Tahun 1984, World Health Organization (WHO) mengubah istilah pendidikan kesehatan
menjadi promosi kesehatan. Perbedaan kedua istilah tersebut yaitu pendidikan kesehatan
merupakan upaya untuk mengubah perilaku sedangkan promosi kesehatan selain untuk
mengubah perilaku juga mengubah lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasi ke arah
perubahan perilaku tersebut.
Istilah Health Promotion (promosi kesehatan) ini secara resmi disampaikan pada
Konferensi Internasional tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada padattahunm1986. Pada
Konferensi tersebut health promotiondidefinisikan sebagai “the process of enabling peoples to
increase controls over, and to improved their health” yaitu proses yang memungkinkan seseorang
untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan. Definisi ini mengandung pemahaman bahwa
upaya promosi kesehatan membutuhkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai cara
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan baik perorangan maupun
masyarakat.
Pada tahun 1994 Indonesia mendapat kunjungan dari Direktur Health Promotion WHO
yaitu Dr. Ilona Kickbush. Kemudian Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Konferensi
Internasional Health Promotion yang keempat sehingga Depkes berupaya untuk menyamakan
konsep dan prinsip tentang promosi kesehatan serta mengembangkan beberapa daerah menjadi
daerah percontohan.
1
[Type text]
Visi, misi, dan strategi promosi kesehatan di Indonesia sudah sangat yang jelas sebagai
suatu lembaga atau institusi atau suatu program. Melalui visi dan misi tersebut lembaga atau
program memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, visi promosi kesehatan di
Indonesia tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang terdapat
dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 366 Tahun 2009, yaitu:
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya, sebagai investasi sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan yang menjadi bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mampu mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia, sehingga promosi kesehatan
dapat dirumuskan sebagai “Masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya”. Adapun visi promosi kesehatan menurut Fitriani (2011), yaitu:
Memelihara kesehatan artinya mau dan mampu dalam melakukan pencegahan penyakit serta
melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan. Selain itu, kesehatan perlu ditingkatkan
karena derajat kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat itu bersifat dinamis
‘tidak statis’.
Diperlukan upaya untuk mewujudkan visi promosi kesehatan tersebut agar masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Upaya-upaya yang harus
dilakukan untuk mencapai visi tersebut disebut misi promosi kesehatan.
Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai “The process of
enabling individuals and communities to increases control over the determinants of health and
there by improve their health” (proses yang mengupayakan individu dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya).
2
[Type text]
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang
lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja,
tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam
masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang
diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya,
ekonomi, dan politik.
Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan,
organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan (Mubarak
dkk., 2007).
Promosi kesehatan merupakan istilah yang saat ini banyak digunakan dalam kesehatan
masyarakat dan telah mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah dalam melaksanakan
kegiatannya.
Definisi promosi kesehatan juga tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar merekan dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam promosi
kesehatan sebagai penunjang dari program-program kesehatan yang lainnya, seperti kesehatan
lingkungan, peningkatan status gizi masyarakat, pemberantasan penyakit menular, pencegahan
penyakit tidak menular, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
1) Advokasi (advocate)
Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan faktor biologis
dapat memengaruhi kesehatan seseorang. Promosi kesehatan berupaya untuk
3
[Type text]
2) Mediasi (mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani antara
sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan faktor yang
memengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja. Promosi
kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari pemerintah, sektor
kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri, dan media. Dengan kata lain promosi
kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan sangat
penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu menangani masalah
kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi kesehatan di sini bertanggung jawab untuk
memediasi berbagai kepentingan berbagai sektor yang terlibat untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Sehingga, strategi dan program promosi kesehatan harus
mempertimbangkan kebutuhan lokal dan memungkinkan berbagai sektor baik di lingkup
regional, nasional maupun international untuk dapat terlibat di dalamnya.
2) Memampukan (enable)
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan sumber daya kesehatan
untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap orang di
masyarakat memiliki lingkungan yang kondusif untuk berperilaku sehat, memiliki
akses pada informasi yang dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki
keterampilan dalam membuat keputusan yang dapat meningkatkan status kesehatan
mereka. Prinsip promosi kesehatan di sini adalah masyarakat mampu untuk memiliki
control terhadap determinan yang dapat memengaruhi kesehatan mereka. Sesuai
dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan
masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan harus dapat
memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
mandiri di bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh
masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor dari luar kesehatan, seperti sosial, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, keterampilan masyarakat di bidang ekonomi (pertanian, peternakan,
perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya juga perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.
4
[Type text]
Strategi promosi kesehatan menurut WHO (1994) secara global terdiri dari 4 hal
sebagai berikut.
a. Advokasi (advocacy)
Advokasi merupakan kegiatan membuat keputusan sebagai bentuk
memberikan bantuan kepada masyarakat dari penentu kebijakan dalam bidang
kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh
terhadap masyarakat.
Advokasi adalah upaya untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung terhadap tujuan yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat
tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan
advokasi memiliki bermacam-macam bentuk, baik formal maupun informal.
Advokasi dalam bentuk formal seperti penyajian atau presentasi dan seminar
tentang usulan program nyang diharapkan mendapat dukungan dari pejabat
terkait. Sedangkan kegiatan advokasi dalam bentuk informal seperti
mengunjungi pejabat yang relevan dengan program nyang diusulkan, yang
secara tidak langsung bermaksud untuk meminta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, dan/atau fasilitas lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapati disimpulkan bahwa advokasi adalah
kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari para pejabat baik eksekutif dan
legislatif di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah
kesehatan.
b. Dukungan sosial (social support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari
berbagai lapisan yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat
berasal dari unsur informal, seperti tokoh agama dan tokoh adat yang
mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal, seperti petugas
kesehatan dan pejabat pemerintah. Tujuan utamanya agar para tokoh
masyarakat sebagai perantara antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program kesehatan dan masyarakat sebagai penerima program kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada
dasarnya adalah untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar
masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
5
[Type text]
6
[Type text]
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa terlepas dari pembiayaan kesehatan. Pembiayaan
kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untukdimanfaatkan dalam
upaya kesehatan sesuai dengan kebutuhan perorangan, kelompok dan masyarakat (Setyawan,
2015).
Sistem kesehatan nasional, pembiayaan kesehatan adalah penataan sumber daya
keuangan yang mengatur penggalian, pengalokasian dan membelanjakan biaya kesehatan dengan
prinsip efisiensi, efektif, ekonomis, adil, transparan akuntabel dan berkelanjutan
untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembiayaan yang dialokasikan untuk kesehatan dikatakan baik apabila dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, jumlahnya mencukupi dan
dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya yang
berlebihan.
Semakin maju suatu negara, semakin besar belanja publik untuk kesehatan. Sampai 2014,
belanja APBN Kementerian Kesehatan masih 2 persen dari total APBN. Kecilnya alokasi
pendanaan di Indonesia oleh karena
1) Tax ratio Indonesia kurang dari 13 persen sedangkan negara- negara maju dan menengah
keatas sudah mencapai 20 persen.
2) 10 Komitmen pemerintah Indonesia belum memberikan prioritas dalam alokasi dana untuk
kesehatan publik.
Pembiayaan kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga status kesehatan
masyarakat. Era desentralisasi saat ini pembiayaan kesehatan daerah untuk alokasi biaya
kesehatan sebesar 10 persen dari dana APBD di luar gaji sesuai ketentuan pasal 171 ayat 2 dalam
Undang-Undang Kesehatan nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
7
[Type text]
8
[Type text]
5) Ketergantungan pada sistem Out Of Pocket (OOP), potensial menyebabkan keluarga menjadi
miskin saat mengalami sakit berat karena biaya sendiri dan mahal berakibat malapetaka
keuangan rumah tangga (financial cathastropic).
6) Realisasi anggaran yang terlambat, telah berlangsung kronis dan berdampak pada kinerja
program sehingga perencanaan lebih cepat direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan tidak
langsung seperti pelatihan-pelatihan, pertemuan dan lainnya yang dapat menyerap anggaran
cepat namun tidak segera dapat meningkatkan kinerja program kesehatan (Pusat KEKKFKM-UI
dan PPJK, 2016).
Permasalahan pendanaan kesehatan secara umum karena kurangnya dana tersedia untuk
kegiatan program kesehatan, pemanfaatan dana yang ada belum sesuai yaitu lebih
mengutamakan untuk pelayanan kuratif dibanding untuk pelayanan promotif dan preventif, lebih
banyak di pergunakan untuk daerah perkotaan, dalam hal pengelolaan pembiayaan belum
sempurna serta biaya kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Sumber pembiayaan di bidang kesehatan terdiri dari empat sumber utama yaitu
1) pemerintah,
2) swasta,
3) masyarakat dalam bentuk fee for servicesdan asuransi,
4) sumber-sumber lain dalam bentuk hibah dan pinjaman luar
negeri (Muninjaya, 2004).
Pembiayaan kesehatan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya dan secara garis
besar dibedakan antara lain, yakni
1) bersumber dari angggaran pemerintah yaitu seluruh pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah dan tidak ditemukan pelayanan
kesehatan oleh swasta,
2) sebagian ditanggung oleh masyarakat, beberapa negara melibatkan masyarakat dalam
memberikan kontribusi pembiayaan kesehatan yaitu masyarakat diharuskan iur biaya terhadap
layanan kesehatan yang diterimanya (Aswar, 2010).
9
[Type text]
Sedangkan sumber pembiayaan dari non pemerintah antara lain dari rumah tangga,
pelayanankesehatan milik swasta, yayasan/LSM/Donor dan perusahaan swasta (Pusat
KEKKFKM-UI dan PPJK, 2016). Sumber pembiayaan dari pusat yang sudah dialokasikan untuk
di Kabupaten berupa dana bantuan operasional kesehatan pemanfaatannya mengikuti mekanisme
APBD (Perbup, 2015)
Health Account
Health account erat kaitannya dengan belanja kesehatan yakni proses pencatatan dan
klasifikasi data untuk menggambarkan aliran belanja dalam penyelenggaraan sistem kesehatan
sebagai monitoring transaksi.
Konsep health account adalah menjawab dari beberapa pertanyaan mendasar yakni dari
mana sumber dana, yang mengelola, yang dibayar, fungsi yang dilakukan, berupa apa saja yang
dibeli untuk manfaat tersebut, masuk dalam kegiatan program mana, pada jenjang apa fungsi
tersebut dilaksanakan dan kelompok mana yang mendapat manfaat (Pusat KEKKFKM-UI dan
PPJK, 2016).
Health account diperlukan untuk mempelajari pengeluaran masa lalu secara retrospektif,
meningkatkan sistem akuntabilitas perencanaan dan alokasi sumber daya yang bertujuan
membantu negara-negara dalam melindungi rakyatnya dari ancaman pengeluaran biaya
kesehatan, mengurangi ketidak seimbangan dalam kesehatan pada program jaminan kesehatan
nasional.
Fokus health accountdalam reformasi pembiayaan kesehatan diantaranya 1)
desentralisasi fiskal (DHA), 2) Klien membayar tarif pada saat menggunakan pelayanan, 3)
pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin, 4) alokasi pembiayaan publik dan 5) asuransi
kesehatan.
Badan dunia (WHO dan OECD) menyarankan agar masing-masing negara membuat
pencatatan dan analisis pada pembiayaan kesehatan.Ruang lingkup pencatatan, analisis dan
pelaporan data pembiayaan kesehatan di tingkat nasional disebut NHA dan pada level provinsi
disebut PHA (provincial health account) sedangkan pada tingkat kabupaten/kota disebut DHA.
10
[Type text]
Konsep NHA terdiri dari empatpertanyaan mendasar yakni : 1) sumber pembiayaan yang
datang dari mana, 2) aliran sumber tersebut kemana saja, 3) jenis pelayanaan yang diberikan apa
saja dan 4) siapa yang mendapatkan manfaat tersebut.
NHA adalah potret mengenai kondisi pembiayaan kesehatan di Indonesia berdasarkan
data dan analisis yang berisikan laporan data yang akurat dan valid yang dapat dimanfaatkan
sebagai informasi dasar dalam perencanaan dan penyusunan kebijakan berbasis bukti. Di
beberapa negara seperti Afrika NHA digunakan untuk menghasilkan informasi dan bukti tentang
kondisi pembiayaan kesehatan yang berkeadilan, efisiensi dan berkelanjutan (World
Health Organization, 2014). Tujuan pendekatan NHA adalah untuk mengetahui data pembiayaan
kesehatan yang tepat dalam setahun dan juga untuk menghubungkan antara output kesehatan dan
pengeluaran anggaran dalam setiap tahun secara berkelanjutan. NHA dapat digunakan dalam
manajemen untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan.
Data NHA dapat memberikan bukti penggunaan sumber daya sesuai prioritas dan fungsi
kesehatan dalam meningkatkan anggaran kesehatan 2-3 persen PDB (Rout.K.S, 2012). Di
beberapa negara yang menerapkan NHA menemukan berbagai masalah diantaranya 1) pelaporan
NHA belum teratur, 2) permintaan data NHA dalam membuat kebijakan masih dibatasi yakni
hanya untuk data kesejahteraan keluarga dan pelayanan kesehatan saja, 3) staf tehnis yang
bertugas mengelola data NHA belum memiliki keahlian tehnisdalam masalah kesehatan dan
bukan berasal dari kalangan kesehatan.
Perhitungan NHA di Indonesia bertujuan : 1) mengetahui sumber daya kesehatan yaitu
siapa yang diberikan pelayanan kesehatan dan siapa yang membayar pelayanan tersebut, 2)
sebagai alat dalam perencanaan, pengembangan dan pengawasan pembiayaan kesehatan
nasional.
Hasil NHA dapat dimanfaatkan untuk membandingkan pembiayaaan kesehatan antar
negara yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan kinerja pembangunan kesehatan masing-masing
sertauntuk menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan.
DHA adalah suatu instrumen yang didalamnya terdapat data lengkap dan akurat tentang
sumber-sumber dan pengeluaran pembiayaan kesehatan, jenis pelayanan kesehatan apa saja yang
menggunakan biaya kesehatan serta yang membayar biaya kesehatan tersebut siapa saja di
tingkat kabupaten/kota.
Di Indonesia, DHA sangat penting untuk NHA dan PHA karena sangat sulit melakukan
health accountsecara sentralitas mencapai lebih dari 514 kabupaten/kota (Pusat KEKKFKM-UI
dan PPJK, 2016). DHA menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan untuk bahan advokasi
kepada pengambil kebijakan dengan harapan dapat memperbaiki kelemahan/kekurangan sistem
pembiayaan, antara lain 1) meningkatkan alokasi pembiayaan kesehatan, 2) mengutamakan
/mengarahkan anggaran pembiayaan pada masalah kesehatan prioritas, 3) mengarahkan anggaran
pada intervensi dan kegiatan yang lebih “cost effective”, 4) mengembangkan sistem asuransi dan
lain-lain.
DHA merupakan potret pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota yang merupakan salah
satu alat evaluasi dan analisis tentang kondisi pengalokasian dan pemanfaatan pembiayaan
11
[Type text]
12
[Type text]
1. barang modal (gedung, alat kesehatan, alat non kesehatan, fellowship untuk staf
dan lain-lain),
2. biaya operasional (tenaga, obat, bahan medis non medis, makanan, listrik, air,
telepon, perjalanan dan lain-lain),
13
[Type text]
Pelayanan Kesehatan
Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer dan pelayanan
kesehatan masyarakat primer.
14
[Type text]
a. Puskesmas;
b. Klinik pratama;
e. Praktek bidan;
f. Praktek fisioterapis;
b) Laboratorium klinik;
c) Radiologi;
d) Apotek;
f) Optik.
(4) Dalam melaksanakan UKP Tingkat Pertama, puskesmas wajib memberikan pelayanan
dalam 24 jam setiap hari.
15
[Type text]
g) Masyarakat/swasta;
h) Hibah.
o Dokter/dokter gigi;
o Perawat;
o Bidan;
o Fisioterapis;
o Ahli gizi;
o Analis kesehatan;
o Perekam medis;
o Radiografer;
o Refraksionis.
16
[Type text]
o Pembinaan dan supervisi teknis medis dan penunjang medis PKPP dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Kesehatan (UPT RSUD
Kabupaten/Kota)
1. Perawat;
2. Bidan;
17
[Type text]
2. Didukung oleh sumber daya yang memadai berupa pembiayaan, logistik, dan
sarana-prasarana.
2 Lembaga PKMP di Tingkat Kecamatan adalah Unit Pelaksana Teknis Organisasi Perangkat
Daerah yang menangani urusan kesehatan.
18
[Type text]
b. Bidan;
a. Pembinaan dan supervisi teknis Pos PKMP di Tingkat Kecamatan dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten/Kota yang menangani urusan
kesehatan;
b. Kinerja Pos PKMP di Tingkat Kecamatan merupakan bagian dari kinerja Jaringan
UKM Kecamatan se- Kabupaten/Kota.
a. Sarjana Keperawatan;
b. Bidan;
9 Pelaksanaan UKM oleh Tenaga Kesehatan PKMP di Tingkat Kecamatan dapat melibatkan
LSM.
b. Didukung oleh sumber daya yang memadai berupa pembiayaan, logistik, dan
sarana-prasarana.
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.
19
[Type text]
d) Klinik Utama.
b) Laboratorium klinik;
c) Radiologi;
d) Apotek;
e) Rehabilitasi medik;
f) Optik.
3) Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan
masyarakat/swasta wajib menyediakan tempat tidur Kelas 3 sesuai kebutuhan.
4) Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
menyediakan bangsal khusus dan/atau tempat tidur untuk ODGJ dan pasien dengan kasus
narkoba.
20
[Type text]
a) Masyarakat/swasta;
b) Hibah;
b) Dokter/dokter gigi;
c) Perawat;
d) Bidan;
e) Fisioterapis;
f) Ahli gizi;
h) Analis kesehatan;
i) Perekam medis;
j) Radiografer;
k) Refraksionis.
21
[Type text]
a) Pembinaan dan supervisi teknis administrasi dan manajemen PKPS dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah di Provinsi Riau yang menangani Kesehatan;
b) Pembinaan dan supervisi teknis medis dan penunjang medis PKPS dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah di Provinsi Riau yang menangani UKP.
1. Sarana utama PKMS adalah Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Urusan
Kesehatan.
c. Memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan sumber daya manusia
kesehatan.
22
[Type text]
a) Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Urusan Kesehatan di Provinsi Riau
melakukan supervisi dan pembinaan terhadap PKMS di Kabupaten/Kota;
b) Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Urusan Kesehatan di Provinsi Riau
mengkoordinasikan pengelolaan target kinerja PKMS se-Provinsi Riau.
a) Dapat dilakukan di luar jam kerja dan atau hari kerja;
b) Didukung oleh sumber daya yang memadai berupa pembiayaan, logistic, dan sarana-
prasarana.
Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri dari
pelayanan kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
1. Rumah Sakit minimal setara kelas B milik Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Swasta;
23
[Type text]
b. Laboratorium klinik;
c. Radiologi;
d. Apotek;
e. Rehabilitasi medik;
f. Optik.
(4) Rumah Sakit setara kelas B milik Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, serta masyarakat/swasta wajib menyediakan tempat tidur Kelas 3 sesuai
kebutuhan.
a. Masyarakat/swasta;
c. Hibah.
24
[Type text]
c) Dokter/dokter gigi;
d) Perawat;
e) Bidan;
f) Fisioterapis;
g) Ahli gizi;
i) Analis kesehatan;
j) Perekam medis;
k) Radiografer;
l) Refraksionis.
1. Pembinaan dan supervisi teknis administrasi dan manajemen PKPT dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah di Provinsi Riau yang menangani Kesehatan dan
Kementerian yang menangani Kesehatan;
2. Pembinaan dan supervisi teknis medis dan penunjang medis PKPT dilakukan oleh
Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Kesehatan (UPT RSUD Provinsi).
25
[Type text]
(1) Sarana utama PKMT adalah Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Urusan
Kesehatan.
(3) Lembaga PKMT adalah Bidang-bidang pada Organisasi Perangkat Daerah yang menangani
Urusan Kesehatan.
c. Memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan sumber daya manusia
kesehatan; dan
26
[Type text]
b) Didukung oleh sumber daya yang memadai berupa pembiayaan, logistic, dan
sarana-prasarana.
27