2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Undang-undang no.75 Tahun 2014, Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Yang dimaksud dengan :
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Yakni suatu unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang melakukan tugas teknis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan Kesehatan
Adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Azas Keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya harus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, bermitra dengan
BPKM/BPP dan organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektoral
dan lintas program agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil
guna dan berdaya guna.
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain:
4. Azas Rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang bila tidak
masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal ke
BAB III
Batas-batas wilayah:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan kelurahan Cinta Damai.
1 Lalang 18.810
Jumlah 42.927
Keterangan Tabel 3 :
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat
pada Kelurahan Sei Sikambing B yaitu sebanyak 24.117 orang.
Koordinator II
Poli Umum Poli Gigi Poli Gizi Drg. Linda Agustina
dr. Maria Sf Yanti Drg. Linda Pesi E.O.S
dr. Devi Setiarini, dr. Promkes Kesling
Sri Deviany Rohaya S, SKM Wastiar, SKM
KIA/KB Surveilans
dr. Imelda Bahar Wastiar, SKM
Devi Meilany
Gizi Imunisasi
Pesi E.O.S. SST Ameta, Am.Keb
UKS/UKGS DBD
Hariani, SKM Hariani, SKM
Apotek Poli KIA/KB DDTK DBD
Ratiani Sihombing Haryati Ningsih Haryati, Am.Keb Juwita, AMK
Lansia HIV/AIDS
Suasanti, AMK Juwita, AMK
Jiwa Diare
Anita Camelia Astanaria
Mata ISPA
Haryati, Am.Keb Mairida
UKK Batra
Kepala Puskesmas Hotmian, AMK Muhimmah Lubis
Pembantu Balam PTM Kesehatan Olahraga
Dr. Rini Susanty Ema Syafrida Frida, Am.Keb
Denah Puskesmas
BKIA Desa Lalang
POLI GIGIKecamatan Medan Sunggal
as
KAMAR MANDI
M
KTU
UGDKESEHATAN MASYARAKAT
KKS ILMU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 23
POLI LAB APOTEK RUANG KEPALA
UMUM PUSKESMAS
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
Poli Umum
Poli Gigi
Ruang Tunggu
Pasien
Pulang
BAB IV
PROGRAM KERJA PUSKESMAS
Sasaran
1. Tatanan rumah tangga
2. Tatanan institusi pendidikan (sekolah) termasuk madrasah dan pondok pesantren
3. Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll)
4. Tatanan tempat-tempat umum, pasar, terminal tempat ibadah, tempat hiburan,
restoran dan lain-lain
5. Tatanan institusi kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dll).
Kegiatan
1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan lingkungan, gizi
keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya bertempat di:
Balai Kelurahan dan Kecamatan
Sekolah SD, SMP,
Posyandu
2. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan brosur
Sasaran
Kegiatan
a. Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Higiene dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup:
Mendata tempat pembuangan sampah dan sarana jamban keluarga
Mendata sarana air minum.
Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
Mendemonstrasikan tentang sumur yang baik bagi kesehatan.
c. Higiene dan Sanitasi Lingkungan berupa pengawasan kesehatan dan tempat-tempat
umum sera tempat pengolahan dan penyajian.
d. Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Keterangan Tabel 7:
Dari tabel di atas didapatkan bahwa konstruksi perumahan penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Desa Lalang terbanyak adalah perumahan permanen.
Tabel 9. Distribusi Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2017
Keterangan Tabel 9:
1. Di Kelurahan Lalang yang menggunakan sumber penyediaan air bersih terbanyak
adalah PDAM sebanyak 3.196
2. Di Kelurahan Sei Sikambing B yang menggunakan sumber penyediaan air bersih
terbanyak adalah PDAM sebanyak 4510
Jamban
No. Kelurahan Leher Angsa Lain-lain
Plengsengan Cemplung
+ ST
1 Lalang 4113 154 24 197
2 Sei Sikambing B 4708 19 26 1155
JENIS
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
KONTRASEPSI
IUD 1 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0
PIL 12 11 12 6 10 20 6 10 7 7 11 12
SUNTIK 8 8 8 4 4 6 4 8 6 5 6 7
KONDOM 7 7 7 3 6 0 0 0 3 0 0 0
IMPLANT 0 0 0 0 0 1 1 0 3 0 0 0
Kegiatan
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui serta KB.
b. Pertolongan persalinan di luar Rumah Sakit.
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan anak.
d. Imunisasi dasar dan revaksinasi.
e. Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak menderita diare dengan
pemberian cairan peroral.
f. Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak.
g. Bimbingan kesehatan jiwa dan anak.
h. Menjalankan kunjungan rumah.
i. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
j. Pelayanan keluarga berencana.
Tabel 4.2.5.5 Data Penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang
Kecamatan Medan Sunggal Periode Januari-Desember 2017
No Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jlh
(Jiwa)
1. 180 245 225 214 190 118 164 200 304 258 198 161 2457
Campak
Kegunaan
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 9-11 bulan, sebanyak 1 kali.
2. Lokasi pemberian pada lengan kiri.
3. Dengan injeksi Subkutan
4. Dosis 0.5 ml
Tetanus Toxoid
Kegunaan
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tetanus
Cara Pemberian
Diberikan pada murid kelas V SD, calon pengantin (PUS), diberikan 2 kali dengan
interval 4 minggu
Hepatitis B
Kegunaan
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 0-7 hari, diberikan 3 kali dengan interval minimal 4
minggu pada pemberian I dan II. Pemberian ke II dan III diberikan dengan
interval 5 bulan.
2. Dengan Injeksi memakai unije.
Pencapaian
Program/ Sasara
No Target MA JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES Jumlah % KET
Kegiatan n JAN FEB APR MEI
R
2 DPT
DPT-HB 1
Imunisasi
HeB 0-7
hari
L P L P
Target %
No Program Kegiatan
2 Pemberian vitamin A
30 80 - 26 - 86
Bufas
Target %
Pencapaian %
Sasaran
No Program Kegiatan
L P L P
2 Pemberian vitamin A
33 80 - 30 - 91
Bufas
Pemberian Obat
Kunjungan Rumah
Pendampingan
Sweeping Dan Screening Ibu Hamil Pada Populasi Yang Beresiko
C. Pengendalian Vektor
Kegiatan :
1. Pemberian Obat Pencegahan
2. Kunjungan Rumah
PSN
PJB
Focus fogging
3. Pendampingan
4. Penanganan Kejadian
5. Sosialisasi Dan Penyuluhan Masyarakat
Tabel 14. Data Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan
Medan Sunggal 2017
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 51
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
Sei Sikambing 12 9 5 6 1
B
Sebagian dari sekolah tersebut tidak mempunyai fasilitas UKS dan guru
pembina UKS dibawah pengawasan dan pembinaan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Desa Lalang.
Jumlah 6 168
Tujuan
Melakukan pembinaan terhadap segala sarana, tenaga dan kegiatan
pengobatan tradisional diwilayah kerja.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 54
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
Kegiatan
Memberikan pembinaan pengobatan tradisional kepada dukun patah, shinse, dll.
Memberikan penyuluhan tentang manfaat lingkungan sebagai bahan untuk
menanam TOGA.
Menciptakan lingkungan hidup dengan PKK, LKMD, dan masyarakat.
Program kegiatan upaya pembinaan pengobatan tradisional di Puskesmas
Desa Lalang Medan belum terlaksana dengan baik serta belum dilakukan pencatatan
dan pelaporan.
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
Laporan Kegiatan
Di Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Desa Lalang
Senin, 05 Februari 2018
No Waktu Kegiatan
1 07.30 – 08.00 Apel pagi dan pengarahan di Dinas Kesehatan Kota
Medan
2 08.00 – 12.30 Pembekalan di Dinas Kesehatan Kota Medan
3 13.00 – 14.00 Perkenalan dengan Kepala Puskesmas, Penanggung
Jawab dan semua staff Puskesmas Desa Lalang
4 14.00 – 14.30 Pembekalan dan pengarahan oleh Kepala Puskesmas
Desa Lalang
I. Tujuan Umum
Agar Penderita dan Orang Beresiko Tb Paru mengetahui tentang Tb Paru
III. Materi
1. Pengertian Tb Paru
2. Gejala Tb Paru
3. Pencegahan Tb Paru
4. Pengobatan Tb Paru
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
VI. Media
Pemberian Vaksin
Sasaran : Lansia
Hari/Tanggal : Rabu/07 Februari 2018
Waktu : 07.30 WIB s/d 09.00 WIB
I. Tujuan Umum
Mengajak Lansia berolahraga
III. Materi
Mengajarkan gerakan senam dasar
I. Tujuan Umum
Agar lansia mengetahui mengenai Osteoarthritis
III. Materi
1. Pengertian Osteoarthritis
2. Gejala Osteoarthritis
3. Komplikasi Osteoarthritis
4. Terapi Osteoarthritis
5. Pencegahan Osteoarthritis
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
LaporanKegiatanPenyuluhan Osteoporosis
di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Rabu, 07 Februari 2018
I. Tujuan Umum
Agar lansia mengetahui mengenai osteoporosis
III. Materi
1. Pengertian osteoporosis
2. Faktor resiko osteoporosis
3. Gejala osteoporosis
4. Pencegahan osteoporosis
IV. KegiatanPenyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Metode
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan umum Ceramah
dan khusus
2. Inti
2.1 Ceramah 15 menit Pengertian osteoporosis, faktor Ceramah
resiko osteoporosis, gejala
osteoporosis, pencegahan
osteoporosis
2.3 Tanya Jawab 5 menit Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
d. Pertanyaan - Kenapa osteoporosis paling Tanya
sering pada wanita daripada Jawab
laki-laki?
- Jawaban - Karena hormon esterogan
pada wanita berkurang pada
menopause, menyebabkan
penyerapan kalsium
terganggu.
2.3 Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan bahan penyuluhan Ceramah
yang telah diberikan
3. Penutup 5 menit Salam penutup Ceramah
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
Ermi, Royanti
I. Tujuan Umum
III. Materi
1. Pengertian stroke
2. Gejala stroke
3. Faktor resiko stroke
4. Pencegahan stroke
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
III. Materi
Pelayanan kesehatan lansia.
I. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara dan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dalam upaya mencegah penyakit demam berdarah.
III. Materi
1. Definisi PSN
2. Cara pencegahan DBD dengan gerakan 4M ( Menguras, Menggali,
Mengubur, Memantau)
V. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
VI. Media
1. Poster
2. Leaflet
I. Tujuan Umum
Memberikan kekebalan (imunisasi) pada bayi sehingga terhindar dari
penyakit penyakit tertentu sesuai dengan jenis macam imunisasi yang di berikan.
II. Tujuan Khusus
Untuk memberikan kekebalan pada anak agar terhindar dari penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus
Untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan
atau kecacatan.
III. Materi
Imunisasi Dasar Lengkap
IV. Kegiatan Imunisasi
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Metode
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam Ceramah
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan umum dan
khusus
2. Penutup 5 menit Edukasi Ceramah
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 73
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
V. Metode
Imunisasi
VI. Media
Pemberian Vaksin
Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Di Puskesmas Desa Lalang
Sabtu, 10 Februari 2018
I. Tujuan Umum
Agar murid murid mengetahui tentang Diare
III. Materi
1. Penyebab Diare
2. Pencegahan Diare
Pencegahan Diare
2.2 Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan bahan penyuluhan Ceramah
yang telah diberikan
3. Penutup 5 menit Salam penutup Ceramah
V. Metode
a. Demonstrasi
VI. Media
f. Flipchart
g. Leaflet
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan DBD maka diharapkan kesadaran dari murid muridt
akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari berbagai macam
penyakit.
III. Materi
1. Pengertian DBD
2. Gejala dan tanda DBD
3. Penyebab DBD
4. Pencegahan DBD
V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) maka
diharapkan adanya perubahan perilaku murid murid untuk lebih memperhatikan
kesehatan lingkungan dan diri sendiri.
III. Materi
Cara cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar (7 Langkah).
Penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.
V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
VI. Media
a. Poster Buatan
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
III. Materi
1. Pengertian IVA – Test
2. Apa manfaat IVA – Test
3. Siapa yang perlu mendapat IVA – Test
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Mempersiapkan Ibu untuk menyiapkan mental dan fisik mulai dari masa
kehamilan, persalinan, nifas, memberikan ASI, serta menyiapkan kehamilan
selanjutnya.
III. Materil
Pengertian Antenatal Care
Tujuan Antenatal Care
Manfaat Antenatal Care
Pelaksanaan Antenatal Care (7T)
IV. Metode
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 84
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
V. Media
a. Poster Buatan
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Agar Dokter cilik siswa SD M. T. Haryono mengetahui mengenai gizi seimbang
III. Materi
4. Pengertian gizi seimbang
5. Prinsip gizi seimbang
6. Pesan gizi seimban
7. Kebutuhan gizi seimbang
8. Perbedaan gizi seimbang dan 4 sehat 5 sempurna
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Agar Dokter cilik siswa SD M. T. Haryono mengetahui mengenai gizi seimbang
III. Materi
9. Pengertian gizi seimbang
10. Prinsip gizi seimbang
11. Pesan gizi seimban
12. Kebutuhan gizi seimbang
13. Perbedaan gizi seimbang dan 4 sehat 5 sempurna
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Agar anak SD mengetahui mengenai P3K
III. Materi
14. Pengertian P3K
15. Tujuan P3K
16. Pelaku P3K
17. Obat-obatan P3K
5. Cara memberikan P3K
IV. KegiatanPenyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Metode
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan umum Ceramah
dan khusus
2. Inti
2.1 Ceramah 15 menit Pengertian P3K, faktor resiko Ceramah
Mengetahui pengertian P3K,
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Agar remaja mengetahui bahaya merokok.
III. Materi
1. Bahaya merokok
2. Zat-zat berbahaya dalam rokok
3. Penyakit-penyakit apabila merokok
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
I. Tujuan Umum
Agar masyarakat mengetahui tentang imunisasi
III. Materi
1. Tujuan Imunisasi
2. Manfaat Imunisasi
3. Jadwal Imunisasi
V. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya jawab
VI. Media
a. Flipchart
b. Leaflet
Obed, Royanti,
Roria, Putri, Yani,
Ermi, Tabitha
2 Ronal, Obed 08.00 – 14.15 Poli Klinik Umum
3 Royanti, Yani 08.00 – 14.15 UGD
4 Roria, Putri 08.00 – 14.15 Poli KIA
5 Ermi, Tabitha 09.30 – 10.00 Penyuluhan
Antenatal Care
1. Pengertian ANC
ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,
guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Menurut Wignjosastro (2005) ANC merupakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Dari definisi- definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa ANC atau pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang
diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
2.Pelayanan ANC
Pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :
a. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan
dan kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh dan berkembang secara normal.
g. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
nifas dan aspek keluarga berencana.
h. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal.
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Kebijakan teknis pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara
keseluruhan meliputi komponen- komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan
bila diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.
3. Pelaksana kunjungan ANC
Menurut Depkes RI (2005) pelaksana pelayanan ANC terdiri dari :
a) Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis obstetrik dan ginekologi.
b) Tenaga perawatan meliputi : bidan, pembantu bidan, perawat bidan, dan perawat
wanita yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan.
4. Lokasi pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan
Menurut Depkes RI (2005) tempat pemberian pelayanan ANC dapat status aktif
meliputi :
a) Puskesmas
b) Puskesmas pembantu
c) Pondok bersalin desa
d) Posyandu
e) Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas)
f) Rumah sakit pemerintah atau swasta15
d. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk
menghadapi persalinan.
4. Frekuensi kunjungan ANC
Pemeriksaan kehamilan yang ideal untuk pertama kalinya adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan. Hasil penelitian telah menunjukkan berulang kali
bahwa wanita yang datang lebih dini dan teratur untuk pemeriksaan pra lahir
mempunyai komplikasi yang lebih sedikit dan bayi yang lebih sehat dari pada wanita
yang mendapat perawatan pra lahir tidak teratur atau terlambat periksa kehamilan.
Kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas
diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan .
Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga.
Kebijakan program Depkes (2005) menganjurkan ibu hamil melaksanakan kunjungan
ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut :
a. Kunjungan 1 / K1 ( Trimester 1)
K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1
murni (kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan ) dan
K1 akses ( kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan,
dilakukan di trimester II maupun di trimester III).
Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan antenatal adalah sebagai
berikut:
1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.
2) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
5) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan
janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat persalinan, juga
perawatan bayi dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai berikut :
1) Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebihdijaga karena selama
kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 100
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
4) Budaya
Kurangnya dukungan keluarga maupun tradisi yang tidak mengijinkan seorang ibu
hamil meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
5) Petugas kesehatan
Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada petugas kesehatan secara umur beberapa
anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah.
6) Kepercayaan
Takhayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan
(terlebih pula jika petugasnya seorang laki-laki).
7) Sosial ekonomi
Ibu hamil atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai
waktu untuk memeriksakan kehamilannya.
6. Standar pelayanan ANC
Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14
T” meliputi :
1) Timbang berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal
pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.
2) Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3) dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini
terhadap berat badan janin.
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).
5) Pemberian imunisasi TT (T5) sebanyak 2 kali untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
6) Pemeriksaan Hb (T6) pada kunjungan pertama dan pada usia kehamilan 30
minggu.
7) Pemeriksaan VDRL (T7).
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8).
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10). 11) Pemeriksaan protein
urine atas indikasi (T11).
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12).
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13).
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
(T14). Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat
dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T.
Pelayanan/ asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi.
IMUNISASI
I. Definisi
Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
II. Tujuan Pemberian Imunisasi
a. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
III. Syarat Pemberian Imunisasi
a. Bayi dalam keadaan sehat
b. Bayi umur 0-11 bulan
IV. Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:
Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
sebagai berikut:
a. TBC
b. Polio myelitis
c. Difteri
d. Pertusis
e. Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak
V. Macam-macam Imunisasi
1) BCG
Pengertian Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC.
Pemberian Imunisasi BCG dan usia pemberian, frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 kali dan tidak perlu di ulang (boster), karena
vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkan
tinggi terus.
Cara pemberian Imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan
lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)
atau penyuntikan pada paha.
Tanda keberhasilan, adalah timbulnya indurasi (benjolan) kecil dan
eritema (merah) didaerah beks suntikan setelah 1 atau 2 minggu
kemudian yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi
ulkus (luka). tidak menimbulkan nyeri dan panas. luka ini akan
sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut.
Efek samping Imunisasi BCG : umumnya tidak ada.
Kontra indikasi Imunisasi BCG : imunisasi BCG tidak dapat
diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan uji
Mantoux positif.
2) Polio
Pengertian Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu
penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan.
Waktu pemberian adalah pada bayi usia 0-11 bulan, namun biasanya
pemberian vaksin DPT
Cara pemberian Imunisasi polio melalui oral /mulut
Efek samping Imunisasi polio, hampir tidak ada efek samping, hanya
sebagian kecil yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot,
itupun sangan jarang
3) DPT
Pemberian Imunisasi dan usia pemberian, imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
Cara pemberian: disuntikan melalui intamuskuler(IM)
Efek samping Imunisasi DPT: biasanya hanya demam dan rewel
selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-
pegal pada daerah penyuntikan yang akan hilang sendiri dalam
beberapa hari. Bila demam dapat diberikan penurun panas.
Kontra indikasi, Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada bayi yang
sedang demam, mudah kejang, dan menderita infeksi otak.
4) Campak
Pengertian Imunisasi Campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular
Pemberian Imunisasi dan usia pemberian, frekuensi pemberian
imunisasi campak adalah 1 kali dan diberikan pada usia bayi 9 bulan.
Cara pemberian, adalah melalui suntikan subkutan
Efek samping Imunisasi, jarang terjadi reaksi akibat imunisasi,
namun kadang terjadi demam ringan dan efek kemerahan/ bercak
merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah
penyuntikan.
Kontra indikasi Imunisasi campak, adalah infeksi akut yang disertai
demam, TBC tanpa pengobatan, dan kekurangan gizi berat.
5) Hepatitis B
II. Gejala
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas selama 2-7 hari disertai
kurang nafsu makan, nyeri sendi dan sakit kepala
- Nyeri perut
- Terjadi perdarahan:
o Bintik-bintik merah pada kulit
o Mimisan
o Gusi berdarah
o Muntah darah dan berak darah
- Bila parah dapat terjadi syok pada hari ke 3-7. Tanda- tanda syok adalah:
gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, buang air kecil sedikit dan pekat
DIARE
I. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat),
konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair dan biasanya ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan : Makanan Basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor lingkungan Penyakit diare merpakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
V. Penanganan diare
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah
masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera
diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita
diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan
cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi
kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab
selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu
makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan
peningkatan metabolisme selama sakit
Berikan zinc selama 10 -14 hari
Segera ke fasilitas kesehatan jika:
o Tidak membaik dalam 3 hari
o Tambah sering bab
o Muntah berulang
o Makan dan minum sedikit
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 110
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
o Demam
o Tinja berdarah
CUCI TANGAN
TB PARU
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
1. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif.
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
5. Kasus Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
6. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
7. Kasus bekas TB
OSTEOPOROSIS
Pengertian Osteoporosis
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di
Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan risiko terjadinya patah tulang.
Penyebab Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon
utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam
tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun,
tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya
mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun
setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3%
dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali
menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar.
Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.
4. Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa,
mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan
ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.
5. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai
massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi
terkena osteoporosis.
6. Sosok tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis.
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena
osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.
7. Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh
tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya
hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang
kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah
patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa
dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan
lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis.
Gejala Osteoporosis
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan
tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi
kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang
dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkurang
2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 119
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
Pencegahan
Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda
maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis,
yaitu:
Sumber vitamin A ada dapat dari hal hal berikut ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
Sumber Vitamin A Nabati
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
5 Februari 2018 s/d 15 Februari 2018 125
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS DESA LALANG KOTA MEDAN
BAHAYA MEROKOK
Merokok pada umumnya sangat berbahaya pada diri kita maupun diri orang
lain disekitar kita. Dalam rokok banyak mengandung Nikotin yang dapat merusak
organ tubuh manusia, daintaranya yaitu Kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin.
IVA-TEST
Definisi
Kanker leher rahim adalah kanker primer yang terjadi pada jaringan leher
rahim (serviks). Sementara lesi prakanker, adalah kelainan pada epitel serviks akibat
terjadinya perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan
basal (membrana basalis).1
Etiologi
Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik leher rahim oleh
satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko
tinggi menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual
(sexually transmitted disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia
belasan tahun, sampai tigapuluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul
10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker
adalah tipe 16 dan 18. Dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70%
kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim
menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT)
yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang berisiko sedang dan rendah
menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik).
Faktor risiko yang potensial menyebabkan terjadinya kanker leher rahim adalah.
Infeksi HPV sering terjadi pada usia muda, sekitar 25-30% nya terjadi pada usia
kurang dari 25 tahun.1
Syarat-syarat Skrining
Jika ingin melakukan skrining terhadap suatu penyakit atau masalah, maka ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantara nya :
Jenis-jenis skrining
Suatu alat (test) skrining yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan
reliabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Selain kedua nilai tersebut, dalam
memilih tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values).
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat. Validitas merupakan petunjuk tentang kemampuan
suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur.
Validitas mempunyai 2 komponen, yaitu :
test dalam waktu yang berbeda. Sedangkan bias interobserver terjadi akibat dua
observer menginterpretasi satu hasil test yang berbeda.
(mencurigakan displasia). Lesi yang tampak sebelum aplikasi larutan asam asetat
bukan merupakan epitel putih, tetapi disebut leukoplakia; biasanya disebabkan oleh
proses keratosis.
di lapangan bersifat 'wet workshop', dalam artian latihan dengan memeriksa langsung
pada klien. Sangat disarankan setelah pelatihan tersebut tetap dilanjutkan dengan
pendampingan atau supervisi, hingga dapat dicapai suatu kemampuan yang dinilai
kompeten jika personil yang bersangkutan telah melakukan pemriksaan IVA pada 100
orang klien dan mendapatkan 3 (tiga) hasil pemeriksaan yang positif dan benar.
GIZI SEIMBANG
Pengertian
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya,
kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan
yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator
tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan
BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan
‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal,
dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya.
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat
badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan
menggunakan KMS.
OSTEOARTRITIS
1. Definisi
Gambar 1. Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal. Kanan :gambar sendi lutut yang mengalami
osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)
2. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu osteoartritis
primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik,
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga
mudah rusak. Sedangkan osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang
didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan
makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti
obesitas dan sebagainya.2
Pada osteoartritis primer / generalisata yang pada umumnya bersifat
familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang
distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP).
3. Faktor Risiko
Faktor risiko Osteoartritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormon,
jenis kelamin, penyakit otot, lingkungan.
a. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan
karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan
kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. Rata – rata laki – laki
mendapat osteoartritis sendi lutut pada umur 59 tahun dengan puncaknya
pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya
pada usia 65 – 74 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang
dari 45 tahun osteoartritis lebih sering terjadi pada pria dari wanita.
c. Suku bangsa (Ras)
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun
terdapat perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis.
Orang kulit putih cenderung lebih sering terkena Osteoartritis
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi pada kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan
dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
osteoartritis sendi lain, diduga terdapat factor lain (metabolik) yang
Pada beberapa pasien, kaku sendi dapat timbul setelah imobilisasi (seperti
duduk lama atau bahkan setelah bangun tidur)
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang terdengar) pada sendi yang sakit. Dengan
bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu. Gjala ini muncul karena gesekan kedua permkaan tulang endi
pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi
e. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya
tak banyak (< 100 cc). sebab lain karna adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi
f. Tanda peradangan
Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang meata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda tersbut tidak
menonjol dan timbul belakangan, sering kali dijumpai di lutut,
pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki
g. Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, gaya
berdiri dan perubahan pada tulang dan perubahan permukaan sendi
h. Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hamper slalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada osteoarthritis lutut sendi
paha dan osteoarthritis tulang belakang dengan stenosis spinal serta sendi
lain.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan radiologis posisi AP dan lateral terlihat gambaran berupa :
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban)
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada tepi sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi.
c. Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gambaran klinis dan
radiologis. Gambaran klinis berupa nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku,
krepitasi, pembengkakan sendi, tanda peradangan, deformitas sendi yang
permanen, perubahan gaya berjalan. Gambaran radiologis berupa
penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
c. Terapi Bedah
STROKE
DEFINISI STROKE
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
PHBS
A. Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau dan mampu mempratikkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga
merupakan sekumpuilan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
B. Manfaat PHBS di Sekolah
1. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit
2. Manfaat bagi warga sekolah :
a. Meningkatkan semangat belajar siswa berdampak positif terhadap
pencapaian target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif
3. Manfaat bagi sekolah :
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
4. Manfaat bagi masyarakat :
a. Mempunyai lingkungan yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh
sekolah
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut
yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu.
Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.
pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO
(menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel
tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak
sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut
diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan
sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka
untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan
kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.
g. Tidak Menggunakan NAPZA
Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika
Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik
maupun psikis pemakainya.
h. Memberantas Jentik Nyamuk
Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan
tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi,
gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser,
wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa
menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah
dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras
dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan
menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat
mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah,
cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan
untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.
i. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher
angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan
akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih
setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar
sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari
sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat
atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus,
kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta
terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai
adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan
seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak
sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.
n.Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui
tingkat pertumbuhannya.
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Masih banyak dijumpai ibu – ibu menyusui yang tidak mengetahui cara
pemberian ASI Ekslusif dengan benar dan manfaat dari pemberian Asi Ekslusif