KEGIATAN
MINI SURVEI DI PUSKESMAS NAMO RAMBE
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.3. Pendidikan
Pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang direncanakan
untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam menyingkapi suatu
masalah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku hidup
sehat sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin sadar dan peduli terhadap kebersihan diri dan
lingkungannya terutama dalam hal pemanfaatan jamban saat BAB (Atmarita, 2014).
2.3.4. Pekerjaan
Rata-rata pekerjaan masyarakat yaitu pada sektor non formal (Buruh tani,
petani, pedagang/wiraswasta) kebanyakan masyarakat bekerja sebagai buruh tani
sehingga penghasilan yang diperoleh tidak menentu dan kurang memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan masyarakat yang bekerja pada sektor formal
terbiasa dengan lingkungan pekerjaan yang bersih dan sehat sehingga manset
masyarakat yang bekerja di sektor formal lebih baik dan merasa perlu untuk hidup
sehat dan beraktifitas sesuai pekerjaannya. Menurut Soemardji (2013) menyatakan
perbedaan tingkat partisipasi responden yang tidak bekerja juga terkait dengan aspek
psikologis, artinya masyarakat yang tidak bekerja mengkondisikan dirinya seperti
2.3.5. Penghasilan
Penghasilan adalah pendapatan; perolehan (uang yang diterima). Pendapatan
keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik. Dimana semakin
tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang
terjaga akan semakin baik. Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada
fasilitasnya yang diberikan. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas
kesehatan mereka, khususnya didalam rumahnya akan terjamin misalnya dalam
penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri, atau jika mempunyai ternak akan
dibuatkan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya.
2.3.6. Pengetahuan
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan tindakan seseorang, dalam hal
ini pengetahuan tentang pemanfaatan jamban keluarga dirumah. Pengetahuan rendah
akan sangat mempengaruhi perilaku dalam memilih hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan dan informasi masyarakat dalam pemanfaatan jamban
keluarga yang sehat selain itu juga masyarakat masih berperilaku BABS di
empang/kolam, sungai, dan numpang (sharing). Sedangkan masyarakat yang
memiliki pengetahuan kategori tinggi berperilaku BAB dijamban tetapi masih ada
juga masyarakat yang berpengetahuan tinggi yang masih BABS dimana memiliki
WC tetapi dialirkan ke kolam. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A dan Dewi M,
2010).
2.3.7. Sikap
Apabila peningkatan sikap tidak diimbangi dengan tindakan nyata, maka akan
memberikan peluang besar untuk merugikan kesehatan pribadi maupun lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang masih sering buang air besar
Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012), syarat jamban yang sehat adalah :
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan tinja minimal 10 meter).
2. Tidak berbau.
Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara
lain :
1. Tifus
Tifus merupakan penyakit yang menyerang usus halus. Penyebabnya
adalah Salmonella typhi, dengan reservoir adalah manusia. Gejala utama
adalah panasyang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun,
terjadi 1-3 minggu (rata -rata 2 minggu) setelah infeksi. Penularan dapat
terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman
yang terkontaminasi bakteri. Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja
ataupun urine, memasuki lingkungan dan berkesempatan menyebar (Slamet,
2010).
2. Disentri
Disentri amoeba disebut juga Amoebiasis disebabkan oleh E. histolytica,
suatu protozoa. Gejala utama penyakit adalah tinja yang tercampur darah dan
lendir. Berbeda dari Disentri basillaris, disentri ini tidak menyebabkan
dehidrasi. Penyakit ini sering pula ditemukan tanpa gejala yang nyata,
sehingga seringkali menjadi kronis. Tetapi, apabila tidak diobati dapat
menimbulkan berbagai komplikasi, seperti asbes hati, radang otak, dan
perforasi usus. Amoebiasis ini seringkali menyebar lewat air dan makanan
yang terkontaminasi tinja dengan kista amoeba serta dapat pula dibawa oleh
lalat. Karena amoeba membentuk kista yang tahan lama di dalam lingkungan
di luar tubuh, maka penularan mudah terjadi dengan menyebarnya kista-kista
tersebut (Slamet, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, antara lain (Chandra,
2014) :
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
1 Januari - 13 Januari 2018 25
LAPORAN
KEGIATAN
MINI SURVEI DI PUSKESMAS NAMO RAMBE
1. Agen penyebab penyakit
2. Reservoir
3. Cara menghindar dari reservoir ke pejamu potensial
4. Cara penularan ke pejamu baru
5. Pejamu yang rentan (sensitif).
Apabila salah satu faktor di atas tidak ada, penyebaran tidak akan terjadi.
Pemutusan rantai penularan juga dapat dilakukan dengan sanitasi barrier.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Gambaran Perilaku
Masyarakat terhadap Program
Stop BABS Angka Kejadian Diare
1. Pengetahuan
2. Sikap MASYARAKAT
KKS ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
3. TindakanUNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
1 Januari - 13 Januari 2018 26
LAPORAN
KEGIATAN
MINI SURVEI DI PUSKESMAS NAMO RAMBE
syarat kesehatan
sehingga dapat
menimbulkan dampak
yang merugikan bagi