BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Keputusan dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah kerjanya.
Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
e. Upaya Pengobatan.
f. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
g. Upaya Pencatatan dan Pelaporan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas yang
dipilih dan daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada
yaitu:
a. Upaya Kesehatan Sekolah.
b. Upaya Kesehatan Olahraga.
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Upaya Kesehatan Kerja.
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
f. Upaya Kesehatan Jiwa.
g. Upaya Kesehatan Mata.
h. Upaya Kesehatan Lanjut.
i. Upaya Pembinaan Pengobatan.
j. Laboratorium Sederhana.
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN
No Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
1 Tanjung I 72 140 12 17 389 98 351 1.079
Selamat II 38 82 7 11 273 41 295 747
III 63 133 14 21 452 87 280 1.050
IV 31 72 6 14 321 48 221 713
V 18 39 3 4 59 17 25 165
VI 42 87 8 56 243 61 199 696
VII 47 91 6 10 221 43 298 716
VIII 38 83 5 13 238 57 321 755
IX 42 92 7 14 242 49 287 733
JUMLAH 391 819 68 160 2.438 501 2.277 6.654
No Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
2 Namo Gajah I 60 144 - 1 13 10 54 282
II 46 91 - 4 10 52 830 1.033
III 8 7 - 1 6 -24 40 86
JUMLAH 114 242 - 6 29 86 924 1401
No Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
3 Kemenangan I 31 3 - 4 15 - 657 710
Tani II 51 54 - 3 17 5 952 1.082
III 111 59 2 6 4 7 1.018 1.207
IV 155 118 - 3 20 - 529 825
V 97 123 - 3 17 8 665 913
JUMLAH 445 357 2 19 73 20 3.821 4.737
No. Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
4 Laucih I 59 185 4 3 329 89 358 1.027
II 48 178 8 5 214 78 298 829
III 38 135 2 1 217 59 246 698
JUMLAH 145 498 14 9 760 226 902 2.554
No. Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
5 Sidomulyo I 12 259 2 52 30 63 418
II 10 70 - - 55 5 40 180
III 2 - - - 33 2 45 82
IV 1 2 - - 15 2 65 85
JUMLAH 25 331 - 2 155 39 223 765
No. Kelurahan Lingkungan PNS Swasta ABRI Polisi Pedagang Petani Dll Jumlah
6 Baru Ladang I 29 55 1 - 73 30 39 227
Bambu II 28 19 3 2 121 29 3 205
III 23 728 5 2 54 47 125 984
IV 14 12 5 3 155 52 164 405
V 11 163 1 2 26 32 74 309
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mesjid adalah sarana ibadah dengan
jumlah yang terbanyak yaitu sebanyak 18 buah. Wilayah kerja Puskesmas
Tuntungantidak mempunyai kuil dan kelenteng.
1. Transportasi
Kendaraan roda empat 1 unit kondisi baik
Daihatsu Xenia BK 1585 L
Kendaraan roda dua 4 unit kondisi baik
Sepeda motor Honda BK 5306 K, BK 5307 K,dan BK 5250 K
Sepeda motor Yamaha BK 3795 K
2. Sarana Komunikasi dan Informasi
Telepon : Tidak ada
Komputer : 3 buah kondisi baik
3. Sumber Energi
PLN
Genset : 1 buah kondisi baik
4. Prasarana
Sarana Air Bersih : Ada Baik
Sarana Pembuangan Sampah Medis : Ada Baik
Sarana Pembuangan Sampah Non Medis : Ada Baik
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) : Ada Baik
Saran Pembuangan Tinja : Ada Baik
PROMKES KESLING
Lansia HIV
23 Ruang Komputer 1
24 Gudang obat 1
25 Gudang barang 1
Urusan
Urusan
Perencanaan
Keuangan
Program
dan
danPerlengkapan
Pelaporan
Evita
Nurmala
Harahap,
Tumanggor
SKM
Koordinator II
Drg. Linda Agustina
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Kesling
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA Wastiar, SKM
15 JULI s/d 25 JULI 2019 Page 33 Surveilans
Wastiar, SKM
Imunisasi
Ameta, Am.Keb
DBD
Hariani, SKM
BAB IV
PROGRAM KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB). Peserta
Posyandu mendapat pelayanan meliputi:
1. Kesehatan ibu dan anak:
- Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi (bulan vitamin A pada bulan Februari dan
Agustus)
- PMT
- Imunisasi.
- Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui
pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik
pada kartu KMS setiap bulan.
- Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
2. Pemberian Oralit dan pengobatan.
3. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan
dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita
dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu;
K : Semua balita yang memiliki KMS;
D : Balita yang ditimbang;
N : Balita yang naik berat badannya.
Analisis Data
Berdasarkan Indikator Sehat 2010, Posyandu sebaiknya melayani 100 balita. Dari tabel di
atas dapat dilihat jumlah total Posyandu di seluruh wilayah kerja Puskesmas Tuntungan
adalah 15 buah. Jumlah seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Tuntungan adalah
3.225 jiwa.
Maka sebaiknya jumlah Posyandu adalah :
Jumlah Total Balita
Jumlah Posyandu = 100 Balita
3255
= 100
= 32,55 ≈ 33Posyandu
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah Posyandu
belum mencukupi untuk seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Tuntungan. Jadi,
kekurangannya adalah sebesar 18 posyandu.
4. Tempat - tempat umum seperti terminal, pasar swalayan, rumah ibadah, sekolah
dan lain-lain.
5. Masyarakat yang padat penduduknya dan lingkungan yang kotor.
Kegiatan:
1. Penyekatan air bersih antar rumah warga.
2. Penyekatan pembuangan air limbah antar rumah warga.
3. Pengawasan sanitasi tempat – tempat umum.
4. Pengawasan sanitasi tempat – tempat pengelolaan makanan.
5. Pengawasan tempat penyimpanan pestisi Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta
Keluarga Berencana.
5. Penyehatan tempat-tempat
umum
- Hotel (11) 7 65 7 100 Sudah tercapai
- Jasa Boga/rumah makan (5) 4 70 4 100 Sudah tercapai
- Rumah Ibadah (37)
- TTU lain/Tempat 15 40 11 73 Belum tercapai
Hiburan/Salon (14) 6 40 4 67 Belum tercapai
6. Penyehatan Makanan
minuman
- Pengolahan makanan (23) 20 85 13 65 Belum tercapai
- Pengolahan minuman (14) 12 85 10 83 Belum tercapai
kurangnya gizi di Indonesia adalah defisiensi protein, kalori, deisiensi vitamin A dan
defisiensi yodium (gondok).
Beberapa kegiatan usaha perbaikan gizi di Puskesmas Tuntungan yaitu :
a. Mendata jumlah Balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas;
b. Melakukan survei terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi Balita;
c. Melaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah defisiensi
Vitamin A pada Balita;
d. Memberikan tablet penambah darah untuk mencegah dan mengobati anemia pada
ibu hamil dan menyusui;
e. Melakukan demonstrasi menu makanan bergizi dengan harga murah dan
terjangkau di posyandu dan puskesmas;
f. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan perkarangan
rumah dengan menanam sayuran dan buah-buahan.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Kasus Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Tuntungan Januari – Desember 2018
Kumulatif Kasus Gizi Buruk
No Kelurahan Yang
Mendapat Membaik/
Jumlah Meninggal masih
Perawatan Sembuh
Dirawat
Kemenangan
1 7 5 1 0 0
Tani
Tanjung
2 8 7 2 0 0
Selamat
3 Namo Gajah 0 0 0 0 0
4 Lau Cih 0 0 0 0 0
5 Sidomulyo 0 0 0 0 0
6 Ladang Bambu 0 0 0 0 0
Jumlah 15 12 3 0 0
Tabel 4.5. Laporan Kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk Tahun 2018
Bulan Gizi Status setelah PMT Gizi Kurang Status
Buruk setelah PMT
Januari 2 - 20 -
Februari 3 - 20 -
Maret 3 - 20 -
April 1 - 18 -
Mei 1 - 18 -
Juni 1 - 16 -
Juli 1 - 16 `
Agustus - - 13 -
September 1 - 13 -
Oktober 1 - 13 -
November 3 - 15 -
Desember 3 - 14 -
Cara pemberian:
- Diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali.
- Lokasi pemberian lengan atas
- Dengan injeksi SC
- Dosis 0,5 cc
2. DPT
Gunanya : untuk mencegah defteri, pertusis dan tetanus.
Cara pemberian:
- Diberikan pada bayi umur 2 – 11 bulan, sebanyak 3 kali
- Dosis 0,5 ml dengan interval minimal 4 minggu, sebayak 3 kali suntikkan
- Lokasi suntikan suntikan di paha luar
- Injeksi IM
3. POLIO
Gunanya : untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit polio.
Cara pemberian:
- Diberikan pada bayi umur 2 – 11 bulan, sebanyak 4 kali
- Diberikan dengan meneteskan kedalam mulut
4. CAMPAK
Gunanya : untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian:
- Diberikan pada bayi umur 9- 11 bulan, sebanyak 1 kali
- Lokasi pemberian pada lengan kiri, injeksi subkutan
- Dosis 0,5mL
5. TETANUS TOKSOID (TT)
Gunanya : untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.
Cara pemberian:
- TT1 diberikan pada murid kelas 2 SD, TT2 diberikan murid kelas 3
SD,TT3 diberikan murid kelas 6 SD
- Calon pengantin (PUS), diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu
6. HEPATITIS B
Gunanya : untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B.
Cara pemberian:
2. Pelaporan
- Laporan kejadian luar biasa
- Laporan pencatatan jumlah penyakit dan pengunjung Puskesmas
- Laporan kasus penyakit menular
- Laporan kegiatan Puskesmas dan Posyandu
Tabel 4.7 Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Pelayanan Puskesmas Tuntungan 2018
No. Nama Penyakit Jumlah Pasien
(Januari-Desember 2018)
1. ISPA 3717
2. Hipertensi 1279
3. Infeksi penyakit usus lainnya 701
4. DM 673
5. Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga 491
lainnya
6. Penyakit Pulpa dan periapikal 431
7. Penyakit pada sistem otot dan jaringan 330
pengikat
8. Tonsilitis 258
9. Penyakit kulit alergi 245
10. Penyakit infeksi kulit 232
Tujuan :
Menciptakan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan penderita peserta
didik serta memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.
Kegiatan UKS di Puskesmas Tuntungan antara lain:
Memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan intra atau ekstra kurikuler
misalnya pelatihan dokter kecil.
Melakukan penyuluhan bersama PromKes melalui kunjungan berkala.
Mengadakan lomba sekolah sehat, cerdas cermat dokter kecil, lomba karya tulis
dokter remaja.
Memberikan pelatihan Guru UKS serta pembinaan.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan pribadi, kesehatan gigi, kesehatan
lingkungan, P2M, imunisasi, P3K, dll.
Membentuk Usaha Kesehatan Gigi Anak Sekolah (UKGS).
Membuat FOKKER (Forum Komunikasi Kesehatan Remaja).
Membuat rencana kerja bulanan dan membuat laporan kerja bulanan, triwulan dan
tahunan.
Tabel 4.8 Kunjungan Poli Gigi dan Mulut periode September 2018
No. Kunjungan Poli Gigi dan Mulut Jumlah
1 Kunjungan Puskesmas 103
2 Kunjungan rawat jalan Gigi pada ibu hamil 0
3 Kunjungan rawat jalan Gigi pada anak (1-6 tahun) 6
4 Kunjungan rawat jalan Gigi golongan penderita lain 0
Jumlah 109
Tabel 4.9 Kelainan Gigi dan Mulut Puskesmas Tuntungan periode November 2018
No. Kelainan Gigi dan Mulut Jumlah
1 Karies gigi 10
2 Penyakit pulpa dan periapikal 33
3 Penyakit gusi dan periodontal 31
4 Abses 7
5 Persistensi 3
6 Kelainan dento-fasial termasuk maloklusi 0
7 Stomatitis, monilisisasis 0
8 Lain-lain 0
Jumlah 84
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
Topik : Diare
Tempat : Posyandu Tj. Selamat
Hari/ Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Waktu : 09.30-09.45
Penyuluh : 1. Hetti Ratna Sari
2. Paramita Aritonang
Peserta/Sasaran : Ibu-ibu yang membawa anaknya imunisasi di Posyandu Tj.
Selamat
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan tentang Diare diharapkan peserta mengetahui
dan memahami penayakit Diare yang dan mampu mencegah kesakitan
4. Mengetahui bahwa cuci tangan berperan penting dalam kesehatan terutama untuk
mencegah diare
III. Materi
1. Penyebab Diare
2. Pencegahan Diare
3. Penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.
- Mengucapkan salam
1 Pembukaan 1 menit - Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan umum dan khusus
Inti
Pengertian diare, penyebab & gejala,
2.1 Penyuluhan 5 menit serta pencegahan diare. Cara cuci
tangan yang baik dan benar, dan
penyakit-penyakit akibat lingkungan
yang tidak sehat.
2
V. Metode Penyampaian
Penyuluhan dan Tanya Jawab
VI. Media
Flipchart dan Leaflet
DIARE
I. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat),
konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair dan biasanya ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi:
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c. Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan : Makanan Basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor lingkungan Penyakit diare merpakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
Manifestasi Klinis mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
V. Penanganan diare
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah masalah
kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi
dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita diare ringan
diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena
atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh
adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan
akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara
langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme selama sakit
Berikan zinc selama 10 -14 hari
Segera ke fasilitas kesehatan jika:
o Tidak membaik dalam 3 hari
o Tambah sering BAB
o Muntah berul
o Demam
o Tinja berdarah
Larutan oralit adalah untuk mengobati diare. Tujuannya mencegah kehilangan cairan
berlebih
a) alat:
sendok
gelas
b) bahan:
1 bungkus oralit
Segelas air masak (200ml)
c) cara membuat:
VII. Dokumentasi
Topik : TB Paru
Tempat : Posyandu Tj. Selamat
Hari/ Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Waktu : 09.45 - 10.00
Penyuluh : 1. Arya Yudha F. Tarigan
2. Naomi Rima Claudya
Peserta/Sasaran : Ibu-ibu yang membawa anaknya imunisasi di Posyandu Tj.
Selamat
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan tentang TB Paru pada anak diharapkan peserta
mengetahui dan memahami penyakit TB Paru yang dan mampu mencegah kesakitan
III. Materi
1. Pengertian TB Paru
2. Penyebab TB Paru
3. Pencegahan TB Paru
4. Penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.
- Mengucapkan salam
1 Pembukaan 1 menit - Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan umum dan khusus
Inti
V. Metode Penyampaian
Penyuluhan dan Tanya Jawab
VI. Media
Flipchart dan Leaflet
TB PARU
A. Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang berbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb
paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru
batuk, bersin atau bicara
B. Gejala klinis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratorik
batuk > 2 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
demam
gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
C. Penatalaksanaan
Pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT) terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
D. Pencegahan
1. Imunisasi BCG
2. Menutup mulut jika batuk atau bersin /memakai masker
3. Jangan meludah di sembarang tempat
4. Makan makanan bergizi
5. Membuka jendela agar udara dan sinar matahari masuk
6. Menjemur alas tidur agar tidak lembab
7. Tidak merokok disekitar anak
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan tentang Antenatal Care/ Pemeriksaan
Kehamilan diharapkan peserta mengetahui dan memahami pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala
III. Materi
1. Pengertian Antenatal Care
- Mengucapkan salam
1 Pembukaan 1 menit - Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan umum dan khusus
Inti
Pengertian Antenatal Care, Manfaat
2.1 Penyuluhan 5 menit
Antenatal Care, 10-T Pemeriksaan
wajib di Antenatal Care, dan Berapa
2 kali minimal ibu memeriksakan
kandungannya.
V. Metode Penyampaian
Penyuluhan dan Tanya Jawab
VI. Media
Flipchart dan Leaflet
ANTENATAL CARE
A. Definisi
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan
kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada
ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Pelayanan antenatal terintegrasi
merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang
sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang
diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
B. Tujuan
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, dtambah palpasi
abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)
BAB VI
Tabel 6.1 Data Survei PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
2. 10 indikator PHBS
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. Bayi di beri ASI ekslusif.
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
b. Bagi Masyarakat
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2018 2019
Pasien TB Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Kasus TB Baru 1 2 5 3 1 6 2 4 1 2 1 2 2 1 3
Sembuh TB 5 6 4 7 9 3 6 - - - - - - - -
TB Putus Obat 2 4 - - 2 - 2 - 3 1 - 4 1 3 1
Kematian - - 1 - - - - 1 - - - - - - -
akibat TB
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal
yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak
istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan
asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA).
Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini
dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa
sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila
terkena sinar, matahari atau aliran udara.
3. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per
100.000 penduduk.
4. Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini
ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan
sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma) atau
tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti
lagi
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau
kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya
mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus
dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
5. Klasifikasi
Tb Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M. tuberkulosis
TB Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau
patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan
pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten
dengan TB ekstraparu aktif.
VI. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Gejala klinis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratorik
batuk > 2 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
demam
gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS) :
Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3
hari berturut-turut.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6
cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor.
Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada
gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas
objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan
NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke
dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan
telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
VII. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
A. Obat Anti Tuberkulosis
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
o INH
o Rifampisin
o Pirazinamid
o Streptomisin
o Etambutol
Kemasan
o Obat tunggal, Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
o Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.
Fase Fase
intensif lanjutan
2 bulan 4 bulan
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan:
2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau 2 RHZE/ 4R3H3
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simptomatis ialah :
Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang- kadang diare
Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat,
air mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat
terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan
arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi
dan penimbunan asam urat.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kgBB
perhari atau 30 mg/kgBB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan
penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Gejala efek
samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Jika pengobatan diteruskan maka
kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli).
VIII. KOMPLIKASI
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Puskesmas Tuntungan mengadakan banyak program-program
kesehatan yaitu pemberian bantuan kepada anak malnutrisi, imunisasi
7.2 Saran
1. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
2. Pentingnya dilakukan penyuluhan tentang pola hidup sehat dalam
rumah tangga seperti pola makan sehat seimbang (banyak makan sayur
dan buah) dan melakukan aktivitas fisik dengan teratur
3. Pentingnya kegiatan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan
kita sebab lingkungan yang bersih akan meningkatkan kesehatan diri
kita sendiri.