BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
RI No.43 tahun 2019 pasal 1 ayat 2 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.3
Sesuai dengan ketentuan PP No. 18/2016 dan Permenkes No. 75/2014, status
kelembagaan Puskesmas secara formal adalah sebagai UPT Dinas Kesehatan, dengan
tupoksi sebagai pembina kesehatan wilayah, pelaksana UKM, dan UKP. Sebagai
UPT Dinas Kesehatan, Puskesmas adalah perpanjangan tangan Dinas Kesehatan
untuk melaksanakan kewajiban atau kewenangan Dinas Kesehatan, yaitu
melaksanakan empat (4) urusan pemerintah yang diserahkan ke daerah (UU No.
23/2014 tentang Pemerintah Daerah). Sebagai UPT Dinas Kesehatan, Puskesmas
melaksanakan fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah dan melaksanakan UKM
bersama perangkat pemerintah tingkat kecamatan, desa dan masyarakat. “Pembina
wilayah” di bidang kesehatan adalah fungsi utama Dinkes dan oleh karenanya juga
fungsi utama Puskesmas dalam wilayah kerjanya (kecamatan). 4
BAB 3
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SINDANG BARANG
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018
Rata-rata Kepadata
Jumlah Jumlah
Luas Jiwa atau n
NO Kelurahan Pendudu Rumah
Wilayah Rumah Penduduk
k Tangga
Tangga per Km2
Sindang
1 1,59116 19,728 3,891 5 19728.00
Barang
2 Bubulak 1,57085 18,736 4,547 4 9368.00
3 Marga Jaya 1,16176 5,281 2,670 2 1760.33
Balumbang
4 1,24500 15,033 1,508 10 3758.25
Jaya
5 Situ Gede 2,3247 10,433 2,788 4 2086.60
Jumlah Puskesmas 7,79806 69,211 15,404 25 0
Tabel 2. Jumlah tenaga yang bertugas di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
berjumlah 26 orang PNS dengan rincian tenaga lainnya sebagai berikut:
NO Jenis Jumlah Keterangan
1 Kepala Puskesmas 1 orang
2 Kepala TU 1 orang
3 Dokter Umum 4 orang 2 orang dokter PKTW
4 Dokter Gigi 1 orang
5 Perawat 6 orang
6 Bidan 6 orang
7 Perawat Gigi 1 orang
8 Tenaga Pelaksana Gizi 1 orang
9 Petugas Kesling 2 orang 1 orang PKTW
10 Promkes 2 orang 1 orang PKTW
11 Laboratorium 1 orang
12 Apoteker 1 orang
13 Asisten Apoteker 2 orang
14 Rekam Medis 2 orang 2 orang pekarya
15 Bidan PTT Provinsi Jabar 1 orang
16 Sukarelawan 20 orang Dokter umum: 1 orang
Bidan: 6 orang
Kebersihan: 2 orang
Keamanan: 1 orang
Administrasi: 8 orang
Asst. Apoteker: 1 orang
Laboran: 1 orang
Jumlah total pegawai 54 rang
26
29
30
BAB 4
PROGRAM KERJA PUSKESMAS
30
31
31
32
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan
(untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk penghitungan indikator K4) dengan jumlah
sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Cakupan K-1 dan K-4
dapat dilihat pada tabel berikut.
2. Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di
lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
32
33
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (linakes) yang kompeten
dapat mengurangi risiko seperti kematian, baik kematian ibu maupun bayi baru lahir.
Untuk menjaring ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan,
dilakukan upaya –upaya seperti ditempatkannya bidan – bidan koordinator di setiap
kelurahan disamping banyaknya bidan praktek swasta (BPS), serta dibangunnya
Puskesmas Sindang Barang dengan fasilitas PONED.
Upaya yang dilakukan berupa Pengembangan siaga maternal melalui kelas
ibu yaitu pembinaan pengetahuan kepada ibu hamil dan suami tentang kehamilan dan
persalinan, persiapan persalinan dengan pembentukan ambulan desa, donor darah
desa, tabungan persalinan, dan pelayanan rujukan. Adapun pembahasan pada kelas
ibu menggunakan media lembar balik dan buku KIA.
Pelayanan kesehatan kepada ibu nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi
pasca persalinan dengan melakukan kunjungan minimal tiga kali yaitu kunjungan
pertama (KF1) pada saat 6 (enam) jam setelah persalinan sampai dengan tiga hari;
kunjungan kedua (KF2) pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 setelah
persalinan; dan kunjungan ketiga (KF3) pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan.
Pelayanan kesehatan yang diperoleh oleh ibu nifas meliputi pemeriksaan
umum seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan,
pemeriksaaan pervaginam, pemeriksaan payudara dan penyuluhan ASI ekslusif,
pemberian vitamin A sebanyak dua kali, dan pelayanan KB pasca persalinan.
Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan ibu nifas dan cakupan ibu nifas
mendapat Vitamin A di Wilayah Puskesmas Sindang Barang pada tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
33
34
Tabel 6. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Persalinan
Jumlah Persalinan Ibu Nifas Ibu Nifas
Ibu Ditolong Mendapat mendapat
Bersalin Nakes Yankes Vit A
Tahun
3.498 1.172 1.163 1.162
2018
% 33,5 33,2 33,2
3. Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang
dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenaga
kesehatan. Bayi baru lahir hingga usia kurang dari 1 bulan memiliki risiko gangguan
kesehatan yang paling tinggi.
Pelayanan kunjungan neonatus pertama (KN1) dilakukan pada 6-48 jam
setelah lahir dengan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM). Apabila neonatus telah mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal
esensial minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada usia 6-48 jam, 1 kali pada usia 3-7 hari, dan
1 kali pada usia 8-28 hari maka neonatus tersebut dikategorikan telah mendapat
kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap). Cakupan KN1 dan KN Lengkap/KN3
pada neonatal di wilayah Puskesmas Sindang Barang menunjukkan kujungan KN1
sudah 100% dari 1.150 jumlah lahir hidup dan kunjungan KN Lengkap meningkat
menjadi 149% ( 1.749 neonatus).
34
35
Tabel 7. Cakupan KN1 dan KN Lengkap di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Kunjungan Neonatal
Jumlah Lahir Hidup KN1 KN Lengkap
Tahun
2018 1.150 1.150 1.714
% 100,0 149
4. Kunjungan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi pada kunjungan bayi sangat penting karena masih
adanya kematian pada bayi, dimana kunjungan bayi ini adalah minimal 4 kali
kunjungan selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali pada saat
umur 29 hari – 3 bulan, 3 – 6 bulan, 6 – 9 bulan, dan 9 – 11 bulan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di wilayah Puskesmas Sindang Barang
sebesar 50,2% atau 1.225 dari 2.442 bayi pada tahun 2018. Pemenuhan cakupan
pelayanan kesehatan bayi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan vitamin A
dan vaksin di setiap Puskesmas, melakukan penyuluhan agar masyarakat yang
memiliki bayi untuk memberikan ASI dan MP-ASI, memberi imunisasi dasar
lengkap, dan rutin melakukan pemantauan tumbuh kembang di sarana pelayanan
kesehatan.
Tabel 8. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Kunjungan Bayi
Jumlah Bayi Pelayanan kesehatan Bayi
Tahun
2018 2.442 1.225
% 50,2
35
36
prioritas dalam program KB. Usia subur merupakan usia dimana seorang wanita
berpeluang untuk hamil lebih tinggi sehingga WUS merupakan sasaran yang tepat
untuk program menjarangkan kelahiran dan mengatur jumlah kelahiran dalam rangka
menekan angka pertumbuhan penduduk. Peserta KB Aktif adalah peserta KB aktif
adalah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-
menerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan Peserta KB baru sebanyak 10,3% atau 1.013 PUS dari 9.855 PUS.
Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 sebanyak
74,9% atau 7.386 PUS dari 9.855 PUS.
Cakupan Peserta KB
Jumlah PUS Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
Tahun
2018 9.855 1.013 7.386
% 10,3 74,9
36
37
salah satu gejala kurang vitamin A (KVA). Kurang Vitamin A tingkat berat dapat
mengakibatkan keratomalasia dan kebutaaan. Vitamin A berperan pada integritas sel
epitel, imunitas, dan reproduksi. KVA pada anak balita dapat mengakibatkan resiko
kematian sampai 20-30%. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih
bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak Balita, Bayi dan
ibu Nifas.
Tabel 10. Cakupan Pemberian Vitamin A Bayi Di Puskesmas Sindang Barang Tahun
2018
Tabel 11. Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang di Puskesmas Sindangbarang Tahun
2018
37
38
Tabel 12. Cakupan Pelayanan Anak Balita di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Anak Balita
Jumlah Balita (S) Ditimbang BGM
Tahun
5.832 4.297 45
2018
% 73,7 1,0
Berdasarkan data pada cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan
perawatan di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018 sebanyak 2 balita dan
mendapatkan perawatan sebanyak 2 (100%) balita.
Tabel 14. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan di Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018
38
39
Tabel 15. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Puskesmas Sindang
Barang Tahun 2018
Jumlah Ibu Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Hamil TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
39
40
Tahun
1.333 646 570 379 327 146 1.442
2018
Tabel 16. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Puskesmas
Sindang Barang Tahun 2018
Jumlah WUS (15-39 Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Tahun) TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
Tahun
8.745 646 570 299 297 146
2018
40
41
Diare
Jumlah Jumlah Target Diare Ditangani
Penduduk penemuan
Tahun 2018 61.907 1.670 1.143
% 68,5
2.Penyakit Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi
yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau
kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan
dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk
berdahak, demam, atau menggigil.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Penumonia
juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi rentan terserang penyakit pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2
tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tahun 2018, jumlah balita ditemukan dan ditangani sebanyak 896 balita
atau 550,92% dari 3.553 jumlah balita. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan
jumlah perkiraan penderita pneumonia pada balita yaitu sebanyak 163 balita.
Tabel 18. Distribusi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin
41
42
Tabel 19. Kasus Baru Tb BTA+, Angka Kesembuhan, Angka Pengobatan, Dan
Keberhasilan Di Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
TB Paru
Jumlah Kasus TB Anak 0-14
Jumlah Kasus
Seluruh Kasus Tahun
Baru TB BTA+
TB
Tahun 2018 82 107 4
%
42
43
Tabel 20. Jumlah Kasus DBD Di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2018
TB Paru
Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)
Tahun 2018 16 0
% 0
43
44
5. Syphilis, HIV/AIDS
Sipilis adalah penyakit menular seksual yang di sebabkan oleh bakteri
Treponema Pallidum. Banyak diantara kita mungkin sering mendengar penyakit-
penyakit yang bisa menular melalui hubungan seksual salah satunya sifilis ini
penyakit yang sangat mudah terjadi pada orang yang sering melakukan hubungan
seksual secara bebas.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada tahun 2018 di
Puskesmas Sindang Barang sebanyak 2 orang mengindap HIV, 20 orang mengidap
AIDS. Penderita HIV yang usia 20-24 tahun sebanyak 1 orang dan 25-49 tahun
sebanyak 1 orang. Penderita AIDS usia 20-24 tahun sebanyak 5 orang dan usia 25-49
tahun sebanyak 20 orang. Ini menunjukkan usia produktif mendominasi penderita
HIV/AIDS.
44
45
6. Kusta
Penyakit lepra, yang lebih dikenal dengan Morbus Hansen atau kusta adalah
infeksi kulit kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Lepra
termasuk penyakit tertua dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 sebelum masehi.
Infeksi ini menyerang saraf tepi dan kulit, kemudian saluran pernapasan atas, dan bisa
juga menyerang organ lain kecuali otak.
Kusta adalah salah satu penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan
kecacatan, mutilasi (misalnya terputusnya salah satu anggota gerak seperti jari),
ulserasi (luka borok), dan lainnya. Infeksi kulit ini disebabkan karena adanya
kerusakan saraf besar di daerah wajah, anggota gerak, dan motorik; diikuti dengan
rasa baal yang disertai kelumpuhan otot dan pengecilan massa otot. Pada tahun 2018
di Puskesmas Sindang Barang ditemukan 2 penderita baru kusta.
Tabel 22. Jumlah kasus baru kusta di Wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang
Tahun 2018
Pausi Basiler (PB)/ Multi Basiler (MB)/ PB + MB
Kusta kering Kusta Basah
Tahun 2018 0 2 2
%
45
46
1. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang persisten dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal,
jantung, dan otak bila tidak dilakukan deteksi dini dan pengobatan. Gejala hipertensi
berupa sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, mumet (Vertigo), jantung berdebar-
debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan.
Tabel 23. Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin
Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2018 penduduk ≥18 tahun yang
dilakukan pengukuran tekanan darah di Puskesmas Sindang Barang sebanyak 5.598
orang (16,9%) dan sebanyak 3.3773 (67,4) orang memiliki tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
46
47
Tabel 24. Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA Dan
Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Puskesmas
Sindangbarang Tahun 2018
47
48
Pada tahun 2018 di Puskesmas Sindang Barang, sebanyak 120 (1,2%) dari
9.840 perempuan usia 30-50 tahun dilakukan pemeriksaan leher rahim dan payudara
dan di jumpai 6 (5,0%) perempuan dengan IVA Positif dan pada pemerisaan CBE
ditemukan sebanyak 10 orang (8,3%) perempuan memiliki tumor atau benjolan
dipayudaranya.
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi parameter rumah.
Parameter rumah sehat mencakup 3 hal, yaitu :
1. Komponen rumah : Langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, pencahayaan dan lubang asap
dapur.
2. Sarana Sanitasi Dasar : Sumber air bersih (SAB), jamban sehat,
SaluranPembuangan Air Limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah.
3. Perilaku penghuni : Membuka jendela kamar tidur, membuka jendela
ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi, dan balita
ke jamban, dan membuang sampah pada tempatnya.
48
49
Pada tahun 2018, jumlah rumah yang ada di wilayah Puskesmas Sindang
Barang sebanyak 11.137 rumah, sedangkan rumah yang diperiksa dan dibina
sebanyak 9.294 (83,45%) dari sisa 3.113 rumah yang belum memenuhi syarat
kesehatan. Hasil pemeriksaan dan pembinaan kumulatif rumah sehat diketahui
bahwa rumah yang memenuhi parameter rumah sehat dibanding jumlah rumah
seluruhnya 9.294 (83,45%). Upaya untuk meningkatkan cakupan rumah sehat
antara lain dengan melakukan penyuluhan tentang rumah sehat pada saat kunjungan
rumah dalam rangkapemeriksaan dan pembinaan rumah sehat.
b. Jamban Sehat
Kepemilikan sarana sanitasi dasar salah satunya adalah kepemilikan jamban
keluarga yang sehat. Terkait masalah jamban, salah satu terobosan dalam program
kesehatan lingkungan adalah program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Tabel 26. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Puskesmas
Sindang barang Tahun 2018
49
50
Jumlah Jumlah %
SD 28 8 28,6
Sarana
SMP 7 1 14,3
pendidikan
SMA 6 2 33,3
Puskesmas 1 1 100
Sarana
Rumah sakit
kesehatan 1 0 0
umum
Hotel non bintang 1 1 100
Total 44 13 29.545
50
51
Tabel 29. Desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Menurut Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Tabel 30. Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Menurut
Puskesmas Sindang Barang Tahun 2018
Tempat Pengelolaan Jumlah TPM Dibina Jumlah TPM Diuji
Makanan Petik
Jumlah Jum %
%
lah
Jasa boga 0 0
Rumah makan/ 20 4
restoran
Depot air minum 21 21
(DAM)
Makanan jajanan 192 58
Total 233 69,1 83 35,6
2
51
52
Tabel 31. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Dan Kunjungan Gangguan
Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sindangbarang Tahun
2018
Rawat Jalan Rawat Inap Kunjungan
Gangguan
Jiwa
L P L+P L P L+P L+P
Tahun
14.661 20.529 35.190 0 130 130 0
2018
% - - 57,2 - 0,2 0,2 -
52
53
53
54
Tabel 32. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Sindangbarang Tahun 2018
Rumah Tangga
% Ber-PHBS
Jumlah Dipantau Jumlah Ber-PHBS
12.655 6.183 15.230
Tabel 33. Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Sindang
Barang Tahun 2018
Strata Posyandu Posyandu Aktif
Posyandu Jumlah (%) Jumlah %
Pratama 0
Madya 0
66 100
Purnama 56,06
Mandiri 43,94
54
55
Pada tahun 2018, jumlah posyandu aktif adalah sebanyak 66 dari total 4 strata
posyandu di puskesmas kecamatan sindangbarang.
55
56
56
57
57
58
BAB 5
58
59
59
60
64,4% sebagai influenza tipe A dan 35,6% sebagai influenza tipe B. Pada influenza
tipe A, sebanyak 15,1% adalah influenza A H1N1 pdm 2009 dan 84,9% adalah
influenza A H3N2. Pada influenza tipe B, 77% BYamagata lineage dan 23% B-
Victoria lineage.
Berdasarkan data WHO tahun 2015 mengenai influenza A H5N1 pada
manusia, Indonesia merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyak kedua setelah Mesir. Di Indonesia, sejak tahun 2005
sampai 13 November 2015, terdapat 199 kasus influenza A H5N1 pada manusia dan
167 diantaranya meninggal dunia. Angka kejadian kasus influenza A H5N1 yang
terkonfirmasi semakin berkurang jumlahnya namun selalu ada kasus setiap tahun
dengan angka kematian yang tinggi.
60
61
Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat
ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar
pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza
manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga
tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling terkenal di
Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1).
Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan
lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman
antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem
kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus. Virus
influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan
penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi
disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak -
anak.
61
62
Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun,
atau orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-
paru, ginjal, jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang
sistem imunnya rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk
membedakan flu dan salesma pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat
diidentifikasi dengan adanya demam mendadak dan rasa lelah atau lemas. Prognosis
pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari.
Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih
dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder.
62
63
63
64
64
65
Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa
memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi
tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim
sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa menangani
virus influenza. Perubahan pada jenis-jenis flu dari tahun ke tahun mempersulit
pengembangan vaksin flu yang 100 persen efektif. Kendati begitu, vaksin flu dapat
menjadi 80 persen efektif jika diberikan sebelum musim flu. Meskipun penyakit flu
ini kelihatannya ringan namun jumlah penderita yang meninggal pada waktu
pandemi bisa mencapai ratusan ribu orang, pada tahun non pandemik, kematian
karena flu bisa mencapai 10.000 hingga 40.000 orang per tahun, jumlah itu
meningkat hingga lebih dari 100.000 orang pada tahun pandemik. Pada tahun 2018
berdasarkan data pada sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Sindang
Barang, Influenza merupakan penyakit dengan jumlah kasus tertinggi yaitu
sebanyak 6.331 kasus.
65
66
pendidikan kesehatan untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
metode penyuluhan.
2. Membagikan leafleat terkait penyakit Influenza secara langsung kepada
masyarakat dan menempel poster mengenai cara mencuci tangan yang baik di
Puskesmas Sindang Barang.
3. Peningkatan Surveilans kesehatan ILI (Influenza Like Illness) Sebagai
Langkah Pencegahan.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran napas yang
disebabkan virus influenza. Virus influenza terutama serotipe A telah beberapa kali
menyebabkan epidemi sampai pandemi. Oleh karena itu untuk mencegah pandemi
influenza dibentuk sistem surveillans yaitu memeriksa penderita yang termasuk
kategori Influenza Like Illness (ILI).
4. Membuat program vaksinasi Influenza
Bermanfaat untuk menguatkan daya tahan tubuh anda melawan
virus Influenza beserta komplikasinya
5. Melakukan edukasi melalui demo CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).
Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Virus
mampu bertahan hidup berjam-jam bahkan hingga berminggu-minggu. Oleh karena
itu, usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin.
66
67
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Data puskesmas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penyakit Influenza
merupakan prioritas tertinggi di Puskesmas Sindang Barang. Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat menyebabkan
tingginya insidensi penyakit Influenza di Puskesmas Sindang Barang.
6.2 Saran
1. Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang
dilakukan secara periodik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan lingkungan.
2. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Sindang Barang
dengan melakukan tugas belajar kepada tenaga kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
3. Meningkatkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan masyarakat agar
tercipta hubungan baik sehingga pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
4. Untuk meningkatkan program kerja Puskesmas perlu koordinasi yang lebih
baik dari masing-masing bagian dengan Kepala Puskesmas serta dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain itu, koordinasi dengan petugas desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, serta pada kader juga penting guna terlaksananya program.
67