Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas

Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut PERMENKES RI No. 75 Tahun 2014 Puskesmas adalah fasilitas
pelayanana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan disuatu wilayah kerja.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dan tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dari uraian diatas, jelas bahwa Puskesmas adalah suatu organisasi yang
diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah
kecamatan.
Adapun pengertian batasan Puskesmas dengan kewenangan kemandirian
yang dimaksud adalah Puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan sesuai dengan situasi
kondisi, budaya dan potensi setempat.
b. Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan
yang berasal dari pemerintahan, masyarakat, swasta dan sumber lain
diketahui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian

6
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

dipertanggung jawabkan untuk pembangunan kesehatan diwilayah


kerja.
c. Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi/honorer, pemindahan
tenaga, dan pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya
diketahui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk
peralatan medis dan non medis yang dibutuhkan.

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi ada 3 fungsi utama
yang diemban oleh Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
(PKD) kepada seluruh target sasaran di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
2. Pusat Pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat:
a. Memiliki kesadaaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat.

7
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan


termasuk pembiayaan.
c. Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
d. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
e. Memberiakan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinyu) mencakup:
a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang besifat pribadi
(private goods) dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
public (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberatasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

8
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


2.2.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujud Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
yakni: masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan. Indikator kecamatan sehat yang
ingin dicapai mencakup 4 indikator utama:
1. Indikator lingkungan sehat
2. Indikator perilaku sehat
3. Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Indikator derajat kesehatan yang optimal
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi:
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
Kecamatan setempat.

2.2.2 Misi Puskesmas


Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah perilaku masyarakat.
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan

9
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya makin berdaya


dibidang kesehatan melalui kemandirian untuk hidup sehat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas selalu berupaya agar setiap keluarga mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu
Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengolahan dan
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungan.
Puskesmas selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.

2.2.3 Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas


Puskesmas Medan Area Selatan memiliki berbagai program yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, untuk Dinas Kesehatan Kota Medan
menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 secara umum terbagi menjadi :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. Upaya Kesehatan Masyaraat Essensial, terdiri dari :
1) Pelayanan promosi kesehatan (Promkes)
2) Pelayanan kesehatan Lingkugan (Kesling)
3) Pelayanan kesahatan ibu dan anak serta Keluarga berencana
(PWS-KIA, KB)

10
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

4) Pelayanan perbaikkan gizi masyarakat (Gizi)


5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P)
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan, terdiri dari:
1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2) Upaya Kesehatan Olahraga
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
4) Upaya kesehatan Kerja (UKK)
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
6) Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)
7) Upaya Kesehatan Mata (UKM)
8) Upaya Kesehatan Lanjut Usia (USILA)
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisonal

2. Upaya Kesehatan Perseorangan menurut Permenkes No.75 Tahun


2014 yaitu berupa:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one care day)
d. Home care, dan atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan

11
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.3 Azas dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


2.3.1 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan asas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu.
Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggung jawaban di wilayah
Puskesmas harus bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, dengan kegiatan
antara lain:
a. Puskesmas sebagai penggerak pembangunan mengidentifikasi resiko
kesehatan yang timbul di masyarakat, melaksanakan kegiatan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit
b. Sebagai pemberdayaan masyarakat, bertanggung jawab dalam
memberdayakan individu, keluarga, kelompok untuk mampu
menyelesaikan masalah secara mandiri
c. Sebagai pelayanan kesehatan strata 1: bertanggung jawab dalam
memberikan asukan kebidanan, kepada individu, keluarga, kelompok
khusus
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas Pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas dengan
kegiatan antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak, posyandu, polindes bina keluarga bahagia
(BKB)
b. Upaya pengobatan : Posyandu, pos obat desa (POD)

12
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

c. Upaya perbaiki gizi : Posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar


Gizi (KADARZI)
d. Upaya kesehatan sekolah : Dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, saka Bakti Husaha (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(POSKESTREN)
e. Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (POKMAIR),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut : Posyandu USILA, Panti Wreda
g. Upaya kesehatan kerja : Pos Kesehatan Kerja (POS UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa : Posyandu, Tim Pelaksanaan Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional : Taman Obat Keluarga
(TOGA)
j. Upaya pembiayaan jaminan kesehatan (inovatif): Dana Sehat, Tabungan
Ibu Bersalin (Tabulin), Mortalitas dan Keagamaan

3. Azas Keterpaduan
Berupaya memadukan kegiatan bukan saja dengan program kesehatan lain
tetapi juga dengan program dari sektor lain. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1) Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan
P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan
2) Upaya kesehatan sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.

13
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi


promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan Lintas Sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya Puskesmas dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
Kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1) Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama.
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB.
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB.
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan.
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

4. Azas Rujukan
Dalam menjalankan program kerjanya, puskesmas harus melaksanakan azas
rujukan artinya jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus
merujuk kesarana kesehatan yang lebih mampu, untuk pelayanan kedokteran

14
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

jalur rujukan adalah rumah sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan


masyarakat jalur rujukannya adalah Kantor Dinas Kesehatan. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang bila tidak mengatasi
masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara
vertikal ke tingkat yang lebih tinggi atau secara horizontal ke Puskesmas
lainnya.
Ada 2 macam rujukan di Puskesmas yaitu:
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya
ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal
maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya
memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga
Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di
Puskesmas.
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat
juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan

15
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah


menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka
Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai
dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena
bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggung jawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya
Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air
bersih) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.

2.3.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Upaya kesehatan tersebut dikelompokan menjadi 2 yaitu:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan

16
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap Puskesmas. Upaya


kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaiki gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
g. Upaya pencatatan dan pelaporan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetepkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan oleh
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada,
yakni:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
j. laboratorium sederhana
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta
upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
merupakan pelayanan penunjang dari setiap usaha wajib dan upaya pengembangan
Puskesmas.

17
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.3.3 Upaya Promosi Kesehatan


Program kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada:
 Penyuluhan
Penyuluhan merupakan penekanan konsep kesehatan lebih pada upaya
mengubah prilaku sasaran agar berprilaku sehat, terutam pada aspek
kongnitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga sesuai dengan
yan diharapkan oleh penyuluh kesehatan.
 Tujuan:
Penyuluhan kesehatan adalah perubahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat.

A. Posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas terkait (Departemen kesehatan dan Keluarga
Berencana)
 Sasaran: Bayi, Balita, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan PUS (Pasangan
Usia Subur).
 Tujuan Posyandu:
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita, dan angka
kelahiran.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
3. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera)

18
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

4. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka


alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai
kebutuhan. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan
geografi.
 Kegiatan Pokok Posyandu
1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penangglangan Diare
 Sasaran
Perilaku hidup bersih dan sehat, ada 5 tataan:
1. Tatanan rumah tangga,
2. Institusi pendidik (sekolah) termasuk madrasah dan pondok pesantren
3. Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll),
4. Tatanan tempat-tempat umum, pasar, terminal, tempat ibadah, tempat
hiburan, restaurant dan lain-lain,
5. Tatanan institusi kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain)

2.3.4 Upaya Kesehatan Lingkungan


Secara umum menurut pedoman teknis penilaian rumah sehat, depkes RI,
rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan psikologi antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur) bagi masing-
masing penghuni.

19
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni


rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karna pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran
dan kecelakaan di dalam rumah.
 Tujuan: Untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan, melalui kegiatan sanitasi dasar serta pencegahan.
 Sasaran:
1. Daerah yang rawan air bersih
2. Daerah yang rawan penyakit menular
3. Daerah pemukiman baru
4. Tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar swalayan dan lain-lain
5. Masyarakat yang padat penduduk dan lingkungan yang kotor
 Kegiatan:
1. Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi syarat
kesehatan.
2. Hygiene dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup:
a. Mendata tempat pembuangan sampah dan sarana jamban keluarga
b. Mendata sarana air minum
c. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
d. Mendemonstrasikan tentang sumur yang baik tentang kesehatan
e. Melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
3. Pengawasan kesehatan tempat-tempat umum serta tempat-tempat
pengolahan dan penyajian

20
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

4. Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan


lingkungan seperti air, penyehatan makanan, minuman serta
pengawasan terhadap kotoran manusia.

2.3.5 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana


a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pengertian:
Kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi
dan balita serta anak usia prasekolah yang menjadi tanggung jawab
Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan
bangsa pada umumnya.
Sasaran:
1. Ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita, ibu nifas.
2. Serta anak usia pra sekolah.
Tujuan:
1. Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu : timbang
berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi
fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, serta vitamin
A.
2. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai keadaan
gizi, perawatan payudara, ASI ekslusif, kebersihan diri dan
lingkungan serta P2P.
3. Memberikan motivasi agar ibu hamil ikut pelayanan KB.
4. Membina posyandu.
5. Merujuk pasien ke Rumah Sakit apabila penyakitnya tidak
ditanggulangi di Puskesmas.
6. Pencatatan dan pelaporan KPKIA (Kelompok Pembina
Kesehatan Ibu dan Anak).

21
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

7. Pemberian imunisasi pada bayi, balita, ibu hamil, anak


sekolah dan calon pengantin.
Kegiatan:
1. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu
menyusui dan KB.
2. Pemeriksaan kesehatan anak.
3. Imunisasi dasar revaksinasi.
4. Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak
yang menderita diare dengan pemberian cairan peroral.
5. Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu dan
anak.
6. Bimbingan kesehatan jiwa anak.
7. Menjalankan kunjungan rumah.
8. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
2.3.6 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan
komplit, pada hakekatnya dikarenakan keadaan ekonomi yang kurang dan
kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan yang ada. Penyakit-penyakit
karena kurangnya gizi di Indonesia adalah defisiensi protein kalori, defisiensi
vitamin A dan defisiensi yodium (gondok dan keratin).
Sasaran:
1. Semua Kecamatan bebas rawan gizi di wilayah Puskesmas Medan Area
Selatan.
2. Semua Balita mendapat Makanan Tambahan Pendamping ASI
(MPASI)
3. Keluarga sadar gizi melebihi 45%
4. Semua balita dengan gizi kurang mendapat perawatan
5. Meningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif 50%
6. Menurunnya Prevalensi KEK ibu hamil sampai dengan 2%

22
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

7. Tercapainya Persentase bayi BGM <4%


8. Menurunnya Prevalensi kurang gizi sampai 3%
9. Menurunnya Prevalensi Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
1,75%
10. Meningkatnya cakupan pemberian vitamin A menjadi 90%
11. Meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe III menjadi 86%
12. Meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe I menjadi 90%
13. Meningkatnya cakupan penanggulangan garam beryodium menjadi
75%

Kegiatan:
1. Mendata jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Medan
Area Selatan.
2. Melakukan survei terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi
balita.
3. Melaksanakan peberian vitamin A dosis tinggi untuk mencgah
defisiensi vitamin A pada balita.
4. Memberikan tablet penambah darah untuk mencegah dan mengobati
anemia pada ibu hamil dan menyusui.
5. Melakukan demonstrasi menu makanan bergizi dengan harga murah
dan terjangkau di Posyandu dan Puskesmas.
6. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan
pekarangan rumah dengan menanam sayuran dan buah-buahan serta
memelihara ternak terutama unggas.

2.3.7 Penilaian Status Gizi Anak


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri

23
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

disajikan dalam benuk indeks yang dikaitkan dengan variable lain. Variable
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Umur
Umur sangat memegang peran dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan mapun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan
yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun ; 2 tahun. Oleh karena itu
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah umur 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan .
B. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) atau
melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

24
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

C. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan
yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama
yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), atau karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang berat.
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter
penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya
yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U,
TB/U dan BB/TB merupakan indikatos status gizi untuk melihat
adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh .
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas
dan sensitive/peka dalam menunjukan keadaan gizi kurang bila
dibandingkan dengan penggunaan BB/U. dinyatakan dalam
BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting
<2SD diatas 10% menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai
masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung
dengan angka kesakitan.

2.3.8 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Pengertian


Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, parasit atau jamur yang
menyebar langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya
(WHO).

25
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

 Sasaran :
Seluruh lapisan masyarakat di wilayah Puskesmas Medan Area Selatan.
 Tujuan :
1. Mencegah terjangkitnya penyakit.
2. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.
3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan.
 Pemberantasan Penyakit Menular atau P 2M dilaksanakan
karena:
1. Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya : penyakit
Campak, TB Paru.
2. Masih tingginya penyakit menular yang berhubungan
dengan hygiene dan sanitasi, misalnya : Diare, Infeksi
Mata, Infeksi Telinga dan Mastoid.
3. Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang
penularannya melalui vektor, misalnya : Demam Berdarah.
4. Masih tingginya angka penderita penyakit menukar yang
ditulari secara langsung, misalnya : TB Paru, ISPA,
Campak, Cacar Air.
Kegiatan-kegiatan P2P berupa :
1. Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan.
2. Memberikan penyuluhan penyuluhan kesehatan daerah wabah
di puskesmas
3. Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak,
Polio, DT dan TT
4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan dan
pemberantasan penyakit
5. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit
6. Melaporkan penyakit menular

26
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

7. Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan


yang masuk, menemukan kasus-kasus untuk mengetahui
sumber penularannya.
8. Tindakan penularan untuk menahan penjalarannya.
9. Menyembuhkan penderita hingga sehat.
10. Pemberian imunisasi.
11. Pemberantasan vektor nyamuk.
12. Pendidikan kesehatan

2.3.9 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah Upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, yaitu:
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN)
4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
6. Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)
7. Upaya Kesehatan Mata (UKM)
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (USILA)
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

27
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.3.9.1 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)


 Kegiatan :
 Melaksanakan penyuluhan kesehatan pribadi, kesehatan gigi,
kesehatan lingkungan, P2M, imunisasi, P2K, dll.
 Melakukan PSN dan gotong royong
 Menbuat rencana kerja bulanan dan membuat laporan kerja
bulanan, triwulan dan tahunan.

2.3.9.2 Upaya Kesehatan Olahraga


Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian penerangan kepada
pengunjung agar menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan berolahraga. Di
Puskesmas Medan Area Selatan sendiri, kegiatan kesehatan olahraga mandala
berupa senam bugar yang dilakukan pada peserta PROLANIS (satu bulan 4 kali,
setiap hari Rabu minggu pertama kedua ketiga dan keempat).

2.3.9.3 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


Tujuan :
1. Memeberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada pasien
atau keluarganya di rumah pasien dengan mengikutserakan masyarakat
dan kelompok masyarakat di sekitarnya.
2. Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan kesehatanya
sendiri dan cara-cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas-batas
kemampuan mereka.
3. Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan
penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan
keluarganya.

28
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.3.9.4 Upaya Kesehatan Kerja


 Pengertian : Kesehatan Kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyarakat baik
dalam waktu sakit maupun waktu sehat guna meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja dan keluarganya.
 Sasaran : Kesehatan kerja sampai sejauh ini belum berjalan dengan
baik.

2.3.9.5 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya kesehatan gigi dan mulut (UKGM) adalah upaya pokok yang
menjadi beban puskesmas yang bertujuan untuk mencegah dampak pengobatan
serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar paripurna yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah khusus kelompok
masyarakat awam.
Kegiatan-kegiatan upaya kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilaksanakan:
a. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi, penambalan dan pencabutan
gigi.
b. Membuat rencana kerja dan laporan kegiatan-egiatan yang dilakukan
meliputi :
1. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan gigi dan mulut serta rujukan
penyuluhan kebersihan gigi pada pasien yang berobat di Puskesmas.
2. Usaha kesehatan gigi anak sekolah,
3. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGMD)

29
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

2.3.9.6 Upaya Kesehatan Lanjut Usia


Lanjut Usia adalah suatu proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah,
terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Lansia merupakan kelompok
penduduk berumur tua yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendirian
lebih dari 60 tahun. WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok middle age (45-59 tahun)
b. Kelompok elderly age (60-74 tahun)
c. Kelompok old age (75-90 tahun)
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari
tiga segi yaitu segi kronologis (umur sama atau telah melampaui 65 tahun),
biologis (berdasarkan perkembangan biologis yang tampak pada penampilan
fisik), dan psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang). Klasifikasi
lanjut usia (Lansia), yaitu:

LANSIA USIA
Pralansia (Lanjut usia) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
Lansia (Lanjut usia) Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
Lansia potensial Masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa
Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

30
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Kegiatan-kegiatan lanjut usia di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan


lanjut usia antara lain adalah upaya promotif, berupa :
1. Kegiatan penyuluhan tentang:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri
b. Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang
2. Pembinaan Senam Lansia
2.3.9.7 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Melakukan pendataan terhadap pengobatan tradisional di wilayah Kerja
Puskesmas Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Denai.
Kegiatan :
1. Pembinaan kepada masyarakat pengobatan tradisional antara lain dukun
beranak, dukun patah, dukun pijat, tukang jamu dan lain-lain.
2. Memberikan penyuluhan tentang manfaat pekarangan untuk penanaman
obat keluarga

2.4 Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas


2.4.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah :
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
suatu sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

31
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan


kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah
sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan
Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.4.2 Organisasi Puskesmas


Stuktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas
sebagai berikut:
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas
dalam pengelolaan:

32
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

a) Data dan informasi


b) Perencanaan dan penilaian
c) Keuangan
d) Umum dan pengawasan
c. Unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas
a) Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM
b) Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan pelayanan Puskesmas
a) Unit Puskesmas Pembantu
b) Unit Puskesmas Keliling
c) Unit bidan di desa/komunitas

1. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit
Puskesmas. Khusus untuk kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
2. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan
kesehatan di tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut
dan besarnya peran kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan, maka cabatan kepala
Puskesmas adalah jabatan struktural eselon IV.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat
menjadi jabatan eselon, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan
kriteria kepala Puskesmas yakni seorang sarjana dibidang kesehatan yang

33
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat


dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.4.3 Tata Kerja Puskesmas


1. Dengan Kantor kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan
kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan
ditingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian.
Dalam hal pelaksanaan fungsi pengendalian sumber daya masyarakat
oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan mencakup pula
kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas kesehatan kabupaten/kota
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan administratif,
Puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab
membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada
Puskesmas.
3. Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola
oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerjasama
termasuk penyelenggaraan rujukan dan membantu kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangakan sebagai pembina upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis,
pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan jaringan pelayanan kesehatan rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas menjadi kerjasama yang erat dengan

34
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan


perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai
sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit
(Kabupaten/Kota) dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai
pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat balai
kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai
kesehatan jiwa mayarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan
untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, balai teknis kesehatan lingkungan,
balai laboratorium kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan
yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan lintas sektor
Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat
hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut
harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang
ada ditingkat Kecamatan. Diharapkan disatu pihak, penyelenggaraan
pembagunan kesehatan di Kecamatan tersebut mendapat dukungan dari
berbagai sektor terkait, sedangkan dipihak lain. Pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain ditingkat Kecamatan berdampak positif
terhadap kesehatan.
6. Dengan masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif
dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif
tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas

35
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh


masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta dunia
usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra Puskesmas dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
2.5 MDGs (Millenium Development Goals)
Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan
Milenium (TPM), adalah suatu rancangan pembangunan millenium yang disepakati
oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) bulan September 2000. Konferensi ini dihadiri oleh 189 negara anggota
termasuk Indonesia.
MDGs mempunyai 8 tujuan yang memiliki satu atau beberapa target yang
harus tercapai pada tahun 2015 dengan dasar situasi dunia pada tahun 1990. Adapun
8 target tersebut antara lain:
1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai Pendidikan Dasar secara Universal
3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7. Menjamin keberkelanjutan lingkungan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

2.5.1 MDGs Di Bidang Kesehatan


Dibidang kesehatan tujuan yang hendak dicapai dalam MDGs adalah
sebagai berikut:

36
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Tujuan Target Indikator


Menurunkan Menurunkan angka  Angka Kematian Balita
angka kematian kematian Balita  Angka Kematian
anak sebesar 2/3 antara  Bayi Persentase anak dibawah
tahun 1990 dan 2015 satu tahun yang diimunisasi
campak
Meningkatkan Menurunkan angka  Angka Kematian Ibu
Kesehatan Ibu kematian ibu sebesar  Proporsi pertolongan persalinan
tiga perempatnya oleh tenaga kesehatan terlatih
antara tahun 1990-  Angka pemakaian kontrasepsi
2015
Memerangi Mengendalikan  Prevalensi HIV di kalangan ibu
HIV/AIDS dan penyebaran hamil yang berusia antara 15-24
penyakit menular HIV/AIDS dan mulai tahun
lainnya menurunnya jumlah  Penggunaan kondom pada
kasus baru pada 2015 pemakai kontrasepsi
 Persentase anak muda usia 15-
24 tahun yang mempunyai
pengetahuan komprehensif
tentang HIV/AIDS

2.6 SDGs (Sustainable Development Goals)


Sustainable Development Goals adalah tujuan pengembangan berkelanjutan,
dimana SDGs ini merupakan kesepakatan baru pengganti MDGs yang masa
berlakunya 2015-2030. SDGs menjadi sejarah baru dalam pembangunan global,
karena dalam kesepakatan SDGs dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

37
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

(PBB) ke 70 ini memiliki tujuan pembangunan universal baru yang dimulai pada
tahun 2016 hingga tahun 2030.
Penerapan SDGs di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
59 Tahun 2017. Dalam Perpres tersebut menguraikan 17 tujuan dari implementasi
SDGs yang mana termasuk dalam sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di Indonesia. Penerapan
Sustainable Development Goals dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017 memuat
antara lain:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang
baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan
seluruh penduduk semua usia.
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan
modern untuk semua.
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,
kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan
yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri
inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antar negara.
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan.
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

38
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan


dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya
kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari,
menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta
menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan
membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel dan inklusif di
semua tingkatan.
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan (Humas Setkab, 2017).

SDGs dalam upaya sektor kesehatan tertuang pada tujuan SDGs butir ke-2,
ke-3, ke-5 dan butir ke-6.
1. Tujuan 2: Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi
yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.

Strategi:
 Peningkatan produksi padi dan sumber pangan protein dari dalam negeri;
 Peningkatan kelancaran distribusi dan penguatan stok pangan dalam negeri;
 Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan
 Mitigasi gangguan iklim terhadap produksi pangan.

Indikator:
 Persentase produksi yang dicapai terhadap target produksi pertanian
tanaman pangan
 Jumlah penyuluh pertanian per 1000 petani
 Persentase petani yang mendapatkan penyuluhan

39
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

 Perubahan tahunan luas lahan kritis

2. Tujuan 3: Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan


seluruh penduduk semua usia.

Strategi:
 Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas
 Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
 Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
 Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan
 Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
 Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia
kesehatan
 Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
 Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi
 Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang
kesehatan
 Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.

Indikator:
 Angka kematian neonatal, bayi dan balit
 Angka Kematian Ibu
 Prevalensi HIV/AIDS, jumlah kasus baru dan kasus kumulatif
 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-
obatan ARV
 Angka kematian akibat HIV yang dilaporkan (CFR)

40
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

 Angka kejadian tuberkolosis (semua kasus/100.000 penduduk/tahun)


 Tingkat prevalensi tuberkolosis (per 100.000 penduduk)
 Tingkat kematian karena tuberkolosis (per 100.000 penduduk)
 Insiden malaria
 Jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas per 100.000
penduduk
 Rata-rata polusi udara perkotaan (PM10)
 Persentase balita yang menerima imunisasi lengkap
 Tingkat prevalensi kontrasepsi (CPR)
 Fasilitas program kesehatan jiwa di RS dan Puskesmas
 Skor pola pangan harapan (PPH)
 Prevalensi gemuk dan sangat gemuk
 Prevalensi perokok saat ini penduduk usia 15 tahun ke atas
 Prevalensi peminum alkohol 12 bulan dan 1 bulan terakhir

3. Tujuan 5 : Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

Strategi:
 Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang pentingnya
pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan
bidang pembangunan, di tingkat nasional maupun di daerah
 Penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (PPRG)
di dalam berbagai bidang pembangunan, terutama di bidang pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, politik, ekonomi, dan hukum.

Indikator:
 Prevalensi wanita 15-49 tahun yang mengalami kekerasan fisik dan
seksual oleh pasangan intimnya dalam 12 bulan terakhir.
 Persentase kasus kekerasan seksual dan berbasis gender terhadap
perempuan dan anak yang dilaporkan, diselidiki dan dijatuhi hukuman.

41
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

 Persentase wanita berusia 20-24 tahun yang telah menikah atau menikah
sebelum berusia 18 tahun.
 Prevalensi praktek tradisional yang berbahaya.
 Jumlah rata-rata jam yang dihabiskan untuk pekerjaan dibayar dan tidak
dibayar (beban kerja total), berdasarkan jenis kelamin.
 Persentase kursi yang diduduki perempuan dan minoritas di parlemen
nasional dan/atau daerah
 Tingkat kebutuhan pelayanan KB yang terpenuhi.
 Angka kelahiran total.
4. Tujuan 6 : Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua.
Strategi:
 Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan
sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi
 Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui
penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan
investasi
 Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat
 Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum
dan sanitasi.

Indikator:
 Proporsi rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
 Proporsi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak
 Persentase total sumber air yang digunakan

2.7 Hipertensi

A. Definisi

42
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Hipertensi merupakan kondisi yang sering dijumpai, termasuk di tempat

pelayanan kesehatan primer. Hipertensi arterial sistemik adalah kondisi persisten,

peningkatan non fisiologis dari tekanan darah sistemik (TD), didefinisikan sebagai

tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD)

≥ 90 mmHg, atau menerima terapi atas indikasi menurunkan tekanan darah.

(Askandar dkk, 2015).

Persistensi peningkatan diatas 140/90 mmHg ini harus terbukti, sebab bisa

saja peningkatan tekanan darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan

peningkatan diurnal dari tekanan darah yang normal sesuai siklus sirkardian (pagi

sampai siang tekanan darah meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi

masih dalam batas variasi normal) (Siti Setiati dkk, 2014).

B. Epidemiologi

Prevalensi hipertensi terus berkembang di populasi Amerika Serikat pada

tahun 1990 sebesar 24,4% menjadi 28,9% pada tahun 2004. Data yang berasal dari

United States National Health and Nutrition Examination Surveys (NHAES) 2005-

2008 mengindikasikan bahwa prevalensi hipertensi usia 18 tahun ke atas di

Amerika adalah 30,9%. Data dari 6 negara Eropa menyebutkan prevalensinya

sebesar 44%.

Hipertensi merupakan kontributor besar untuk risiko penyakit

kardiovaskuler, 54 % stroke dan 47 % penyakit jantung iskemik diakibatkan oleh

hipertensi.

43
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan tantangan yang besar dan

merupakan masalah kesehatan utama. Berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, prevalensi hipertensi tergolong tinggi yaitu sebesar 25,8 %

(Askandar dkk, 2015).

C. Patogenesis

Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab dari hipertensi dan pada

akhirnya berhubungan dengan kendali Natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan

darah akan meningkat. Ada tiga faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi :

keluar bersama urine ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengekresi NaCl

ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O

sehingga volume intra vaskular meningkat.

Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat. Akibatnya terjadi

ekspansi volume intra vaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring

dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu secara berangsur CO atau

CJ akan turun menjadi normal lagi akibat auto regulasi. Bila TPR vasodilatasi

tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila TPR vasokontriksi tekanan darah akan

meningkat.

a. Peran kendali saraf autonom

Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah sistem saraf

simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi saraf viseral (termasuk

ginjal) melalui neurotransmitter : katekolamin, epinefrin, maupun dopamin.

44
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi saraf

simpatis. Regulasi simpatis dan parasimpatis berlangsung independen tidak

dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti

siklus sirkardian.

Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di jantung, ginjal, otak,

serta dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor α1, α2, β1 dan β2.

Karena pengaruh – pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan,

rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan

katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya.

Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung (Heart

Rate) lalu diikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat

akhirnya akan mengalami agregasi platelet. Peningkatan neurotransmitter NE ini

mempunyai efek negatif terhadap jantung, sebab dijantung ada reseptor α1, β1, β2,

yang akan memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertrofi dan aritmia dengan

akibat progresivitas dari hipertensi aterosklerosis.

Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1, maka bila NE

meningkat hal tersebut akan memicu vasokontriksi (melalui reseptor α1) sehingga

hipertensi aterosklerosis juga makin progresif.

b. Peran sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)

Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks

baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti

kaskade seperti yang tampak pada gambar dibawah ini, yang mana pada akhirnya

45
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

renin akan disekresi, lalu angiotensin I (AI), angiotensin II (AII), dan seterusnya

sampai tekanan darah meningkat kembali (Siti Setiati, dkk. 2014).

D. Klasifikasi

Tekanan darah bersifat kontinu, namun batas tekanan darah normal

ditentukan secara konsensus berdasarkan data epidemiologik. Pada masa ini ada 2

klasifikasi yang banyak dianut, yaitu yang berdasarkan pedoman The Seventh Joint

National Committee (JNC VII) dari Amerika Serikat dan yang dikeluarkan oleh The

European Society of Hypertension (ESC) tahun 2007, yang sama dengan klasifikasi

The International Society of Hypertension (ISH) (Lily, 2013).

The Seventh Joint National Committee (JNC-VII) memperkenalkan

klasifikasi prehipertensi bagi tekanan darah sistolik yang berkisar antara 120-139

mmHg dan atau diastolik diantara 80-89 mmHg yang berlawanan dengan klasifikasi

JNC-6 yang memasukkan dalam kategori normal dan normal tinggi. Kategori

prehipertensi mempunyai peningkatan risiko untuk menjadi hipertensi (Askandar,

dkk., 2015).

46
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-6 dan JNC-7 (mmHg)


Kategori JNC-6 Tekanan Darah Sistolik (TDS) / Kategori JNC-7
Tekanan Darah Diastolik (TDD)
Optimal < 120/80 Normal
Normal 120-129/80-84 Prehipertensi
Borderline 130-139/85-89 Prehipertensi
Hipertensi ≥ 140/90 Hipertensi
Stadium 1 140-159/90-99 Stadium 1
Stadium 2 160-179/100-109 Stadium 2
Stadium 3 ≥ 180/100 Stadium 2

Sumber : diadaptasi dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya edisi 2: 516.

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut European Society of Hypertension (ESH)


dan The International Society of Hypertension (ISH).
Sistolik ESC/ISH 2007 Diastolik
<120 Dan <80
120-129 dan/atau 80-84
130-139 dan/atau 85-89
140-159 dan/atau 90-99
160-179 dan/atau 100-109
>180 dan/atau >110
>140 Dan <90

Sumber : diadaptasi dari Buku Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia :238.

47
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

E. Etiologi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi :

a. Hipertensi primer/esensial (insidens 80-95%): hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder : akibat suatu penyakit atau kelainan

mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

feokromositoma, hiperaldosteronisme dan sebagainya (Chris tanto,

dkk, 2014). Hipertensi sekunder juga dapat disebabkan oleh :

1. Gangguan ginjal (2-6% dan seluruh pasien hipertensi),

terbagi atas:

i. Renal parenchymal disease : penyakit glomeruler,

penyakit tubulo-interstisiil kronik, penyakit polikistik,

uropati obstruktif.

ii. Renovascular disease : renal artery stenosis karena

atherosklerosis dan displasia fibromuskuler, arthritis,

kompresi a. Renalis oleh faktro ekstrinsik.

iii. Lain-lain : tumor yang menghasilkan renin, retensi Na

ginjal (Liddle’s syndrome).

2. Gangguan endokrin, terbagi atas :

i. Kelainan adreno-kortikal : aldosteronisme primer,

hiperplasia adrenal kongenital, sindroma Cushing

ii. Adrenal-medullary tumors : pheochromocytoma

48
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

iii. Thyroid disease : hipertiroid, hipotiroid

iv. Hiperparathyroidism : hipercalsemia

v. Akromegali

vi. Carcinoid tumors

3. Exogenous medication and drugs

Kontrasepsi oral, simpatomimetik, glukokortikoid,

mineralkorti-koid, OAINS, siklosporin, eritropoietin, MAO

inhibitor, dll.

4. Kehamilan 1: preeklamsia dan eklamsia

5. Co-arctation of the aorta

6. Gangguan Neurologi :

Sleep apnea, peningkatan tekanan intracranial (tumor otak),

gangguan afektif, spinal cordinjury (Guillain-Barre

syndrome), disregulasi Baroreflex.

7. Faktor psikososial

8. Intravascular volume overload

9. Hipertensi sistolik :

a. Hilangnya elastisitas aorta dan pembuluh darah besar

b. Hiperdynamic cardiac output : hipertiroid, insufisiensi

aorta, anemia, fistula arteriovenous, beri-beri, penyakit

Paget tulang (Askandar, dkk., 2015).

49
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

F. Diagnosis

a. Anamnesis

Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa pasien

mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang

dapat menunjang kecurigaan ke hipertensi sekunder, antara lain penggunaan obat-

obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS); sakit kepala

paroksismal, berkeringat atau takikardi (feokromositoma); riwayat penyakit ginjal

sebelumnya.

Mencari faktor risiko kardiovaskular lainnya : merokok, obesitas,

inaktivitas fisik, dislipidemia, diabetes melitus, mikroalbuminuria, atau laju filtrasi

glomerulus (LFG) < 60 mL/mnt, usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun),

riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (laki – laki < 55 tahun atau

perempuan < 65 tahun).

b. Pemeriksaan Fisik

Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap

kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah >140/90 mmHg pada dua atau

lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan. Melakukan pemeriksaan tekanan

darah harus dilakukan dengan teknik yang benar, alat yang baik, dan ukuran dan

posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung).

50
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

c. Pemeriksaan Penunjang

a) Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi :

i. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, kadar ureum,

kreatinin, gula darah, lemak darah, elektrolit, kalsium, asam

urat, dan urinalisis

ii. Pemeriksaan lain : pemeriksaan fungsi jantung

(elektrokardiografi), funduskopi, USG ginjal, foto toraks,

ekokardiografi.

b) Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi

sekunder :

i. Hipertiroidisme / hipotiroidisme : fungsi tiroid (TSH, FT4,

FT3) Hilangnya elastisitas aorta dan pembuluh darah besar

ii. Hiperparatirodisme : kadar PTH, Ca2+

iii. Hiperaldosteronisme primer : kadar aldosteron plasma, renin

plasma, CT-Scan abdomen, kadar serum Na+ , K+ ,

peningkatan ekskresi K+ dalam urin, ditemukan alkalosis

metabolik;

iv. Feokromositoma : kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen;

v. Sindrom Cushing: kadar kortisol urin 24 jam

vi. Hipertensi renovaskular :CT-angiografi arteri renalis, USG

ginjal, Doppler sonografi (Chris tanto, dkk., 2014).

51
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

G. Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi dari hipertensi berdasarkan target

organnya, seperti :

a. Serebrovaskular : stroke, transient ischemic attack, demensia

vaskular.

b. Mata : retinopati hipertensif.

c. Kardiovaskular : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner.

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteri Perifer : klaudikasio intermitten (Chris tanto, dkk., 2014).

H. Penatalaksanaan

Pengendalian dari hipertensi memiliki tujuan antara lain untuk mencegah

kerusakan terhadapa organ-organ sasaran atau komplikasi dan menurunkan

mortaliti. Penderita hipertensi harus diobati secara keseluruhan, tapi ada sasaran

tekanan darah yang harus dicapai berdasarkan kondisi yang ada pada penderita.

Tatalaksana hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup dan terapi medikamentosa :

a. Modifikasi gaya hidup

a) Penurunan berat badan

Target indeks masa tubuh dalam rentang normal, untuk orang Asia-

Pasifik 18,5-22,9 Kg/m2.

52
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist Indonesia Di Puskesmas Medan Area Selatan

b) Diet

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). DASH mencakup

konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah

lemak jenuh/lemak total.

c) Penurunan Asupan Garam

Konsumsi NaCl yang disarankan adalah <6 g/hari.

d) Aktivitas Fisis

Target aktivitas fisis yang disarankan minimal 30 menit/hari,

dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu.

e) Pembatasan konsumsi alkohol

Jika pasien adalah seorang dengan kebiasaan pengonsumsi alkohol,

maka harus dikurangi untuk mengkonsumsinya, agar upaya

pengobatan dapat berjalan lancar (Chris tanto, dkk., 2014).

b. Terapi Mendikamentosa

Obat - obatan anti hipertensi yang utama adalah dari golongan :

a) Diuretik

b) ACE inhibitors (ACEI)

c) Antagonis Kalsium

d) Angiotensin receptor blocker (ARB)

e) Beta blocker (BB)

Semua golongan obat anti hipertensi diatas, direkomendasikan sebagai

awal pengobatan dari hipertensi (Askandar, dkk., 2015).

53

Anda mungkin juga menyukai