.3.3 Sumberdaya Manusia di Puskesmas


Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), yang diharapkan mampu bekerja secara

60
profesional dan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan secara
keilmuan dan keterampilannya dalam rangka memberikan pelayanan yang
optimal kepada masyarakat, UPTD Puskesmas didukung oleh tenaga-
tenaga profesional dibidangnya. Tenaga tersebut diantaranya :

Di Puskesmas Miroto Tahun 2019


Tabel 3.2

NO Jenis Tenaga SDM yang SDM yang ada Kekurangan Keterangan


dibutuhkan
PNS Non
ASN
1 Kepala 1 1 - -
Puskesmas
2 Kepala Tata 1 1 - -
Usaha
3 Dokter 3 3 - - 2 CPNS
Umum
4 Dokter Gigi 1 1 - -

5 Perawat 5 4 1 - 2 CPNS

6 Bidan 4 3 1 1 CPNS

7 Perawat Gigi 1 1 - -

8 Epidemiologi 1 - 1 -

9 Promkes 1 1 - -

10 Sanitarian 1 1 - -

11 Rekam 1 1 - -
Medik

61
12 Tenaga Gizi 1 1 - -

13 Tenaga 2 2 - - 1 CPNS
Laboratorium
14 Apoteker - - - -

15 Asisten 2 2 - - 1 CPNS
Apoteker
16 Loket / - - - -
Administrasi
17 Sopir 1 - 1 -

18 Tenaga 1 - 1 -
Kebersihan
19 Penjaga 1 - 1 -

20 Tenaga 1 - 1 -
Komputer
21 Pramubhakti 2 - 2 - 1 Loket
1 Customer
Service
22 Staff 2 1 1 -

Jumlah 33 23 10

3.4 Kategori Puskesmas


Puskesmas Miroto merupakan Puskesmas yang termasuk dalam
kategori Puskesmas perkotaan. Puskesmas Miroto merupakan Puskesmas
yang terletak di Kelurahan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah, Kota
Semarang.

62
Dengan batas wilayah :
Utara : Jl. Petempen dan Jl. Mataram Semarang
Timur : Jl. M.T Haryono Semarang
Selatan : Jl. Pandanaran dan Jl. A. Yani Semarang
Barat : Jl. Pemuda Semarang
Puskesmas Miroto pada tahun 1982, dengan luas wilayah 276.472
Ha yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Miroto, Kelurahan
Brumbungan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Gabahan, Kelurahan
Pekunden, Kelurahan Karang Kidul. Memiliki fasilitas sekolah dengan
radius 40 m, pasar lebih dari 1,4 km, rumah sakit lebih dari 1 km, dan
memiliki fasilitas bioskop dan hotel dengan jarak 1,9 km. Berdasarkan
kemampuan penyelenggaraan Puskesmas Miroto merupakan Puskesmas
non-rawat inap.

3.5 Perizinan dan Registrasi Puskesmas


 Perizinan Operasional Puskesmas Miroto didasari oleh :
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
b. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pemberian Izin Operasional Pusat Kesehatan Masyarakat
Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
Masa berlaku perizinan Puskesmas Miroto berlaku selama 5 (Lima)
Tahun, terhitung tanggal 1 Januari 2016 s/d 31 Desember 2020.
 Pemberian izin mendirikan bangunan gedung didasari oleh :
Sesuai dengan Keputusan Walikota Semarang Nomor 641/1510/DPM-
PTSP/IX/2017 Tentang Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Gedung
berupa Puskesmas yang diresmikan berdasarkan Nomor 648.1/1180/DPM-
PTSP/IMB/VII/2017 tanggal 26 Juli 2017.

63
3.6 Penyelenggaraan Puskesmas meliputi kedudukan dan organisasi,
upaya kesehatan, akreditasi, jaringan pelayanan, jejaring pelayanan
kesehatan dan sistem rujukan.
3.6.1 Kedudukan dan Organisasi
 Kedudukan
Kedudukan Puskesmas Miroto berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional
merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Kedudukan
Puskesmas Miroto berdasarkan Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu
sebagai Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) yang bertanggung jawab di
wilayah kerja yaitu meliputi 6 kelurahan yaitu Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Pekunden dan Karang Kidul di kecamatan Semarang
Tengah.
 Struktur Organisasi
a. Kepala Puskesmas Miroto;
b. Kepala sub bagian tata usaha Puskesmass Miroto;
c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Miroto;
d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium Puskesmas
Miroto; dan
e. Penanggung jawab jejaring fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas
Miroto.

KEPALA PUSKESMAS
Dien Hasana, SKM

64
SUB BAG TATA USAHA
Sugiyatun

PJ UKP, KEFARMASIAN, PJ UKM DAN KEPERWATAN PJ JARINGAN PELAYANAN


LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS DAN JEJARING
dr. Eko Retno Budiadi Purmina Suryani, A.Md.Keb Eka Sari Pujiastuti, SKM
NIP. 19721206 200604 2 021 NIP. 19840829 200903 2 205 NIP. 19701028 199303 2 005

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

3.6.2 Upaya kesehatan


a) UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
UKM di Puskesmas Miroto berupa kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat. Jenis pelayanan UKM di Puskesmas Miroto dibagi dalam
dua, yaitu :
(1) UKM Esensial terdiri dari :
- Promosi Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
- Pelayanan Gizi
- Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(2) UKM Pengembangan/Inovatif :
a. Tahun 2018
- Program Lansia  Gema Sehari Cermat (Gerakan Masyarakat
Sehat Hari Ini Ceria Masa Tua)

65
- Program Batra  Mami Sri Toga (Masyarakat Miroto Sehat,
Rajin Memanfaatkan Tanaman Toga)
b. Tahun 2019 (On Schedule)
- Program KIA dan Gizi  Mami Darzi Kebal Sakti
(Masyarakat Miroto Sadar Gizi, Kelas Balita Sehat, Kuat,
Tangguh, Inovatif)
 Kegiatan UKM Puskesmas Miroto
 KIA/KB
Di Puskesmas Miroto poli KIA-KB mempunyai beberapa
tugas, yaitu :
- Imunisasi ibu contohnya imunisasi TT
- Imunisasi anak contohnya HB-0 (0-7hari), BCG, Polio 1
2 3 4, DPT-Hb-Hib 1 2 3 dan lanjutan, IPV, campak
- Pemasangan KB
- Pemeriksaan nifas
- Pemeriksaan kehamilan
- Konsultasi kesehatan ibu dan anak
- Melayani Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang dimana seharusnya poli MTBS terpisah dari poli
KIA-KB
- Serta di poli KIA-KB mempunyai beberapa program,
contohnya :
 Kelas Ibu hamil di kelurahan
Kegiatan ini dilaksanakan di setiap kelurahan tiap 9 kali
dalam 1 tahun dengan agenda penyuluhan kesehatan ibu
hamil, senam ibu hamil, diskusi mengenai kesehatan ibu
dan janin dan mitos-mitos seputar kehamilan.
 Senam Ibu hamil di Puskesmas
Senam ibu hamil dilaksanakan pada hari kamis minggu
pertama tiap bulannya namun bukan hanya senam saja
tapi juga terdapat pemaparan materi untuk pengetahuan

66
ibu hamil seperti pengetahuan masa nifas, kehamilan,
dan risiko janin tertular HIV.
 Kunjungan rumah kasus resiko tinggi kehamilan
Puskesmas Miroto memiliki GASURKES (Petugas
Surveilans Kesehatan) yang salah satu tugasnya adalah
untuk mendeteksi adanya kasus risiko tinggi kehamilan
di wilayah kerjanya. Jika didapatkan kasus risiko tinggi
pada ibu hamil, maka petugas kesehatan di Puskesmas
Miroto akan segera mengunjungi rumah tersebut. Jadwal
kunjungan rumah tidak tentu tergantung ada tidaknya
kasus.
 Kunjungan rumah kasus nifas resiko tinggi
 Kunjungan rumah kasus nifas DO (Drop Out)
Kunjungan ini dilakukan apabila ibu yang sudah
melahirkan tidak kontrol masa nifas minimal selama 3
kali.
 Kunjungan kasus neonatus resiko tinggi
Kunjungan ini dilakukan apabila saat masa neonatus
yang berlangsung 0-28 hari mengalami masalah
kesehatan seperti patologis dan infeksi tali pusar atau
bisa juga karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
 Kunjungan rumah kasus neonatus DO (Drop Out)
Dilakukan kunjungan apabila tidak control
perkembangan lebih lanjut sesuai dengan rujukan dari
Rumah Sakit yang telah ditetapkan, yaitu minimal 3 kali
selama masa neonatus.
 Kunjungan rumah kasus bayi resiko tinggi
Apabila ditemukan kasus bayi berusia 28 hari sampai
kurang dari 1 tahun, mengalami masalah kesehatan
seperi pneumonia, diare terus menerus serta bisa juga
untuk melihat perkembangan pada bayi terserbut.

67
Kunjungan ini bertujuan untuk mengurangi angka
kematian bayi.
 Mami Darzi Kebal Sakti (Masyarakat Miroto Sadar Gizi
dan Kelas Balita Sehat, Kuat, Tangguh Inovatif)
Program ini adalah kerjasama antara gizi dan kia, contoh
kegiatannya adalah SDIDTK (Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang), MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit), serta imunisasi anak.
 Promosi Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan
Puskesmas Miroto melaukan penyuluhan kesehatan
kepada siswa SD, SMP, SMA dan juga masyarkat.
Penyuluhan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Miroto yaitu di Kelurahan Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden.
Penyuluhan dapat dilakukan di lingkungan puskesmas,
lingkungan sekolah dan lingkungan keluarahan.
Penyuluhan yang disampaikan berhubungan dengan
kesehatan, contohnya perilaku hidup bersih dan sehat
dan reproduksi remaja yang disampaikan untuk siswa
SMP dan SMA.
b. Pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Petugas dari Puskesmas Miroto melakukan
kunjungan ke rumah-rumah untuk menilai warga, apakah
sudah sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat
misalnya apakah memiliki tempat pembuangan sampah
yang baik dan jamban yang baik. Penilaian di lakukan di
6 kelurahan yaitu Kelurahan Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden dalam
kurun waktu 1 tahun.
c. Pertemuan dan Pembinaan Forum Kesehatan Kelurahan

68
Puskesmas miroto melakukan pertemuan dengan
pihak Kelurahan melakukan survei mawas diri apakah
terdapat masalah kesehatan di daerah tersebut dan
apakah terdapat potensi masalah kesehatan. Pertemuan
dilakukan pada bulan Oktober-November. Jika
ditemukan masalah maka akan melaksanakan
Musyawarah Masyarkat Desa untuk perencanaan lebih
lanjut terkait masalah tersebut. contoh kasus yaitu
terdapat banyak tikus nantinya pihak Puskesmas Miroto
akan bekerjasama dengan pemangku kepentingan dan
juga masyarakat sekitar wilayah Puskesmas Miroto
untuk melakukan program penangkapan tikus.

d. Program Indonesia dengan Pendektan Keluarga

Puskesmas Miroto mengunjungi rumah-rumah warga


di 6 kelurahan yaitu di Kelurahan Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden.
Kunjungan dilakukan untuk mengisi kuesioner oleh
masyarakat untuk mengetahui indeks keluarga tidak
sehat, prasehat dan sehat. Apabila didapatkan indikasi
keluarga prasehat atau tidak sehat misalnya ada riwayat
hipertensi yang tidak pernah atau jarang kontrol ke
Puskesmas dalam keluarga maka akan dilakukan
intervensi lanjutan PIS PK dengan mendatangi kembali
keluarga tersebut untuk melakukan pembinaan tentang
pentingnya memeriksaan hipertensi tersebut secara rutin
hal tersebut akan meningkatkan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) keluarga dari prasehat atau tidak sehat menjadi
sehat.
 Kesehatan Lingkungan
 Klinik Sanitasi

69
a. Pengawasan dan pengendalian kualitas air Puskesmas
Miroto melakukan inspeksi kesehatan lingkungan dengana
mendatangi rumah warga disekitar wilayah kerja
puskesmas untuk melihat dan menilai bagiamana kualitas
air yang dimiliki apakah baik atau tidak. Dalam penilaian
tersebut memiliki beberapa kriteria dengan penanganan
yang berbeda. Untuk kriteria tinggi dan amat tinggi air
tidak bersih diadakan edukasi untuk melakukan perbaikan
untuk penyediaan air yang lebih bersih. Untuk kategori
rendah dan sedang air tidak bersih maka akan diambil
sempel air untuk dicek laboratorium apakah air yang
dimiliki terbebas dari bakteri. Untuk tempat pelaksanaan
nya klinik sanitasi disatukan dengan klinik promosi
kesehatan.
b. Pemeriksaan jentik berkala dirumah dan sekolah.
Puskesmas Miroto mendatangi rumah, sekolah dan kantor
yang berada diwilayah kerja Puskesmas Miroto untuk
memantau jentik nyamuk yang terdapat dalam tempat
penampungan air di bak mandi dan tempat- tempat yang
beresiko tinggi menjadi tempat perkembangbiakan jentik
nyamuk. Kegiatan dilakukan secara berkala setiap 3 bulan
sekali.
c. Pengawasan dan pengendalian tempat-tempat umum
Puskesmas Miroto melakukan kegiatan inspeksi tempat-
tempat umum seperti tempat ibadah, kantor dan sekolah
disekitar wilayah kerja Puskesmas Miroto untuk
meningkatkan kondisi temapt-tempat umum yang lebih
baik. Kegiatan ini dilakukan dengan kerjasama bersama
orang-orang yang memiliki kewenangan didaerah kerja
wilayah Puskesmas Miroto seperti RT, RW atau camat

70
agar apabila ditemukan masalah kebersihan ditemapat
tersebut dapat langsung ditindak lanjuti.
 Gizi
a. Penyuluhan Gizi
Puskesmas Miroto pada bulan februari dan agustus
melakukan penyuluhan ke 6 kelurahan yaitu di Miroto,
Brumbungan, Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan
Pekunden. Tujuan dilakukan penyuluhan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi
seimbang. Puskesmas Miroto juga melakukan
penyuluhan selain bulan februari dan agustus jika ada
permohonan dari pihak kelurahan yang meminta.
b. Promosi ASI dan Makanan Pendamping ASI
Puskesmas Miroto pada bulan april dan oktober
melakukan promosi ke 6 kelurahan yaitu di Miroto,
Brumbungan, Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan
Pekunden. Tujuan dilakukan promosi adalah untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI
dan pemberian makanan pendamping ASI pada balita.
c. Pemantauan dan Pembinaan Posyandu Balita
Puskesmas Miroto melakukan pemantauan dan
pembinaan posyandu saat kegiatan posyandu dilakukan
di 6 kelurahan yaitu di Miroto, Brumbungan, Jagalan,
Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden. Tujuan
dilakukanya pemantauan dan pembinaan adalah agar
kegiatan posyandu berjalan dengan semestinya dan
untuk mendeteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
balita di 6 kelurahan tersebut.
d. Pelacakan Gizi Buruk/Gizi Kurang/Bawah Garis Merah
2T

71
Puskesmas Miroto melakukan pelacakan gizi buruk
pada saat kegiatan Posyandu rutin, mendapatkan
pengaduan dari masyarakat dan ketika mendapatkan
rujukan dari poli KIA dan KB. Tujuan dilakukan
pelacakan gizi buruk adalah untuk mendata balita yang
mengalami hambatan pertumbuhan kemudian data akan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota untuk dilakukan
tindakan lebih lanjut yaitu memvalidasi balita tersebut
apakah benar gizi buruk atau tidak, kemudian jika hasil
positif maka akan dilakukan intervensi ke Rumah Gizi
di Banyumanik, tetapi jika Puskesmas masih dapat
merawat Puskesmas akan tetap melakukan perawatan
dan meminta pasien melakukan kunjungan rutin ke
Puskesmas.
e. Operasi Timbang
Puskesmas Miroto melakukan Operasi Timbang
untuk balita pada bulan agustus bersama kegiatan
Posyandu rutin di 6 kelurahan yaitu di Miroto,
Brumbungan, Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan
Pekunden. Tujuan dilakukan Operasi Timbang adalah
untuk memperoleh gambaran status gizi balita di 6
kelurahan tersebut.
f. Monitoring Garam Beryodium
Puskesmas Miroto melakukan Monitoring Garam
Berzodium pada bulan maret, petugas datang ke rumah
warga kemudian meminta sampel garam yang
dikonsumsi setiap hari. Garam di uji kemudian di cek
sesuai syarat atau tidak kemudian didata oleh petugas.
Monitoring Garam Beryodium dilakukan di 6
kelurahan yaitu di Miroto, Brumbungan, Jagalan,
Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden. Tujuan

72
dilakukan Monitoring Garam Beryodium yaitu untuk
memperoleh gambaran secara berkala tentang konsumsi
garam yang digunakan oleh keluarga yang mempunyai
balita.
g. Sosialisasi Stunting
Puskesmas Miroto melakukan Sosialisasi Stunting
pada bulan Juni. Sosialisasi dilakukan bersamaan
dengan Posyandu dan dilakukan di 6 kelurahan yaitu di
Miroto, Brumbungan, Jagalan, Gabahan, Karang Kidul
dan Pekunden. Tujuan dilakukan Sosialisasi Stunting
yaitu untuk meningkatkan pengetahuam kepada
masyarakat tentang stunting dan dampaknya bagi
balita.
h. Penempuan Kasus Stunting
Puskesmas Miroto pernah ditemukan Kasus
Stunting. Petugas Puskesmas akan mendata pasien yang
menderita Kasus Stunting baik yang ditemukan dalam
bentuk laporan dari masyarakat, rujukan dari poli KIA
dan KB dan pada saat kegiatan Posyandu rutin. Setelah
didata Puskesmas Miroto akan melaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota agar mendapatkan pelayanan lebih
lanjut.
i. Pembentukan Kelompok Pembantu ASI
Puskesmas Miroto melakukan pembentukan
Kelompok Pendukung ASI pada saat bulan September
kepada kader Posyandu di 6 kelurahan kepada kader
Posyandu di 6 kelurahan yaitu di Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden. Tujuan
dilakukan Pembentukan Kelompok Pendukung ASI
adalah untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif.
j. Distribusi Tablet Fe

73
Puskesmas Miroto melakukan distribusi Tablet Fe
pada bulan Februari, Juni dan Oktober. Distribusi
dilakukan pada siswi SD (kelas 4,5 dan 6), siswi SMP
dan siswi SMA di 6 kelurahan yaitu di Miroto,
Brumbungan, Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan
Pekunden. Tujuan dilakukan distribusi Tablet Fe adalah
untuk mencegah terjadi anemia pada remaja putri.
k. Keluarga Sadar Gizi (KARDAZI)
Puskesmas Miroto melakukan kegiatan KARDAZI
pada bulan Maret, KARDAZI dilakukan dengan cara
mendatangi rumah warga satu persatu yang mempunyai
balita di 6 kelurahan yaitu di Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden. Tujuan
dilakukan KARDAZI adalah tercapainya cakupan
keluarga sadar gizi.
l. Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)
Puskesmas Miroto melakukan pemantauan konsumsi
gizi pada bulan Maret kepada keluarga yang memiliki
balita di 6 kelurahan yaitu di Miroto, Brumbungan,
Jagalan, Gabahan, Karang Kidul dan Pekunden. Tujuan
dilakukan pemantauan konsumsi gizi adalah untuk
memperoleh gambaran asupan gizi masyarkat.
m. Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Kekurangan
Energi Kronik dan Anemia
Puskesmas melakukan kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan Ibu Hamil KEK dan Anemia
kepada ibu hamil yang LILA nya kurang dari 23,5 sm
dan ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11 g %.
Tujuan dilakukan kegiatan nya adalah untuk
meningkatkan status gizi ibu hamil kekurangan energi
kronik dan anemia.

74
n. Pemberian Makanan Tumbuhan Pemulihan
Puskesmas Miroto melakukan kegiatan pemberian
PMT pemulihan kepada balita yang gizi buruk dan gizi
kurang. Tujuan dilakukannya adalah meningkatkan
status gizi balita yang gizi buruk dan gizi kurang.
o. Distribusi Vitamin A
Puskesmas Miroto melakukan kegiatan distribusi
Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.
Pemberian Vit A dilakukan kepada bayi dengan usia 6-
11 bulan dan balita usia 1-5 tahun. Tujuan dilakukan
distribusi Vitamin A adalah untuk mencegah terjadinya
Xerophtalmia.
 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan Epidemiologi adalah pemantauan
secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan dan
sumber suatu kasus penyakit di suatu wilayah.
Penyelidikan epidemiologi terdiri dari P2ML, P2TVZ dan
PD3I, dari ketiga bagian tersebut harus dilakukan
penyelidikan. Bu Nathalia selaku petugas promosi
kesehatan akan mendapatkan laporan dari Dinas
Kesehatan Kota, poli atau Puskesmas lain dan akan
ditindak lanjuti dengan kunjungan rumah yang berfungsi
untuk mengetahui tanda, gejala, masa inkubasi, kontak
erat, sumber penularan dan pencegahan penularan dengan
cara Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau
sosialisasi.
Contohnya, jika ada pasien TBC berobat ke
Puskesmas Poncol tetapi Puskesmas Poncol tidak bisa
melakukan kunjungan ke rumah pasien tersebut karena
berada diluar wilayah kerja nya. Setelah itu, petugas

75
Puskesmas Poncol menginformasikan Bu Nathalia dan tim
untuk melakukan penyelidikan epidemiologi karena
terhitung dalam kasus diwilayah kerja Miroto.
Di Puskesmas Miroto melaksanakan program 2 kali
kontrol, dimana keadaan pasien dapat ditentukan pada
kunjungan kedua. Standar kunjungan rumah 2 x 24 jam
setelah pelaporan kasus kecuali P2TVZ yaitu 1 x 24 jam.

 P2ML (Pencegahan dan Pengendalian Menular Langsung)

Diare, TBC, ISPA, Pneumonia, HIV dan Kusta.

 P2TVZ (Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor


Zoonosis)

Berbasis hewan seperti DBD, Leptospira, Chikungunya,


Kecacingan, Filariasis, Flu Burung, Rabies (Gigitan
Hewan Penular Rabies) dan Antrax.

 PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

Campak, Polio/AFP, HFMD (Flu Singapore) dan


Varicella.

b. Pemeriksaan kontak serumah dengan pasien Kusta

c. Pemeriksaan kontak serumah TB Paru dan pasien suspect


TB
d. Pelacakan penderita mangkir TB Paru dan TB Multi Drug
Resistant
Jika ada pasien TB yang tidak lagi kontrol maka petugas
dari Puskesmas akan mengunjungi rumah nya untuk
mengikuti perkembangan keadaan pasien tersebut.
e. Refreshing kader TB

76
Dengan memberikan sosialisasi dan pembinaan oleh
petugas Puskesmas kepada kader agar dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang penularan,
pencegahan dan pengobatan.
f. Sosialisasi TB oleh kader TB
Setelah mendapat pembinaan kader TB akan
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penularan,
pencegahan dan pengobatan nya.
g. Sosialisasi HIV AIDS di masyarakat
Dilakukan 1-2 bulan sekali, terbagi menjadi 2 yaitu secara
rutin sebulan sekali atau kondisional tergantung daerah
nya itu rawan atau ada faktor resiko.
h. Pemantauan Jentik Nyamuk
Nama program ini baru berubah tahun ini, dimana
seharusnya semua rumah melakukan nya tetapi di
Semarang baru percontohan nya saja. Program ini
dilakukan rutin seminggu sekali di 6 kelurahan setiap hari
Jum’at.
i. Pembinaan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru
Pemantau Jentik)
Meruapakan program inovasi nasional, jadi 1 rumah harus
mempunyai 1 jumantik tugas nya yaitu memantau jentik di
dalam rumah maupun luar rumah nya. Jika sudah di
pantau mengisi form yang ditempel oleh petugas
Puskesmas diluar atau didekat tampungan air rumah
tersebut, ada jentik atau tidak. Di setiap wilayah terdapat
koordinator, orang yang suka rela mengkoordinasikan
warga nya bisa RT atau kader. Dan setiap 2 minggu sekali
koordinator harus berkeliling mengecek rumah warga ada
jentik atau tidak dan mengecek form. Jika sudah di cek

77
dan mengisi, koordinator akan melaporkan nya lewat SMS
ke DKK.
j. Pemantau Buru Tikus
Program ini adalah inovasi dari Bapak Walikota
Semarang, misalnya jika ada warga menemukan tikus itu
dilaporkan dengan SMS ke nomor DKK yang telah dibagi
dengan mengisi format yang telah tersedia atau bisa juga
diinfokan ke RT. Tujuan program ini untuk menurunkan
angka kejadian leptospira di masyarakat.

 Posyandu Lansia
Posyandu Lansia dilakukan di 14 RW dalam 1 bulan
masing masing 1 kali di setiap RW . Kegiatan yang
dilakukan meliputi :
1. Pengukuran BB, TB
2. Tensi
3. Pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
bila perlu.
Untuk jadwal kegiatannya dilakukan sesuai jadwal dari
kader masing masing RW. Yang mengikuti kegiatan
biasanya 10-20 orang dengan sasaran lansia (umur lebih
dari 60 th) dan Prelansia (dengan umur 45-59 th). Tempat
untuk kegiatan dapat dilakukan di rumah kader, Balai RW,
PAUD, tanah lapang dll sesuai dengan kesediaan tempat
yang ada dan sudah dipilih oleh kader. Hambatan yang
sering ditemui dalam kegiatan ini yaitu ganti jadwal,
waktu kader yang tidak tentu, perkelurahan ada
penanggung jawabnya namun kadang sibuk datang, dan
alat-alat yang rusak.
 Kesehatan Kerja

78
Sosialisasi dan penyuluhan tentang kesehatan kerja.
Penyuluhan kesehatan kerja yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Miroto yaitu Medical Check Up ke karyawan
Mall CL (Citra Land) yang dilakukan 3 bulan sekali
dengan sasaran semua karyawan dan karyawati CL yang
mana sudah dilakukan 1 kali di tahun 2018. Pemeriksaan
yang dilakukan meliputi :
1. BB, TB
2. Tensi
3. Pemerikaan kolesterol, asam urat, GDS
4. Konsultasi
Jika hasil tidak normal dapat melakukan pemeriksaan lab
lebih lanjut (kontrol/cek rutin) di Puskesmas.
 Kesehatan Olahraga
Penyuluhan dan sosialisasi kesehatan dan kebugaran
jasmani. Kesehatan Olahraga yang dilakukan adalah
kegiatan senam yang meliputi:
- 1 senam di Puskesmas dan juga penyuluhan.
- 6 senam di setiap kelurahan yang menjadi ruang
lingkup Puskesmas Miroto seperti kelurahan Gabahan,
Jagalan, Pekunden, Karang Kidul, Miroto, dan
Brumbungan.
- 1 senam di kecamatan Semarang Tengah.
Kegiatan senam dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan
waktu yang menyesuaikan.
 UKS
Unit Kesehatan Sekolah memiliki berbagai acam program,
diantaranya:
 Penjaringan Kesehatan (TK, SD, SMP, SMA)
Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk
dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi

79
dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera
mendapatkan penanganan sedini mungkin. Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan rambut untuk mengetahui ciri-ciri
adakah anemis atau tidak, pemeriksaan telinga,
pemeriksaan gigi dan mulut, antropometri, dan lain
sebagainya. Pemeriksaan ini dilakukan setiap tahun ajaran
baru untuk siswa TK hingga SMA.
 Pemberian Tablet Tambah Darah
 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah/Penyuluhan/Gosok Gigi
Bersama
Program gosok gigi bersama adalah upaya
kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan gigi maupun mulut untuk
seluruh peserta didik di sekolah. Program ini ditujukan
untuk siswa SD kelas 1 sampai kelas 6. Dilakukan pada
tahun ajaran baru, yang biasanya dilakukan pada bulan
Desember atau disesuaikan dengan jadwal sekolah.
 Pelatihan Dokter Kecil
Program pelatihan dokter kecil adalah program
pembelajaran teknik dasar dalam upaya penyelamatan
umum. Seperti teknik pembalutan luka, penanganan dasar
menangani orang pingsan, dan sebagainya. Sasarannya
adalah siswa kelas 4 dan 5 SD. Kegiatan dilakukan di
lingkungan sekolah tersebut, dengan lama kegiatan 2 hari
dengan pemberian teori dan praktek. Program dilakukan
setiap 2 tahun sekali, dengan disesuaikan dengan jadwal
pembelajaran sekolah tersebut.
 Distribusi Obat Cacing
Program Distribusi Obat Cacing adalah kegiatan
pemberian obat cacing ke 14 SD di wilayah kerja
Puskesmas Miroto setiap 1 tahun sekali tepatnya pada

80
tahun ajaran baru yang dilakukan serentak di seluruh
Indonesia.
 Upaya Kesehatan Tradisional
a. Bude Jamu (Bugar dengan Jamu)
Minum jamu oleh pegawai bersama kader Kesehatan
dan pasien yang berkunjung di Puskesmas. Sasaran
nya yaitu pasien dan masyarakat yang
berobat/berkunjung beserta seluruh pegawai
Puskesmas Miroto. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
bulan sekali pada hari Jum’at minggu ke 4 jam 07.30
– 09.00.
b. Penyu Batra (Penyuluhan tentang Kesehatan
Tradisional)
Memberikan penyuluhan kepada pasien, kader
kesehatan dan masyarakat melalui forum formal atau
informal. Sasaran nya yaitu pasien, kader kesehatan
dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Miroto.
Kegiatan ini dilaksanakan pada pasien sewaktu jam
tunggu pelayanan atau pada acara pertemuan kader
kesehatan.
c. Paman TOGA (Pemanfaatan Tanaman Obat
Keluarga)
Melakukan penanaman, cara budidaya dan
pengelolaan/pemanfaatan tanaman obat. Sasaran nya
yaitu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat di
wilayah Puskesmas Miroto. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk mengetahui konsep dasar TOGA, mengenal
jenis dan macam tanaman obat pada TOGA,
melakukan penanaman, cara budidaya dan
pengelolaan/pemanfaatan pasca panen primer
tanaman obat dan melakukan pemanfaatan TOGA dan

81
mengetahui cara membuat ramuan tanaman obat
untuk asuhan mandiri.
d. Pendataan dan Pembinaan HATTRA (Penyehat
Tradisional)
b) UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan)
UKP di Puskesmas Miroto merupakan suatu kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Jenis pelayanan UKP di Puskesmas Miroto sebagai berikut:
 Pelayanan Umum
- Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan untuk anak-anak
usia lebih dari 6 tahun, dewasa dan lansia.
- Melakukan pemeriksaan dan tindakan penunjang.
- Melaksanakan rujukan internal apabila memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut dan rujukan eksternal apabila terdapat
kasus selain 144 penyakit (Standar Kesehatan Dokter Indonesia
2012) yang dapat ditangani Puskesmas.
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non medis
di poli Umum.
- Perencanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilakukan di poli Umum Puskesmas Miroto.
 Pelayanan Gigi
- Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, berupa
pembersihan karang gigi, pencabutan gigi dan penambalan gigi.
- Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang, contohnya
jika pasien memiliki riwayat hipertensi maka pencabutan gigi
tidak dapat dilakukan karena akan mengakibatkan pendarahan
hebat.

82
- Melakukan rujukan internal, misal dalam kasus pasien hipertensi
akan dirujuk ke BP Umum untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non medis
di poli Gigi.
- Perencanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di poli Gigi Puskesmas
Miroto.
 Pelayanan KIA/KB
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non medis
di poli KIA.
- Melakukan pemeriksaan dan tindakan penunjang, contohnya
melakukan imunisasi pada anak balita.
- Melaksanakan rujukan, apabila ada anak dicurigai gizi buruk
maka akan di rujuk ke poli Gizi.
- Menyediakan pelayanan KB (Keluarga Berencana).
- Perencanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak yang dilakukan di poli KIA/KB
Puskesmas Miroto.
 Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
- Melakukan pengobatan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
untuk jenis penyakit yang ringan, contohnya flu, batuk dan demam.
- Untuk Puskesmas Miroto, tempat dilaksanakan nya MTBS
disatukan dengan poli KIA/KB dan penangananan nya oleh bidan
terlatih.
- Perencanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak yang dilakukan di poli KIA/KB
Puskesmas Miroto.
 Klinik Gizi
- Melaksanakan pelayanan dan konsultasi gizi, apabila pasien ibu
hamil dirujuk dari poli lain untuk melakukan konsultasi gizi maka

83
penanggung jawab gizi akan mengedukasi untuk tidak minum teh,
kopi, tidak boleh makan-makanan mentah dan perawatn payudara
saat hamil agar ASI keluar dengan lancar.
- Perencanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak yang dilakukan di poli KIA/KB
Puskesmas Miroto.
 Laboratorium
 Hematologi Rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit dan Eritrosit)
 Hematologi Lengkap (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit dan Eritrosit disertai penghitungan jenis leukosit
yaitu eosinofil, basofil, N. Batang, N. Segmen, limfosit dan
monosit)
 Golongan Darah
 Urin Lengkap (Warna, kekeruhan, berat jenis, reaksi/pH, protein
dan reduksi diserta sedimen mikroskopik)
 Urin Rutin (Hanya reduksi dan protein salah satu tujuan nya
untuk mendeteksi apakah terdapat kandungan protein dan
reduksi/gula dalam urin)
 Pemeriksaan widal/imuno serologi tujuan nya untuk
mendiagnosis Tifus, dengan mengambil darah dari dalam vena
 Pemeriksaan Kimia Klinik (Gula darah, asam urat, kolesterol,
trigleserid)
 Test kehamilan
 RDT (Rapid Diagnostic Test DB) untuk kasus DBD
 Test HIV
 Test HbSAg (Anti Gen Virus) untuk diagnosis kasus Hepatitis B
 Test syphilis

84
 Leptospira IgM, untuk pemeriksaan setelah seseorang digigit
tikus yang dikhawatirkan tikus tersebut memiliki bakteri
lektospira, dilakukan 24 jam setelah digigit tikus

Test ini hanya dapat dilakukan jika mendapat surat rekomendasi dari
poli Puskesmas Miroto.

 Farmasi
- Melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai resep
- Memberikan penjelasan tentang obat berupa dosis dan cara
penggunaan
- Merencanakan pengadaan obat dan pendistribuan obat
- Obat-obatan yang terdapat difarmasi Puskesmas Miroto merupakan
obat yang berasal dari BPJS dan APBD yang kemudian diserahkan
ke Instalasi Farmasi kemudian untuk pendistribusiannya Puskesmas
Miroto memberikan surat permintaan obat-obatan setiap bulan ke
Instalasi Farmasi, pihak instalasi farmasi akan membuat Surat
Bukti Barang Keluar (SBBK) dari obat-obatan yang akan
diserahkan ke Puskesmas Miroto . sebelum mengambil obat-obatan
tersebut Puskesmas Miroto akan melakukan pencocokan antara
surat permintaan dan surat bukti barang keluar dari Instalasi
Farmasi apabila sudah sesuai maka obat-obatan tersebut dapat
segera diambil.
 Pelayanan UKM dan UKP
Waktu pelayanan dilakukan dengan sistem piket.
a. Waktu pelayanan
 Waktu pelayanan UPTD Puskesmas Miroto :
Senin – Kamis : 07.00 s/d 17.00
Jumat : 07.00 s/d 15.00
Sabtu : 07.00 s/d 12.00
 Jam buka loket pendaftaran:
Senin – Kamis : 07.00 s/d 16.00

85
Jumat : 07.00 s/d 14.00
(senam bersama masyarakat)
Sabtu : 07.00 s/d 11.00
 Jadwal pelayanan dalam gedung
 Klinik umum
Tiap hari kerja
 Klinik gigi
Tiap hari kerja
 Imunisasi
a. Imunisasi MR dan BCG tiap hari senin
b. Imunisasi pentabio, polio, dan IPV tiap hari
 Pemeriksaan Kehamilan
Selasa dan kamis
 Pemeriksaan KB
a. Hari rabu IUD dan Implant
b. Setiap hari KB suntik tiap bulan
 Klinik Sanitasi
Hari selasa, kamis, dan sabtu jam 08.00 s/d 10.00 atas rujukan
ruangan
 Klinik Gizi
tiap hari kerja atas rujukan ruang pelayanan
 Klinik Promkes
Tiap hari kerja atas rujukan ruang pelayanan
 Laboratorium
Tiap hari kerja atas rujukan ruang pelayanan

3.6.3 Akreditasi
Berdasarkan tingkatan akreditasi, Puskesmas Miroto terakreditasi
Madya oleh Kementerian Kesehatan RI. Berlaku dari tanggal 6 Agustus
2017 S/D 6 Agustus 2020. Dengan sertifikat akreditasi

86
Nomor.DM.01.01/KAFKTP/694/2018 dan nomor registrasi P3374130202.
Re akreditasi Puskemas Miroto dilakukan setiap 3 tahun sekali sesuai
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 39 Ayat (1).

3.6.4 Jaringan pelayanan


 Bidan Desa

Di Puskesmas Miroto tidak memiliki Bidan Desa dikarenakan


letaknya yang berada dikota sehingga tugas dan wewenangnya digantikan
oleh Bidan Koordinator Wilayah yang merupakan seorang bidan yang
bertugas sebagai koordinator program Posyandu dan Posbindu. Perbedaan
antara bidan desa dan bidan koordinator yang dimiliki oleh Puskesmas
Miroto adalah wilayah tempat tinggal yang berbeda. Seorang bidan desa
bertempat tinggal dan bertugas diwilayah kerja yang sama tetapi seorang
bidan koordinator wilayah dapat bertempat tinggal diluar wilayah
kerjanya.

 Puskesmas Pembantu

Puskesmas Miroto tidak memiliki Puskesmas Pembantu


dikarenakan luas wilayah, jumlah penduduk dan permasalahan kesehatan..

 Puskesmas Keliling

Memiliki Puskesmas Keliling namun belum dilaksanakan secara


berkelanjutan, dilakukan jika ada kegiatan-kegiatan tertentu seperti Gebyar
Lansia.

3.6.5 Jejaring pelayanan


Jejaring Puskesmas Miroto sudah sesuai dengan standar Permenkes No. 75
Tahun 2014.
 Jejaring Puskesmas Upaya meningkatkan layanan kesehatan, puskesmas
harus berkoordinasi dan menggerakan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan. Di Puskesmas Miroto dalam meningkatkan pelayanan

87
kesehatan memiliki jejaring berupa klinik, praktik dokter, apotek, rumah
sakit dan laboratorium.

3.6.6 Sistem rujukan


 Rujukan Eksternal
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
Pasal 2 Ayat (2A), menyatakan bahwa puskesmas atau yang setara
merupakan fasilitas tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
Puskesmas Miroto sebagai FKTP menyelenggarakan upaya
kesehatan tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, sehingga apabila dibutuhkan upaya kesehatan tingkat lanjut
Puskesmas Miroto akan melakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Berdasarkan Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaran Rujukan Berjenjang
bahwa sistem rujukan pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang
dari pelayanan primer (Puskesmas, Praktik Dokter/Dokter Gigi, Klinik
Pratama dan Rumah Sakit Kelas D) ke pelayanan sekunder FKRTL
( Rumas Sakit Kelas C dan D). Apabila diperlukan layanan kesehatan
sub spesialitik maka FKRTL akan merujuk faskes tingkat lanjutan atau
tersier (Rumah Sakit Kelas A dan B).

Rujukan tersebut dapat diakses melalui website Primary Care BPJS


dengan alamat htpps://pcare.bpjs-kesehatan.go.id/pcare/login . Masing
masing puskesmas memiliki ID dan juga password untuk masuk ke
website tersebut. Selanjutnya pihak Puskesmas Miroto akan
memasukkan nomor BPJS atau NIK sehingga akan muncul nama dan
keterangan pasien tersebut. Lalu pihak puskesmas akan memilih pilihan
rujukan dan dapat memilih rumah sakit yang akan dirujuk. Dari FKTP
seperti Puskesmas Miroto hanya dapat merujuk ke rumah sakit tipe C,

88
Namun apabila ada keadaan khusus (Haemodialisa, Kemoterapi,
Radioterapi, Jantung, Jiwa, Fisoterapi), Puskesmas Miroto dapat
langsung merujuk pasien ke Rumah sakit Tipe A atau B. Selanjutnya
surat rujukan di print dan ditanda tangani oleh dokter.
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerja sama
dengan Puskesmas Miroto yaitu :

 Rumah Sakit Tipe C


(1) RS Panti Wiloso dr. Cipto
(2) RS Panti Wiloso Citarum
(3) RS Bhayangkara
(4) RS Roemani
(5) RS Hermina
(6) RST Bhakti Tamtama
(7) RS Wiliam Both
 Rumah Sakit Tipe B
(1) RS Tlogorejo
(2) RS Columbia Asia
(3) RS Tugu
(4) RS Islam Sultan Agung
 Rumas Sakit Tipe A
(1) RS dr. Karyadi
 Klinik
(1) BKIM (Balai Kesehatan Indra Masyarakat)
(2) Balkesmas (Balai Kesehatan Masyarakat)
 Apotik
(1) Kimia Farma
 Laboratorium
(1) Sarana Medika
Jika dalam rujukan tingkat kedua tidak dapat melayani, rujukan
dilanjutkan ke tingkat tiga namun dalam hal kegawat daruratan

89
kondisi khusus seperti Jantung, Jiwa, dan Kemotherapy/Radiologi bisa
langsung dirujuk ke faskes tingkat lanjutan atau tersier sesuai
kompetensi yang bisa melayani permasalahan kegawat daruratan
tersebut.
 Rujukan Internal

Rujukan ini dilakukan antar poli di Puskesmas untuk mendukung


diagnosa penyakit dan mengobati penanganan lebih lanjut mengenai
suatu penyakit sesuai dengan kemampuan yang diperlukan.
Contoh seorang pasien di Poli Gigi ingin melakukan pencabutan
gigi, namun setelah diukur tensinya pasien ternyata menderita
hypertensi sehingga pasien dirujuk ke poli umum untuk mendapatkan
terapi hypertensi terlebih dahulu untuk dapat melakukan pencabutan
gigi.

Sumbe 2016 2017 2018


r Dana PAGU Realisasi PAGU Realisasi PAGU Realisasi
APBD 259.693.344 156.679.085 244.216.153
263.916.000 157.405.000 264.074.000
II 98,40% 99,50% 92,50%
207.000.000 319.800.000 389.000.000
BOK 207.000.000 319.800.000 389.000.000
100% 100% 100%
572.851.006 571.056.420 916.405.614
JKN 610.064.969 577.500.000 955.000.000
93,90% 98,90% 95,95%
1.047.535.50
1.080.980.96 1.039.544.350 1.054.705.00 1.549.621.767
Jumlah 5 1.608.074.000
9 0
96,10% 99,32% 96,36%
3.7 Pendanaan

3.8 Sistem Informasi Puskesmas

90
Sistem Informasi Puskesmas Miroto per 1 Juli 2019 yang mengacu
pada Permenkes RI Nomor 92 Tahun 2014 sudah menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) berbasis komputer dan sudah
tidak menggunakan kertas lagi (paperless) untuk mendata pasien. Tetapi,
informasi dari narasumber, di Puskesmas Miroto tetap mendata pasien
menggunakan rekap buku apabila sewaktu-waktu jaringan internet atau
komputer dan listriknya mengalami kendala.
Berdasarkan instruksi Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, di
Puskesmas Miroto selain pasien datang langsung ke Puskesmas, mereka
dapat mendaftar online lewat aplikasi WhatsApp atau SMS yang saat ini
disebut PUSTAKA (Puskesmas Tanpa Antrian Kota Semarang). Dan saat
ini PUSTAKA pun sudah dapat di download di layanan Google Play.

Format Pendaftaran:

DAFTAR nama lengkap#NIK#tanggal lahir#Poli#tanggal periksa. Kirim


ke 08112692331

Contoh:DAFTAR Anggita Nur#337400899999999#01-01-1990#KIA#25-


04-2019

Ketentuan : Pendaftaran hanya untuk PASIEN LAMA/sudah terdaftar di


Puskemas dan dapat dilakukan H-2 sebelum tanggal periksa sampai H-1
pukul 22.00

Setelah mendaftar lewat PUSTAKA, pasien datang ke Puskesmas


untuk melakukan verifikasi di loket pendaftaran. Untuk pasien baru atau
belum pernah mendaftar di Puskesmas Miroto, wajib membawa
KTP/KK/BPJS/UHC untuk di data nomor urut rekam medis yang baru dan
selanjutnya dapat menunggu di poli yang dituju.

Di loket pendaftaran Puskesmas Miroto untuk kode A berarti poli


umum , kode B berarti poli KIA, MTBS dan Gigi, serta kode C untuk para

91
lansia yang biasanya akan didahulukan registrasinya. Setelah registrasi,
kode itu akan berubah, A dan C menjadi D , B menjadi E untuk gigi, F
untuk KIA , G untuk MTBS. Selanjutnya, nomor registrasi itu akan masuk
sesuai poli yang dituju, seperti:

A. Poli Umum
B. Poli KIA-KB dan MTBS
C. Poli Gigi
D. Poli Gizi
E. Laboratorium

Di Puskesmas Miroto, antar poli dapat saling merujuk (rujukan


internal), contohnya adalah ketika seorang pasien datang ke poli Gigi
untuk mencabut giginya, namun saat di cek tekanan darah ternyata di
dapatkan hasil bahwa dia mengalami hipertensi, maka dari poli gigi akan
merujuknya ke poli umum untuk mendapatkan penanganan terkait tekanan
darah tingginya agar selanjutnya pasien dapat mencabut giginya.

Selain rujukan internal antar poli, di Puskesmas Miroto pasien juga


dapat dirujuk secara eksternal. Contohnya, jika ada pasien yang datang
untuk meminta surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut, maka
Puskesmas Miroto akan merujuk pasien ke rumah sakit tipe C melalui
website PCare BPJS. Namun ada beberapa penyakit yang tidak bisa
dirujuk secara eksternal seperti Hemodialisa.

Setelah semua sistem informasi selesai disimpan, maka Puskesmas


Miroto akan melaporkan hasil kunjungan pasien yang datang tiap bulannya
ke Dinas Kesehatan Kota (DKK) melalui website
dinkes.semarangkota.go.id/sip/. Batas pelaporan Sistem Informasi
Puskesmas adalah tanggal 5 tiap bulannya, namun di Puskesmas Miroto
diberi batas hingga tanggal 3 untuk mencegah jika ada beberapa dari
staffnya yang belum mengisi Sistem Informasi Puskesmas yang akan
dilaporkan ke DKK.

92
3.9 Pembinaan dan Pengawasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Pasal 45,
bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota serta fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Puskesmas, sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Di Puskesmas Miroto, untuk cakupan program terdapat laporan kegiatan
admen rutin tiap bulannya. melalui website SIP (Sistem Informasi
Puskesmas) dengan alamat dinkes.semarangkota.go.id/sip/ setiap tanggal 5,
tiap bulannya data sudah harus di input secara online ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang dikoordinir keseluruhannya oleh koordinator
pelaporan SIP selaku anggota Kelompok Jabatan Fungsional, untuk
dipantau apakah semua data yang telah terinput sudah benar atau belum.

Tiap poli mengisi lampiran di SIP sesuai poli masing masing mengenai
kunjungan per poli Setelah tanggal 5, Puskesmas Miroto akan menerima
feedback dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas data yang telah diinput
sebelumnya untuk dijadikan bahan acuan untuk kedepannya.

Setiap kelompok kerja memiliki jadwal rapat koordinasi nya masing-


masing. Dalam rapat koordinasi itu sendiri akan dibahas program yang
sedang dijalankan atau yang akan dijalankan, usaha apa yang harus
dilakukan untuk mengevaluasi capaian program yang lalu dan kesulitan
yang dihadapi dalam menjalankan program. Jika ada program yang tidak
tercapai maka pada saat kegiatan Minilokarya Puskesmas yang diadakan
setiap 3 bulan sekali, secara lintas sektoral akan dipaparkan cakupan-
cakupan yang dilakukan, kesulitan yang dihadapi, dan upaya dari pihak
lintas sektoral yang dapat membantu program tersebut.

93
Selain itu, Bu Dien selaku kepala Puskesmas juga melakukan upaya
monitoring perprogram dan evaluasi yang dilakukan atas kesepakatan waktu
kedua belah pihak, contohnya yaitu program Batra (Obat Tradisional).

94
BAB IV
PEMBAHASAN

Tabel hasil pengamatan dengan membandingkan teori yang telah dipelajari.

Komponen Tidak
No Hasil Pengamatan Sesuai Keterangan
Pengamatan Sesuai
1. Tujuan Visi dan misi menuju 
Puskesmas pembangunan kesehatan
berkualitas.
2 Prinsip Paradigma sehat, 
Puskesmas pertanggungjawaban
wilayah, kemandirian
masyarakat, pemerataan,
teknologi tepat guna dan
keterpaduan dan
kesinambungan.
3 Tugas Mendukung terwujudnya 
Puskesmas kecamatan sehat.

4 Fungsi Penyelenggaraan 
Puskesmas program UKM dan UKP.
5 Kewenangan Penyelenggaraan 
Puskesmas pelayanan kesehatan
dasar secara
komprehensif dan
bermutu.
6 Persyaratan Geografis, aksesibilitas,
Pendirian jalur transportasi, kontur
Puskesmas tanah, fasilitas parkir,
fasilitas keamanan,
ketersediaan fasilitas
publik, dan pengelolaan

95
kesehatan lingkungan.
7 Peralatan Ketersediaan peralatan 
Kesehatan dasar dan peralatan
Puskesmas penunjang Puskesmas.
8 SDM Puskesmas Memiliki tenaga 
kesehatan medis dan no
medis.
9 Kategori Termasuk Puskesmas 
Kuskesmas perkotaan karena akses
kemana pun mudah.
10 Perizinan dan Memiliki izin 
Registrasi operasional dan
Puskesmas pendirian bangunan yang
didasari oleh Permenkes
dan Peaturan Gubernur
Jawa Tengah.
11 Kedudukan dan Memiliki kepala 
Organisasi puskesmas, ketua sub
TU, penanggungjawab
UKM dan
penanggungjawab UKP
12 Upaya Memiliki UKP untuk 
Kesehatan layanan dalam gedung
Puskesmas dengan
beberapa program usulan
dan memiliki UKM
untuk layanan luar
gedung dengan beberapa
program usulan dari
Puskesmas maupun
sesuai dengan
Permenkes.
13 Akreditasi Ter akreditasi Madya, 

96
berlaku dari tanggal 6
Agustus 2017 s/d 6
Agustus 2020. Re
akreditasi dilakukan
setiap 3 tahun sekali.
14 Jaringan Tidak ada bidan desa  Luas wilayah,
Pelayanan tetapi bidan koordinator kepadatan
wilayah, Pustu, dan penduduk,
Puskesling belum permasalahan
dijalankan secara optimal kesehata,
puskesling
hanya
dilaksanakan
ketika kegiatan
tertentu.
15 Jejaring Kegiatan didalam 
Pelayanan puskesmas berupa klinik,
praktik dokter, apotek,
rumah sakit dan
laboratorium.
16 Sistem Rujukan Alur rujukan dari 
Puskesmas secara
internal dan eksternal.
17 Pendanaan APBD, APBN, JKN, 
BOK
18 Sistem Menggunakan SIMPUS 
Informasi
Puskesmas
19 Pembinaan dan Yang bertanggung jawab 
Pengawasan kepala Puskesmas,
dilakukan setiap 6 bulan
sekali. Serta secara
insidentil bila ada yang

97
harus dilakukan
monitoring.

98
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Puskesmas merupakan pengobatan strata pertama yang ada dalam
masyarakat. Puskesmas mempunyai wilayah yang akan dibinanya untuk
pembangunan berwawasan kesehatan. Untuk membangun suatu wilayah yang
berwawasan kesehatan diperlukan rencana tingkat Puskesmas yang akan me
njadi rencana ke depan Puskesmas dalam meningkatkan kesehatan. Rencana
tersebut sesuai dengan yang diagendakan oleh pemerintah sehingga tercipta
kesinambungan antara pemerintah dan Puskesmas tersebut dalam mencapai
tujuan meningkatkan derajat kesehatan. Dalam menjalankan program-
program nya, Puskesmas mendapat dana dari pemerintah yang digunakan
untuk membantu menjalankan program-program Puskesmas.
Pada prinsip nya Puskesmas Miroto, yang telah memiliki program kerja
yang baik dan juga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah.
Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Miroto meliputi
upaya pelayanan kesehatan wajib dan upaya pelayanan kesehatan
pengembangan. Upaya-upya tersebut telah berjalan dengan baik, sehingga
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat wilayah Puskesmas.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas
Miroto, program dan pelayanan secara keseluruhan sudah baik. Tetapi, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jaringan pelayanan yang belum
berjalan secara optimal, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.

99
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Rakyat


Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Rakyat
Indonesia Nomor 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
3. Puskesmas Miroto. UPTD Puskesmas Miroto. Profil UPTD Puskesmas
Miroto Tahun 2018. 2019; Dinas Kesehatan; Semarang.

100
LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Kegiatan PROLANIS

Lampiran 1.2 Kegiatan GEBYAR LANSIA

101
Lampiran 1.3 Poli Farmasi

102
103
Lampiran 1.4 Poli KIA/KB

104
Lampiran 1.5 Kegiatan SICENTIK

Lampiran 1.6 Kegiatan SKRINNING

105
106

Anda mungkin juga menyukai