PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Magang merupakan kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan
diluar lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang
berhubungan dengan bidang ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai
dengan bidang peminatannya, melalui metode observasi dan partisipasi.
Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan formasi yang struktural dan
fungsional pada instansi atau unit kerja tempat magang, baik milik pemerintah
maupun swasta atau lembaga lain yang relevan.
Melalui pelaksanaan magang diharapkan para Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Al
As’ariyah Mandar (FKM UNASMAN) memiliki bekal pengalaman dan
keterampilan yang bersifat akademik dan profesional sehingga lebih
kompetensi atau mampu bersaing dalam pasar kerja yang ada. Berdasarkan
hal tersebut penempatan magang yang telah ditetapkan yaitu Puskemas
Kebunsari Kecamatan Wonomulyo (FKM, 2017).
Puskemas sebagai salah satu ujung tombak dalam upaya pembangunan
kesehatan khususnya di Puskemas Kebunsari wilayah Kecamatan
Wonomulyo, dalam upaya melaksanakan kesehatan berupa Promotif,
Preventif, Kuratif dan ehabilitatif dilaksanakan secara menyeluruh , terpadu
dan berkesinambung (Profil Puskesmas Kebunsari, 2019) untuk mengukur
upaya keberhasilan pembangunan kesehatan melalui beberapa program yang
akan dilaksanakan dengan beberapa indikator yang mengacu kepada
penggabungan indikator Indonesia Sehat dan indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimal yang terdiri dari 12 indikator kinerja, dalam melakukan
pengukuran keberhasilan dari program yang dilaksanakan tersebut akan
menggunakan indikator yakni ; 1. Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil
akhir yang dicapai oleh puskesmas kebunsari melipti mortalitas, morbiditas
dan status gizi dan 2. Indikator hasil yang akan dilakukan oleh puskesmas
kebunsari meliputi indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup, akses
dan mutu pelayanan kesehat
Melalui Program yang dilakukan oleh puskesmas bahwa peserta magang
yang berjumlah 10 orang telah diusulkan untuk diikutsertakan dalam kegiatan
tersebut yang telah ditempatkan dalam 5 bidang dalam ruang lingkup
puskesmas untuk melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat guna
mengetahui dunia kerja. Beberapa bidang tersebut yaitu, Kesehatan
Lingkungan, Gizi Kesehatan Masyarakat, Promosi Kesehatan, Survelains
Epidemologi dan Tata Usaha. Dimana Pelaksanaan program puskesmas yang
diikut oleh peserta magang tersebut akan diketahui setiap bidang akar
permasalahannya, sesuai dengan diskusi yang dilakukan bahwa fokus
permasalahan yang akan diangkat berada di Bidang Gizi Kesehatan
Masyarakat yaitu, tentang kejadian Stunting.
Masalah Stunting merupakan masalah gizi yang tengah dihadapi oleh
Polewali Mandar termasuk Puskemas Kebunsari dengan memiliki jumlah
balita Stunting secara keseluruhan sebanyak 103 kasus, Prevalensi tiap desa
dapat terlihat yaitu, Desa Nepo sebanyak 23 kasus, Desa Arjosari sebanyak 13
kasus, Desa Bumiayu sebanyak 18 kasus, Desa Kebunsari sebanyak 32 kasus
dan Bumimulyo sebanyak 17 kasus. Petugas gizi di puskemas telah
melakukan berbagai Program upaya dalam menangani kejadian Stunting yaitu
; 1. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) pada ibu hamil dengan pemantauan
bidan, 2. Pemberian Makanan pada Balita dan Anak (PMBA), 3. Pemberian
MP-ASI, 4. Melakukan konseling pada kelompok ibu hamil dan 5.
Melakukan Konseling Pojok di Gizi Puskemas (Edukasi). Melalui program ini
dapat sedikit memberikan penurunan kejadian stunting di puskemas
kebunsari yang disebabkan oleh berbagai faktor multidimensi di setiap pusat
pelayanan kesehatan yang ada di indonesia.
Dari uraian yang telah dijelaskan, Pokok permasalahan yang diambil dari
5 bidang ini yaitu Gizi Kesehatan Masayarakat yang bersangkutan dengan
kejadian Stunting sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan
pembanguanan kesehatan yang ada di indonesia. Sehingga, penulis tertarik
untuk menjadikan fokus pokok permasalahan dengan menggunakan alat ukur
Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir yang dicapai oleh puskesmas
kebunsari meliputi mortalitas, morbiditas dan status gizi.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah
mampu dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Unasman, serta memperoleh gambaran
mengenai tugas , fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi atau unit kerja pemerintah atau swasta
2. Tujuan Khusus
a) Bagi Peserta Magang
(1) Mampu Mengidetifikasi dan menjelaskn tentang organisasi sistem
manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di
Puskemas Kebunsari
(2) Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah (Problem Solving yang ada di
Puskemas Kebunsari)
(3) Mampu melakukan tindakan-tindakan yang umum dilaksanakan
dalam bidang ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada minat
yang digeluti.
(4) Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga
diperoleh manfaat yang bersama baik bagi peserta magang maupun
instansi tempat magang
b) Bagi Fakultas dan Tempat Magang
(1) Fakultas mendapatkan masukkan yang berguna untuk
penyempurnaan kurikulum dalam upaya mendekatkan diri dengan
pasar kerja
(2) Memberikan masukkan yang bermanfaat bagi tempat magang.
(3) Membina dan Meningkatkan kerja sama antara Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) dengan instasi atau unit kerja pemerintah
maupun swasta tempat mahasiswa melaksanakan magang.
c. Ruang Lingkup
1. Lingkup Tempat
Magang kesehatan masyarakat ini dilaksanakan di Puskesmas Kebunsari
Kecamatan Wonomulyo
2. Lingkup waktu
Waktu pelaksanaan Magang Kesehatan Masyarakat dimulai dari tanggal
02 Februari 2021 sampai dengan 04 Maret 2021 dilaksanakan pada setiap
hari senin s/d sabtu setiap minggunya
3. Lingkup keilmuan
Lingkup keilmuan magang kesehatan masyarakat adalah ilmu kesehatan
masyarakat khususnya tentang kesehatan masyarakat tentang Gizi
Masyarakat
4. Lingkup masalah
Adapun lingkup masalah atau batasan masalah dalam magang kesehatan
masyarakat ini yaitu tentang Pengawasan Kejadian Stunting pada balita di
wilayah kerja Puskemas Kebunsari Kecamatan Wonomulyo.
5. Lingkup metode
Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu dengan
Observasi, Pengumpula data sekunder dan pemeriksaan secara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas
BAB III
PENDAHULUAN
PENDAMPING KESLING
Dahriana SKM
1. Pengukuran TB/PB
2. Penimbangan BB
3. Pemberian Vit. A tiap 6 sekali yaitu bulan Februari dan bulan Agustus
Jadwal Imunisasi
Usia 0 bulan: BCG, BH-O, polio-0
Usia2 bulan : DPT/Hib-1, polio-1
Usia3 bulan : DPT/Hib-2, polio-3
Usia4 bulan : DPT/Hib-3, polo-3
Usia9 bulan : Campak
Perbedaan pelaksanaan program sebelum dan salami pandemic covid-19
Kerumunan masyarakat dulu bebas, sekarang di beri jarak untuk
mematuhiprotokol kesehatan
Dulu antusiasnya sangat banyak sekarang kurang
Dulu penyuluhan di lakukan secara massal sekarang di lakukan secara
konseling
Pemberian makanan tambahan dulu boleh di makan di tempat, sekarang di
bawah pulang kerumah
Posyandu dulu masih kumpul, sekarang sesudah penimbangan langsung
pulang
Jadwal Imunisasi
Usia 0 bulan: BCG, BH-O, polio-0
Usia2 bulan : DPT/Hib-1, polio-1
Usia3 bulan : DPT/Hib-2, polio-3
Usia4 bulan : DPT/Hib-3, polo-3
Usia9 bulan : Campak
3. BIDANG KESEHATAN TATA USAHA
Adapun Tugas Pokok Dan Fungsi Tata Usaha Puskesmas Kebunsari adalah
bertugas membawahi dan mengkordinasi kegiatan SP2IP seperti:
- Bendahara pelaporan loket
- Kepegawaian dan penglolaa
- Inventaris kantor
Adapun tugas dan pokok kepala puskesmas dan ka.subag TU melakukan
supervisi ke pustu,posyandu dan poskesdes melihat perkembangan secara
langsung.
Adapun kendala biasa terjadi lapangan ketika ingin melakukan supirvisi ialah
hanya masalah waktu sehingga kadang terlambat di laksanakan.dan kadang
juga masalah pengiriman laporan puskesmas ke dinkes itu terlambat di
karnakan menunngu surat yang lain karna laporan yang masuk keTU itu
kadang tidak bersmaan.
4. BIDANG KESEHATAN EPIDEMIOLOGI
Kegiatan Pokok Surveilans Epidemiologi Komponen Surveilans yaitu :
1. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
2. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
4. Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya.
5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan.
Kegiatan Pokok Pelaksanaan Surveilans :
Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensiberdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah
populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.
5. BIDANG PROMOSI KESEHATAN
URAIAN TUGAS PETUGAS PROMOSI KESEHATAN
Menyusun rencana kegiatan pelayan promosi kesehatan berdasarkan
data program puskesmas dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku sebagai pedoman kerja.
Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan meliputi penyuluhan
kesehatan, pembinaan UKBM, pembinaan PHBS dan desa siaga serta
koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
Mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan promosi kesehatan secara
keseluruhan.
Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
Penyuluhan
Pembinaan UKBM
Advokasi
Pembinaan Rumah Tangga BerPHBS
PROGRAM 2021
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
Perencanaan yang disusun melalui pengenalan permasalahan
secara tepat berdasarkan data yang akurat, serta diperoleh dengan cara
dan dalam waktu yang tepat, maka akan dapat mengarahkan upaya
kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas dalam mencapai sasaran dan
tujuannya. Dalam upaya mencakup seluas mungkin sasaran masyarakat
yang harus dilayani, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang
terbatas, maka pelayanan kesehatan harus dapat dilaksanakan secara
terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektor. Kepala
Puskesmas harus mampu membangun kerjasama dan
mengkoordinasikan program di internal Puskesmas dan di eksternal
dengan mitra lintas sektor. Koordinasi dengan lintas sektor sangat
diperlukan, karena faktor penyebab dan latar belakang masalah
kesehatan tertentu kemungkinan hanya dapat diselesaikan oleh mitra
lintas sektor.
Peran pemerintah daerah sangat besar dalam menyelesaikan
permasalahan kesehatan di masyarakat, oleh karenanya Puskesmas
perlu mencari dukungan dari pemerintah daerah yang dimulai dari
tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan Kabupaten/Kota. Proses
perencanaan Puskesmas harus terintegrasi kedalam sistim perencanaan
daerah melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) yang disusun secara top down dan bottom-up.
Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus
perencanaan pembangunan daerah, dimulai dari tingkat
desa/kelurahan, selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan dan
kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Perencanaan
Puskesmas yang diperlukan terintegrasi dengan lintas sektor
kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah daerah
Kabupaten/Kota.
Puskesmas akan menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan rincian
rencana tahunannya berdasarkan pada hasil evaluasi tahun sebelumnya
dan mengacu pada kebijakan kesehatan dari tingkat administrasi
diatasnya, baik Kabupaten/Kota, provinsi, dan pusat. Untuk kepentingan
penyusunan perencanaan Puskesmas, perlu diselaraskan dengan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan program
kesehatan nasional lainnya
2. Penyusunan Rencana Lima Tahunan
Dalam rangka meningkatkan prinsip penyelenggaraan Puskesmas,
agar mampu mencapai tujuan yang diharapkan, serta mengembangkan
dan membina pelayanan kesehatan di wilayahnya secara efektif dan
efisien, perlu disusun rencana lima tahunan ditingkat Puskesmas.
Dengan adanya Rencana Lima Tahunan Puskesmas, maka kelangsungan
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan pada setiap tahun untuk
satu periode akan dapat lebih terjamin, walaupun terjadi pergantian
pengelola dan pelaksana kegiatan di Puskesmas maka diharapkan
pengembangan program/kegiatan tetap berjalan sesuai dengan
Rencana Lima Tahunan yang telah ada. Penyusunan Rencana Lima
Tahunan Puskesmas dilakukan pada setiap periode lima tahun, dengan
tahap pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara:
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Puskesmas yang
anggotanya terdiri dari Tim Pembina Wilayah, Tim Pembina Keluarga,
Tim Akreditasi Puskesmas, dan Tim Sistim Informasi Puskesmas.
b. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas.
c. Tim mempelajari:
(1) Rencana Lima Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
merupakan turunan dari Rencana Lima Tahunan Dinas Kesehatan
provinsi dan Rencana Lima Tahunan Kementerian Kesehatan.
(2) Standar Pelayanan Minimal tingkat Kabupaten/Kota.
(3) Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
(4) Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.
(5) Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga.
(6) NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di
dalam penyusunan perencanaan Puskesmas.
a. Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
Puskesmas, agar dapat merumuskan kebutuhan pelayanan dan
pemenuhan harapan masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan
wilayah kerja Puskesmas. Tahap ini dilakukan dengan cara:
1). Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
dalam 4 tahun yang dimulai dari tahun N-5 sampai dengan tahun N-2
untuk setiap desa/kelurahan. N menunjukan tahun yang akan
disusun, sehingga untuk menyusun perencanaan lima tahunan
(sebagai contoh perencanaan lima tahunan periode tahun 2017-
2021), maka data kinerja akhir tahun yang dikumpulkan dan
dipelajari adalah tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015. Data yang
dikumpulkan ditambah hasil evaluasi tengah periode (midterm
evaluation) dari dokumen laporan tahun berjalan (N-1). Adapun data
kinerja dan status kesehatan masyarakat diperoleh dari Sistim
Informasi Puskesmas. Data yang dikumpulkan adalah:
(1) Data dasar, yang mencakup:
a) Identitas Puskesmas;
b) Wilayah kerja Puskesmas
c) Sumber daya Puskesmas, meliputi:
Manajemen Puskesmas
Gedung dan sarana Puskesmas
Jejaring Puskesmas, lintas sektor serta potensi sumber
daya lainnya
Sumber daya manusia kesehatan, dan
Ketersediaan dan kondisi peralatan Puskesmas
(2) Data UKM Esensial, yaitu:
a) Promosi Kesehatan;
b) Kesehatan Lingkungan;
c) Pelayanan Gizi KIA-KB;
d) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
e) Surveilans dan Sentinel SKDR; dan
f) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
(3) Data UKM Pengembangan, antara lain:
a) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS);
b) Kesehatan Jiwa;
c) Kesehatan Gigi Masyarakat;
d) Kesehatan Tradisional dan Komplementer;
e) Kesehatan Olahraga;
f) Kesehatan Kerja;
g) Kesehatan Indera;
h) Kesehatan Lanjut Usia; dan/atau
i) Pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan Puskesmas.
(4) Data UKP, antara lain:
a) Kunjungan Puskesmas;
b) Pelayanan Umum;
c) Kesehatan Gigi dan Mulut; dan
d) Rawat Inap, UGD, Kematian, dll.
(5) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, data laboratorium, dan
data kefarmasian.
(6) Kondisi keluarga di wilayah kerjanya yang diperoleh dari Profil
Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Setiap keluarga
pada wilayah kerja Puskesmas akan terpantau kondisi status
kesehatan sebuah keluarga terkait 12 indikator utama sebagai
berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN);
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Data tersebut diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat keluarga, tingkat desa
atau kelurahan, dan tingkat Puskesmas. Hasil perhitungan IKS
tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori kesehatan
masing-masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan
berikut:
1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat
2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat
3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat
B. Pergerakkan
E. Penilaian
Setiap kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas harus dinilai sebagai
bentuk pertanggung jawaban Puskesmas terhadap publik dan Pemerintah
Daerah. Kegiatan penilaian Puskesmas biasanya dilakukan pada akhir tahun
anggaran. Kegiatan yang dilakukan secara umum meliputi:
1. Penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan.
2. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana
tahun berikutnya.
Penilaian di Puskesmas dilakukan secara komprehensif. Penilaian
komprehensif mengandung pengertian penilaian terhadap 3 (tiga)
komponen kegiatan yaitu input, proses, dan output.
Penilaian di Puskesmas dapat diartikan sebagai cara yang sistimatis
untuk belajar dari pengalaman-pengalaman Puskesmas dan
menggunakan pengalaman-pengalaman tersebut untuk memperbaiki
kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dan untuk meningkatkan
perencanaan tingkat Puskesmas yang lebih baik dengan melakukan
seleksi secara teliti dengan berbagai alternatif tindakan yang akan
diambil. Jadi penilaian di Puskesmas berarti menentukan pendapat
berdasarkan penafsiran secara seksama dan penilaian secara krisis
mengenai keadaan tertentu, yang harus mengarah kepada penarikan
kesimpulan yang masuk akal serta pengajuan usulan-usulan untuk
tindakan lebih lanjut yang bermanfaat. Tujuan penilaian di Puskesmas
bukan hanya membandingkan keadaan sebelum dan sesudah kegiatan,
tetapi yang lebih penting adalah untuk memperbaiki program-program
Puskesmas agar pelaksanaan program-program tersebut lebih relevan,
efisien dan efektif.
Penilaian di Puskesmas juga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
dilakukan secara sistimatis dan berkelanjutan untuk menilai apakah
program-program Puskesmas telah atau dapat dilaksanakan sesuai
rencana serta mengidentifikasi masalah-masalah yang mempengaruhi
keberhasilan program tersebut. Melakukan penilaian di Puskesmas tidak
hanya cukup dilakukan dengan metode kuantitatif saja tetapi juga
diperlukan metode kualitatif, antara lain: wawancara formal, wawancara
mendalam, observasi terstruktur dan diskusi kelompok terarah.
Penilaian di Puskesmas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan Puskesmas yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum.
Penilaian di Puskesmas diadakan secara berkala setahun sekali oleh
pimpinan atau pihak lain. Adapun dasar-dasar penilaian di Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1. Penilaian di Puskesmas merupakan kunci untuk meningkatkan
mutu pengambilan keputusan dan berorientasi pada masa yang
akan datang.
2. Penilaian di Puskesmas bersifat komprehensif dan dinamis, yaitu
penilaian yang berkaitan erat dengan evaluasi berbagai kebijakan
dan alternatif rencana, monitoring dari kemajuan dalam proses
dari implementasi dan pencapaian sumatif dari hasil akhir.
3. Penilaian di Puskesmas dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
management by objectives dan dilakukan dalam waktu yang jelas,
objek penilaian, faktor yang berpengaruh, dampak terhadap
masyarakat, dan tindak lanjut hasil penilaian.
4. Strategi penilaian di Puskesmas pada tahap awal haruslah meliputi
kesesuaian dan keakuratan standar, prosedur, dan indikator
penilaian.
5. Penilaian di Puskesmas harus menganut prinsip management by
exception, yang artinya bahwa penilaian haruslah memberi suatu
rentang yang luas dari informasi yang dirancang sedemikian rupa
sehingga memiliki arah yang jelas dan tepat dan berorientasi pada
upaya pemebcahan masalah.
6. Waktu dan lokasi penilaian di Puskesmas harus sesuai dengan
kebutuhan untuk pengambilan keputusan dan dilaksanakan dalam
waktu yang tepat.
7. Frekwensi laporan penilaian Puskesmas secara garis besar
tergantung pada berbagai kebutuhan yang tersu berubah dan
berbagai persyaratan tindakan.
8. Bila penilaian di Puskesmas adalah untuk membandingkan,
penilaian sangat tergantung pada berbagai indikator yang
mengekspresikan tingkat dan ratio yang sesuai.
9. Penilaian keberhasilan di Puskesmas haruslah dibedakan antara
subyek outcome dengan pengendalian keputusan berdasarkan
hasil suatu kejadian karena timbulnya ketidakpastian.
10.Efisiensi, efektivitas dan pemerataan dalam melakukan penilaian
di Puskesmas haruslah jelas didefinisikan secara jelas.