PENDAHULUAN
1
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan
jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai
dengan tutup usia, sehingga nantinya tercapai maksud dan tujuan dari SKN yaitu
pembangunan kesehatan. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
ialah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu, agar dapat
mewujudkan tingkat derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan
kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber
daya manusia Indonesia sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Salah satu
usaha pelaksanaannya adalah dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang
lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat.
Dinas kesehatan (DINKES) Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu
instansi pemerintah daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pembangunan pada bidang kesehatan dengan unit kerja pelayanan kesehatan
langsung yaitu puskesmas, pustu, polindes dan poskesdes. Sarana Pelayanan
Kesehatan Rujukan di Kabupaten Aceh Besar yaitu 1 Unit RSUD. Pada tahun
2015 jumlah sarana pelayanan dasar adalah Jumlah puskesmas Perawatan 24 Unit
dan Puskesmas Non Perawatan 4 Unit, sedangkan jumlah pustu 71 unit, poskesdes
245 unit dan juga Polindes 89 unit. Puskesmas sebagai suatu sarana pelaksana
fungsi teknis pelayanan kesehatan dan melaksanakan seluruh kegiatan program
kesehatan masyarakat seperti upaya promotif, preventif dan kuratif menjadikan
puskesmas sebagai ujung tombak dari pembangunan dalam bidang kesehatan.
Maka berdasarkan laporan diatas sebelumnya, maka penulis tertarik menuliskan
makalah yang berjudul Pelayananan Puskesmas di Pukesmas Baitussalam Aceh
Besar.
2
Fakultas Kedokteran dalam sistem pendidikannya harus berorientasi kepada
masyarakat, dalam hal ini mahasiswa yang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, salah satu
tugasnya adalah ditempatkan di Puskesmas. Tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Merupakan bentuk dari pertanggungjawaban dalam menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) pada Puskesmas dan melengkapi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior pada Laboratorium Ilmu Kedokteran Keluarga, Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas.
2. Melatih diri untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan juga pengalaman
sebagai bekal bila kelak menjadi dokter keluarga atau dokter yang bertugas
di tingkat kecamatan yaitu di Puskesmas.
3. Mengetahui secara aktual dan lebih jelas mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Puskesmas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 VISI dan MISI PUSKESMAS
a. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
a) Lingkungan sehat
b) Perilaku sehat
c) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
b. Misi Puskesmas
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
b. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang ramah dan bermutu
2. Mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat
3. Meningkatkan kesehatan individu,keluarga,masyarakat dan
lingkungan.
c. MOTTO
” kita sehat masyarakat sehat.”
5
2.5 FUNGSI PUSKESMAS
Ada 3 fungsi utama dari puskesmas, yaitu :
Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah
kerjanya.
Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien.
Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program.
6
2.7 PERAN PUSKESMAS
Di indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan
rapat kerja kesehatan nasional (RAKERKESNAS) I di Jakarta. Waktu itu
dibicarakan upaya mengorganisasi system pelayanan kesehatan di tanah air,
karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang
menguntungkan dan dari kegiatan–kegiatan seperti BKIA, BP, P4M dan
sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui
Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat
pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas). Puskesmas saat itu dibedakan dalam empat
macam yaitu :
1. Puskesmas tingkat desa
2. Puskesmas tingkat kecamatan
3. Puskesmas tingkat kewedanan
4. Puskesmas tingkat kabupaten
Pada Rakerkesnas ke-2 tahun 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi
tiga kategori yaitu :
1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh
2. Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak penuh
3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga para medic
Pada tahun 1970 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
dirasakan pembagian puskesmas berdasarkan kategori tenaga ini kurang sesuai,
oleh karena itu puskesmas tipe B dan tipe C tidak dipimpin oleh dokter penuh atau
sama sekali tidak ada tenaga dokternya, sehingga dirasakan sulit untuk
mengembangkannya. Sehingga mulai tahun 1970 ditetapkan hanya satu macam
puskesmas dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatu daerah
dengan jumlah penduduk antara 30.000 sampai 50.000 jiwa.Konsep berdasarkan
wilayah kerja ini tetap dipertahankan sampai dengan akhir Pelita II pada tahun
1979 yang lalu, dan ini lebih dikenal dengan Konsep Wilayah.
Sesuai dengan perkembangan dan pengetahuan pemerintah dan
dikeluarkannya Inpres Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974, nomor 7 tahun 1975, dan
7
nomor 4 tahun 1976, dan berhasil mendirikan serta menempatkan tenaga dokter
disemua wilayah tingkat kecamatan diseluruh pelosok tanah air, maka sejak
Repelita III konsep wilayah diperkecil yang mencakup suatu wilayah dengan
penduduk sekitar 30.000 jiwa.
Dan sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas didaerah-
daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000
jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada disuatu
kecamatan, maka salah satu puskesmas tersebut ditunjuk sebagai penaggung
jawab dan disebut dengan nama puskesmas tingkat kecamatan atau yang disebut
juga dengan puskesmas Pembina. Dan puskesmas-puskesmas yang berada di
wilayah kelurahan atau didesa disebut puskesmas kelurahan atau yang lebih
dikenal dengan puskesmas pembantu. Dan sejak itu puskesmas dibagi dalam 2
kategori seperti apa yang kita kenal sekarang, yaitu :
1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina)
2. Puskesmas kelurahan atau desa (puskesmas pembantu)
1) Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan.Sebagai unsur pimpinan, Kepala
Puskesmas mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk memimpin,
8
mengawasi dan mengoordinasi kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan
dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.
2) Unit Tata Usaha
Unit Tata Usaha adalah unit yang bertanggungjawab membantu
kepala puskesmas dalam pengelolaan:
- Data dan informasi
- Perencanaan dan penilaian
- Keuangan
- Umum dan kepegawaian
3) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas adalah unit yang
berfungsi dalam upaya kesehatan masyarakat (termasuk pembinaan
terhadap UKBM/Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) dan upaya
kesehatan perorangan, yaitu unit yang terdiri atas tenaga atau pegawai
dalam jabatan fungsional.Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga
dan fasilitas tiap daerah.Terdiri atas unit I, II, III, IV, V, VI, VI
9
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128
Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas adalah:
1) Azas Pertanggung jawaban Wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah.Dalam arti puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan
diluar gedung puskesmas lainnya pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggung-jawaban wilayah.
2) Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggarakan puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat.Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi
masyarakatperlu dihimpun melalui pembentukan badan penyantunan
puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanaka oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balita
(BKB).
b) Upaya pengobatan: posyandu, pos obat (POD).
10
c) Upaya kesehatan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar
gizi (kadarzi).
d) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, saka bakti husada (SBH), pos kesehatan pesantren
(poskestren).
e) Upaya kesehatan lingkungan: kelompuk pemakai air (pokmair), desa
percontohan kesehatan lingkungan (DPKL).
f) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu lansia, panti wreda.
g) Upaya kesehatan kerja: pos upaya kesehatan kerja (pos UKK).
h) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa
masyarakat (TPKJM)
i) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: taman obat keluarga
(TOGA), pembinaan pengobatan tradisional (battra)
j) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
tabungan ibu bersalin (tabulin), mobilisasi dan keagamaan.
3) Azas Keterpaduan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang ketiga adalah
keterpaduan.Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni:
a) Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara
lain:
- Manajemen terpadu balita sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan.
- Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.
11
- Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, keseehatan gigi.
- Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa, dan promosi kesehatan.
b) Keterpaduan lintas sector
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan,
termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh
keterpaduan lintas sektor antara lain:
- Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama.
- Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.
- Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PKLB.
- Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, koperasi.
- Upaya pembiayaan dan jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha.
- Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4) Azaz Rujukan
Azaz penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah
rujukan.Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Rujukan adalah pelimpahan wewenang
dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
12
diselenggarakan secara timbale balik, baik secara vertikal dalam arti
antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni:
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit.Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horizontal maupun vertikal).Sebaliknya pasien pasca rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk
kembali ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam,yaitu:
- Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik dan lain-lain.
- Rujukan bahan pemeriksaan untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
- Rujukan ilmu pengetahuan anatara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di
puskesmas.
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya
kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu
13
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas
wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam, yaitu:
- Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan
bahan makanan.
- Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenags ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
- Rujukan operasional yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak
mampu.
14
BAB III
DEMOGRAFI DAN KEADAAN UMUM PUSKESMAS KRUENG
BARONA JAYA SERTA PELAKSANAAN KEGIATAN PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT
3.1 Demografi
15
3.1. Identitas puskesmas
Visi Puskesmas
Penggerak pembangun kesehatan menuju masyarakat sehat secara
mandiri dan berkeadilan.
Misi puskesmas :
Memberikan pelayanan kesehatan yang ramah dan bermutu
Mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat
Meningkatkan kesehatan individu,keluarga,masyarakat dan lingkungan.
Motto
kita sehat masyarakat sehat.
Tujuan puskesmas
Memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif merata dan
berkesinambungan kepada seluruh masyarakat di wilayah kerja
puskesmas krueng Barona Jaya.
16
Kecamatan Krueng Barona Jaya kedudukannya berada pada meridian bumi
antara 5,2°-5,8° lintang utara dan 95,0°-95,8° bujur timur. Topografi wilayahnya
dataran rendah. Oleh karena kedudukanya di jalur khatulistiwa curah hujan di
kabupaten ini tergolong tinggi yaitu antara 11-304 mm pertahun dengan suhu
udara berkisar 21-33°C.
Luas wilayahnya mencakup 9.2 km2 yang dibagi atas 12 desa. 44 dusun
dengan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten ± 54 Km dan ke ibukota provinsi
Aceh ± 6,5 km.
Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Krueng Barona Jaya
kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan
wilayah kerja puskesmas Darussalam Ingin Jaya : sebelah Timur berbatasan
dengan wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro:
3.3. Perkembangan Kependudukan
17
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one day care)
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
18
dari setiap program. Setiap petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan
masyarakat memiliki tugas penyuluhan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Tujuan dari penyehatan kesehatan lingkungan adalah untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan pemukiman melalui kegiatan sanitasi dasar. Kegiatan yang
dilakukan selalu mengikutsertakan peran serta masyarakat dan juga keterpaduan
pengelolaan melalui analisis dampak lingkungan. Kegiatan upaya penyehatan
lingkungan ini akan bertujuan untuk merubah, menanggulangi dan menghilangkan
unsur fisik yang dapat memberikan pengaruh yang jelek terhadap kesehatan
masyarakat, dengan harapan berupa angka kesakitan terutama penyakit menular
dapat diturunkan atau dihilangkan.Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut antara lain:
1. Penyehatan air bersih
2. Penyehatan pembuangan kotoran
3. Penyehatan lingkungan pemukiman
4. Pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida
5. Pengawasan pengelolaan sampah
6. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum (TPU) dan tempat pembuatan
penjualan makanan dan minuman (TP2M).
Semua kegiatan tersebut diatas sebagian besar dijalankan melalui edukasi
secara langsung kepada masyarakat yang berobat ke Puskesmas Baitussalam.
3. Upaya Kesehatan Ibu Anak Dan Keluarga Berencana
Tujuan
Mengurangi kematian dan kesakitan ibu, bayi dan anak
Kegiatan
- Pemeliharaan kesehatan ibu hamil , melahirkan dan menyusui serta
bayi anak balita dan anak prasekolah
- Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk
- Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara
stimulasinya.
- Imunisasi tetanus toksoid dua kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3
kali, polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi
19
- Penyuluhan kesehatan dalam mencapai program KIA
- Pelayanan keluarga berencana
- Pengobatan bagi ibu, bayi anak balita dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan
- Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan , memberikan penerangan dan pendidikan tentang
kesehatan
- Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para
dukun bayi
Kunjungan Ibu Hamil dilakukan secara berkala yang dibagi :
a) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dan pelayanan kesehatan Trimester I, dimana usia
kehamilan 1-12 minggu, meliputi identitas / Biodata, riwayat
kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan, riwayat ekonomi,
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, penyuluhan dan
konsultasi.
20
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut:
1. Minimal 1 kali pada trimester 1 ( K1), usia kehamilan 1- 12
minggu
2. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13 - 24
minggu
3. Minimal 2 kali pada trimester III (K3-K4) usia kehamilan > 24
minggu.
c) Kunjungan ibu nifas ( Kf Lengkap )
Kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan yang
berkompeten minimal 3 kali sesuai jadwal untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas ( termasuk bidan desa / polindes
dan kunjungan rumah ), termasuk pemberian vitamin A 2 kali dan
persiapan KB pasca persalianan, dengan ketentuan :
1. Kunjungan nifas (KF 1) pada masa 6 jam setelah persalinan
sampai dengan 7 hari.
2. Kunjungan nifas (KF 2) dalam waktu 2 minggu ( 8-14 hari )
setelah persalinan.
3. Kunjungan Nifas (KF 3) dalam waktu 6 minggu ( 35 – 42 hari )
setelah persalinan.
4. Upaya Perbaikan Gizi
Tujuan
untuk meningkatkan taraf gizi masyarakat
Kegiatan
Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka,
mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program
perbaikan gizi, memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
terutama dalam rangka program KIA dan melaksanakan program-
program :
- Program perbaikan gizi keluarga melalui posyandu
21
- Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan
kalori kepada balita dan ibu menyusui
- Memberikan vitamin A kepada balita umur dibawah 5 tahun
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri
mempunyai singatan sebagai berikut :
S = Jumlah balita yang ada di wilayah posyandu
K = Jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS (Kartu
Menuju Sehat)
D = Jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini
N = Jumlah balita yang naik berat badannya
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan
kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan
posyandu (D/K), Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S),
kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S).Pemantauan
status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan
bulanan posyandu yang dkidasarkan pada indikator SKDN tersebut.
Indikator yang dipakai adalah N/D ( Jumalah anak yang berat badannya
naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %).
Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan M/D dan D/S
setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan.
Pemantauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan pergunakan
format laporan yang telah ada. Balita yang datang dan ditimbang (D/S).
5. Imunisasi
22
6. Upaya Pencegahan & Penanggulangan Penyakit Menular
Tujuannya adalah Mengurangi insidens penyakit menular sampai tingkat
serendah-rendahnya dan mencegah dan membatasi wabah penyakit.
Cara-cara penularan penyakit menular atau infeksi bisa melalui:
a. Penularan langsung dari manusia ke manusia (Mis: Tuberkulosis, penyakit
kelamin).
b. Penularan tidak langsung, baik dengan perantara benda kotor (Mis: kolera,
disentri) atau dengan perantara serangga atau gigitan bintang (Mis: Malaria,
demam berdarah dengue, rabies, filariasis)
Unit P3M melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan di atas,
diantaranya sebagai berikut:
1. Kegiatan pencegahan penyakit yaitu imunisasi
2. Memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit menular dan akibatnya.
3. Kegiatan pengobatan penyakit
4. Pendataan jumlah penderita dan melaporkan kejadian luar biasa (KLB) ke
Dinkes.
5. Pencarian jumlah dari penderita penyakit menular.
Untuk mengantisipasi masalah di atas upaya pencegahan yang dilakukan
meliputi:
1. Memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit menular dan akibat-
akibatnya.
2. Memberikan pelayanan pengobatan bagi penderita penyakit menular.
3. Memberikan imunisasi atau kekebalan terhadap bayi, anak, ibu hamil dan
7. Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan di puskesmas adalah segala bentuk kegiatan pengobatan
yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit/ gejalanya, di
lakukan oleh tenaga kesehatan. Bentuk pelayanan pengobatan di puskesmas di
arahkan kepada kemampuan pengenalan (diagnose) penyakit dan pengobatan
yang sederhana. Pasien yang berkunjung ke Puskesmas Baitussalam sebagian
besar adalah pasien berobat jalan. Pasien berobat tersebut dilakukan pemeriksaan
23
dan pemberian obat-obatan selama tiga hari. Selain itu, Puskesmas Baitussalam
memiliki Instalasi Gawat Darurat dengan petugas yang cukup berpengalaman.
8. Upaya Kesehatan Jiwa
Tujuannya untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa setinggi - tingginya
dalam masyarakat.
Kegiatan :
- Mengenali penderita yang memerlukan bantuan psychiatrik
- Memberikan pertolongan psychiatrik pertama
- Merencanakan pengobatannya
- Mengurus pengirimannya (bila perlu)
- Memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan jiwa.
- Perawatan lanjut bagi penderita yang telah dinyatakan sembuh
24
2. Upaya Kesehatan Olahraga
Terdapat beberapa tujuan dari upaya kesehatan olahraga, seperti pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi, dan
pengobatan akibat cedera latihan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
upaya kesehatan olahraga adalah pemeriksaan kesehatan berkala dan penentuan
takaran latihan.
25
Upaya kesehatan usia lanjut yaitu upaya kesehatan paripurna di bidang
kesehatan para usia lanjut. Yang termasuk pasien geriartri ialah:
- Pasien dengan usia 45 – 70 tahun yang mengalami lebih dari satu kondisi
patologik
- Pasien dengan usia lebih dari 70 tahun walaupun dengan hanya satu kondisi.
Upaya kesehatan paripurna usia lanjut meliputi pencegahan, pengobatan
peningkatan dan pemulihan Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas
secara khusus ialah:
- Penyuluhan
- Deteksi dan diagnosa dini
- Proteksi dan tindakan khusus
- Pemulihan
26