Anda di halaman 1dari 67

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu jenis
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam system
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Dalam penyelenggaraan
Pusat Kesehatan Masyarakat perlu dilakukan peningkaan aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat
masyarakat serta menyukseskan program jaminan sosial nasional. Penyelenggaran
upaya kesehatan di puskesmas meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif dengan tujuan mewujudkan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sindang Barang yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup
dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan diselenggarakan untuk mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian Puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata
pertama.
2

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan ini adalah:
1. Mengetahui program kerja puskesmas di masyarakat.
2. Mengetahui struktur organisasi puskesmas serta program dari masing-
masing unit yang ada.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui program-program wajib dan pengembangan
puskesmas khususnya Puskesmas Sindang Barang
2. Untuk mengamati sejauh mana program-program tersebut telah
dijalankan, melalui data yang tersedia di Puskesmas Sindang Barang
3. Untuk mengetahui kendala yang dijumpai dalam melaksanakan program
yang ada di Puskesmas Sindang Barang
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang dijumpai di wilayah kerja
Puskesmas Sindang Barang

1.3 Prosedur Kerja


1. Melakukan penelusuran Puskesmas Sindang Barang dan mendeskripsikan
Puskesmas Sindang Barang.
2. Mencatat data geografis dan demografis di wilayah kerja Puskesmas
Sindang Barang.
3. Pendataan sistem pelaksanaan upaya fisik kesehatan baik wajib maupun
pengembangan administrasi yang dilaksanakan di Puskesmas Sindang Barang.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
RI No.43 tahun 2019 pasal 1 ayat 2 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.3
Sesuai dengan ketentuan PP No. 18/2016 dan Permenkes No. 75/2014, status
kelembagaan Puskesmas secara formal adalah sebagai UPT Dinas Kesehatan, dengan
tupoksi sebagai pembina kesehatan wilayah, pelaksana UKM, dan UKP. Sebagai
UPT Dinas Kesehatan, Puskesmas adalah perpanjangan tangan Dinas Kesehatan
untuk melaksanakan kewajiban atau kewenangan Dinas Kesehatan, yaitu
melaksanakan empat (4) urusan pemerintah yang diserahkan ke daerah (UU No.
23/2014 tentang Pemerintah Daerah). Sebagai UPT Dinas Kesehatan, Puskesmas
melaksanakan fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah dan melaksanakan UKM
bersama perangkat pemerintah tingkat kecamatan, desa dan masyarakat. “Pembina
wilayah” di bidang kesehatan adalah fungsi utama Dinkes dan oleh karenanya juga
fungsi utama Puskesmas dalam wilayah kerjanya (kecamatan). 4

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia Sehat 2020.
4

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar
dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat
meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk
150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
Menurut Trihono (2005) terdapat tiga fungsi puskesmas, diantaranya adalah:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Disamping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
5

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama


Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana dan kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat
tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan
langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan
dalam melaksanakan program puskesmas.

2.1.4 Wewenang Puskesmas


1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
6

Puskesmas berwenang untuk:


a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
7

e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan


kerja sama inter dan antar profesi
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan

2.1.5 Peran Puskesmas


Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk
keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui system perencanaan yang
matang dan realistis, tata-laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi
dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


2.2.1 Visi Puskesmas
Visi puskesmas adalah menciptakan kecamatan yang sehat demi terwujudnya
Indonesia Sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
8

Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator


utama, yaitu:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

2.2.2 Misi Puskesmas


Misi yang diselenggarakan oleh puskesmas bertujuan untuk mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi pembangunan kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya semakin berdaya di
bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan menuju kemampuan untuk hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
peralatan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungan. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dengan menerapkan kemajuan ilmu
dan teknologi kesehatan yang sesuai.
9

2.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas


Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:
1. Prinsip paradigma sehat, puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Prinsip pertanggung-jawaban wilayah, puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Prinsip kemandirian masyarakat, puskesmas mendorong kemandirian hidup
sehat bagi indvidu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Prinsip pemerataan, puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
5. Prinsip teknologi tepat guna, puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanaan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, puskesmas mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor
serta melaksanakan sistem rujukan yang di dukung dengan manajemen puskesmas.

2.4 Asas Penyelenggaraan Puskesmas


Penyelenggaraan dan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan asas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.
Asas penyelenggaraan puskesmas dikembangkan dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan. Asas penyelenggaraan puskesmas dimaksud adalah:
1. Asas Pertanggung-jawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, puskesmas
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai:
10

a. Menggerakkan pembangunan berbagi sektor tingkat kecamatan sehingga


berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakan upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung
puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan asas pertanggung-jawaban wilayah.
2. Asas Pemberdayaan Masyarakat
Beberapa kegiatan harus dilakasanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, yaitu:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga
Balita.
b. Upaya pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
c. Upaya perbaikan gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI).
d. Upaya kesehatan sekolah: Dokter Kecil, Penyertaan guru dan
orangtua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Posketren)
e. Upaya Kesehatan Lingkungan: Kelompok pemakai air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Werdha.
g. Upaya Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK).
h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM).
11

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga


(TOGA).
j. Upaya pembinaan dan jaminan kesehatan: Dana Sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), Mobilitas Dana Keagamaan.
3. Asas Keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan BPKM/BPP dan
organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektoral dan lintas
programagar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil.
4. Asas Rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang bila tidak
mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan dapat melakukan rujukan
baik ke tingkat yang lebih tinggi maupun ke puskesmas lainnya. Terdapat 2 rujukan
di Puskesmas, yaitu:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

2.5 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yaknin
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari system kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan ini wajib harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan masyarakat wajib tersebut adalah:
12

a. Upaya Promosi Kesehatan


b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi dan Masyarakat
e. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
f. Upaya Pencagahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
g. Upaya Pengobatan
h. Upaya SP2TP
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Kesehatan Kerja
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Upaya Kesehatan Jiwa
f. Upaya Kesehatan Mata
g. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
h. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorim medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta
upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya pelayanan wajib dan upaya
pengembangan puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan
penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan.Apabila perawatan kesehatan menjadi permasalahan spesifik di
daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan
pengembangan.
13

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi,


yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat terjadinya visi puskesmas.

2.6 Kategori Puskesmas


Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan:
1. Karakteristik wilayah kerja
Berdasarkan karakteristik wilayah kerja, puskesmas dikategorikan menjadi:
A. Puskesmas kawasan perkotaan
Merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memnuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai
berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduknya pada
sektor non agraris, terutama industri, perdagangan, dan jasa
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar
radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, atau hotel
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh per seratus) rumah tangga memiliki
listrik; dan/atau
d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan


memiliki karakteriktis sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pelayanan UKM
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
14

d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan


Puskesmas dan jejaring Puskesmas; dan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.
B. Puskesmas kawasan perdesaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling
sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perdesaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduk pada
sektor agraris atau maritim
b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar
dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa hotel
c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh per
seratus); dan
d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perdesaan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring Puskesmas dan
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat perdesaan.
C. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil dan sangat terpencil
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat
terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan
kompetensi Tenaga Kesehatan
15

b. Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan


kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
c. Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan
local
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring Puskesmas
f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas
2. Kemampuan pelayanan.
Berdasarkan kemampuan Puskesmas dikategorikan menjadi:
A. Puskesmas nonrawat inap
Puskesmas nonrawat inap merupakan Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home care), dan pelayanan gawat
darurat. Puskesmas nonrawat inap dapat menyelenggarakan rawat inap pada
pelayanan persalinan normal.
B. Puskesmas rawat inap
Puskesmas rawat inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan sumber
daya sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan
rawat inap pada pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan
kesehatan lainnya. Pelayanan persalinan normal harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas yang dapat menjadi
Puskesmas rawat inap merupakan Puskesmas di kawasan perdesaan, kawasan
terpencil dan kawasan sangat terpencil, yang jauh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
rujukan tingkat lanjut.

2.7 Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas


2.7.1 Kedudukan Puskesmas
16

Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem


Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah:
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/kota adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintahan Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan Unit
Struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan
strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek
dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama
ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes,
Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai
pembina.
17

2.7.2 Organisasi Puskesmas


1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah. Pola struktur organisasi
puskesmas yang dapat digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut: 4
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam pengelolaan:
1. Data dan informasi
2. Perencanaan dan penilaian
3. Keuangan
4. Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
1. Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
2. Upaya Kesehatan Perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas:
1. Unit Puskesmas Pembantu
2. Unit Puskesmas Keliling
3. Unit Bidan di Desa/Komunitas
2.Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk
Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
A. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di
tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya
18

peranKepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat


kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat
jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala
Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan
pejabat tetap.

2.7.3 Tata Kerja Puskesmas


1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor
Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan.
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian
sumberdaya masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan
mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggung jawab
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerja sama termasuk penyelenggaraan
rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
19

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan
kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut
diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti
rumah sakit (Kabupaten/Kota), dan berbagai balai kesehatan masyarakat (Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan
Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat, Balai Kesehatan Jiwa
Masyarakat dan Balai Kesehatan Indra Masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai
balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan
konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/ kota, untuk hasil yang optimal penyelenggaraan
pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai Lintas
Sektor terkait yang ada ditingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan
dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain tingkat kecamatan berdampak positif terhadap
kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
20

BAB 3
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SINDANG BARANG

3.1. Sejarah Puskesmasa Sindang Barang


Puskesmas Sindang Barang diresmikan pada bulan April tahun 1983 oleh
bupati Kabupaten Bogor. Letak Gedung Puskesmas Sindang Barang Beralamat Jalan
Sirnasari IV No: 3 RT: 2 RW: 5 Desa Sindang Barang Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor. Pada tahun 1983 Puskesmas Sindang Barang mempunyai tenaga/pegawai
sebanyak 11 orang PNS, 2 orang sukwan yang terdiri dari 2 orang dokter umum, 1
orang dokter gigi, 1 orang bidan, 1 orang perawat gigi, 4 orang Pekarya, 1 orang
Crash Progran PCP3, 1 Orang Petugas TU, 2 Orang Sukwan.
Seiring dengan perkembangan jaman dan pembangunan, Pemerintah Kota
Bogor mengajukan perluasan wilayah. Pada bulan Mei tahun 1995 Puskesmas
Sindang Barang resmi masuk ke dalam wilayah Kota Bogor. Dengan adanya
perluasan wilayah Kota Bogor Alamat Puskesmas Sindang Barang pun mengalami
perubahan yang dulu ber alamat Jalan Sirnasari IV No: 3 RT: 2 RW: 5 Desa Sindang
Barang Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Menjadi Jalan Sirnasari IV no. 3 RT
02 RW 09 Kelurahan Sindang Barang Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

3.2 Keadaan Geografis Puskesmas Sindang Barang


Puskesmas Sindang Barang terletak di Jl. Sirnasari IV No. 3 Kelurahan
Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Posisi Kota Bogor berada
dekat dengan Jakarta, dan kondisi alamnya yang indah dengan udara yang relatif
lebih sejuk menjadikan Kota Bogor menjadi penyangga ibu kota. Puskesmas Sindang
Barang sudah menjalankan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada seluruh
unit pelayanan, beserta proses-proses pendukungnya, yang mencakup.
a. Luas Wilayah : 779,806 Ha
b. Batas Wilayah
1. Sebelah Utara: Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
2. Sebelah Timur: Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat
21

3. Sebelah Selatan: Desa Ciomas Rahayu, Kabupaten Bogor


4. Sebelah Barat: Desa Babakan, Kabupaten Bogor
c. Jumlah Kelurahan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindang Barang terdiri 5
kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Sindang Barang, terdiri dari: 9 RW dan 47 RT
2. Kelurahan Bubulak, terdiri dari: 13 RW dan 49 RT
3, Kelurahan Situ Gede, terdiri dari: 10 RW dan 34 RT
4.Kelurahan Marga Jaya, terdiri dari: 7 RW dan 25 RT
5.Kelurahan Balumbang Jaya, terdiri dari: 13 RW dan 41 RT

Gambar 1. Peta Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Sindang Barang

3.3 Keadaan Demografi Puskesmas Sindang Barang


Data Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang adalah
sebagai berikut:
22

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018

Rata-rata Kepadata
Jumlah Jumlah
Luas Jiwa atau n
NO Kelurahan Pendudu Rumah
Wilayah Rumah Penduduk
k Tangga
Tangga per Km2

Sindang
1 1,59116 19,728 3,891 5 19728.00
Barang
2 Bubulak 1,57085 18,736 4,547 4 9368.00
3 Marga Jaya 1,16176 5,281 2,670 2 1760.33
Balumbang
4 1,24500 15,033 1,508 10 3758.25
Jaya
5 Situ Gede 2,3247 10,433 2,788 4 2086.60
Jumlah Puskesmas 7,79806 69,211 15,404 25 0

3.4 Kondisi Ekonomi


Kedudukan topografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara merupakan potensi 55 yang
strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun
Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota merupakan tujuan wisata
serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak – Cianjur juga
merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi Pembangunan didaerah
ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi dengan
memprioritaskan pembangunan sektor industri yang ditunjang oleh sektor pertanian.
Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi tumpuan bagi pertumbuhan
ekonomi Kota Bogor. Selama 2017, UMKM menyumbang 70 persen dari seluruh
pendapatan asli daerah Kota Bogor selama 2017.

3.5 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana Dan Prasarana di Puskesmas Sindang Barang. Puskesmas Sindang
Barang menyediakan dan memelihara infrastruktur yang diperlukan memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan berupa:
1. Tanah dengan luas 1500 meterpersegi
23

2. Gedung pelayanan (puskesmas) yang terdiri dari gedung rawat jalan,


Gedung PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar), Rumah Dinas
untuk karyawan dan Puskesmas Pembantu Balumbang Jaya
3. Ruang kerja yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung, antara lain
penerangan, tempat cuci tangan, meja kursi (mebeler), perangkat komputer, saluran
telepon dan sebagainya.
4. Laboratorium sederhana Faskes TK 1
5. Alat-alat kesehatan dasar dan bahan habis pakai.
6. Fasilitas ruang tunggu yang dilengkapi dengan kursi, tempat sampah dan
toilet bagi para pelanggan maupun pengantar.
7. Peralatan ukur, antara lain : pengukur berat badan, pengkur temperatur,
pengukur tekanan darah, dan sebagainya
8. Kendaraan roda 2 (motor) sebanyak 4 unit
9. Genset 1 unit
10. Rumah sakit di wilayah kerja yaitu RS Medika Dramaga
Puskesmas Sindang Barang telah dibangun Gedung Baru yang diperuntukan
Pelayanan KIA berupa PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
merupakan pelayanan untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric
neonatal yang meliputi segi:
a. Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral
dan sedative perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan
persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.
b. Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika
parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic-nat intraumbilical/
Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control untuk mencegah
hipotermia dan penganggulangan gangguan pemberian nutrisi.
PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari
tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke rumah
sakit. Sedangkan sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas Sindang
Barang dan Pustu Balumbang Jaya memberikan pelayanan terbaik pada bidang
24

pelayanan kesehatan, penunjang medis dan kesehatan masyarakat meliputi 5


kelurahan, 26 sekolah, 66 posyandu, dan 52 posbindu.

3.6 Sarana Pendukung Kesehatan


Sarana pendukung kesehatan meliputi peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan yang dapat diwujudkan dengan cara memberdayakan
masyarakat terutama di bidang kesehatan, salah satunya melalui Usaha Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM). UKBM dapat mendorong masyarakat untuk
hidup sehat dan mandiri. Beberapa bentuk UKBM di masyarakat adalah Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang bergerak di bidang
Penyakit Tidak Menular (PTM), Pos Malaria Desa (Posmaldes), dan Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren).
UKBM yang dijadikan indikator kunci dalam Profil Kesehatan Puskesmas
Sindang Barang hanya 2 (dua) UKBM yaitu Posyandu dan Posbindu. Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang pada tahun 2018 berjumlah 66 dengan
strata terbanyak adalah Posyandu Purnama berjumlah 37 (56,06%). Posyandu aktif
berjumlah 66 (100%). Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang pada
tahun 2018 berjumlah 52.
Untuk masyarakat lansia dan yang tinggal di daerah yang cukup jauh dari
Puskesmas Sindang Barang tetap berusaha diberikan pelayanan kesehatan dengan
pelaksanaan Posbindu dan Pusling serta Pustu. Hal ini merupakan bentuk pengabdian
bagi karyawan Puskesmas Sindang Barang untuk menjalankan tugas sesuai dengan
visi dan misi Puskesmas.

3.7 Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kesehatan


Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) adalah elemen penting dalam
pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang maksimal kepada masyarakat sebagai investasi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif. Tenaga kesehatan merupakan bagian dari SDM kesehatan.
25

Tenaga kesehatan merupakan seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang


kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilannya yang didapat melalui pendidikan
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya
kesehatan.

Tabel 2. Jumlah tenaga yang bertugas di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
berjumlah 26 orang PNS dengan rincian tenaga lainnya sebagai berikut:
NO Jenis Jumlah Keterangan
1 Kepala Puskesmas 1 orang
2 Kepala TU 1 orang
3 Dokter Umum 4 orang 2 orang dokter PKTW
4 Dokter Gigi 1 orang
5 Perawat 6 orang
6 Bidan 6 orang
7 Perawat Gigi 1 orang
8 Tenaga Pelaksana Gizi 1 orang
9 Petugas Kesling 2 orang 1 orang PKTW
10 Promkes 2 orang 1 orang PKTW
11 Laboratorium 1 orang
12 Apoteker 1 orang
13 Asisten Apoteker 2 orang
14 Rekam Medis 2 orang 2 orang pekarya
15 Bidan PTT Provinsi Jabar 1 orang
16 Sukarelawan 20 orang Dokter umum: 1 orang
Bidan: 6 orang
Kebersihan: 2 orang
Keamanan: 1 orang
Administrasi: 8 orang
Asst. Apoteker: 1 orang
Laboran: 1 orang
Jumlah total pegawai 54 rang
26

3.8 Program Kesehatan


Penanggung Jawab Program Di UPT Puskesmas Sindang Barang ada 15 orang
yang bertanggung jawab pada setiap program bahkan ada yang lebih dari 2 program.

Tabel 3. Penanggung Jawab Program Di UPT Puskesmas Sindang Barang


NO PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
R. Selly Harianti Kusumah, Penanggung Jawab Program
1
Amd.Kep Promkes, UKK
2 Nur Khojanah, SST Penanggung Jawab Program KB
Penanggung Jawab Program
3 Tri Susmiati, SKM
Kesling
Penanggung Jawab Program
4 Rika Yulianti, S.P
Gizi
Penanggung Jawab Pelayanan
5 Windi Turi Rejeki, SST
KIA
Penanggung Jawab Program
6 Krisma Rudiana P2M, TB, surveilans, ISPA,
Diare, Kusta
Penanggung Jawab Program
7 Lianna Rennyta, Am.Keb
Imunisasi
Penanggung Jawab Program
8 Reliana Bastian Perkesmas, Kesehatan OlahRaga

Penanggung Jawab ProgramPTM


9 Evy Mustika Dewi, S.Kep

Penanggung Jawab Program


10 Yeni Dearni Pinem, SKM
Kesehatan Jiwa, Indera
Penanggung Jawab ProgramHIV
11 Diyan Ratnasari, S.Kep
AIDS, IMS
12. Hanisah, Am.Keb Penanggung Jawab IVA-CBE
Penanggung Jawab Program
13. Sudiharto, SKM
Lansia, UKS, Batra
Penanggung Jawab Program
14. Deti Herjanti
UKGM
Penanggung Jawab Program
15. drg. Pudjiwati Sugandi
UKGS
27

3.9 Pembiayaan Kesehatan


3.9.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang
berbentuk jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah. Jenis kepesertaan JKN terdiri dari Penerima
Bantuan Iuran (PBI) dan Non PBI. PBI adalah masyarakat miskin dan tidak mampu
yang iurannya dibiayai oleh APBN atau APBD. Non PBI terdiri dari Bukan Pekerja
(BP), dan Pekerja Penerima Upah (PPU).

3.9.2 Anggaran Kesehatan


Pembiayaan Kesehatan Puskesmas Sindang Barang bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor berupa BOP (Biaya Operasional
Puskesmas), Anggaran Pendapatan Belanja Negara berupa Biaya Operasional
Kesehatan (BOK) dan Dana Kapitasi JKN bersumber dari BPJS

Tabel 4. Kondisi Pembiayaan Kesehatan Puskesmas Sindang Barang tahun 2018


ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah
1 APBD KOTA /BOP 254.302.000,-
2 APBD PROVINSI -
3 APBN:
- Dana BOK 552.378.000,-
- Kapitasi BPJS / JKN 3.869.540.941,-
TOTAL ANGGARAN
4.676.220.941,-
KESEHATAN
28

3.10 Struktur Organisasi Puskesmas


Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, Puskesmas Sindang
Barang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas dan dibantu oleh beberapa staf atau
pegawai puskesmas yang memegang masing-masing program baik pokok maupun
tugas rangkap yang bertanggung jawab langsung di puskesmas.
29

Gambar 2. Struktur Organisasi Sindang Barang

29
30

BAB 4
PROGRAM KERJA PUSKESMAS

4.1 Program Dasar dan Pengembangan Puskesmas


4.1.1 Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai daya ungkit yang tinggi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di
setiap puskesmas. Upaya kesehatan wajib puskesmas ialah tujuh program pokok
pelayanan kesehatan dasar (basic seven) berikut:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Perawat Kesehatan Masyarakat

4.1.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas serta dipilih dari daftar upaya kesehatan puskesmas
yang telah ada, antara lain:
1. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Jiwa
3. Upaya Kesehatan Indera
4. Upaya Kesehatan Lansia
5. Upaya Kesehatan Tradisional Komplementer
6. Upaya Kesehatan Olahraga
7. Upaya Kesehatan Kesehatan Kerja
8. Upaya Kesehatan Remaja

30
31

4.2 Program Prioritas Puskesmas


4.2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita, serta
anak prasekolah yang menjadi tanggung jawab puskesmas dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bangsa.

1. Kunjungan ibu hamil


Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan
disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu.
Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi dalam beberapa
tahap, seperti:
a. Kunjungan baru ibu hamil (K1) Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil
yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan pada trimester I, di mana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) Kunjungan K4 adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.
Cakupan K-1 untuk melihat sejauh mana akses pelayanan ibu hamil yang
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K-4 merupakan indikator untuk melihat
jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
Melalui pelayanan antenatal dapat mendeteksi dan mengantisipasi dini adanya
faktor resiko kelainan kehamilan dan kelainan janin, pencegahan dan penanganan
komplikasi atau kehamilan risiko tinggi tindakan yang tepat sedini mungkin.

31
32

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan
(untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk penghitungan indikator K4) dengan jumlah
sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Cakupan K-1 dan K-4
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018


Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil
K1 K4
Tahun 2018 1.333 1.304 1.282
% 97,8 96,2

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan cakupan K1 di Puskesmas Sindang


Barang tahun 2018 sebanyak 1.304 ibu hamil (97,8%) dari 1.333 ibu hamil.
Sedangkan cakupan K4 sebanyak 1.282 (96,2%) ibu hamil dari 1.333 kehamilan.

2. Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di
lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

32
33

c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (linakes) yang kompeten
dapat mengurangi risiko seperti kematian, baik kematian ibu maupun bayi baru lahir.
Untuk menjaring ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan,
dilakukan upaya –upaya seperti ditempatkannya bidan – bidan koordinator di setiap
kelurahan disamping banyaknya bidan praktek swasta (BPS), serta dibangunnya
Puskesmas Sindang Barang dengan fasilitas PONED.
Upaya yang dilakukan berupa Pengembangan siaga maternal melalui kelas
ibu yaitu pembinaan pengetahuan kepada ibu hamil dan suami tentang kehamilan dan
persalinan, persiapan persalinan dengan pembentukan ambulan desa, donor darah
desa, tabungan persalinan, dan pelayanan rujukan. Adapun pembahasan pada kelas
ibu menggunakan media lembar balik dan buku KIA.
Pelayanan kesehatan kepada ibu nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi
pasca persalinan dengan melakukan kunjungan minimal tiga kali yaitu kunjungan
pertama (KF1) pada saat 6 (enam) jam setelah persalinan sampai dengan tiga hari;
kunjungan kedua (KF2) pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 setelah
persalinan; dan kunjungan ketiga (KF3) pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan.
Pelayanan kesehatan yang diperoleh oleh ibu nifas meliputi pemeriksaan
umum seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan,
pemeriksaaan pervaginam, pemeriksaan payudara dan penyuluhan ASI ekslusif,
pemberian vitamin A sebanyak dua kali, dan pelayanan KB pasca persalinan.
Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan ibu nifas dan cakupan ibu nifas
mendapat Vitamin A di Wilayah Puskesmas Sindang Barang pada tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

33
34

Tabel 6. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

Persalinan
Jumlah Persalinan Ibu Nifas Ibu Nifas
Ibu Ditolong Mendapat mendapat
Bersalin Nakes Yankes Vit A
Tahun
3.498 1.172 1.163 1.162
2018
% 33,5 33,2 33,2

Berdasarkan tabel diatas Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di


Puskesmas Sindang Barang tahun 2018 sebanyak 1.171 ( 33,5%) dari total ibu 3.498
jumlah ibu bersalin. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2018 sebesar 1.163 atau
33,2% dari ibu bersalin. Ibu nifas yang mendapatkan Vitamin A sebanyak 33,2% atau
sebesar 1.162 ibu nifas dari 3.498 jumlah ibu bersalin pada tahun 2018.

3. Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang
dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenaga
kesehatan. Bayi baru lahir hingga usia kurang dari 1 bulan memiliki risiko gangguan
kesehatan yang paling tinggi.
Pelayanan kunjungan neonatus pertama (KN1) dilakukan pada 6-48 jam
setelah lahir dengan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM). Apabila neonatus telah mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal
esensial minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada usia 6-48 jam, 1 kali pada usia 3-7 hari, dan
1 kali pada usia 8-28 hari maka neonatus tersebut dikategorikan telah mendapat
kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap). Cakupan KN1 dan KN Lengkap/KN3
pada neonatal di wilayah Puskesmas Sindang Barang menunjukkan kujungan KN1
sudah 100% dari 1.150 jumlah lahir hidup dan kunjungan KN Lengkap meningkat
menjadi 149% ( 1.749 neonatus).

34
35

Tabel 7. Cakupan KN1 dan KN Lengkap di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

Kunjungan Neonatal
Jumlah Lahir Hidup KN1 KN Lengkap
Tahun
2018 1.150 1.150 1.714
% 100,0 149

4. Kunjungan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi pada kunjungan bayi sangat penting karena masih
adanya kematian pada bayi, dimana kunjungan bayi ini adalah minimal 4 kali
kunjungan selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali pada saat
umur 29 hari – 3 bulan, 3 – 6 bulan, 6 – 9 bulan, dan 9 – 11 bulan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di wilayah Puskesmas Sindang Barang
sebesar 50,2% atau 1.225 dari 2.442 bayi pada tahun 2018. Pemenuhan cakupan
pelayanan kesehatan bayi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan vitamin A
dan vaksin di setiap Puskesmas, melakukan penyuluhan agar masyarakat yang
memiliki bayi untuk memberikan ASI dan MP-ASI, memberi imunisasi dasar
lengkap, dan rutin melakukan pemantauan tumbuh kembang di sarana pelayanan
kesehatan.

Tabel 8. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

Kunjungan Bayi
Jumlah Bayi Pelayanan kesehatan Bayi
Tahun
2018 2.442 1.225
% 50,2

5. Pelayanan Keluarga Berencana


Keberhasilan Program Keluarga Berencana dapat dilihat dari pencapaian KB
Aktif dan Peserta KB Baru terhadap Pasangan Usia Subur. Wanita Usia Subur
(WUS) beserta pasangannya (Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran

35
36

prioritas dalam program KB. Usia subur merupakan usia dimana seorang wanita
berpeluang untuk hamil lebih tinggi sehingga WUS merupakan sasaran yang tepat
untuk program menjarangkan kelahiran dan mengatur jumlah kelahiran dalam rangka
menekan angka pertumbuhan penduduk. Peserta KB Aktif adalah peserta KB aktif
adalah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-
menerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan Peserta KB baru sebanyak 10,3% atau 1.013 PUS dari 9.855 PUS.
Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 sebanyak
74,9% atau 7.386 PUS dari 9.855 PUS.

Tabel 9. Cakupan Peserta KB Baru dan KB Aktif di Puskesmas Sindang Barang


Tahun 2018

Cakupan Peserta KB
Jumlah PUS Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
Tahun
2018 9.855 1.013 7.386
% 10,3 74,9

4.2.2 Program Perbaikan Gizi Masyarakat


Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan
komplit. Pada hakikatnya dikarenakan oleh keadaan ekonomi yang kurang serta
rendahnya pengatahuan tentang gizi dari makanan yang ada penyakit-penyakit karena
kurang dizi di Indonesia antara lain : Malnutrisi Energy Protein (MEP), defisiensi
vitamin A dan defisiensi iodium.
Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan
prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis
tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada
masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan
vitamin A dalam menurunkan secara bermakna angka kematian anak, maka selain
untuk mencegah kebutaan, pentingnya pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan
dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Buta senja adalah

36
37

salah satu gejala kurang vitamin A (KVA). Kurang Vitamin A tingkat berat dapat
mengakibatkan keratomalasia dan kebutaaan. Vitamin A berperan pada integritas sel
epitel, imunitas, dan reproduksi. KVA pada anak balita dapat mengakibatkan resiko
kematian sampai 20-30%. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih
bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak Balita, Bayi dan
ibu Nifas.

Tabel 10. Cakupan Pemberian Vitamin A Bayi Di Puskesmas Sindang Barang Tahun
2018

Bayi 6-11 bulan Anak Balita (12-59 bulan)


Jumlah Mendapat Jumlah Mendapat
Bayi VIT A Balita VIT A
Tahun 2018 601 540 4.631 4.521
% 89,85 98,73

Berdasarkan data pada table menunjukkan cakupan pemberian vitamin A pada


bayi dan balita di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 dimana pada bayi 6-11
bulan adalah sebesar 540 bayi (89,85%) dari 601 bayi, sedangkan untuk balita 12-59
bulan terdapat 4.521 balita (98,73%) dari 4.631 balita.

Tabel 11. Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang di Puskesmas Sindangbarang Tahun
2018

Anak 0-23 bulan (BADUTA)


Jumlah Baduta Ditimbang BGM
Tahun 2018 2.473 1.926 24
% 77,9 1,2

Data diatas menunjukkan jumlah Anak 0-23 Bulan yang ditimbang di


Puskesmas Sindang Barang tahun 2018 sebesar 1.926 BADUTA (77,9%) dari 2.473
BADUTA. Jumlah BGM (Bawah Garis Merah) pada baduta di Puskesmas Sindang
Barang Tahun 2018 sebesar 24 (1,2%) BADUTA.

37
38

Tabel 12. Cakupan Pelayanan Anak Balita di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

Anak Balita (12-59 Bulan)


Mendapat pelayanan kesehatan
Jumlah Balita
(minimal 8 kali)
Tahun 2018 119.694 3.565
% 3,0

Berdasarkan data diatas cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan) di


Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 yang mendapatkan pelayanan kesehatan
(minimal 8 kali) ) sebesar 3.565 (3,0%) balita dari 119.694 balita. Berdasarkan data
jumlah anak balita yang ditimbang di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
sebesar 4.297 (73,7%) dari 5.832 balita. Jumlah BGM (Bawah Garis Merah) pada
balita sebesar 45 (1,0%) balita.

Tabel 13. Jumlah Balita Ditimbang di Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018

Anak Balita
Jumlah Balita (S) Ditimbang BGM
Tahun
5.832 4.297 45
2018
% 73,7 1,0

Berdasarkan data pada cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan
perawatan di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 sebanyak 2 balita dan
mendapatkan perawatan sebanyak 2 (100%) balita.

Tabel 14. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan di Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018

Kasus Balita Gizi Buruk


Jumlah Ditemukan Mendapat Perawatan
Tahun 2018 2 2
% 100

38
39

4.2.3 Program Imunisasi


Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh
terhadap penyakit infeksi tertentu dengan memasukkan suatu zat ke dalam tubuh.
Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, anak sekolah dan pasangan usia subur.
Tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kematian dan angka kecacatan bayi dan balita
2. Tujuan Khusus
- Tercapainya UCI (Universal Child Immunization)
- Tercapainya imunisasi TT
Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian neonatal di
Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu
strategi Kemenkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan
melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil.
Jumlah ibu hamil di puskesmas Sindang Barang adalah 380 orang. Cakupan
pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di puskesmas Sindang Barang
pada TT-1 sebesar 646 orang (42,8%), pada TT-2 sebesar 1570 orang (28,4%), pada
TT-3 sebesar 379 orang (24,5%), pada TT-4 sebesar 327 orang (24,5%), pada TT-5
sebesar 146 orang (11,0%), pada TT2+ sebesar 1,442 orang (106,7%).
Jumlah wus di puskesmas Sindang Barang adalah 48.745 orang. Cakupan
pemberian imunisasi tetanus toksoid pada WUS di puskesmas Sindang Barang pada
TT-1 sebesar 646 orang (7,4%), pada TT-2 sebesar 570 orang (6,5%), pada TT-3
sebesar 299 orang (3,4%), pada TT-4 sebesar 297 orang (3,4%), pada TT-5 sebesar
146 orang (1,7%) .

Tabel 15. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Puskesmas Sindang
Barang Tahun 2018
Jumlah Ibu Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Hamil TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+

39
40

Tahun
1.333 646 570 379 327 146 1.442
2018

% 48,5 42,8 28,4 24,5 11,0 106,7

Tabel 16. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018
Jumlah WUS (15-39 Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Tahun) TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5

Tahun
8.745 646 570 299 297 146
2018

% 7,4 6,5 3,4 3,4 1,7

4.2.4 Pemebrantasan Penyakit Menular


1. Penyakit Diare
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena masih
dijumpai dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Selain menimbulkan masalah bagi
dewasa, diare juga merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak balita karena
dapat menyebabkan dehidrasi tingkat berat yang sering kali tidak disadari oleh orang
tua sehingga anak sampai pada fase kritis. Di negara berkembang, diare adalah
penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6
juta orang setiap tahunnya.
Proporsi kasus diare di wilayah Puskesmas Sindangg Barang pada tahun 2018
yang ditangani 68,5% dari jumlah target penemuan yaitu 1.670 orang. Pelayanan
yang diberikan sesuai standar tatalaksana penderita diare termasuk pemberian zinc
pada Balita. Selain itu penanggulangan penyakit diare juga dilakukan melalui
surveilans epidemiologi dan pengendalian KLB.

40
41

Tabel 17. Kasus Diare di Puskesmas Sindang Barang Yang Ditangani

Diare
Jumlah Jumlah Target Diare Ditangani
Penduduk penemuan
Tahun 2018 61.907 1.670 1.143
% 68,5

2.Penyakit Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi
yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau
kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan
dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk
berdahak, demam, atau menggigil.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Penumonia
juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi rentan terserang penyakit pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2
tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tahun 2018, jumlah balita ditemukan dan ditangani sebanyak 896 balita
atau 550,92% dari 3.553 jumlah balita. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan
jumlah perkiraan penderita pneumonia pada balita yaitu sebanyak 163 balita.

Tabel 18. Distribusi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin

Pneumonia pada Balita


Jumlah Penderita ditemukan dan
Jumlah
perkiraan ditangani
Balita
penderita
Tahun 2018 3.553 163 896
% 550,92

41
42

3. Penyakit Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis alias TB atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru sehingga
disebut TB Paru. Orang awam biasa menyebutnya dengan flek paru atau paru-paru
berlubang.
Penyakit TBC menular ketika pengidap TB mengeluarkan dahak atau cairan
liur dari mulutnya yang berisi kuman M. tuberculosis ke udara, misalnya saat batuk,
bersin, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa dan kemudian dihirup oleh orang
lain. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit TBC bisa berakibat fatal.
Penyakit TB Paru dapat menyebabkan gejala umum seperti batuk yang berlangsung 2
minggu atau lebih dan batuk berdarah.
Pengobatan TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB dalam
rangka menutus rantai penularannya. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat
keberhasilan pengendalian TB diantaranya penemuan kasus, pengobatan, dan angka
keberhasilan pengobatan.

Tabel 19. Kasus Baru Tb BTA+, Angka Kesembuhan, Angka Pengobatan, Dan
Keberhasilan Di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

TB Paru
Jumlah Kasus TB Anak 0-14
Jumlah Kasus
Seluruh Kasus Tahun
Baru TB BTA+
TB
Tahun 2018 82 107 4
%

Angka penemuan kasus (Case Notification Rate) TB keseluruhan di wilayah


Puskesmas Sindang Barang tahun 2018 sebanyak 107 kasus, dimana ditemukan laki-
laki sebanyak 60 (56%) kasus dan perempuan sebanyak 47 (44%) kasus. Jumlah
kasus baru TB di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2018 sebanyak 82 kasus
dimana pada laki-laki 39 (48%) kasus dan perempuan 43 (52%) kasus. Jumlah kasus
TB anak dijumpai sebanyak 4 kasus.

42
43

4.Demam Berdarah (DBD)


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Demam berdarah DBD dulu disebut
penyakit “break-bone” karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana
tulang terasa retak.
Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot
dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue
hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah
yang tiba-tiba (shock), dan kematian.
Tantangan yang ditemui yaitu kondisi lingkungan dengan perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat masih rendah dalam pemberantasan sarang nyamuk,
pengembangan jejaring PSN pada sekolah dan anggota pramuka belum optimal dan
belum maksimalnya Pokja dan Pokjanal DBD di Kelurahan dalam menggerakan PSN
di masyarakat. Sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan mendorong masyarakat
dan lembaga yang sudah dibentuk di (Pokja, Pokjanal, anggota gerakan pramuka dan
sekolah) dan dilatih untuk melakukan kegiatan penyuluhan, pemberian larvasida dan
PSN terutama di RW-RW dengan kasus tinggi dan sering berulang, peningkatan
tatalaksana kasus, ujicoba ovitrap untuk menangkap dan mengendalikan nyamuk.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah kasus DBD yang ditemukan pada di
Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 adalah 16 kasus dan tidak ada kematian yang
dilaporkan.

Tabel 20. Jumlah Kasus DBD Di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2018

TB Paru
Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)
Tahun 2018 16 0
% 0

43
44

5. Syphilis, HIV/AIDS
Sipilis adalah penyakit menular seksual yang di sebabkan oleh bakteri
Treponema Pallidum. Banyak diantara kita mungkin sering mendengar penyakit-
penyakit yang bisa menular melalui hubungan seksual salah satunya sifilis ini
penyakit yang sangat mudah terjadi pada orang yang sering melakukan hubungan
seksual secara bebas.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada tahun 2018 di
Puskesmas Sindang Barang sebanyak 2 orang mengindap HIV, 20 orang mengidap
AIDS. Penderita HIV yang usia 20-24 tahun sebanyak 1 orang dan 25-49 tahun
sebanyak 1 orang. Penderita AIDS usia 20-24 tahun sebanyak 5 orang dan usia 25-49
tahun sebanyak 20 orang. Ini menunjukkan usia produktif mendominasi penderita
HIV/AIDS.

44
45

Tabel 21. Jumlah Kasus HIV/AIDS, dan Syphilis


Jumlah Kematian Syphilis
HIV AIDS
Akibat AIDS
≤4
0 0 0 0
Tahun
5-14 Tahun 0 0 0 0
15-19 Tahun 0 0 0 0
20-24 Tahun 1 5 0 0
25-49 Tahun 1 20 0 0
≥ 50 Tahun 0 0 0 0

6. Kusta
Penyakit lepra, yang lebih dikenal dengan Morbus Hansen atau kusta adalah
infeksi kulit kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Lepra
termasuk penyakit tertua dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 sebelum masehi.
Infeksi ini menyerang saraf tepi dan kulit, kemudian saluran pernapasan atas, dan bisa
juga menyerang organ lain kecuali otak.
Kusta adalah salah satu penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan
kecacatan, mutilasi (misalnya terputusnya salah satu anggota gerak seperti jari),
ulserasi (luka borok), dan lainnya. Infeksi kulit ini disebabkan karena adanya
kerusakan saraf besar di daerah wajah, anggota gerak, dan motorik; diikuti dengan
rasa baal yang disertai kelumpuhan otot dan pengecilan massa otot. Pada tahun 2018
di Puskesmas Sindang Barang ditemukan 2 penderita baru kusta.

Tabel 22. Jumlah kasus baru kusta di Wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang
Tahun 2018
Pausi Basiler (PB)/ Multi Basiler (MB)/ PB + MB
Kusta kering Kusta Basah
Tahun 2018 0 2 2
%

45
46

4.2.5 Penyakit Tidak Menular (PTM)


Penyebab kematian terbanyak di Indonesia saat ini disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular (PTM) seperti stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan
hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik seseorang akan berpotensi mengalami penyakit
tersebut. Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat menjadi beban
ganda dalam pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan.

1. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang persisten dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal,
jantung, dan otak bila tidak dilakukan deteksi dini dan pengobatan. Gejala hipertensi
berupa sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, mumet (Vertigo), jantung berdebar-
debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan.

Tabel 23. Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin
Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018

Pengukuran Tekanan Darah


Jumlah Dilakukan Hipertensi
Penduduk ≥18 pengukuran tekanan
tahun darah
Jumlah 33.067 5.598 3.773
% 16,9 67,4

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2018 penduduk ≥18 tahun yang
dilakukan pengukuran tekanan darah di Puskesmas Sindang Barang sebanyak 5.598
orang (16,9%) dan sebanyak 3.3773 (67,4) orang memiliki tekanan darah tinggi atau
hipertensi.

46
47

2. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara


Penyakit kanker leher rahim/serviks dan payudara merupakan penyakit kanker
dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Faktor perilaku dan pola makan memiliki
peranan penting terhadap timbulnya kanker. Secara umum yaitu kurangnya konsumsi
sayur dan buah, merokok, obesitas, sering mengonsumsi makanan berlemak, sering
mengonsumsi makanan dibakar/dipanggang, sering mengonsumsi makanan hewani
berpengawet, dan kurang melakukan aktivitas fisik.
Sasaran pemeriksaan dini kanker leher rahim dan payudara adalah perempuan
usia subur berusia 30-50 tahun dan sudah melakukan kontak seksual aktif atau
menikah. Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan melalui metode
Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) yaitu pemeriksaan dengan cara mengamati
menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat
atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker atau IVA positif akan menampilkan
warna bercak putih yang disebut acetowhite ephitelium dan dicurigai sebagai kanker
apabila terdapat pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau
luka bernanah.
Pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan metode
Pemeriksaan Payudara Klinis atau CBE (Clinical Breast Examination). Pemeriksaan
payudara dilakukan secara manual oleh tenaga kesehatan terlatih untuk melihat
apakah terdapat benjolan/tumor atau tidak..

Tabel 24. Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA Dan
Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Puskesmas
Sindangbarang Tahun 2018

Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara


Pemeriksaan IVA Tumor
Perempuan usia
Leher rahim dan Positif atau
30-50 tahun
Payudara Benjolan
Jumlah 9.840 120 6 10
% 1,2 5,0 8,3

47
48

Pada tahun 2018 di Puskesmas Sindang Barang, sebanyak 120 (1,2%) dari
9.840 perempuan usia 30-50 tahun dilakukan pemeriksaan leher rahim dan payudara
dan di jumpai 6 (5,0%) perempuan dengan IVA Positif dan pada pemerisaan CBE
ditemukan sebanyak 10 orang (8,3%) perempuan memiliki tumor atau benjolan
dipayudaranya.

4.2.6 Program Penyehatan Lingkngan


Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa derajat kesehatan merupakan
hasil interaksi dari empat faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
danketurunan. Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Upaya meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di
Kabupaten Jombang telah berjalan dengan kegiatan program STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat) yang mencakup 5 pilar yaitu:
1. Peningkatan akses jamban/Stop BAB di sembarang tempat.
2. Cuci tangan pakai sabun.
3. Pengelolaan air minum dan makanan skala rumah tangga yang aman.
4. Pengelolaan limbah cair skala rumah tangga yang sehat.
5. Pengelolaan sampah skala rumah tangga.

a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi parameter rumah.
Parameter rumah sehat mencakup 3 hal, yaitu :
1. Komponen rumah : Langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, pencahayaan dan lubang asap
dapur.
2. Sarana Sanitasi Dasar : Sumber air bersih (SAB), jamban sehat,
SaluranPembuangan Air Limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah.
3. Perilaku penghuni : Membuka jendela kamar tidur, membuka jendela
ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi, dan balita
ke jamban, dan membuang sampah pada tempatnya.

48
49

Pada tahun 2018, jumlah rumah yang ada di wilayah Puskesmas Sindang
Barang sebanyak 11.137 rumah, sedangkan rumah yang diperiksa dan dibina
sebanyak 9.294 (83,45%) dari sisa 3.113 rumah yang belum memenuhi syarat
kesehatan. Hasil pemeriksaan dan pembinaan kumulatif rumah sehat diketahui
bahwa rumah yang memenuhi parameter rumah sehat dibanding jumlah rumah
seluruhnya 9.294 (83,45%). Upaya untuk meningkatkan cakupan rumah sehat
antara lain dengan melakukan penyuluhan tentang rumah sehat pada saat kunjungan
rumah dalam rangkapemeriksaan dan pembinaan rumah sehat.

Tabel 25 . Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Puskesmas


Sindang Barang Tahun 2018
Rumah
Rumah yang Rumah
Jumlah Rumah Memenuhi
Belum Dibina
Seluruh Dibina Syarat
Memenuhi Memenuhi
Rumah (Rumah
Syarat Syarat
Sehat)
Tahun
11.137 3.113 9.294 9.294 9.294
2018
% 83,45 83,5 83,45

b. Jamban Sehat
Kepemilikan sarana sanitasi dasar salah satunya adalah kepemilikan jamban
keluarga yang sehat. Terkait masalah jamban, salah satu terobosan dalam program
kesehatan lingkungan adalah program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Tabel 26. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Puskesmas
Sindang barang Tahun 2018

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Desa Desa Stop BABS
Jumlah
melaksanakan (SBS)
Desa/Kelurahan
STBM
Tahun 2018 5 5 0
% 100 -

49
50

Dari hasil pendataan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di wilayah


kerja Puskesmas Sindang Barang, diperoleh 5 buah desa (100%) yang melaksanakan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

c. Tempat-Tempat Umum (TTU), Institusi dan Tempat Pengelolaan


Makanan (TPM)
Tempat-tempat umum, institusi dan tempat pengelolaan makanan yang
diperiksa dan dibina kesehatan lingkungannya meliputi: tempat ibadah, intitusi
pendidikan, kesehatan, perkantoran, dan ponpes. Tempat pengelolaan makanan
meliputi rumah makan, jasa boga, makanan jajanan, kantin sekolah, PK lima dan
Depot Air Minum (DAM). Jumlah TTU dan institusi di wilayah kerja Puskesmas
Sindang Barang sejumlah 44 sasaran dan yang memenuhi syarat sejumlah 13 buah
(29,54%). TPM di wilayah kerja puskesmas sejumlah 232 buah dan yang memenuhi
syarat sebanyak 127 TPM (54,74%). Adapun TPM yang Dibina sejumlah 233 buah
(69,1%) sedangkan, TPM di uji petik sejumlah 83 buah (35,62%).

Tabel 2 7 . Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut


Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

TTU memenuhi syarat


TTU yang
kesehatan
ada

Jumlah Jumlah %
SD 28 8 28,6
Sarana
SMP 7 1 14,3
pendidikan
SMA 6 2 33,3
Puskesmas 1 1 100
Sarana
Rumah sakit
kesehatan 1 0 0
umum
Hotel non bintang 1 1 100
Total 44 13 29.545

50
51

Tabel 28. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat Kesehatan


Menurut Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
TPM memenuhi syarat
Tempat Pengelolaan Jumlah TPM yang higiene sanitasi
Makanan ada
Jumlah %
Jasa boga 0 0
Rumah makan/ restoran 14 6,03
Depot air minum (DAM) 232 0 0
Makanan jajanan 113 48,7
Total 127 54,74

Tabel 29. Desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Menurut Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm)


Jumlah %
Desa Melaksanakan STBM 5 100
Desa Stop BABS (SBS) 0 0
Desa STBM 0 0
Total 5 100

Tabel 30. Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Menurut
Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Tempat Pengelolaan Jumlah TPM Dibina Jumlah TPM Diuji
Makanan Petik
Jumlah Jum %
%
lah
Jasa boga 0 0
Rumah makan/ 20 4
restoran
Depot air minum 21 21
(DAM)
Makanan jajanan 192 58
Total 233 69,1 83 35,6
2

51
52

4.2.7 Program Pelayanan Kesehatan


Sarana pelayanan kesehatan di puskesmas disediakan unutk memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi para pengunjung puskesmas baik dengan pelayanan
rawat jalan maupun rawat inap. Pada tahun 2018 jumlah masyarakat yang
memanfaatkan kunjungan rawat jalan baru sebanyak 35,190 orang (57,2%),
kunjungan rawat inap sebanyak 130 orang (0,2%) kunjungan.

Tabel 31. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Dan Kunjungan Gangguan
Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sindangbarang Tahun
2018
Rawat Jalan Rawat Inap Kunjungan
Gangguan
Jiwa
L P L+P L P L+P L+P
Tahun
14.661 20.529 35.190 0 130 130 0
2018
% - - 57,2 - 0,2 0,2 -

4.2.8 Program Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat agar mampu
mewujudkan sebuah kemandirian. Konsep dasar dalam pemberdayaan masyarakat
adalah terletak pada keikutsertaan secara aktif atau keterlibatan partisipasi dari
masyarakat untuk diberdayakan dalam mengembangkan berbagai potensi dan
kemampuan dalam dirinya untuk mewujudkan kesejahteraan secara mandiri.
Menurut Fahrudin, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan
dan memandirikan masyarakat melalui 3 cara, diantaranya:
a. Enabling, menciptakan situasi yang memungkinkan lahirnya potensi
masyarakat untuk berkembang.
b. Empowering, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan
meningkatkan kapasitas mereka.

52
53

c. Protecting, membangun sistem perlindungan untuk masyarakat yang sedang


dikembangkan.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat empat prinsip yang berfungsi agar
pemberdayaan yang dilakukan dapat sukses. Keempat prinsip tersebut, diantaranya:
a. Kesetaraan: Ini adalah prinsip utama yang harus dipegang. Pada prinsip ini
ada keseteraan dan kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang
melakukan program-program pemberdayaan masyarakat.
b. Partisipasi: Program yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang bersifat partisipatif.
c. Kemandirian: Prinisip ini adalah menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Dalam prinsip ini tidak melihat
orang miskin sebagai objek yang tidak mampu tetapi sebagai subjek yang memiliki
kemampuan sedikit.
d. Berkelanjutan: Pada dasarnya program pemberdayaan harus memiliki
tujuan yang berkelanjutan. Ia harus secara perlahan memberikan masyarakat peran
yang dominan terhadap pemberdayaan bukan lagi pendamping yang berperan
dominan.
Pada tahun 2018, jumlah penduduk di puskesmas kecamatan sindangbarang
adalah sebanyak 61.532 dengan jumlah RT 15.230 dari 23.804,9 km2 wilayah dengan
2,58 km2 kepadatan penduduk.

Tabel 32. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah


Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Puskesmas Sindangbarang
Luas Wilayah Jumlah Jumlah Kepadatan
Jumlah
(km2) Penduduk RT Penduduk
RT 206
RW 52
23.804,9 61.532 15.230
Posyandu 66
Posbindu 60
Jumlah 384 61.532 15.230

53
54

Gerakan pola hidup sehat di masyarakat sedang ditingkatkan melalui berbagai


program yang dijalankan oleh pemerintah. Program tersebut dinamakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di tatanan keluarga. PHBS di tatanan keluarga masih
belum di pahami oleh masyarakat karena kurangnya informasi yang diterima dan juga
kurangnya dukungan fasilitas untuk program tersebut. Bukan hanya itu saja
keterbelakangan social, ekonomi dan pendidikan menjadi masalah untuk
melaksanakan PHBS. Masalah kesehatan seringkali muncul di masyarakat tanpa
disadari dan diketahui penyebabnya. Hal tersebut terjadi karena faktor pengetahuan
masyarakat yang masih rendah tentang kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan
tersebut yang sering muncul antara lain masih tingginya angka kematian ibu dan
anak, gizi buruk, penyakit menular dan tidak menular, gaya hidup yang tidak sehat
dan lain-lain.
Pada tahun 2018, persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan
sehat di puskesmas kecamatan sindangbarang adalah sebanyak 6.183 rumah tangga
(15,230%) dari total 12.655 rumah tangga yang dipantau.

Tabel 32. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018
Rumah Tangga
% Ber-PHBS
Jumlah Dipantau Jumlah Ber-PHBS
12.655 6.183 15.230

Tabel 33. Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Sindang
Barang Tahun 2018
Strata Posyandu Posyandu Aktif
Posyandu Jumlah (%) Jumlah %
Pratama 0
Madya 0
66 100
Purnama 56,06
Mandiri 43,94

54
55

Pada tahun 2018, jumlah posyandu aktif adalah sebanyak 66 dari total 4 strata
posyandu di puskesmas kecamatan sindangbarang.

UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia) adalah salah satu wujud


nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini
ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti
Polindes, POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), TOGA
(Taman Obat Keluarga), dana sehat, dll.
a. Pondok Bersalin Desa (Polindes) Pondok bersalin desa merupakan wujud
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. UKBM ini
dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan
geografis, kesejangan informasi, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial
budaya. Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
geografis, sementara kontak setiap saat dengan dengan penduduk setempat
diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan
melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak dan melahirkan
yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan ekonomi.
b. Pos Obat Desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal
pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif
sederhana, melengkapi kegiatan preventif dan promotif yang telah di laksanakan di
posyandu. Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di
sesuaikan dengan stuasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD itu
antara lain :
1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
2. POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren

55
56

c. Upaya Kesehatan Kerja (UKK) menjadi semakin penting pada industri


sekarang ini. Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal
semakin banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja
informal. Salah satu wujud upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di sektor formal. Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
untuk operasional OKMD di lingkungan pekerja merupakan wadah dari
serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan
berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok
pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk
maningkatkan produktivitas kerja.
d. Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau
ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan
dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam
bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan
obat tradisinal. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan antara lain untuk menjaga dan meningkatan kesehatan dan mengobati
gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga
berfungsi ganda mengingat dapat digunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,
upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.
Pada tahun 2018, jumlah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) adalah sebanyak 52 dari posbindu di puskesmas kecamatan
sindangbarang.

Tabel 34. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut


Kecamatan Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Poskesdes Polindes Posbindu Jumlah
- 0 52 52

56
57

57
58

BAB 5

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 Identifikasi Masalah


Ada beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Sindang Barang
dengan masalah terbesar, yaitu prevalensi penyakit Influenza merupakan penyakit
yang menjadi prioritas yang dilihat dari daftar kunjungan pasien selama periode
bulan Januari - Desember 2018 yaitu sebanyak 6.331 kasus.

5.1.1 Penyakit Influenza


5.1.1.1 Definisi Influenza
Influenza merupakan penyakit yang sangat menular, penyakit sistem
pernapasan mendadak (respiratori akut) dengan gejala panas, nyeri dengan gejala
panas, nyeri tenggorokan, batuk, nyeri otot (myalgia) dan badan tidak nyaman
(malaise). Penyakit ini menular secara cepat di semua kelompok umur dan
menimbulkan wabah raya atau wabah penyakit menular cepat (epidemi). Flu sendiri
merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi
dengan penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya
tahan tubuh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit
tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola hidup seseorang. Influenza pada
manusia adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi virus
famili orthomyxoviridae dengan subtype A, B atau C. Walaupun ketiganya dapat
menyerang manusia, virus tipe A pada umumnya menyerang hewan rendah dan
unggas. Virus influenza tipe A terdiri dari 16 sub tipe dan semuanya dapat
menyerang unggas. Semua wabah highly pathogenic avian influenza (HPAI)
disebabkan virus influenza tipe A sub tipe H5 dan H7.

5.1.1.2 Epidemiologi Penyakit Influenza

58
59

Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di


lingkungan masyarakat. Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk
mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner
yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau
ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak
berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin
di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat
ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3
tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang
dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada
individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-
penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi
angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah
100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-1970 hingga 1994-1995,
diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit 16.000 sampai
220.000/epidemi. Kematian influenza dapat terjadi karena pneumonia dan juga
eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya. Penelitian di Amerika
dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan influenza kurang
lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian/ 100.000 penderita dengan usia > 65 tahun.
Lebih dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi
pada penderita usia lanjut.
Sejarah mencatat telah terjadi empat pandemi influenza pada abad ke-20
yang terkenal mematikan, diantaranya Flu Spanyol tahun 1918 dengan kematian 20-
50 juta orang, Flu Asia tahun 1957 dengan kematian 1-2 juta orang, Flu Hongkong
tahun 1968 dengan kematian 700 ribu orang dan terakhir pandemi influenza A
H1N1 2009. Hingga akhir pandemi (post pandemic period), 214 negara secara
resmi telah melaporkan sebanyak 18.449 kematian karena influenza A H1N1 2009.
Berdasarkan laporan dari National Influenza Centres (NICs) dan laboratorium
influenza nasional lainnya dari 98 negara, virus yang beredar diketahui sebanyak

59
60

64,4% sebagai influenza tipe A dan 35,6% sebagai influenza tipe B. Pada influenza
tipe A, sebanyak 15,1% adalah influenza A H1N1 pdm 2009 dan 84,9% adalah
influenza A H3N2. Pada influenza tipe B, 77% BYamagata lineage dan 23% B-
Victoria lineage.
Berdasarkan data WHO tahun 2015 mengenai influenza A H5N1 pada
manusia, Indonesia merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyak kedua setelah Mesir. Di Indonesia, sejak tahun 2005
sampai 13 November 2015, terdapat 199 kasus influenza A H5N1 pada manusia dan
167 diantaranya meninggal dunia. Angka kejadian kasus influenza A H5N1 yang
terkonfirmasi semakin berkurang jumlahnya namun selalu ada kasus setiap tahun
dengan angka kematian yang tinggi.

5.1.1.3 Etiologi Penyakit Influenza


Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di
antara banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A
(H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi
di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan
B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza
musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah saat seseorang yang
terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa tertular.
Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus juga dapat menyebar
oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup
mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka
secara teratur.
Virus yang menyebabkan influenza adalah orthomyxovirus. Mekanisme
penetrasi virus influenza meliputi tiga tahap yaitu, yang pertama virus masuk ke
dalam sel semang (host) dan mengeluarkan asam nukleat, yang kedua terjadi
replikasi genom dan sintesis protein virus, yang ketiga yaitu penyusunan partikel
virus baru kemudian dilepaskan dan akan menginvasi sel semang yang lain.

60
61

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat
ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar
pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza
manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga
tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling terkenal di
Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1).
Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan
lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman
antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem
kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus. Virus
influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan
penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi
disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak -
anak.

5.1.1.4 Gejala Penyakit Influenza


Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Biasanya gejala pertama adalah menggigil
atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan
temperatur tubuh berkisar 38,9-39,4°C. Untuk influenza gejalanya yaitu sakit
kepala, demam, hidung tersumbat, batuk kering, sakit tulang sendi dan otot, dan
malaise. Pada anak dengan influenza B dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya
diare serta nyeri abdomen.
Kebanyakan orang dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu kurang
lebih satu minggu tanpa membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu
inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar virus sampai munculnya gejala kurang lebih
dua hari. Pada masa inkubasi virus tubuh belum merasakan gejala apapun. Setelah
masa inkubasi gejala-gejala mulai dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang
lebih selama satu minggu. Hal ini akan memicu kerja dari sistem imun tubuh yang
kemudian setelah kurang lebih satu minggu tubuh akan mengalami pemulihan
hingga akhirnya benar-benar sembuh dari influenza.

61
62

Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun,
atau orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-
paru, ginjal, jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang
sistem imunnya rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk
membedakan flu dan salesma pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat
diidentifikasi dengan adanya demam mendadak dan rasa lelah atau lemas. Prognosis
pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari.
Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih
dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder.

5.1.1.5 Klasifikasi Virus Influenza


Virus influenza termasuk orthomyxovirus yang terdiri dari 3 tipe A, B dan C.
Partikel virus terdiri dari negatif sense single stranded RNA yang terbagi dalam 8
segmen linier (pada influenza tipe A dan B) atau 7 segmen linier (pada influenza
tipe C). Delapan segmen partikel virus influenza A mengkode 10 polipetida. Infeksi
pada satu pejamu dengan 2 virus influenza yang berbeda tetapi masih berasal dari
satu tipe, dapat menyebabkan penggabungan (reassortant) progeni virus sehingga
dapat terjadi kombinasi baru segmen RNA yang berasal dari masing-masing induk
virus.
Subtipe virus influenza A ditentukan berdasarkan dua antigen permukaan
Hemagglutinin (HA) dengan 16 tipe (H1–H16) dan Neuraminidase (NA) dengan 9
tipe (N1–N9). Pejamu alamiah dan terbesar virus influenza A adalah unggas air,
burung pantai dan burung camar laut, memiliki semua tipe HA dan NA dari virus
influenza A. Pada virus influenza A yang telah dapat menginfeksi manusia/mamalia
memperlihatkan suatu kombinasi tipe HA dan NA yang terbatas, seperti virus
influenza A yang dapat bertransmisi antar manusia, terdiri dari subtipe: H1, H2, H3,
N1, N2. Pada hewan H1 – H5 dan N1 – N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan Avian Influenza adalah dari subtipe A H5N1.
Pada 1 Juni 2009 CDC mengeluarkan definisi kerja (operasional) sakit mirip
influensa/Influenza Like Illness (ILI) dan membagi kasus influensa (influenza) A

62
63

H1N1 ke dalam tiga kelompok yaitu: dikukuhkan/ditetapkan (confirmed), boleh


jadi/mungkin (probable) dan diduga (suspect). Yang termasuk ILI ialah jika badan
pasien panas (suhu/temperatur ≥ 100° F atau 37,8° C), batuk dan atau nyeri
tenggorokan tanpa penyebab lain selain influenza.
1. Ditetapkan (confirmed)
Jika ditemukan ILI dan hasil menetapkan laboratorik ditemukan virus H1N1
dengan satu atau lebih pemeriksaan yaitu: ditemukan virus di usapan tenggorok atau
hidung menggunakan pemeriksaan waktu nyata (real time), reaksi berantai
polimerase transkriptase berbalik/reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RT-PCR), dan ditemukan virus di kultur virus dengan sampel yang sama dengan
PCR, metode ini lebih lambat dan dalam pelaksanaannya kurang disukai
2. Berpeluang (Probable)
Jika seseorang dengan ILI dan positif untuk uji (tes) influenza A tetapi
dengan PCR negatif untuk H1 dan H3 atau seseorang yang meninggal sebab
penyakit sistem pernapasan mendadak (respiratorik akut) yang tidak jelas
penyebabnya dan secara epidemiologis berhubungan dengan kasus berpeluang
(probable) atau ditetapkan (confirmed) dalam tujuh (7) hari terakhir.
3. Dugaan (Suspect)
Seseorang dengan gejala ILI ditambah salah satu dari keadaan berikut ini:
tujuh hari terakhir bersentuhan dengan kasus pasien berpeluang (probable),
ditetapkan atau tujuh hari terakhir melakukan perjalanan ke negara atau ke wilayah
yang terdapat satu atau lebih kasus pasien yang ditetapkan, tinggal di lingkungan
yang terdapat satu atau lebih kasus jangkitan virus tertetapkan.

5.1.1.6 Penatalaksanaan Penyakit Influenza


Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak
cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang
mengganggu. Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa
pengobatan meliputi antara lain:
a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

63
64

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang


tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang
banyak mengandung vitamin.
c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di
tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di
tenggorokan.
Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi
demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk.
Karena influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh
terhadap infeksi kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia
bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur influenza
dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antivirus standar.
Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh
di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi
dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari:
a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.
b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan
antihistamin.
c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan,
antihistamin dan antitusif atau ekspektoran.

5.2 Penyebab Terjadinya Masalah


Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh
virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat.
Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila
terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit
ini ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin
dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi Influenza adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus myxovirus yang sampai saat ini dikenal tiga tipe yaitu tipe A, B, dan C.

64
65

Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa
memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi
tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim
sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa menangani
virus influenza. Perubahan pada jenis-jenis flu dari tahun ke tahun mempersulit
pengembangan vaksin flu yang 100 persen efektif. Kendati begitu, vaksin flu dapat
menjadi 80 persen efektif jika diberikan sebelum musim flu. Meskipun penyakit flu
ini kelihatannya ringan namun jumlah penderita yang meninggal pada waktu
pandemi bisa mencapai ratusan ribu orang, pada tahun non pandemik, kematian
karena flu bisa mencapai 10.000 hingga 40.000 orang per tahun, jumlah itu
meningkat hingga lebih dari 100.000 orang pada tahun pandemik. Pada tahun 2018
berdasarkan data pada sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Sindang
Barang, Influenza merupakan penyakit dengan jumlah kasus tertinggi yaitu
sebanyak 6.331 kasus.

5.3 Pemecahan Masalah


5.3.1 Program Pemecahan Masalah Prevalensi Penyakit Influenza
Insidensi penyakit paling diprioritaskan di Puskesmas Sindang Barang tahun
2018 adalah Influenza. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup sehat. Terdapat beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit Influenza di
Puskesmas Sindang Barang, yaitu:
1. Melakukan penyuluhan dan pengenalan penyakit, seperti pengertian,
tanda dan gejala Influenza, penyebab, jenis - jenis virus Influenza, cara penularan,
bagaimana perjalanan penyakit Influenza dan cara penanggulangan Influenza pada
masyarakat oleh tenaga penyuluh.
Upaya promotif ditujukan bagi seluruh masyarakat dalam kondisi sehat,
sedangkan upaya preventif bagi mereka yang memiliki risiko tinggi untuk tertular
Influenza. Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap
faktor risiko perilaku. Maka dalam rangka pencegahan infeksi flu diperlukan

65
66

pendidikan kesehatan untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
metode penyuluhan.
2. Membagikan leafleat terkait penyakit Influenza secara langsung kepada
masyarakat dan menempel poster mengenai cara mencuci tangan yang baik di
Puskesmas Sindang Barang.
3. Peningkatan Surveilans kesehatan ILI (Influenza Like Illness) Sebagai
Langkah Pencegahan.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran napas yang
disebabkan virus influenza. Virus influenza terutama serotipe A telah beberapa kali
menyebabkan epidemi sampai pandemi. Oleh karena itu untuk mencegah pandemi
influenza dibentuk sistem surveillans yaitu memeriksa penderita yang termasuk
kategori Influenza Like Illness (ILI).
4. Membuat program vaksinasi Influenza
Bermanfaat untuk menguatkan daya tahan tubuh anda melawan
virus Influenza beserta komplikasinya
5. Melakukan edukasi melalui demo CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).
Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Virus
mampu bertahan hidup berjam-jam bahkan hingga berminggu-minggu. Oleh karena
itu, usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin.

66
67

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Data puskesmas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penyakit Influenza
merupakan prioritas tertinggi di Puskesmas Sindang Barang. Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat menyebabkan
tingginya insidensi penyakit Influenza di Puskesmas Sindang Barang.

6.2 Saran
1. Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang
dilakukan secara periodik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan lingkungan.
2. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Sindang Barang
dengan melakukan tugas belajar kepada tenaga kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
3. Meningkatkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan masyarakat agar
tercipta hubungan baik sehingga pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
4. Untuk meningkatkan program kerja Puskesmas perlu koordinasi yang lebih
baik dari masing-masing bagian dengan Kepala Puskesmas serta dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain itu, koordinasi dengan petugas desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, serta pada kader juga penting guna terlaksananya program.

67

Anda mungkin juga menyukai