Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.

Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program-program yang

berupaya untuk meningkatkan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat serta

pemberdayaan masyarakat, yang merupakan pelayanan tingkat pertama dari sistem

kesehatan nasional. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni

upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib

meliputi upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular dan pengobatan. Sementara itu, upaya kesehatan pengembangan

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat

setempat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Puskesmas sebagai pusat kesehatan mempunyai dua fungsi yaitu pelayanan

publik dan fungsi pelayanan klinis atau medikal. Indikasi kualitas pelayanan

dipuskesmas dapat tercermin dari persepsi pasien atas layanan kesehatan yang

diterima. Dari persepsi ini pasien dapat memberikan penilaian tentang kualitas

pelayanan.

Puskesmas membantu untuk pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kamauan hidup sehat bagi setiap orang

1
agar terwujud target kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat

kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif), dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesenimbungan.

Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan

dari praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa yang diarahkan pada pengalaman

nyata penerapan Primary Health Care. Disamping itu pula, melihat secara nyata pola

perilaku kebiasaan hidup sehat pada msyarakat, dengan tujuan untuk merubah

perilaku dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu

menjadi tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk

penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung bagaimana cara

mengatasi penyakit yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang tidak

sehat, penyakit infeksi yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat sendiri.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang bagaimana suatu

program dalam puskesmas dapat berjalan dan memahami fungsi dan visi misi dari

puskesmas tampat praktik.

1.1.2. Tujuan Khusus

1) Mampu menjelaskan pengertian puskesmas

2) Mampu menjelaskan peran dan fungsi puskesmas

2
3) Mampu menjelaskan visi dan misi puskesmas

4) Mampu menyebutkan program-program yang ada pada puskesmas

5) Mengetahui sejarah Puskesmas Kecamatan Cipayung

6) Mengetahui visi dan misi Puskesmas Kecamatan Cipayung

7) Mengetahui batasan wilayah puskesmas kecamatan Cipayung

8) Mengetahui Tupoksi puskesmas kecamatan Cipayung

9) Mengetahui trtuktur organisasi puskesmas kecamatan Cipayung

10) Mengetahui program apa saja yang terdapat di poli kb pueskesmas kecamatan

Cipayung

11) Mengetahui masalah terbanyak dipoli kb puskesmas kecamatan Cipayung

12) Mampu membandingkan kasus dengan teori

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan

kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Puskesmas harus bisa menjamin mutu pelayanan keperawatan melalui

kesesuaian dengan kebutuhan pasien. Pentingnya peningkatan mutu pelayanan

puskesmas adalah untuk membangun persahabatan yang mendorong hubungan

dengan pasien sehingga puskesmas tidak ditinggalkan oleh pasiennya (Azwar, 2008).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan (Dep. Kes. RI, 2003).

1) Unit pelaksana teknis

Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD),puskesmas

berperan menyelnggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan

4
kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

pembangunan kesehatan di Indonesia.

2) Pembangunan kesehatan

Pembngunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kesadaran , kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujut derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3) Penanggung jawab penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,

sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang di bebankan oleh dinas kesehatan kabupataen/kota sesuai dengan

kemampuanya.

4) Wilayah kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,

tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja di bagi antar puskesmas denga memperhatikan keutuhan konsep

wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan.

2.2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Indkator

kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama yakni :

5
1) Lingkungan sehat.

2) Prilaku sehat.

3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.

4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas diatas yakni terwujutnya kecamatan sehat,yang

harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan

setempat.

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya.

Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkunganya.

2.3. Fungsi Puskesmas

1) Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.

6
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

4) Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

c) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program

2.4. Strafikasi Puskesmas

2.4.1. Pengertian

Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam

rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi

puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah

2.4.2. Tujuan

1) Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas

dalam rangka mawas diri

7
2) Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu

mendatang

3) Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan

puskesmas sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut

2.4.3. Pengelompokan Stratifikasi

Pengelompokan Strata dibagi menjadi 3

1) Strata I Puskesmas dengan Prestasi kerja Baik (warna hijau)

2) Strata II Puskesmas dengan Prestasi kerja Cukup (warna kuning)

3) Strata III Puskesmas dengan Prestasi kerja Kurang(warna merah)

4) Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :

a) Puskesmas tingkat kecamatan

b) Puskesmas tingkat Kelurahan ( puskesmas pembantu )

c) Unit-unit kesehatan lain

d) Pembinaan peran serta masyarakat

2.4.4. Perencanaan Mikro

Perencanaan micro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana

tingkat puskesmas untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya. Tujuan

dari perencanaan mikro ini adalah meningkatkan cakupan pelayanan

program prioritas sesuai dengan masalah yang dihadapi puskesmas

sehingga meningkatkan fungsi puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya

yaitu :

1) Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu 5 tahun

secara tertulis.

8
2) Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran

rencana kerja 5 tahunan.

3) Rancangan Kewenangan Wajib dan Standart Pelayanan Minimal

4) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar

5) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

6) Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah

7) Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

8) Pelayanan kesehatan usia subur

9) Pelayanan kesehatan usia lanjut

10) Pelayanan imunisasi

11) Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat

12) Pelayanan pengobatan / perawatan

13) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang

14) Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi dasar (kebidanan, bedah,

penyakit dalam, anak)

15) Pelayanan laboratorium kesehatan yang mendukung upaya kesehatan

perorangan dan kesehatan masyarakat

16) Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan

17) Penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular

18) Pelayanan kesehatan darurat

19) Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan

20) Kejadian Luar Biasa (KLB)

21) Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio

9
22) Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB paru

23) Pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria

24) Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta

25) Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA

26) Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-AIDS

27) Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

28) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare

29) Pencegahan dan pemberantasan penyakit fliariasis

30) Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat

31) Pemantauan pertumbuhan balita

32) Pemberian suplemen gizi

33) Pelayanan gizi

34) Penyuluhan gizi seimbang

35) Penyelenggaraan kewaspadaan gizi

36) Penyelenggaraan promosi kesehatan

37) Penyuluhan prilaku sehat

38) Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan

39) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar

40) Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia, biologi

41) Pengendalian vector

42) Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum

43) Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain

10
44) Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulanga

45) Penyalahgunaan NAPZA) yang berbasis masyarakat

46) Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan pengamanan sediaan

farmasi, alat kesehatan serta makanan dan minuman

47) Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan

kesehatan dasar

48) Penyediaan dan pemerataan pelayanan kefarmasian di saranan

pelayanan kesehatan

49) Pelayanan pengamanan farmasi alat kesehatan

2.5. Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun

fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda.

Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya

dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )

2) Keluarga Berencana (KB)

3) Usaha Peningkatan Gizi

4) Kesehatan Lingkungan

5) Pemberantasan Penyakit Menular

6) Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

11
8) Usaha Kesehatan Sekolah

9) Kesehatan Olah Raga

10) Perawatan Kesehatan Masyarakat

11) Usaha Kesehatan Kerja

12) Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

13) Usaha Kesehatan Jiwa

14) Kesehatan Mata

15) Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )

16) Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

17) Kesehatan Usia Lanjut

18) Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai

satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan

untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah

kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping

penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas,

Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan

tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal

demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh

Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai

kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau

12
bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi

atau menunda kegiatan lain.

Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004 :

1) Azas pertanggungjawaban wilayah

2) Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.

3) Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung

4) Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling

5) Azas pemberdayaan masyarakat

6) Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar

berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas

7) Potensi masyarakat perlu dihimpun

8) Azas keterpaduan

9) Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu

10) Keterpaduan lintas program

11) UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro, Remaja,

Kesehatan Jiwa

12) Keterpaduan lintas sektoral

13) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK

14) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama

15) Azas rujukan

13
16) Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan

17) rujukan kasus ; bahan pemeriksaan ; ilmu pengetahuan

18) Rujukan upaya kesehatan masyarakat

19) rujukan sarana dan logistic ; rujukan tenaga ; rujukan operasional

2.6. System Organisasi Puskesmas

1) Kepala Puskesmas

2) Unit Tata Usaha:

3) Data dan Informasi,

4) Perencanaan dan Penilaian,

5) Keuangan, Umum dan Kepegawaian

6) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

7) UKM / UKBM

8) UKP

9) Jaringan pelayanan Puskesmas:

10) Unit Puskesmas Pembantu

11) Unit Puskesmas Keliling

12) Unit Bidan di Desa/Komunitas

14
2.7. Masalah-Masalah mutu pelayanan kesehatan yang Muncul di Lingkup

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak

pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat

dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas

sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada

kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada

dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya.

Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap

pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan

seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga

medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari.

Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak

sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas,

yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para

petugas medis yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan

obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa

membeli obat pada apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga

yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga

15
yang lain mengantarnya ke Puskesmas, pasien itu tidak dilayani dengan baik

bahkan mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat.

Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan

kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu dalam memberikan

pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu,

tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan

kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat,

petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga

mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk

atau penderita TB.

Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya

promotif. Kemudian, perawat / bidan puskesmas biasanya aktif dalam BP,

puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat

/ bidan melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan

pengobatan pada pasien dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika

melakukan tugas tersebut tidak ada supervisi dari siapapun, khususnya

penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat / bidan

seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena

mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan

masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan

ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga berdampak pada

kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di

Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari

16
pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber daya

manusia dan fasilitas medik.

Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan

preventif maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas

menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki

otonomi yang kuat dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas

kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk

pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan

kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah

diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di

lingkup puskesmas.

Misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00

WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang

memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum

terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan

karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di

puskesmas.

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Konsep Puskesmas Kecamatan Cipayung

3.1.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cipayung

Puskesmas Kecamatan Cipayung didirikan pada tahun 1990.

Puskesmas Kecamatan Cipayung merupakan pemekaran dari Puskesmas

Pasar Rebo. Dilakukannya pemekaran dikarenakan padatnya penduduk

didaerah tersebut. Puskesmas Kecamatan Cipayung membawa 10 kelurahan

yaitu : Kelurahan Lubang Buaya , Setu , Cipayung , Munjul , Bambu Apus

1 dan 2 , Pondok Ranggon 1 dan 2 , Cilangkap , dan Ceger. Jumlah

penduduk keseluruhan adalah mencapai 260.995 jiwa, terdiri dari 127.498

orang laki-laki dan 133.497 orang perempuan. Kepala Puskesmas

Kecamatan Cipayunng sejak berdiri sampai sekarang sudah berganti 6 kali

yaitu :

1) Dr. Hakim Siregar

2) Dr. Suliandini

3) Dr. Hj Yeuarti A

4) Dr. Hj Herinditi, MMK

5) Drg. Solikhah Darmawie

6) Sunersi, SKM, MKM

18
3.2. Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Cipayung

Visi : “Menjadikan Kecamatan Cipayung Sehat tahun 2022”

Misi :

1) Meningkatkan sumber daya kesehatan yang kompeten

2) Meningkatkan tata kelola manajemen puskesmas yang akuntabel dan

professional

3) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan UKBM (Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)

4) Meningkatkan peran serta lintas sector dan masyarakat dalam gerakan

masyarakat hidup sehat

5) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keselamatan

pasien

Motto : “Melayani dengan setulus hati”

Janji Layanan : “Kami siap memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dan tepat waktu”

3.3. Batasan Wilayah

Batasan wilayah

No Sebelah Batasan Wilayah

1 Utara Jalan pintu I bagian barat tembok TMII, jalan

pintu II bagian timur TMII dan jalan raya pondok

19
gede

2 Selatan Patokan batas DKI Jakarta dan Jawa Barat (patok

no 148 sampai 165)

3 Barat Jalan raya tol jagorawi , kecamatan ciracas

4 Timur Kali sunter (pilar batas no 125 sampai 148)

Tabel 3.1 batasan wilayah PKC Cipayung

Luas wilayah kecamatan cipayung

No Kelurahan RT RW Luas (Ha)

1 Lubang buaya 12 113 372.20

2 Setu 6 41 325.12

3 Bambu apus 5 65 313.56

4 Ceger 5 39 363.60

5 Cipayung 8 59 308.50

6 Cilangkap 6 43 603.54

7 Munjul 8 74 190.30

8 Pondok ranggon 6 62 366.02

jumlah 56 496 2.841.74

Tabel 3.2 luas wilayah pkc cipayung

20
3.4. Program pokok puskesmas kecamatan cipayung

1) Poli Umum

2) Loket BPJS

3) Poli Gigi

4) Poli Kesehatan ibu dan anak

5) Poli keluarga berencana

6) Poli Paru

7) Poli gizi

8) Poli lansia

9) Manajemen terpadu balita sakit

10) Laboraturium

11) Farmasi

12) Pelayanan 24 jam

13) Ambulance

14) Rumah bersalin

15) KPLDH (ketuk pintu layani dengan hati)

16) Pelayanan kesehatan ke panti-panti yang ada di kecamatan cipayung

3.5. Rencana kerja Program keluarga Berencana

Penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

di setiap daerah yang masih sekitaran kecamatan cipayung. Seperti konsultassi

caten, konsultasi tentang alat kontrasepsi dan pemasangan alat kontrasep

21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Program Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha

untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai kontrasepsi.

4.2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan

sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:

1) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak, keluarga dan bangsa

2) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa

3) Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas,

termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

22
1) Keluarga dengan anak ideal

2) Keluarga sehat

3) Keluarga berpendidikan

4) Keluarga sejahtera

5) Keluarga berketahanan

6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

4.3. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14

persen per tahun.

2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai

alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.

4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.

5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan

efisien.

6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun.

7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

23
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.

4.4. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana (KB)

Ruang lingkup KB antara lain:

1) Keluarga berencana

2) Kesehatan reproduksi remaja

3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5) Keserasian kebijakankependudukan

6) Pengelolaan SDM aparatur

7) Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

4.5. Strategi Pendekatan Program Keluarga Berencana (KB)

Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :

1) Pendekatan kemasyarakatan (community approach).

Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta

masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara

berkelanjutan.

2) Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).

24
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan

pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan

mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan

menerapkan kemitraan sejajar.

3) Pendekatan integrative (integrative approach)

Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat

mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat

sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.

4) Pendekatan kualitas (quality approach).

Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan

(provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.

5) Pendekatan kemandirian (self rellant approach)

Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan

masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan

tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.

6) Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).

Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program kb

nasional. Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan

respon pasangan usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk

berkb. Berdasarkan hasil survei tersebut respon pus terhadap KIE kb terbagi

dalam 3 kelompok

a) 15% pus langsung merespon ya untuk berkb.

b) 15% - 55% pus merespon raguragu untuk berkb.

25
c) 30% pus merespon tidak untuk berkb.

4.6. Dampak Program Keluarga Berencana (KB)

Program keluarga berencana memberikan dampak yaitu :

1) Penurunan angka kematian ibu dan anak

2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

3) Peningkatan kesejahteraan keluarga

4) Peningkatan derajat kesehatan

5) Peningkatan mutu dan layanan KB-KR

6) Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM

7) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

4.7. Pengaruh Program Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan

untuk mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kntrasepsi. Berhasil atau

tidaknya Pelaksaan Program Keluarga Berencana akan menetukan pula berhasil atau

tidaknya usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pertambahan

penduduk yang cepat, tidak seimbang dengan peningkatan produksi akan

mengakibatkan ketegangan – ketegangan sosial dengan segala akibat yang luas.

1) Pengaruh positif Program KB

Dengan adanya program KB maka laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan

untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk yang luar biasa, karena

26
diperkirakan jika angka persentase kesetaraan jumlah penduduk yang ber-KB

dapat dinaikkan 1 % per tahun, maka diprediksikan jmlah penduduk Indonesia

pada tahun 2015 sekitar 237,8 juta jiwa, ini masih di bawah dari angka proyeksi

penduduk tahun 2015 yang diperkirakan sekitar 248 juta jiwa.

Dengan adanya kebijakan pemerintah unutk pengaturan laju pertumbuhan

penduduk dan pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia merupakan bagian dari

kebijakan kependudukan nasional, yang dalam hal ini pelaksanaan program KB di

daerah pada era otonomi perlu ditentukan sasaran kinerja program untuk

mewujudkan keserasian kependudukan di berbagai bidang pembangunan. Dengan

terkendalinya jumlah penduduk, maka akan tercipta generasi yang berkualitas,

sehingga dapat meneruskan pembangunan Indonesia yang berkualiatas.

2) Pengaruh negatif Program KB

Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga memiliki

pengruh yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin meningkatnya

partisipasi masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan metode KB berupa

penggunaan AKDR, implant, suntik KB, pil KB juga semakin meningkat, maka

biaya yang harus di keluarkan pemerintah untuk pengadaan alat – alat dan obat

untuk kontrasepsi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.

Menurut penelitian, dengan peggunaan metode untuk ber-KB maka dapat

mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan jumlah usia

lanjut akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya yang juga harus

dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para Usila juga meningkat.

27
4.8. Manfaat program keluarga berencana

Berikut ini merupakan manfaat dari adanya program Keluarga Berencana

(KB), yaitu:

1) Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan

yang aman,sehat dan diinginkan.

2) Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil

kontrasepsi.

3) Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

kependudukan.Proggram keluarga berencana nasional adalah program untuk

membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan

kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.

Dengan terbentuk keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber

daya manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan.

Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang

berwawasankependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu :

a) Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan

peningkatan kualitas penduduk.

b) Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal dilakukan

dengan mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian ibu dan bayi

dengan menurunkan kelahiran atau kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi.

c) Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak – hak asasi manusia dalam hal

kesehatan reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan kehidupan

berkeluarga.

28
d) Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari sepenuhnya

akan hak dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya manusia yang

tangguh.

Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan

mendapatkan tiga manfaat utama optimal baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara

lain:

Manfaat Untuk Ibu:

1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu

3) Menjaga kesehatan ibu

4) Merencanakan kehamilan lebih terprogram

5) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali

dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

6) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya

waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu

luang serta melakukan kegiatan lainnya.

Manfaat Untuk Anak:

1) Mengurangi risiko kematian bayi

2) Meningkatkan kesehatan bayi

3) Mencegah bayi kekurangan gizi

4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

5) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi

6) Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal

29
Manfaat Untuk Keluarga:

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga

4.9. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan

penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan

penerangan massa melalui media cetak dan elektronik. Dengan penerangan,

motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan,

perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan

usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB. Dikembangkan program

reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon ibu atau ibu,

merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar

untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam

mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu

keadaan sehat baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua

hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan

hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material,

30
bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan

seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.

Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:

pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat

sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program

ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman

dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah. PSM ditonjolkan

(pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan,

BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).

Pendidikan KB. Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas

KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

4.10. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana (KB).

Partisipasi masyarakat dalam mendukung program KB masih terlihat rendah.

Hal ini terutama tampak pada partisipasi pria/suami. Hal ini salah satunya

disebabkan minimnya akses laki-laki terhadap perolehan informasi, pelayanan

KB, dan kesehatan reproduksi.

Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM

Issac Tri Oktaviatie, S.Ant, MSc, kurangnya promosi atau sosialiasi tentang KB

pria dikarenakan kebijakan KB di Indonesia yang masih berfokus pada

pencapaian target peserta KB perempuan. Perempuan masih tetap menjadi

sasaran utama sosialisasi program KB dengan harapan istri yang akan

31
mengkomunikasikan dan menegosiasikan pemakaian alat kontrasepsi (alkon)

kepada suaminya.

Aspek sosial budaya masyarakat Indonesia, lanjutnya, juga menjadi faktor

penyebab rendahnya kesadaran pria untuk berperan menyukseskan program KB.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di kabupaten Gunung Kidul, diketahui

bahwa masyarakat masih mempersepsikan KB merupakan tanggung jawab

perempuan. Selain itu, pemakaian alat kontrasepsi kondom mengurangi

kenyamanan saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan dibanding

jenis-jenis alat kontrasepsi perempuan yang ada. Sementara metode vasektomi

masih dipersepsikan sebagai bentuk pengkebirian dan akan mengurangi kekuatan

pria. Pandangan yang keliru tentang vasektomi ini telah melahirkan stigma

terhadap akseptor yang dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai pria takut

isteri. Kekhawatiran juga muncul dari perempuan yang beranggapan dengan

vasektomi justuru akan meningkatkan peluang suami untuk tidak setia pada

pasangan karena tidak meninggalkan jejak.

Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan

keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria tidak hanya dalam

hal pemakaian alat kontrasepsi saja, tapi juga dalam hal pengambilan keputusan

berKB oleh istri ataupun dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pria tentang KB

digunakan untuk membantu mensosialisasikan program-program KB.

Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan

terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah anak

32
dalam keluarga. Untuk merealisasikan tujuan terciptanya Keluarga Berkualitas

2015, Partisipasi pria dalam Keluarga Berencana adalah tanggung jawab pria

dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi

dirinya, pasangan atau keluarganya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa

keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung atau tidak

langsung. Penggunaan metode kontrasepsi pria merupakan satu bentuk

partisipasi pria secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak

langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif dan membuat

keputusan yag lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang

dimilikinya.

4.11. Optimalisasi Peran Program Keluarga Berencana (KB).

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan berdampak pada

kemiskinan dan pengangguran. Karenanya, diperlukan sinergi antara pemerintah,

masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait lainnya secara bersama-sama

menanggulangi ledakan penduduk sekaligus memberikan mengedukasi

masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga agar kualitas hidupnya

lebih baik. Di sinilah kehadiran KB menjadi kebutuhan yang sangat mendesak

ketika ancaman ledakan penduduk menimpa bangsa ini.

Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Sebuah Pengantar (2010)

mengatakan, bahwa masalah angka kelahiran akan dapat diatasi dengan

melaksanakan program keluarga berencana yang bertujuan meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun meningkatkan

33
kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga

pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi.

Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat tepat guna

membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan menunda masa

perkawinan dini agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.

Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk mengimbangi ledakan jumlah

penduduk adalah penambahan dan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan

kesadaran dan pendidikan kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk

dengan program transmigrasi, dan meningkatkan produksi.

Dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah penduduk bisa

diminimalisir sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan

seminimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang

otomatis kesempatan dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan

benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan pada gilirannya

kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini akan terwujud

34
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan

pembangunan di segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah

kependudukan seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk

yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah.

Adapun strategi pendekatan yang dilakukan dalam program pelayanan kb

meliputi: Pendekatan Kemasyarakatan (community approach), Pendekatan

koordinasi aktif (active coordinative approach), Pendekatan integrative (integrative

approach), Pendekatan kualitas (quality approach), Pendekatan kemandirian (self

rellant approach), Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).

Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi:

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan

pengayoman peserta KB, Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan

Pendidikan KB.

Dari program KB juga memiliki dampak terhadap pencegahan kelahiran,

semisalkan dampak pada ibu, dampak pada anak, maupun dampak pada suami.

Secara umum Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan

35
angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;

Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan

mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;

Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan

kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

5.2. Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama


mahasiswa jurusan kesehatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa jurusan
kesehatan.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka

36

Anda mungkin juga menyukai