Anda di halaman 1dari 115

BAHAN AJAR

M.K : PROMOSI KESEHATAN

UNTUK JURUSAN KEBIDANAN

OLEH :

SULTINA SARITA, SKM.,M.Kes


Halijah, SKM.,M.Kes

1
KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN

A. Konsep dan Prinsip Promosi Kesehatan

1. Sejarah Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan (health promotion) merupakan perwujudan konsep

pendidikan kesehatan. Pada tahun 1984, Divisi pendidikan kesehatan (Division

Health Education) oleh WHO diubah menjadi Divisi promosi dan penididikan

kesehatan (Divition on Health Promotion and Education). Sehingga promosi

kesehatan telah menjadi bidang yang semakin penting dan memiliki

perkembangan yang berarti dan menjadi perhatian dunia. Dalam konferensi

internasional pertama yang diselenggarakan di Ottawa, Kanada pada tanggal

21 november 1986 oleh para ahli kesehatan seluruh dunia telah menghasilkan

sebuah dokumen penting yang disebut Piagam Ottawa (Ottawa Charter).

Piagam tersebut menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap

Negara termasuk Indonesia, yang menyebutkan bahwa Promosi Kesehatan

adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan

meningkatkan kesehatan mereka (“health promotion is the process of enabling

people to increase control over, and to their health”) (WHO, 1986). Jadi tujuan

akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri seseorang tentang

pentingnya kesehatan sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan

usaha-usaha utnuk menyehatkan diri. Selanjutnya dokumen tersebut

menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik

fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal

serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhan agar

2
mampu mengubah atau mengatasi lingkungan baik lingkungan fisik , sosial

budaya dan sebagainya).

Sejarah promosi kesehatan di Indonesia terjadi sejak 1970-an diman

dalam Sekretariat Jenderak Departemen Kesehatan (Depkes) berada di

bagian Pendidikan Kesehatan Masyarakat atau di lingkungan Biro Pendidikan.

Lalu pada tahun 1975, Depkes mengalami reorganisasi dengan mengganti

bagian pendidikan Kesehatan Masyrakat menjadi Direktorat Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat. Dalam hal ini maka istilah pendidikan kesehatan tidak

digunakan lagi karena dianggap bias dengan istilah yang sudah baku untuk

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 1984, Depkes melakukan

reorganisasi kembali, Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyrakat berubah

menjadi Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PPKM) disamping adapula

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat (BPSM) yang merupakan Direktorat

baru pecahan Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Sebagai direktur

baru Promosi Kesehatan WHO Headquarter Geneva, dr. Ilona Kickbush, tahun

1994 telah mengunjungi beberapa Negara termasuk Indonesia, diadakanlah

pertemuan dengan Depkes dan pertemuan lainnya, bik internal penyuluhan

kesehatan maupun ekternal dengan lintas program maupun lintas sektoral,

termasuk FKM UI. Karena terkesan pada kunjungannya ke Indonesia, ia

kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah

Konferensi International Promosi Kesehatan yang ke empat.

Untuk mematangkan persiapan konferensi , Depkes menyadari bahwa

sebagai tuan rumah konferensi internasional, Indonesia seharusnya memiliki

3
kesamaan pemahaman konsep dan prinsip-prinsip promosi kesehatan serta

dapat mengembangkannya dibeberapa daerah sebagai percontohan, Dengan

demikian saat itu Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes berupaya

mengembangkan konsep promosi kesehatan serta aplikasinya di Indonesia.

Penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia dipacu oleh

perkembangan dunia internasional. Konsep ini mulai diseduaikan Depkes RI

tahun 2000 dengan mengubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

(PPKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan. Kemudian di akhir tahin 2001

terjadi reorganosasi kembali. Surat Keputusan Menkes No.

1277/Menkes/SK/XI/2001 tanggal 27 November 2001 menetapkan bahwa

Direktorat Promosi Kesehatan berganti nama menjadi Pusat Promosi

Kesehatan.

Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan

mengkombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor

kesehatan, tetapi juga melibatkan koordinasi dan kerjasama segenap unsur

masyarakat. Hal ini juga didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah

suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan kesehatan yang baik

merupakan usaha individu dan kolektif. Promosi kesehatan bagi individu terkait

dengan pengembangan program pola hidup sehat sejak muda, dewasa hingga

lanjut usia. Secara kolektif, program kesehatan dapat melibatkan berbagai

sector, unsur, dan profesi dalam masyarakat, seperti praktisi medis, psikolog,

media massa, serta para pembuat kebijakan publik dan perumus perundang-

undangan.

4
Promosi kesehatan mencakup kegiatan promosi ( promotif), pencegahan

penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi (rehabilitatif).

Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun yang sakit merupakan sasaran

kegiatan promosi kesehatan.

2. Definisi Promosi Kesehatan

a. Secara umum promosi adalah suatu usaha menginformasikan dan

mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan

transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkan.

Istilah promosi selama ini selalu di hubungkan dengan penjualan (sales),

periklanan (advertising). Akan tetapi dalam konteks kesehatan, promosi

kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Penegrtian ini lebih luas

dari pengertian pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

Ada beberapa definisi promosi kesehatan menurut para pakar :

WHO (1984) : Promosi kesehatan adalah suatu proses yang

memungkinkan

individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan

mereka.

b. Green (1984) : Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

5
c. Ottawa Charter (1968) : Promosi kesehatan merupakan suatu proses

yang

bertujuan memungkinkan individu meningkatkan control terhadap

kesehatan.

Promosi kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di

bidang kesehatan desertai dengan upaya memengaruhi lingkungan atau hal-

hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas

kesehatan. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif

(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif

(pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan

yang komprehensif.

3. Tujuan Promosi kesehatan

Promosi kesehatan menempatkan masyarakat bukan sebagai objek

melainkan sebagai subjek, atau pelaku bukan sasaran, sehingga diharapkan

untuk aktif berbuat dan tidak hanya pasif menunggu. Dengan demikian, tujuan

utama promosi kesehatan adalah agar orang atau masyarakat mampu :

a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

b. Menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif

bagi kesehatan

c. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri serta menjadikan

kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

6
d. Memahami apa yang dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada pada

mereka ditambah dengan dukungan dari luar untuk mengatasi masalahnya

e. Mendorong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

f. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

g. Memutuskan kegiatan yang paling tepat untuk meningkatkan taraf hidup

sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan menurut wong (1974) tujuan promosi kesehatan adalah :

a. Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan serta keselamatan lingkungan dan masyarakat

b. Agar orang melakukan langkah dalam mencegah hal-hal yang

memperparah terjadinya penyakit dan mencegah keadaan ketergantungan

melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan penyakit.

c. Agar otang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksisitensi atau

perubahan-perubahan sistem dengan memanfaatkannya secara efisiensi

dan efektif.

d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

bagaimana caranya dengan tanpa selalu meminta pertolongan kepada

sistem pelayanan kesehatan formal.

4. Sasaran Promosi Kesehatan

7
Secara prinsipiel, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat,

masyarakat dapat dilihat dalam konteks komunitas, keluarga, maupun

individu. Dapat dikelompokkan menurut ruang lingkupnya, yaitu tatanan

rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan institusi

pelayanan kesehatan. Sasaran promosi kesehatan dikelompokkan menjadi

tiga yaitu individu, kelompok, masyarakat luas, yang juga dibedakan menjadi

tiga yaitu:

a. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran langsung pada masyarakat sesuai misi pemberdayaan upaya

promosi kesehatan, meliputi kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, dan

anak sekolah.

b. Sasaran sekunder (secondary target)

Sasaran sesuai misi dukungan sosiaal, meliputi tokoh masyarakat, tokoh

adat, tokoh agama para tokoh masyarakat adat, kelompok sasaran ini

diharapkan memberikan promosi kesehatan pada masyarakat

disekitarnya.

c. Sasaran tersier (tertiary target)

Sasaran misi advokasi meliputi pembuat keputusan/penentu kebijakan,

baik di tingkat pusat maupun daerah. Kebijakan ini diharapkan dapat

berdampak pada perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian

pada kelompok primer.

8
5. Promosi Kesehatan di Tatanan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga / komunitas terorganisasi yang membina dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Usia sekolah merupakan

proporsi kelompok umur terbanyak dan peka terhadap perubahan. Program

promosi kesehatan di sekolah berupaya menciptakan lingkungan sekolah

yang sehat, baik aspek nonfisik/ mental sosial dan aspek fisik, melalui

penyuluhan kesehatan (health education) serta pemeliharaan dan pelayanan

kesehatan di sekolah (health services and school).

Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah dilakukan dengan

cara :

a. Pemeliharaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan umum

atau khusus, misalnya pemeriksaan gigi, paru-paru, atau kulit.

b. Pemeliharaan dan pengawasan kebersihan lingkungan

c. Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

dengan imunisasi

d. Usaha perbaikan gizi

e. Usaha kesehatan gigi sekolah

f. Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan

jasmani, rohani, dan sosial, misalnya penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan.

g. Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau

lanjutan ke puskesmas atau rumah sakit

h. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan ringan.

9
B. Lingkup Promosi Dalam Praktik Kebidanan

Upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh

karena itu, promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang

berpentingan. Rancangan program promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh

bidan melalui program kemitraan pelayanan persalinan terpadu. Program ini

diharapkan dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan

menjalin kemitraan lintas sektoral yang terkait. Bentuk kemitraan terdiri atas

kemitraaan dengan masyarakat, dukun bayi, organisasi IBI, dan dengan penentu

kebijakan (pemerintah atau tokoh masyarakat) dalam mendukung pelayanan

kesehatan reproduksi. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan,

sumber daya, dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa

kegiatannya meliputi pelatihan dukun bayi, pendidikan/pelatihan KB,

mengembangkan persiapan rujukan ke Rs, serta mengembangkan materi

informasi tentang kesehatan reproduksi.

1. Promosi kesehatan pada Bayi

Promosi kesehatan yang dilakukan pada bayi yaitu bidan dapat memberikan

promosi kesehatan tersebut pada ibu, ayah, atau keluarga bayi. Beberapa

bentuk promosi kebidanan terhadapa bayi seperti :

a. Pentingnya pemberian ASI.

Yaitu bagaimana mempromosikan bahwa ASI sangat penting bagi

bayi. Pemberiannya harus dianjurkan kepada setiap ibu karena ASI yang

10
pertama (kolostrum) mengandung zat antibody yang dapat mencegah

infeksi pada bayi. Bayi yang minum ASI jarang mengalami gastroenteritis

karena lemak dan protein ASI mudah dicerna. Selain itu juga dapat

meningkatkan keeratan hubungan antara bayi dengan ibunya, serta

merupakan susu buatan alam yang lebih baik, suci hama, segar, murah

dan tersedia setiap waktu. Dengan alasan-alasan yang diberikan oleh

bidan melalui promosi kesehatan, ibu menyusui diharapkan bersedia

melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.

Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya bayi baru lahir (neonates),

masih

berada pada kisaran 20 per 1,000 kelahiran hidup, SDKI,2002/2003).

Melihat kondisi tersebut Depkes (2000), telah menyusun rencana

strategis jangka panjang sebagai upaya penurunan angka kematian bayi

baru lahir. Renstra tersebut dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy

Safer (MPS)”

2. Promosi Kesehatan pada Anak Balita

Anak di bawah usia lima tahun (balita) merupakan salah satu periode

usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai

dari dua sampai lima tahun atau usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut

juga sebagai usia prasekolah. Usia anak adalah periode yang sangat

menentukan perkembangan pada usia dewasa nantinya.

Upaya promosi kesehatan pada anak balita yang diberikan bidan

meliputi promosi mengenai ASI, gizi atau nutrisi, pertumbuhan dan

11
perkembangan, interaksi, imunisasi, sosialisasi, dan keamanan. Anak balita

adalah salah satu sasaran promosi keehatan dalam pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh bidan. Sebelum memberikan promosi kesehatan,

seorang bidan perlu memiliki data tentang anak balita di wilayah kerjanya

yang dapat diperoleh di Puskesmas, Pustu, dan Polendes. Data tersebut

diperlukan dalam pelaksanaan pembinaan anak balita.

Melalui promosi kesehatan pada anak balita, bidan diharapkan

mampu memberikan penyuluhan dan mengikutsertakan orangtua, anggota

keluarga serta pengasuh anak, dalam kegiatan pembinaan kesehatan

menyangkut perbaikan gizi, perbaikan kesehatan lingkungan, maupun

pengawasan tumbuh kembang anak. Semua kegiatan dicatat dan dilaporkan

ke Puskesmas. Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita

akan berhasil dengan baik jika didukung oleh pemerintah desa, pemimpin,

dan tokoh masyarakat, termasuk dukun di desa. Para ibu juga perlu

dimotivasi untuk memeriksakan kesehatan anaknya.

3. Promosi Kesehatan pada Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun.

Namun jika seseorang sudah menikah pada usia remaja, maka ia tergolong

dewasa atau bukan remaja lagi. Sebaliknya, jika seseorang masi bergantung

pada orang tua di usia bukan remaja lagi, maka ia dimasukkan dalam

kelompok remaja. Upaya promosi kesehatan pada remaja meliputi gizi atau

12
nutrisi, sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, seksualitas dan

kemandirian. Remaja tumbuh berkembang secara biologis yang juga diikuti

dengan perkembangan psikologis dan sosial. Oleh karena itu, pembinaan

remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya ditunjukkan pada masalah

kesehatan sistenm reproduksi semata. Faktor perkembangan psikologis dan

sosial juga perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja.

Remaja memiliki sifat menantang sesuatu yang dianggap kaku dan

kolot. Mereka menginginkan kebebasan, sehingga sering menimbulkan

konflik di dalam diri mereka. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dalam

memahami alam dan pikiran remaja. Penyampaian pesan kesehatan dan

bimbingan remaja mencakup perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat,

sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif

dan sebagainya. Pesan harus disampaikan sesuai bahasa remaja.

4. Promosi Kesehatan pada Ibu Hamil

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim

seorang perempuan. Masa kehamilan didahului terjadinya pembuahan, yaitu

bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkanoleh indung

telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan

tumbuh di dalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman

dan nyaman bagi janin (Depkes, 2009). Ibu hamil adalah wanita yang

mengandung janin dalam rahim karena proses pembuahan oleh

spermatozoa.

13
Upaya promosi kesehatan yang diberikan bidan pada ibu hamil terdiri

atas aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik meliputi masalah gizi, kebutuhan

oksigen, kebersihan diri, pakaian, eliminasi, kebutuhan pola seksual,

mobilisasi, pergerakan tubuh, aktivitas (termasuk senam hamil, istirahat,

imunisasi, traveling, persiapan laktasi, persiapan persalinan dan kelahiran,

kesehatan janin, pekerjaan). Aspek psikologis meliputi dukungan keluarga,

dukungan tenaga kesehatan, rasa aman dan nyaman, persiapan menjadi

orangtua, dan persiapan sibling (saudara kandung). Kehamilan merupakan

episode yang melibatkan kondisi biologis, perubahan psikologis, dan

adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar

kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa alami yang

harus didahului, tetapi juga ada yang menganggap kehamilan sebagai

peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Sebagia

ibu hamil merasakan cemas berlebih, panic, dan bisa berujung pada depresi

berat. Oleh sebab itu, wanita hamil memerlukan dukungan psikologis dan

perhatian yang diberikan oleh suami bersama keluarga serta bidan sebagai

tenaga kesehatan.

5. Promosi Kesehatan pada Ibu Bersalin

Lingkup promosi kesehatan pada terhadap ibu bersalin meliputi

persiapan persalinan, menyangkut kebutuhan nutrisi dan cairan elektrolit,

kesehatan janin, serta pemberian dukungan suami, keluarga, dan bidan agar

dapat mengurangi rasa sakit saat melahirkan.

14
Promosi kesehatan terhadap ibu bersalin dapat mencegah terjadinya

depresi saat atau setelah melahirkan. Persalinan dan kelahiran merupakan

proses fisiologis dan merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga

nantikan selama Sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu

adalah untuk melahirkan bayinya. Cemas menghadapi persalinan adalah hal

yang wajar. Namun, seorang bidan harus mampu membantu ibu mengatasi

hal tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan promosi

kesehatan ibu bersalin. Pemberian promosi kesehatan dapat mengatasi rasa

cemas, khawatir, panic, depresi ibu bersalin. Promosi ini lebih baik diberikan

jauh hari sebelum bersalin, misalnya saat hamil trimester III.

6. Promosi Kesehatan pada Ibu Nifas

Nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh kelahiran anak.

Hukum yang berlaku pada nifas adalah sama seperti hokum haid, baik

mengenai hal-hal yang diperbolehkan, diharamkan, diwajibkan, maupun

dihapuskan. Masa nifas adalah 40 hari. Lingkup promosi kesehatan terhadap

ibu nifas meliputi pemberian nutrisi dan cairan elektrolit, ambulasi, eliminasi,

kebersihan diri dan bayi, istirahat, masalah seksual, latihan/senam nifas,

tanda bahaya selama nifas, KB dan pemberian ASI.

Seorang bidan selalu mendampingi ibu selama dua jam setelah

persalinan. Bidan dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu pada

masa nifas, seperti bagaimana perasaan ibu saat atau setelah

melahirkan.Bila ibu masih merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan

kepada keluarga ibu nifas, misalnya keluarga pasien diberitahukan bahwa

15
ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, ibu diperbolehkan bangun

bila mau buang air kecil, dsb. Ibu dan bayi diberikan diberikan kesempatan

beristirahata untuk memulihkan kondisi fisik dan psikologisnya. Setelah ibu

merasa lebih baik dan bersedia, promosi kesehatan dapat diberikan secara

langsung misalnya setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap

hari minum air putih minimal 8 gelas, cara menyusui dan perawatan

payudara,gizi ibu nifas dsb. Promosi kesehatan dilakukan secara bertahap

sesuai kemampuan ibu. Dengan demikian, promosi kesehatan diharapkan

mampu membantu ibu menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.

7. Promosi Kesehatan pada Ibu Menyusui

Menyusui merupakan cara pemberian makan yang diberikan

langsung oleh ibu kepada anaknya. Namun, seringkali ibu kurang memahami

atau kurang mendapatkan informasi yang tepat mengenai manfaat ASI

eksklusif dan dampak yang terjadi apabila ASI eksklusif tidak diberikan. Ibu

juga membutuhkan informasi yang tepat mengenai langkah-langkah atau

cara menyusui bayi dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran

dalam menyusui secara eksklusif pada bayinya (Utami,R.2000). Ibu

diharapkan memberikan ASI sedini mungkin setelah melahirkan.

Bidan sebagai promoter kesehatan diharapkan mampu memberikan

promosi kesehatan pada ibu menyusui. Promosi kesehatan lebi baik

diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan

yang cukup. Lingkup promosi kesehatan yang diberikan

16
C. Model dan Nilai dalam Promosi Kesehatan

1. Health Belief Model

Health Belif Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai

kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia

dan telah mendorong penelitian perilaku kesehataan manusia dan telah

mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. HBM

diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan

dengan kesehatan. HBM ini digunakan utnuk meramalkan perilaku

peningkatan kesehatan (Smet,1994).

HBM merupakan model kognitif, yang berarti bahwa khususnya

proses kognitif, dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, termasuk

hitungan. Menurut HBM, kemungkinan individu akan melakukan tindakan

pencegahan tergantung secara langsung pada hsil dari dua keyakinan atau

penilaian (health beliefs) yaitu : ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka

(perceived threat of injury or illness) dan pertimbangan tentang keuntungan

dan kerugian (benefits and cots).

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap risiko

yang muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berfikir penyakit

atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman pada dirinya. Asumsinya

adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat, maka

perilaku pencegahan juga akan meningkat.

Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada : a)

ketidak-kekebalan yang yang dirasakan (perceived vulberability) yang

17
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan

masalah kesehatan menurut kondisi mereka, b) keseriusan yang dirasakan

(perceived severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh

keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah

kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.

Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara

keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan

melakukan tindakan pencegahan atau tidak.

2. Transteoritical Model (TTM)

a. Definisi

Model transteoritikal (Tansteoritical Model-TTM) adalah suatu model

yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk

bertindak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau

prosesperubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan

perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Model ini

juga dikenal sebagai TTM atau dapat dikatakan model dominan

perubahan perilaku kesehatan. Berdasarkan penelitian yang

dipublikasikan oleh James O. Prochaska,dkk (1977) dalam peer

review jurnal dan bukunya terdiri atas lima inti konstruksi, yaitu tahapan

prubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan,

keberhasilan diri, dan godaan/percobaan.

18
b. Tahapan perubahan

Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan

melalui enam tahap.

1) Prekontemplasi, yaitu orang tidak berniat mengambil tindakan di

masa mendatang (biasanya diukur selama enam bulan berikutnya).

2) Kontemplasi, yaitu orang berniat untuk berubah dalam enam bulan

mendatang.

3) Persiapan, yaitu orang yang berniat mengambil tindakan dalam

waktu dekat, biasanya diukur sebagai bulan berikutnya.

4) Aksi, yang orang yang telah membuat modifikasi terbuka tertentu

dalam gaya hidup mereka dalam enam bulan terakhir.

5) Pemeliharaan, yaitu orang berupaya mencegah kekambuhan, tahap

yang diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai lima tahun.

Pemutusan, yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki

keberhasilan diri 100%, dimana mereka yakin tidak akan kembali

pada kebiasaan lama yang tidak sehat mereka sebagai cara untuk

mengatasi.

c. Proses Perubahan

Proses perubahan adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang digunakan

orang untuk maju melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah proses

yang paling ditekankan pada setiap taransisi antara tahap perubahan.

19
a. Proses kesadaran dan evaluasi lingkungan kembali, diantara

prekontemplasi dan kontemplasi.

b. Evaluasi diri kembali, diantara kontemplasi dan persiapan.

c. Pembebasan diri, diantara persiapan dan tindakan, sangat

ditekankan.

d. Antara tindakan dan pemeliharaan kontingensi manajemen

membantu hubungan counterconditioning, dan kontrol stimulus

ditekankan.

e. Keseimbangan putusan

pada tahap ini mencerminkan individu relative menimbang pro dan

kontra dari perubahan

f. Keberhasilan diri

g. Pada tahap ini orang percaya bahwa pada situasi khusus mereka

dapat mengatasi situasi risiko tinggi tanpa risiko kekambuhan untuk

kebiasaan yang tidak sehat.

h. Percobaan

Pada tahap ini mencerminkan intensitas mendesak untuk terlibat

dalam kebiasaan tertentu ketika di tengah-tengah situasi sulit.

Teori Sebab Akibat

Teori ini adalah serangkaian bagian atau variabel, difinisi, dan dalil yang

saling berhubungan. Teori menghadirkan sebuah pandangan sistematis

mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antarvariabel untuk

20
menjelaskan fenomena alamiah. Kata teori memiliki arti yang berbeda di bidaang

pengetahuan yang berbeda pula, bergantung pada metodologi dan konteks

diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antaraa fakta yang

satu dengan yang lain pada sekumpulan fakta.

Pada teori sebab akibat, apa yang dialami manusia pasti ada penyebabnya,

misalnya tentang bagaimana manusia menjadi mulia atau hina, senang atau

sengsara, kaya atau miskin. Pengetahuan tentang sebab akibat mampu

mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan focus pada tujuan yang

berbentu akibat. Seseorang yang menginginkan sehat pasti akan menjaga

kesehatannya, jika ingin kaya ia akan berusaha lebih giat, dan seseorang yang

menginginkan kepintaran ia akan berusaha belajar.

Teori ilmiah dari berbagai lapangan ilmu secara umum sangat bergantung

pada hukum sebab akibat (kausalitas). Melalui cara tersebut ilmu pengetahuan

ditemukan. Sejatinya kausalitas terlkait erat dengan prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip pertama : prinsip kausalitas meniscayakan setiap kondisi (akibat)

pasti mempunyai sebab. Misalnya, sesuatu benda pasti ada yang

membuatnya, setiap yang bergerak pasti ada penggeraknya.

2. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari

sebab, jika ada sebab maka ada akibat dan begitu pula sebaliknya.

Misalnya, jika orang tidak makan diniscayakan lapar atau jika orang lapar

pasti belum makan.

21
3. Prinsip ketiga : Hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang

meiscayakan setiap: himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab

dan akibat di alam. Prinsipnya adalah menjelaskan keselarasan suatu

kondisi yang bergantung pada sebab-sebabnya, Namun ketika keniscayaan

tak memiliki keselaran, perlu diteliti apakah terdapat kesalahan pada cara

mengorelasikan atau mungkin pula ada eksistensi faktor X yang belum

terjangkau oelh pemikiran manusia.

3. Model Transaksional Stress dan Koping

Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu

karena tekanan psikologis. Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit

fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Namun, penyakit tidak bisa juga muncul

akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh karena pengaruh stress

tersebut. Banyak hal yang bisa memicu stress, seperti ; rasa khawatir, kesal,

keletihan, frustasi, perasaan tertekan. Kesedihan, pekerjaan yang berlebihan,

sindrom prementruasi (PMS), focus yang berlebihan pada suatu hal,

perasaan bingung, berduka cita, dan juga rasa takut. Biasanya ini dapat

diatasi dengan mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat

total.

Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat

membantu individu mempertahankan adaptasi psikososial selama periode

menegangkan. Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya mengurangi atau

menghilangkan stress terkait kondisi dan tekanan emosional (Lazarus dan

22
Folkman, 1984; Moos dan Schaefer,1993). Ada dua caraa atau strategi

menghadapi stress. Cara pertama adalah respons berfokus pada masalah

(problems focus respons) yaitu respons diarahkan pada peristiwa eksternal.

Stres dihilangkan atau dikurangi dengan cara memecahakan atau

mengendalikan masalah(masalah yang terkait dengan pekerjaan). Cara

kedua adalah respons berfokus pada emosi (emosion focus), yaitu respons

diarahkan pada reaksi emosional individu/internal. Stres dihilangkan dengan

cara mengatur konsekuensi stress emosional dari peristiwa dan cenderung

digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkendali.

4. Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping.

Aplikasi model ini berguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pengaruh stress pada orang tidak semua sama. Stres dapat

meyebabkan penyakit dan pengalaman negative. Faktor penting dalam

mengatasi stress adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang

mencari perawatan medis atau dukungan sosial pada orang professional.

Contoh, pemahaman gaya hidup pasien kankesr yang mencari berbagai

perawatan. Perawatan yang dicari pasien kanker tersebut harus berisi

penilaian primer, penilaian sekunder, dan strategi penanggulangan spesifik.

Penilaian primer berupa persepsi terhadap risiko kekambuhan, sedangkan

penilaian sekunder dapat berupa keberhasilan diri dalam mengadopsi

perilaku kesehatan yang direkomendasikan. Untuk mengatasi stress, strategi

masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis

23
koping dapat digunakan sebab penilaian ini bisa memberikaan informasi

berguna tentang penilaian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-

praktik gaya hidup (Glanz,dkk.,2002). Informasi tersebut akan berguna bagi

intervensi seperti pesan motivasi dan keterampilan mengatasi dengan teknik

pelatihan.

D. Pendekatan dalam Promosi Kesehatan

Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan diperlukan suatu strategi yang

baik. Strategi merupakan cara yang digunakan dalam mencapai apa yang

diinginkan. Strategi yang dimaksud adalah :

1. Strategi Global (Global Strategy) yang menggunakan tiga cara yaitu :

a. Advokasi (Advocacy)

adalah upaya persuasive yang mencakup kegiatan penyadaran,

rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak lanjut mengenai

sesuatu. Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk

memperoleh komitmen dan dukungan dalam bidangbkesehatan, atau

yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat

(Depkes, 2007).

b. Dukungan sosial (Social Support)

Promosi Kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan

dari berbagai komponen yang ada di masyarakat, baik dari unsur formal

maupun unsur informal. Komponen masyarakat dari unsur formal seperti

petugas kesehatan, pejabat pemerintah. Dengan adanya dukungan dua

24
unsur tersebut promosi kesehatan diharapkan dapat berjalan dengan

baik di pihak pengelola program kesehatan dan masyarakat. Dengan

demikian, jika dua unsur tersebut sudah mempunyai perilaku sehat, maka

akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat lain.

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment Community)

Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan masyarakat supaya

memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan diri sendiri. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan

kesehatan dan pengorganisasian pembangunan masyarakat. PPM yaitu

berupa kegiatan menggerakkan masyarakat untuk kesehatan seperti

dana sehat, pengobatan gratis, kerja bakti dsb.

Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat. Oleh karena itu, batas antara sasaran dan pelaku

pemberdayaan masyarakat sangat tipis, sehingga dapat dikatakan bahwa

sasaran pemberdayaan berperan juga sebagai pelaku pemberdayaan

masyarakat. Di bidang kesehatan adalah upaya menumbuhkan

kemampuan masyarakat agar mereka mempunyai daya atau kekuatan

untuk hidup mandiri (dibidang kesehatan).

2. Strategi berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

a. Kemampuan atau keterampilan individu (personal skill)

Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di dalam masyarakat

mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara

25
keehatannya, mengenal penyebab penyakit, mencegah penyakit, mampu

meningkatkan kesehatan, dan mampu mencari pengobatan yang layak

bila mereka atau anak-anak mereka sakit.

b. Gerakan Masyarakat (community Action)

Derajat kesehatan masyarakat menjadi lebih efektif jika unsur-unsur yang

ada di masyarakat tersebut melakukan kegiatan bersama-sama. Untuk

meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

c. Reorientasi pelayanan kesehatan (reoriented health service)

Titik berat pelayanan kesehatan saat ini masih bertumpu pada

pemerintah dan swasta, namun kurang melibatkan masyarakat sebagai

penerima pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penyelenggaraan

pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara

pihak pemberi pelayanan (provider atau pemerintah dan swasta) dan

penerima pelayanan (konsumen atau masyarakat).

d. Kebijakan berwawasan kesehatan (health public policy/development

health public)

Kebijakan berwawasan kesehatan adalah semua kebijakan

pembangunan disemua bidang yang harus mempertimbangkan dampak

kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena itu kebijakan ini akan

berhasil jika dituangkan dalam bentuk aturan atau undang-undang.

e. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)

Hendaknya tiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harusnya

26
memperhatikan dampak yang akan terjadi pada lingkungan sekitar. Oleh

karenanya lingkungan yang mendukung akan dapat mempermudah

upaya promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud bukan saja

lingkungan fisik tetapi juga lingkungan nonfisik yang kondusif terhadap

kesehatan masyarakat.

Menurut Ewles dan Simnett (1954), terdapat lima kerangka pendekatan

yang menunjukkan nilai-nilai yang melekat pada masing-masing

pendekatan tersebut, yaitu :

1) Pendekatan Medik

Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan

kecacatan yang didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi,

kanker dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran

untuk mencegah aatau meringankan kesehatan, mungkin dengan

metode persuasive maupun paternalistic. Seperti contoh member

tahu orang tua agar membawa anaknya untuk diimunisasi, wanita

untuk memanfaatkan klinik KB, pria umur pertengahan untuk

dilakukan screening tekanan darah.

2) Pendekatan Perubahan Perilaku

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku

individu

masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “sehat”.

Contoh; mengajari orang bagaimana menghentikan merokok,

pendidikan tentang minum alkohol ”wajar”, mendorong orang untuk

27
melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan-makanan yang

baik , dan seterusnya.

3) Pendekatan Edukasional

Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan

memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal

kesehatan, dan membuat mungkin keputusan yang ditetapkan atas

dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan, dan

orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat

keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-

keputusan itu dan mengadopsi praktik kesehatan baru dapat pula

ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah misalnya

menekankan membantu murid mempelajari keterampilan hidup sehat,

tidak hanya mempelajari pengetahuannya.

4) Pendekatan Berpusat pada Klien

Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat

membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui

dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri

sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promoter

kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang

mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh

pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan agar

memungkinkan terjadi perubahan.

28
5) Pendekatan Perubahan Sosietal

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan

pada lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat

membuatnya lebih mendukung untuk keadaan sehat. Pesatnya

adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku

individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini

memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah

masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan

dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya

pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan

kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.

E. Etika Promosi Kesehatan

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan

manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang

benar dan mana yang buruk. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Ethos”,

yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya

berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin,

yaitu “mos” dan dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti juga adat

kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik

(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih

kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat

perbedaan. Moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,

sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Dengan

29
kata lain, pengertian etika sebagai pandangan manusia dalam berperilaku

menurut ukuran dan nilai yang baik.

1. Analisis masalah kesehatan dan perilaku

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapaan dan kenyataan. Suatu

masalah adalah suatu kendala yang membuatnya sulit untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, objektif. Ini mengacu pada situasi, kondisi, atau

masalah yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, sebuah masalah ada

ketika seorang individu menjadi sadar akan perbedaan yang signifikan antara

apa yang sebenarnya daan apa yang diinginkan.

2. Menetapkan Sasaran

Sasaran perlu ditetapkan agar promosi kesehatan dapat tercapai sesuai

dengan yang diinginkan. Misalnya sasaran pada ibu hamil, balita, dan bisa

diukur. Ada tiga sasaran yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pertama,

sasaran primer yaitu masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sasaran ini

dekelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,

ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan

remaja, dsb. Upaya promosi kesehatan untuk sasaran ini sejalan dengan

strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). Kedua, sasaran

sekunder yaitu para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dsb.

Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan

pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para

tokoh masyarakat akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi

30
masyarakat sekitarnya. Hal ini sejalan dengan strategi dukungan sosial

(social support). Ketiga, sasaran tersier yaitu para pembuat keputusan atau

penentuan kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah. Kebijakan atau

keputusan tersebut akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh

masyarakat (sasaran sekunder) dan juga kepada masyarakat umum

(sasaran primer). Ini sejalan dengan strategi advokasi.

3. Menetapkan tujuan

Dalam menetapkan tujuan harus dirumuskan dengan jelas. Apa akan dicapai

dalam jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Tujuan utama

promosi kesehatan adalah menetapkan masalah dan kebutuhan mereka

sendiri. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan

dari luar, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat. Guna meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan

pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa, dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan dengan

perilaku dan lingkungan sehat; memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata;serta memiliki derajat

kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

31
4. Menetapkan Pesan Pokok.

Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan

tubuh atau ekspresi wajah. Pesan yang disampaikan adalah pesan dapat

terus diingat, dapat digunakan sewaktu-waktu oleh sasaran, cara

penyampaian menarik, menggunakan kata-kata yang baik serta ekspresi

wajah dan intonasi yang membuat klien nyaman. Pesan dalam program

pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang

pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sector lain

yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Ada tujuh program

pembangunan kesehatan yaitu :

a. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat

b. Program lingkungan sehat daya kesehatan

c. Program upaya kesehatan

d. Program pengembangan sumber daya kesehatan

e. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya

f. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

g. Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat

yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan

nasional ditetapkan sepuluh program unggulan kesehatan :

a. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum

kesehatan

b. Program perbaikan gizi

32
c. Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi

d. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental

e. Program lingkungan pemukiman, air dan sehat

f. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi, dan KB

g. Program keselamatan dan kesehatan kerja

h. Program anti tembakau, alkohol, dan madat

i. Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman

j. Program pencegahan kecelakaan dan keselamatan lalu lintas

5. Menetapkan Metode dan saluran Komunikasi

Pada tahap ini rancangan program yang disusun diharapkan dapat

menentukan perubahan perilaku dan dapat menempatkan pesan secara

tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan.

Penetapan metode juga tergantung pada tujuan penyuluhan yang ingin

dicapai. Tujuan tersebut mencakup tiga ranah perilaku (pengetahuan,

keterampilan dan sikap dan ungkapan yang dapat dipakai pedoman memilih

metode :

a. kalau saya dengar,… akan lupa;

b. kalau saya lihat,…akan ingat

c. kalau saya kerjakan,…akan tahu.

Selanjutnya rancangan program komunikasi perlu didukung media/saluran

sebagai alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan

33
pada penerima/sasaran. Media yang digunakan dapat berupa audio visual

(video, film), radio, cetak (poster, leaflet) atau visual (flip charts).

6. Menetapkan Kegiatan Operasional

Penetapan kegiatan operasional menyangkut waktu, tempat, dan jadwal

pelaksanaan. Menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam

pelayanan kesehatan dasar :

a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan

pemberantasannya

b. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi

c. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar

Pelayanan KIA termasuk KB

d. Imunisasi

e. Pengobatan dan pengadaan obat

7. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan mencakup beberapa hal sebagai

berikut:

a. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku

program promosi kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat

b. Mengidentifikasi perubahan perilaku masyarakat, yang dilakukan melalui

pengamatan terstruktur.

c. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, seperti langkah-langkah

memotivasi orang untuk menerapkan perilaku hygiene.

34
d. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai

perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara, dan uji coba

perilaku

e. Membuat pesan tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan

perilaku

f. Menciptakan pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang

disukai kelompok sasaran.

8. Hubungan dengan klien

Pendidikan pasien merupakan hubungan terapeutik yang harus difokuskan

terhadap kebutuhan spesifik klien. Klien memiliki nilai yang unik,

kepercayaan atau agama, kemampuan kognitif, dan pilihan cara untuk

belajar yang memengaruhi hasil akhir dari proses pendidikan pasien. Oleh

karena itu seorang bidan haruslah mengizinkan klien untuk berbagi (sharing)

mengenai apa yang menjadi kepercayaannya dan apa yang menjadi

pilihannya. Dengan begitu bidan akan mengerti lebih baik lagi tentang

keunikan setiap individu dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh klien

pada saat proses belajar berlangsung.

9. Kepedulian terhadap Determinan Sosial dan Hubungannya dengan

Kesehatan Kesehatan merupakan kata yang sulit didefinisikan dan sehat

dapa berarti berbagai hal bagi orang yang berbeda. Kesehatan adalah hasil

interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan psikis) maupun faktor

35
eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dsb).

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar

masalah kesehatan itu sendiri. Menurut Hendrik L. Blum (1974) seperti

dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang memiliki pengaruh besar

terhadap kesehatan, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,

dan keturunan yang saling memengaruhi.

10. Determinan Sosial berkaitan dengan Kesehatan

Ada sepuluh determinan sosial yang dapat memengaruhi kesehatan

a. Kesenjangan sosial, b. Stres, c. Pengucilan sosial, d. Kehidupan dini,

e. Pekerjaan, f. Pengangguran, g. Dukungan sosial, h. Penyalahgunaan

Napza, i. Pangan, j. Transportasi

11. Pertimbangan-pertimbangan Etis

Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia

mempunyai otonomi moral. Manusia mempunyai hak kewajiban untuk

menentukan sendiri tindakan-tindakannya, serta

mempertanggungjawabkannya. Di hadapan Tuhan. Keberadaan etikan

dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari sistem kemasyarakatan.

Manusia terdiri dari aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Etika bertujuan

sebagai alat bantu untuk mengukur perilaku dan moral, menciptakan dan

mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat atau profesi bidan.

36
Menurut Americans Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika

profesi adalah :

a. Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam perilaku

kebidanan

b. Menganalisis masalah moral dalam praktik kebidanan

c. Dapat mempertanggungjawabkan kepada diri sendiri, keluarga,

masyarakat, dan Tuhan.

Pertimbangan –pertimbangan etis yang perlu kita lakukan adalah petugas

kesehatan tidak boleh secara sengaja menunda pelayanan atau informasi-

peningkatan status pengetahuan klien dapat bermanfaat terhadap

pengembangan promosi kesehatan kepada klien tersebut.

F. Prinsip-prinsip Perubahan Perilaku

1. Konsep Dasar Perilaku

Berdasarkan aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau mahkluk hidup yang bersangkutan. Menurut Skinner (1938),

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar), yang dikenal dengan teori S.O.R (Stimulus-

Organisme-Respons). Ada dua jenis respon, yaitu :

a. Respondent respons atau refleksif, yaitu respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan stimulus tertentu yang disebut eliciting stimuli,

karena menimbulkan respon yang relative tetap seperti : makanan lezat

37
akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan

reaksi mata tertutup. Respons ini juga menimbulkan perilaku emosional

b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang

lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons, misalnya,

apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya de\ngan baik

adalah respon terhadap gaji yang cukup, (stimulus). Kemudian karena

kerja yang baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi

pekerjaan. Jadi kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh

promosi pekerjaan.

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup ( Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservable behavior” ini yang dapat diukur adalah pengetahuan dan

sikap. Contoh Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan

bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya

kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).

38
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebur sudah

berupa tindakan, atau berfikir ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observable behavior”,, Contoh, seorang ibu hamil memeriksakan

kehamilannya ke Puskesmas atau ke bidan praktik, seorang penderita TB

Paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi

setelah makan, dsb. Contoh-contoh tersebut berbentuk tindakan yang

nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice).

2. Dasar-dasar Ilmu Perilaku

Perilaku yang terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama

yaitu faktor internal merupakan faktor dari dalam diri orang yang

bersangkutan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri

orang yang bersangkutan. Faktor internal yang menentukan seseorang

merespons stimulus dari luar adalah : perhatian, pengamatan, persepsi,

motivasi, fantasi, sugesti, dsb. Sedangkan faktor ekternal atau stimulus

adalah : faktor lingkungan baik fisik ataupun non fisik dalam bentuk sosial,

budaya, ekonomi, politik, dsb. Dri penelitian-penelian yang ada maka faktor

eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia

adalah faktor sosial dan budaya.

39
3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik

yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan data peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah dan

melindungi diri dari penyakit dan maslah kesehatan kesehatan lain,

meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau

terkena masalah kesehatan. Oleh karena itu secar garis besar perilaku

kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Perilaku yang sehat agar tetap sehat dan meningkat yang disebut

perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku-perilaku

(overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindar dari

penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah

kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan

meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Contoh makan dengan gizi

seimbang, olah raga teratus, tidak merokok dan minum minuman keras,

menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, dsb.

b. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.

Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayan kesehatan ( health

seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil

seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan yang

40
dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau

fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, paranormal), maupun pengobatan modern

atau professional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb).

Menurut Becker (1979) ada tiga klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan

yaitu :

1) Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,

antara lain :

a) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di

sini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi

yang memenuhi kebutuhan tubuh yang baik menurut jumlahnya

(kuantitas), maupun jenisnya (kualitas).

b) Kegiatan fisi secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik di sini tidak

harus olah raga. bagi seseorang yang pekerjaannya memang sudah

memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya

sudah dapat dikategorikan berolah raga. Bagi seseorang yang

pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik seperti manager,

administrator, dsb memerlukan olah raga secara teratur.

c) Tidak merokok dan minum minuman keras serta menggunakan

narkoba. Merokok adalah kebiasaan tidak sehat

41
d) Istrahat yang cukup. Istiraahat cukup bukan saja berguna untuk

memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental.

e) Pengendalian atau manajemen stress. Stres adalah bagian dari

kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas

dari tingkat sosial, ekonomi, jabatan atau kedudukan, dsb, mengalami

stress. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat

dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelolah stress

tersebut aagar tidaak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik fisik

maupun mental (rohani).

f) Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. Inti dari

perilaku ini adalah tindakan atau perilaku seseorang, agar dapat

terhindar dari berbagai macam penyakit dan maslah kesehatan,

termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

2) Perilaku sakit (Illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang

yang sakit dan/ atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi

masalah kesehatan lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit,

ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :

a) Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap

menjalankan kegiatan sehari-hari.

42
b) Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment atau self medication). Pengobatan dapat dilakukan dengan

cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok, dsb. Dan cara

modern seperti; minum obat yang dibeli dari warung, took obat atau

apotik.

c) Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yaitu ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni fasilitas

atau pelayanan keehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal),

dan fasilitas pelayanan kesehatan modern atau professional

(Puskesmas, poliklinik, dokter atau bidan praktik swasta, rumah sakit,

dsb).

4. Domain Perilaku

Menurut Bloom, ada tiga domain perilaku untuk kepentingan pendidikan,

yang dikembangkan menjadi tiga tingkat ranah perilaku yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dsb). Secara garis besarnya dalam 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recoll (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setela mengamati sesuatu. Misalnya tahu buah

tomat banyak mengandung vitamin c, jamban adalah tempat

43
membuang air besar, dsb. Untuk mengukur bahwa orang tahu

sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan

penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M,

tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menguras, menutup,

dsb tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.Misalnya, seseorang yang

telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat

perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana

saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

44
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Hal tersebut dapat diketahui bila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan

nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart)siklus hidup

cacing kremi, dsb.

e. Sintesis (synthesis)

Analisis adalah kemampuan kemampuan seseorang utnuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya, dapat

membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat tentang hal-

hal yang telah dibaca atau didengar

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya,

seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita

malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut KB, dsb.

45
2. Sikap (Attitude)

Sikap adaalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dsb). Menurut Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan

kkesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predesposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Komponen Sikap :

Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek artinya

bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek

c. Kecenderungan untuk bertindak artinya sikap adalah merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk

sikap yang

utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Contoh : seorang ibu mendengar (tahu) penyakit DBD (penyebabnya,

46
cara penularannya, cara pencegahannya, dsb). Pengetahuan akan

membawa ibu berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama

anaknya tidak terkena penyakit DBD.

Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu

a. Menerima (receiving)

Artinya seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil,

dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan

penyuluhan tentang ANC di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

Artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti

penyuluhan ANC tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh

penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.

c. Menghargai (valuing)

Artinya subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespons. Misalnya ibu tersebut

mendiskusikan ANC dengan suaminya, atau bahkan mengajak

tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan.

47
d. Bertanggung jawab (responsible)

Artinya bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Misalnya, ibu yang sudah mau mengikuti peenyuluhan ANC, ia harus

berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan

penghasilannya karena meninggalkan rumah, dsb.

3. Tindakan atau praktik (practice)

Untuk terwujudnya tindakan dibutuhkan faktor lain, yaitu antara lain

adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah

tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya,

dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini menjadi

tindakan, maka perlu diperlukan bidan, Posyandu, atau Puskesmas yang

dekat dengan rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya.

Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan

kehamilannya.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yaitu :

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya,

seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu

diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

48
b. Praktik secara mekanisme ( mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan

mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaaknya ke

Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari

kader atau petugas kesehatan.

c. Adopsi ( adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme

saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku

yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi

tetapi dengan menggunakan teknik-teknik yang benar.

5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan

Untuk mengukur perilaku kesehatan, mengacu pada tiga domain perilaku

kesehatan, yaitu :

a. Pengetahuan kesehatan ( health knowledge)

Dalam hal mengukur pengetahuan kesehatan adalah dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau

melalui pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan

adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau

besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang

variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan. Misalnya, berapa

49
persen (%) responden atau masyarakat yang tahu tentang cara-cara

mencegah penyakit demam berdarah, berapa (%) masyarakat atau

responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI

eksklusif, dsb.

b. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang

imunisasi pada anak balita, bagaimana pendapat responden tentang KB,

dsb. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata”setuju” atau “tidak

setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang objek tertentu, dengan

menggunakan skala Likert. Misalnya Beri pendapat Anda tentang

pertanyaan di bawah ini dengan memberikan penilaian sbb :

5 :bila sangat setuju 2 : bila tidak setuju

4 :bila setuju 1 : bila sangat tidak setuju.

3 : bila biasa saja

Contoh : a. Demam berdarah adalah penyakit yang berbahaya

b. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian pada

ibu

c. Penderita HIV?AIDS tidak perlu dikucilkan atau diisolasi

50
Sikap juga dapat diukur dari pertanyaan-pertanyaan secara tidak

langsung, misalnya :

a. Apabila Anda diundang untuk mendengarkan ceramah tentang

Napza, apakah anda mau hadir?

b. Seandainya akan dibangun Polindes di desa ini, apakan anda mau

membantu dana?, dsb.

c. Paktik Kesehatan (health practice)

Pengukuran atau cara mengmati perilaku dapat dilakukan melalui dua

cara : secara langsung, maupun tidak langsung. Pengukuran perilaku

yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan

atau (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka

memelihara kesehatannya, misalnya dimana responden membuang air

besar, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati

paktik gizi, dsb.

Sedangkan cara tidak langsung menggunakan metode mengingat

kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan

terhadap objek tentang apa yang dilakukan berhubungan dengan objek

tertentu. Contoh : Untuk mengetahui perilaku gizi ibu terhadap anak

balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja yang diberikan

kepada anaknya selama 24 jam terakhir. Untuk mengetahui perilaku

ANC, dapat menanyakan apakah pada kehamilan terakhir melakukan

periksa hamil. Berapa kali, di mana, dsb.

51
6. Determinan Perilaku Kesehatan

Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan.

Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-

faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam bidang perilaku

kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian

kesehatan mesyarakat, teoti tersebut adalah :

a. Teori Lawrence Green

Green membedakan adanya dua 2 determinan masalah kesehatan

tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral

factors ( faktor non-perilaku). Selanjutnya menganalisis , bahwa afaktor

perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau memprediposisi terjadinya perilku

kesehatan, antara lain pengetahuan,sikap dan

keyakinan,kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb. Seorang ibu mau

membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa Posyandu akan

dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui

pertumbuhannya.Anaknya akan memperoleh imuisasi untuk

pecegahan penyakitnya.

2. Faktor-faktor pemungkin (ebnabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang

dimaksud pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas

untuk terjadinya perilkau kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu,

52
Rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat sampah, tempat olah

raga, makanan bergizi, uang, dsb. Sebuah keluarga yang tahu

masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk

menggunakan air bersih, buang air besar di WC, makan makanan

bergizi, dsb. Tetapi apabila keluarga tersebut tidak mampu untuk

mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang air

besar di kali/kebun, menggunakan air kali untu keperluan sehari-hari,

dsb.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalahfaktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Seorang ibu hamil

tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada polindes,

dekat dengan bidan tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil,

karena ibu lurah dan ibu-ibu dari tokoh masyarakat lain tidak pernah

periksa hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa

untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh

masyarakat.

b. Teori Snehandu B. Karr

Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :

1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan

dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau

membuat jamban keluarga di rmahnya, apabila dia mempunyai “niat”

untuk itu.

53
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

Didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut

cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya.

Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh

dukungan dari masyarakaat, maka ia akan merasa kurang atau tidak

“nyaman”

3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah

tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan

diambil oleh seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program KB,

apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang KB

: tujuan ber KB, bagaimana cara ber KB (alat-alat kontrasepsi yang

tersedia), akibat sampingan ber KB, dsb.

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk

mengambil keputusan. Di Indonesia terutama ibu-ibu, kebebasan

pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan.

5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (attitude situation).

Untuk bertindak apapun memang diperlukan kondisi dan situasi yang

tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik

fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk

membangun rumah yang sehat misalnya jelas sangat tergantung

pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.

54
c. Teori WHO

Bahwa seseorang berperilaku, karena adanya 4 alasan pokok

(determinan), yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau

lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

objek atau stimulus,merupakan modal awal untuk bertindak atau

berperilaku. Seorang ibu akan membawa anaknya ke Puskesmas

untuk memperoleh imunisasi, akan didasarkan pertimbangan untung

ruginya, manfaatnya, dan sumber daya atau uangnya yang tersedia,

dan sebagainya

2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang

dipercayai (personal reference). Di dalam masyarakat, dimana sikap

paternalistic masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat

tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang ada pada umumnya

adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang yang membangun

jamban keluarga, kalau tokoh masyarakatnya sudah lebuh dulu

mempunyai jamban keluarga sendiri.

3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Hal ini sama dengan

teori Green (faktor enabling). Sebuah keluarga akan selalu

menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-anaknya apabila

mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan tersebut.

55
4. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh

terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat dilihat dari

perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena

memang masing-masing etnis mempunyai buday yang berbeda yang

khas.

SKEMA PERILAKU

Persepsi
Pengalaman Pengetahuan
Fasilitas Keyakinan
Keinginan
Sosio- Perilaku
Motivasi
budaya Niat
Sikap

Eksternal Internal Respons

56
G. Upaya dalam Promosi Kesehatan

1. Upaya Promosi Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan dan hak setiap insan agar dapat

menggunakan kemampuanndi dalam dirinya. Hal tersebut dapat dicapai bila

masyarakat, baik individu maupun kelompok berperan serta untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat

diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan menjalankan upaya

pemecahannya yang merupakan bagian dari kelangsungan pembangunan.

Beberapa upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan oleh bidan

antara lain upaya promosi kesehatan pranikah, saat hamil, persalinan, nifas,

dan menyusui.

a. Promosi Kesehatan Pranikah

Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkam kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktif

pranikah, yang dimulai dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu.

Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga

kondisi kesehatannya. Mereka diberi pengertian tentang hubungan seksual

yang sehat, siap mental dalam menghadapi kehamilan, pengetahuan

tentang proses kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan

dalam masa pra dan pasca kehamilan.

Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu dapat dilakukan

melalui kelompok atau kumpulan remaja masyarakat perlu diorganisasikan

57
agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapiperan sebagai

istri dapat dilakukan dengan baik.

Pembinaan kesehatan remaja tidak hanya ditujukan pada masalah

gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi) saja, akan tetapi

perkembangan psikologis dan social juga perlu diperhatikan. Adapun

bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Perkawinan yang sehat

Remaja dibimbing bagaimana mempersiapkan diri menghadapi

perkawinan ditinjau dari segi kesehatan, yang bukan hanya sekedar

hubungan suami dan istri. Diman perkawinan menghasilkan keturunan.

Bayi yang dilahirkan atau keturunan ini diharapkan adalah bayi yang

sehat dan direncanakan.

2) Keluarga yang sehat

Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan

serta membinanya, keluarga yang diharapkan adalah sejahtera,

memiliki norma keluarga kecil, bahagia, sejahtera, aman, tentram,

disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki

kemampuan social ekonomi yang mendukung kehidupan anggota

keluarganya serta mampu menabung untuk masa depan. Selain itu,

keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan

taraf hidup keluarga lainnya.

58
3) Sistem reproduksi dan masalahnya

Tidak semua remaja memahami sistem reproduksi manusia.

Membicarakan sistem reproduksi dianggap tabu bagi beberapa

kalangan remaja. Penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada

sistem reproduksi pada masa kehamilan, perslinan, dan pasca

persalinan perlu diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi serta

gangguan sistem reproduksi , seperti gangguan menstruasi, kelainan

sistem reproduksi dan penyakit juga hendaknya diberikan. Penyakit

sistem reproduksi yang dimaksud adalah penyakit-penyakit

hubungan seksual, HIV-AIDS, dan tumor.

4) Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau

sebaliknya

Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui

penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan dan membahayakan

masa kehamilan atau persalinan. Penyakit yang perlu dan penting

dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain penyakit

jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, Anemia, dan tumor.

5) Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan

Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa

kehamilan dan persalinan. Perubahan sikap dan perilaku dapat

mengganggu kesehatan misalnya pada masa hamil muda terjadi

59
gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (Suami) atau

benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan

perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa

mungkin terjadi.

Selain hal-hal tersebut masih ada lagi permasalahan remaja

dan dikaitkan dengan kesehatan keluarga. BIdan harus dapat

memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi atau memberikan

penyuluhan. Bila masalah remaja sangat berat maka dapat dirujuk pada

yang lebih ahli. Misalnya bila remaja merasa ketakutan yang amat

sangat dalam menghadapi kehamilan maka remaja dirujuk ke dokter

spesialis jiwa atau ke psikolog. Bimbingan remaja juga dilakukan

melalui organisasi remaja sepeti karang taruna, pramuka, serta

organisasi pelajar, mahasiswa, dan pemuda.

Promosi Kesehatan Saat Hamil

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus

di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi ( misalnya dalam

kasus bayi kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara

waktu menstruasi terakhir dan kelahiran ( 38 minggu setelah pembuahan ). Istilah

medis untuk wanita hamil adalah gravid, sedangkan manusia di dalamnya disebut

embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang

wanita yang hamil pertama kalinya disebut primigravida atau gravid 1. Seorang

wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravid 0.

60
Salah satu unsure yang pentinguntuk menurunkan angka kematian ibu dan

bayi adalah memelihara kesehatan ibu hamil. Bidan harus memiliki data ibu hamil

yang berada di wilayah kerjanya. Data ini dapat diperoleh dari pencatatan yang

dilakukan sendiri atau dari kantor, desa/kelurahan. Dari data tersebut dapat diukur

strategi pemeliharaan kesehatan ibu hamil.

Semua ibu hamil dianjurkan agar memeriksakan kesehatan sedini mungkin.

Anjuran tersebut disampaikan kepada masyarakat melalui kelompok ibu-ibu atau

pemimpin desa. Bidan harus mengadakan pendekatan langsung kepada ibu hamil

atau dapat dilakukan melalui dukun terlatih, kader posyandu, atau peminat KIA.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali, yaitu pada trimester I : satu

kali, trimester II : satu kali dan trimester III : dua kali. Pada ibu hamil dengan risiko

tinggi pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif. Melalui pemeriksaan teratur

ini, perkembangan kesehatan ibu dapat diketahui. Bila ditemukan adanya gangguan

kesehatan, tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin. Pemeriksaan kesehatan ibu

dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Di dalam

manajemen kebidanan, pemeriksaan kesehatan mencakup langkah identufikasi dan

analisis masalah serta penentuan diagnosis. Pemeriksaan dimulai dengan

pengumpulan data subjektif yang dilakukan dengan wawancara atau anamnesis, lalu

dilanjutkan dengan pengumpulan data objektif yang dilakukan dengan pemeriksaan

fisik, melakukan diagnosis, rencana asuhan dan tindakan.

61
Promosi Kesehatan Persalinan

Persalinan adalah suatu hal yang akan dialami oleh wanita dan dianggap

sebagai sesuatu yang alamiah. Walaupun demikian, dimasa persalinan ibu

memerlukan bantuan bidan. Kehadiran bidan adalah untuk menyelamatkan ibu dan

bayinya melalui bimbingan dan bantuan agar persalinan terjadi secara fisiologis di

dalam kondisi lingkungan yang sehat.

Kala I

Awal kala I ditunjukkan dengan kontraksi uterus ringan, rasa sakit mulai dari

punggung dan meluas ke perut bawah. Kontraksi ini biasanya terjadi setiap 10-15

menit dan berlangsung selama 30 detik. Dari vagina keluar cairan berlendir dan

bercampur sedikit darah. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menentukan letak

dan denyut jantung bayi. Denyut jantung bayi diperiksa setiap empat jam . tanda vital

ibu juga diperiksa setiap empat jam. Ibu diberi tahu bahwa persalinan mulai

berlangsung dan diupayakan agar ibu tenan

Bila ketuban belum pecah, ibu diperkenankan berjalan atau melakukan

pekerjaan biasa. Bila kontraksi uterus semakin kuat setiap 3-5 menit, pemeriksaan

dalam dilakukan. Dalam kondisi demikian, serviks membuka dari 3-8 cm dan

diperiksa apakah ketuban sudah pecah. Ibu mungkin merasa cemas, sangat tidak

enak, nyeri, dan tekanan pada panggul bertambah. Bidan selalu berada di samping

ibu. Ibu diajari bernapas dengan dada selama kontraksi untuk menenangkan. Ibu

dianjurkan tidur pada awal persalinan untuk menyimpan tenaga. Seluruh alat

persalinan, termasuk tempat tidur ibu dan bayi, disediakan.

62
Menjelang akhir kala I, umumnya ibu semakin gelisah, kadang-kadang

tungkai dan tangan bergetar. Dahi dan atas-atas bahu ibu berkeringat, muka

kemerah-merahan. Dalam kondisi demikian ibu diminta bernapas dengan dada.

Kala II

Pada kala II bidan melakukan tindakan sebagai berikut :

1. Mengajarkan ibu cara mengedan saat kontraksi muncul

2. Mengajarkan cara menarik napas dalam-dalam dan menahan napas dengan

mulut, kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot dan perut. Pada

saat bersamaan ibu diminta mengendurkan otot dasar panggul, ibu mengedan

selama kontraksi dan beristirahat bila kontraksi berhenti.

3. Menyokong kepala bayi segera setelah bayi melintas mulut vagina. Kepala

tersebut sedikit diputar apabila keluar tengkurap untuk menjaga berlangsungnya

peredaran darah. Lendir dibersihkan dari hidung dan mulut bayi.

4. Meletakkan bayi di atas perut ibunya untuk melakukan inisiasi menyusui dini

(IMD).

5. Memberi ucapan selamat kepada ibu dan memberitahukan tentang keadaan

dan jenis kelamin bayinya.

Kala III

Periode pada waktu kala III ini berlangsung sekitar 1-20 menit, kontraksi rahim dan

tidak nyeri. Tanda-tanda plasenta terlepas adalah uterus berkontraksi dan berbentuk

63
bulat, tali pusat memanjang. Ibu disuruh mengedan bila rahim berkontraksi untuk

mengeluarkan plasenta. Darah keluar dari vagina.

Kala IV

Pada fase ini harus teraba dan berkontraksi secara berkala, perdarahan dari vagina

keluar sehingga penggantian kain diperlukan. Selama fase ini, ibu istirahat total di

tempat tidur dan langsung diberi minum bila kehausan. Perdarahan pervagina selalu

diamati, demikian pula tanda-tanda vital.

Promosi Kesehatan Nifas

Masa nifas merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta

lahir dan berakhir setelah enam minggu melahirkan. Promosi kesehatan nifas dapat

diberikan kepada ibu pascapersalinan dan keluarganya. Hal ini diberikan untuk

menambah pengetahuan ibu dan keluarga dalam menghadapi masa nifas, sehingga

ibu dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Tujuan promosi kesehatan nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya

( Fisik maupun psikologis), mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu,

memungkinkan ibu berperan dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, serta

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana (KB), menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan

perawatan bayi sehat.

Bidan sangat dibutuhkan dalam menghadapi dan memantau ibu

pascapersalinan ini, terutama selama dua jam persalinan. Hal ini karena selama dua

64
jam pascapersalinan kondisi ibu rentan akan komplikasi-komplikasi. Tanyakan

tentang perasaan ibu sebab biasanya ibu merasa lemah dan lelah. Keadaan fisiknya

diperiksa terutama uterus, tanda-tanda vital, dan daerah vagina. Bila keadaan ibu

tetap norma, dianjurkan bayi segera disusui lagi . Ibu dan bayi diberi kesempatan

beristirahat. Makan ringan setiap waktu, bangun bila mau berkemih, bayi tidak boleh

diberi apapun kecuali ASI. Ibu diberitahukan agar menjaga kesehatan perineum

terutama waktu buang air kecil dan air besar.

Berdasarkan program dan kebijakan teknis masa nifas, paling sedikit

dilakukan empat kali kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir dan untuk mendeteksi atau menangani masalah-masalah yang terjadi. Jadi ibu

dan keluarga diberitahu untuk control pada 6-8 jam setelah persalinan, enam hari

setelah persalinan, dua minggu setelah persalinan, dan enam minggu setelah

persalinan.

Promosi Kesehatan Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil

dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Promosi kesehatan menyusui

merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

pengetahuannya mengenai manfaat menyusui, khususnya ibu-ibu pascapersalinan

agar mengetahui dan mau menyusui anak-anaknya segera setelah lahir.

Bidan memberikan dukungan dalam pemberian ASI, member tahu manfaat

pemberian ASi, komposisi gizi dalam ASi, hal-hal yang memengaruhi produksi ASI,

tanda-tanda bayi cukup ASI, ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), cara

65
menyusui yang benar, dan masalah dalam menyusui beserta cara mengatasinya.

Dengan memberikan pengetahuan tentang menyusui ini, tingkat kesehatan

masyarakat diharapkan akan semakin meningkat, Ini berhubungan dengan manfaat

ASI sendiri, yaitu menjaga tubuh agar tidak mudah terserang penyakit

( meningkatkan antibody bayi ).

Upaya Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan kebidanan meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

Upaya Promotif

Upaya promotif ditujukan untuk meningkatkan status/derajat kesehatan yang

optimal. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam pelayanan antenatal yang ada, dengan menitikberatkan pada

kegiatan promotif. Sasarannya adalah kelompok ibu-ibu sehat.

Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan

kesehatannya, meningkatkan kelompok orang sehat dan menurunkan kelompok

orang sakit. Bentuk kegiatan promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan

mengenai cara memelihara kesehatan, pendidikan kesehatan (Health education),

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) seperti penyuluhan masalah gizi,

pengamatan tumbuh kembang anak (growth and development monitoring),

pengadaan rumah sehat, konsultasi perkawinan (Marriage counseling), pendidikan

66
seks (sex education), asuhan keperawatan prenatal, serta pelayanan keluarga

berencana (KB).

Dalam upaya promotif, masalah kesehatan yang dicegah bukan hanya

penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya seperti

kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Besarnya

masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menghitung tingkat morbiditas

(angka kejadian sakit), mortalitas ( angka kematian), fertilitas (tingkat kelahiran), dan

disability (tingkat kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.

Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah

terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang dengan risiko tinggi.

Tujuannya untuk mencegah kelompok risiko tinggi agar tidak jatuh menjadi sakit

(primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal

care, postnatal care, perinatal dan neonatal.

Upaya Kuratif

Upaya kuratif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah

penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok

orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu

mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk

kegiatannya ndalah pengobatan.

67
Upaya Rehabilitatif

Upaya Rehabilitatif merupakan upaya promosi kesehatan untuk memelihara

dan memulihkan kondisi atau mencegah kecacatan. Setelah sembuh dari suatu

penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya

tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Namun, latihan ini jarang dilakukan

karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut melakukan latihan-

latihan yang dianjurkan. Di samping itu, orang cacat yang telah sembuh dari

penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat karena sering terjadi

masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal.

Promosi kesehatan terkait upaya rehabilitatif tidak hanya diperlukan untuk orang

yang cacat, tetapi juga untuk masyarakat. Sasarannya adalah kelompok orang yang

baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan

kecacatan (tertiary prevention).

68
Peran dan fungsi Bidan dalam Promosi Kesehatan

Bidan yang profesional dituntut mampu memberikan pelayanan yang terbaik

bagi masyarakat di era globalisasi saat ini dan ditengah-tengah persaingan yang

begitu ketat, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan. Bidan profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan

merawat klien, tetapi juga kemampuan memberikan pelayanan secara menyeluruh,

baik dari aspek biologis, pskilogis, social, serta spiritual dengan penuh semangat

diiringi dengan senyuman ikhlas dan tulus. Tenaga bidan merupakan sumber daya

tenaga kesehtan yang ada di rumah sakit (RS) dan pusat kesehatan masyarakat

(Puskesmas), sehingga diharapkan mampu menjalankan peran dan fungsinya

sebagaimana harapan profesi bidan yaitu menjadi bidan profesional. Mengingat

jenjang pendidikan tenaga kebidanan saat ini sudah banyak yang D-IV, baik di

pelayanan maupun pendidikan dan bahkan saat ini sudah dibuka S-1 Kebidanan.

Kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ke

arah yang lebih baik dalam mununjang kemajuan ilmu kebidanan ataupun

kedokteran. Dengan demikian, bidan dapat duduk sejajar dengan seorang dokter

dan tenaga kesehatan lainnya selama bekerja di rumah sakit atau pun puskesmas

karena memang bidan dapat mandiri.

Bidan akan berupaya secara maksimal menjalankan fungsi dan peran

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat di pelayanan rumah sakit maupun

pusat pelayanan di puskesmas. Seiring dengan peran dan fungsi bidan profesional

tersebut, sering muncul pertanyaan yang sangat mendasar: “Peran seperti apakah

69
yang diharapkan?”. Hal ini sangat wajar, karenanya itu upaya yang dilakukan bidan

saat ini dan untuk ke depan di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Selalu meningkatkan jenjang pendidikan

Saat ini pemerintah melalui Departemen Kesehatan membuat beberapa

kebijakan terkait dengan peningkatan strata pendidikan bagi mereka yang

masih berpendidikan D-III Kebidanandan diharapkan dapat melanjutkan D-IV

atau S-1 Kebidanan.

2. Siap dengan masuknya tenaga kesehatan luar negeri

Persaingan dalam pemberian pelayanan kesehatan tak akan dapat dihindari.

Era pasar bebas akan mengakibatkan persaingan dalam lapangan pekerjaan

jika kompetensi bidan Indonesia (dari segi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan) masih di bawah standar bidan luar negeri. Bidan Indonesia hanya

akan menjadi penonton di dalam negeri sendiri bila tidak terus meningkatkan

kompetensi diri.

3. Berupaya menjadi tenaga bidan profesional yang memenuhi standar pasar

Kita selalu berupaya memenuhi tuntutan pasar luar negeri. Tenaga bidan

professional harus mempunyai kecakapan, selain mampu mengembangkan dan

menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi bidang kebidanan atau

kedokteran termutakhir.

70
Peran Bidan

1. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan seseorang pada situasi

sosial tertentu.

2. Barbara Kozier (1995), menyatakan bahwa peran adalah seperangkat tingkah

laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya

dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam

maupun an bersifat stabil.

3. Peran bidan yang dimaksud adalah caa untuk menyatakan aktivitas bidan dalam

praktik, di mana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan

diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawab kebidanan secara profesional sesuai dengan kode etik professional.

Beberapa peran bidan dalam promosi kesehatan antara lain sebagai

advocator, pendidik (educator), koordinator (coordinator), pelaksana perawatan

dan pengawas perawatan langsung, pelaksana, pegelola, serta sebagai peneiti.

Advocator

Peran ini dilakukan bidan dalam membantu pasien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain,

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan kebidanan yang diberikan

kepada pasien. Bidan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak

pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi

71
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan

hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Tugas bidan adalah sebagai berikut :

1. Bertanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi

lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas

tindakan kebidanan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahan dan melindungi hak-hak pasien. Hal ini harus dilakukan karena

pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak

petugas kesehatan. Bidan adalah anggota tim kesehatan yang sering kontak

dengan pasien sehingga diharapkan mampu membela hak-hak pasien .

Seorang pembela pasien adalah pembela hak-hak pasien. Pembela, termasuk

peningkatan apa yang terbaik untuk pasien, memastikan kebutuhan pasien

terpenuhi, dan melindungi hak-hak pasien (Disparty, 1998).

Hak-hak pasien adalah sebagai berikut :

1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya

2. Hak atas informasi tentang penyakitnya

3. Hak atas privasi

4. Hak atas untuk menentukan nasibnya sendiri

5. Hak atas menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan

Hak-hak tenaga kesehatan antara lain sebagai berikut :

72
1. Hak atas informasi yang benar

2. Hak untuk bekerja sesuai standar

3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien

4. Hak untuk Menolak tindakan yang kurang cocok

5. Hak untuk Rahasia pribadi

6. Hak untuk Balas jasa

Pendidik (Educator)

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan tentang kondisi kesehatannya, gejala penyakit, bahkan tindakan yang

diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan

pemberian pendidikan kesehatan:

1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan

khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan

keluarga berencana. Kegiatannya antara lain :

a. Bersama pasien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan

kesehatan masyarakat, khususnya dlam bidang kesehatan ibu, anak, dan

keluarga berencana.

b. Bersama pasien dan pihak terkait menyusun rencana penyuluhan

kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji baik

untuk jangka pendek maupun jangka panjang. sesuai dengan rencana

73
c. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan

masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang

melibatkan unsure-unsur terkait termasuk masyarakat.

d.

e. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan atau penyuluhan yang

f. Bersama pasien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan

masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki atau meningkatkan

program di masa yang akan datang.

g. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan

kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.

2. Melatih dan membimbing kader, termasuk siswa bidan serta membina dukun di

wilayah atau tempat kerjanya. Kegiatannya antara lain :

a. Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun, dan siswa

b. Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian

c. Menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih

sesuai dengan rencana yang telah disusun.

d. Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang

telah disusun dengan melibatkan unsure-unsur terkait.

e. Membimbing siswa bidan dalam lingkup kerjanya.

f. Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.

g. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.

74
h. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan

bimbingan secara sistematis dan lengkap.

Koordinator

1. Koordinator merupakan salah satu peran utama bidan yang bekerja dalam

memberikan pelayanan dengan individu, keluarga, dam masyarakat.

2. Pasien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan di rumah,

sehingga perlu koordinasi lanjutan asuhan kebidanan di rumah.

3. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada individu, keluarga, dan

masyarakat perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam

penanggulangan.

4. Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai.

Pelaksana Perawatan dan Pengawas Perawatan Langsung

1. Kontak pertama bidan kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang

sakit.

2. Bidan yang bekerja dengan pasien dan keluarga (baik di rumah, klinik, maupun

di rumah sakit) bertanggung jawab dalam memberikan asuhan perawatan

langsung atau mengawasi keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota

yang sakit di rumah sakit.

3. Bidan melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan

oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukan di rumah.

75
4. Bidan dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga melakukan peran

langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh bidan kesehatan

masyarakat.

Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan melaksanakan tugas mandiri, kolaborasi/kerja sama dan

ketergantungan.

Tugas mandiri adalah sebagai berikut :

1. menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

diberikan.

2. Memberikan pelayanan pada anak dan wanita pranikah dengan melibatkan

pasien.

3. Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien dalam kehamilan normal.

4. Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien dalam masa persalinan

dengan melibatkan pasien/keluarga.

5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

6. Memberikan asuhan kebidanan pada pasien dalam masa nifas dengan

melibatkan pasien/keluarga.

7. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan

pelayanan keluarga berencana.

8. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system

reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.

76
9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan

keluarga.

Tugas kolaborasi adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan pasien dan keluarga.

2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan

risiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan

pertama dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan pasien dan

keluarga.

4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi dengan pasien dan keluarga.

5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi

dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan yang

mengalami komplikasi atau kegawatan yang memerlukan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

77
Tugas merujuk adalah sebagi berikut :

1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan fungsi keterlibatan pasien dan keluarga.

2. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil

dengan risiko tinggi dan kegawatdaruratan.

3. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu yang melibatkan pasien dan keluarga.

4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu masa

nifas

dengan penyulit tertentu yang melibatkan pasien dan keluarga.

5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir lahir dengan kelainan

tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi atau rujukan yang

melibatkan keluarga.

6. Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu

dan kegwatan yang memerlukan konsultasi atau rujukan yang melibatkan

pasien dan keluarga.

Pengelola

1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan

untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat di wilayah kerja dengan

melibatkan masyarakat/pasien. Kegiatannya antara lain :

78
a. Bersama tim kesehtan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan

terutama yang berhubungan dengan ibu dan anak untuk meningkatkan dan

mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama

masyarakat.

c. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya

kesehatan ibu dan anak serta Kb sesuai dengan program.

d. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan program/kegiatan pelayanan

kesehatan ibu dan anak serta KB.

e. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat ,

khususnya kesehatan ibu dan anak, serta KB, termasuk pemanfaatn sumber-

sumber yang ada pada program dan sector terkait.

f. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara kesehatan dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada

g. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta kegiatan-kegiatan dalam

kelompok profesi.

h. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

2. Berpatisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain

di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader

kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam

wilayah kerjannya. Kegiatannya antara lain :

79
a. Bekerja sama dengan puskesmas dan institusi lain sebagai anggota tim

dalam memberikan asuhan kepada pasien dalam bentuk konsultasi rujukan

dan tindak lanjut.

b. Membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan atau Petugas

Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) , dan masyarakat.

c. Memberikan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas

kesehatn lain.

d. Memberikan asuhan kepada pasien rujukan dari dukun bayi.

e. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan

kesehatan.

Peneliti

1. Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan,

baik secara mandiri maupun secara kelompok. Kegiatannya antara lain :

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

b. Menyusun rencana kerja pelatihan

c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana

d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi

e. Menyusun laporan hasil investigasi dan rindak lanjut

f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan

2. Tanggung jawab bidan terkait penelitian antara lain sebagai berikut

a. Konseling pada remaja putrid, pasangan pranikah, prahamil, ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, klimakterium, dan menopause.

80
b. Pelayanan kebidanan normal pada wanita hamil, bersalin, nifas,

pemeriksaan fisik, senam hamil, pengendalian anemia, amniotoni,

uterotonika, dan ASI eksklusif.

c. Pelayanan kebidanan abnormal, antara lain pada :

 Wanita hamil : abortus imminens, hiperemesis tingkat I,

preeklamsi, anemia, dan penyulit lainnya.

 Persalinan : letak sungsang, KPD tanpa infeksi (ketuban pecah

dini merupakan masalah yang masih controversial dalam

kebidanan, kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa

akibat meningkatnya angka morbiditas), haemoragic post

partum (HPP), laserasi, dan distosia atau kelambatan/kesulitan

dalam jalannya persalinan.

 Pertolongan nifas abnormal: retensio plasenta renjat dan infeksi,

plasenta manual, jaringan konsepsi, kompresi bimanual,

utoretonik kala III dan IV.

 Ginekologi : keputihan, penundaan haid, rujukan.

d. Pelayanan keidanan pada anak: intranatal, hiportermi, kontak dini,

ASI eksklusif, perawatan tali pusat, resusitasi pada bayi asfiksia,

minum sonde dan pipet, simulasi tumbuh kembang, imunisasi

lengkap, dan pengobatan ringan pada penyakit ringan.

e. Pelayanan KB: penanganan efek samping, pemberian alat kontasepsi

sesuai pilihan, suntik pil, pasang AKBK, dan lepas AKBK tanpa

penyulit.

81
f. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain: pembinaan peran

serta pelayanan kebidanan komunitas, deteksi dini, pertolongan

pertama rujuk, IMS, narkoba, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya (napza), dan pertolongan pertama pada korban narkoba.

Fungsi Bidan

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran.

fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain. Dalam menjalankan

perannya, bidan akan melaksanakan berbagai fungsi antara lain fungsi idenpenden,

fungsi dependen, dan fungsi interdependen.

Fungsi Idenpenden

Fungsi idependen yaitu fungsi di mana bidan melaksanakan perannya secara

mandiri, tidak bergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Bidan harus

dapat memberikan bantuan terhadap penyimpangan atau tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia baik bio-psiko-sosial-kultural maupun spiritual. Bantuan

diberikan mulai dari tingkat individu yang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan)

sampai pada tingkat masyarakat yang mencerminkan tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar pada tingkat sistem organ fungsional dan molecular, seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologi (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas

dan istirahat, pemenuhan kebutuhan eliminasialvi, uri dan lain-lain). Pemenuhan

kebutuhan rasa aman dan nyaman, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai,

pemenuhan kebutuhan harga diri sampai pada pemenuhan kebutuhan yang paling

82
atas yaitu aktualisasi diri. Kegiatan ini diprakarsai oleh bidan yang bertanggung

jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.

Fungsi Dependen

Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh bidan atas instruksi dari tim kesehatan

lain, atau pelimpahan tugas yang diberikan, seperti pelimpahan dari dokter, ahli gizi,

radiologi dan sebagainya.

Fungsi Interdependen

Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan, baik dalam

kebidanan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan

membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam

memberikan asuhan kebidanan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

Keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh bidan saja, tetapi juga membutuhkan kerja

sama tim kesehatan lainnya. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh bidan

dan bidan bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan

tindakannya.

Pada kenyataannya sering kali bahwa seorang bidan dalam menjalankan

peran dan fungsinya masih jauh dari harapan yaitu mampu mandiri dan profesional

dalam tatanan praktik kebidanan secara langsung di rumah sakit ataupun

puskesmas/bidan praktik swasta. Peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, dan

keterampilan adalah suatu keharusan tiap-tiap tim kesehatan, khususnya seorang

bidan.

83
Media dan Metode dalam Promosi Kesehatan

Media Promosi Kesehatan

Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah,

perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa arab, media atau alat

peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu promosi

kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium, untuk

memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan

adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau iformasi yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar

ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat

mengubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).

Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis

dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara

kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga

harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan idea tau gagasan yang

terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran. Alat peraga yang

digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan antara lain:

1. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir

2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap

3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang

mengesankan

4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian

84
5. Dapat member dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan

Tujuan Media promosi

1. Media dapat mempemudah penyampaian informasi

2. Media dapat menghindari kesalahan presepsi

3. Media dapat memperjelas informasi

4. Media dapat mempermudah pengertian

5. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis

6. Media dapat menampilan objek yang tidak bias ditangkap mata

7. Media dapat memperlancar komunikasi

Langkah-langkah Penetapan Media

Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan

adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan tujuan

Tujuan harus realisstis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran

yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan di

mana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk

merancang media promosi dan merancang evaluasi.

2. Menetapkan segmentasi sasaran

Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang

tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.

Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya,

85
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan

ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan

penempatan media.

3. Memposisikan pesan (positioning)

Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu produk

perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau

konsumennya. Positioning membentuk citra.

4. Menentukan strategi positioning

Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi

pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menentukan posisi merek

produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi.

5. Memilih medi promosi kesehatan

Pemilihan media didasrkan pada selera khlayak sasaran. Media yang dipilih

harus memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media

secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi dan

efektivitas pesan.

Penggolongan Media kesehatan

Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan

berdasarkan cara produksi

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan

a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, bulletin, tabloid,

dan lain-lain.

86
b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide,

film, dan lain-lain.

2. Berdasarkan cara produksi

a. Media cetak

Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesa-pesan visual.

Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto

dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar,

lembar balik, stiker, dan pamphlet. Fungsi utamanya adalah memberikan

informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media cetak antara lain

tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu

energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan

gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek

gerak serta mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media elektronik yaitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar,

dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.

Contohnya televise, radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD

interaktif, dan lain-lain. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal

masyarakat, melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih

menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatp muka, penyajian dapat

dikendalikan, jangkauan relative lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang

jika digunakan sebagai alat diskusi. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi,

sedikit rumit, memerlukan energy listrik, diperlukan alat canggih dalam

87
proses produksi, perlu persiapan yang matang, peralatan yang selalu

berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu

keterampilan dalam pengoperasian.

c. Media luar ruang

Media luar ruang yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya diluar

ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis.

Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar,

dan lain-lain. Kelebihan media luar ruang diantaranya sebagai informasi

umum dan hiburan, melibatkan semua pancaindra, lebih menarik karena

ada suara dan gambar, adanya tatp muka, penyajian dapat dikendalikan,

jangkauan relative lebih luas, kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi,

sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat canggih, perlu

kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah,

perlu keterampilan penyimpanan.

Jenis/Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar:

1. Benda asli

Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini

merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta

mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat, kelemahan alat peraga ini tidak

mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam

alat peraga, antara lain benda sesungguhnya (tinja di kebun, lalat di atas tinja,

88
dan lain-lain), specimen (benda yag telah diawetkan seperti cacing dalam botol

pengawet, dan lain-lain), sampel (contoh benda sesungguhnya untuk

diperdagagkan seperti oralit, dan lain-lain).

2. Benda tiruan

Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya.

Benda tiruan bias digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi

kesehatan karena benda asli mungkin digunakan (missal ukuran benda asli yang

terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat dari

bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastic, dan lain-lain.

3. Gambar/media grafis

Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian

visual (menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi.

Media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis,

antara lain poster, leaflet, reklame, billboard, spanduk,gambar karikatur, lukisan,

dan lain-lain).

Pesan dalam Media

Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata

yang sesuai untuk sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif.

Oleh karena itu, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Menfokuskan perhatian pada pesan (Command attention).

Ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan

dikembangkan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan

sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

89
2. Mengklarifikasi pesan (clarify the message)

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus

memberikan informasi yang relevan dan baru bagi sasaran. Kalau pesan dalam

media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

3. Menciptakan kepercayaan (Create trust)

Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong dan terjangkau. Misalnya

masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare

dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau atau mudah

didapat di dekat tempat tinggalnya.

4. Mengkomunikasikan keuntungan (communicate a benefit).

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya sasaran

termotivasi membuat jamban karena mereka akan memperoleh keuntungan di

mana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.

5. Memastikan konsistensi (consistency)

Pesan harus konsisten, artinya bahwa makna pesan akan tetap sama walaupun

disampaikan melalui media yang berbeda secara berulang misalnya di poster,

stiker, dan lain-lain.

6. Cater to the heart and head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi

yang efektif tidak hanya sekadar member alasan teknis semata, tetapi juga harus

menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

7. Call to action

90
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak

sesuatu bisa dalam bentuk motivasi kea rah suatu tujuan. Contohnya. “Ayo,

buang air besar di jamban agar anak tetap sehat

Imbauan dalam pesan

Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk memengaruhi orang lain atau

menghimbau sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.

1. Imbauan rasional

Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya mahluk

rasional. Contoh pesan: “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak anda.

Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya”. Pada ibu mengerti isi

pesan tersebut, namun kadang tidak bertindak karena keraguan.

2. Imbauan emosional

Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih berdasar pada emosi

daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukkan bahwa pesan

dengan menggunakan imbauan emosional lebih berhasil disbanding dengan

imbauan dengan bahasa rasional. Contoh: “Diare penyakit berbahaya,

merupakan penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB

sembarangan”. Kombinasikan hubungan gagasan dengan unsure visual dan

nonverbal dalam poster, misalnya dengan gambar anak balita sakit, kemudian

tertera pesan, “Lindungi anak Anda”.

3. Imbauan ketakutan

91
Hati-hati menggunakan imbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan.

Pesan ini akan efektif bila digunakan pada orang yang memiliki tingkat

kecemasan tinggi. Namun, sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat

justru tidak takut dengan imbauan semacam ini.

4. Imbauan ganjaran

Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang

diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semasam ini cukup

masuk akal karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah

perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup.

5. Imbauan motivasional

Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi yang menyentuh sisi

internal penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan

biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis

seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dan lain-lain.

Beberapa Media Grafis

Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsure

dan prinsip rancangan gambar dan sangat bermanfaat. Media grafis sangat efektif

sebagai penyampai pesan.

poster

poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan

sedikit kata-kata. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan

tujuan memengaruhi seseorang agar tertarik atau bertindak pada sesuatu. Makna

92
kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta dapat dengan mudah dibaca

pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu

tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa,

pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa

lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.

Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak dan memberikan

pesan singkat. Oleh karena itu, cara pembuatannya harus menari, sederhana, dan

hanya berisikan satu idea tau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster

yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta

dapat mendorong untuk bertindak. Poster tidak dapat member pelajaran dengan

sendirinya karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok digunakan sebagai

tindak lanjut dari suatu pesan bertujuan untuk mengingatkan kembali dan

mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh komunikator.

Berdasarkan isi pesan, poster dapat disebut sebagai thematic poster ,

tactical poster,dan practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan

apa dan mengapa, tactical poster menjawab kapan dan di mana, sedangkan

practical poster menerangkan siapa, untuk siapa, apa, mengapa, dan di mana.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster:

1. Dibuat dalam tata letak yang menarik, missal besarnya huruf, gambar, dan

warna yang mencolok

2. Dapat dibaca (eye catcher) orang yang lewat

93
3. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata

4. Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian

5. Dapat dibaca dari jarak enam meter

6. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor iri, bangga,

dan lain-lain

7. Ukuran yang besar: 50x70 cm, kecil: 35x50 cm.

Di mana tempat pemasangan poster:

1. Poster biasanya dipasang di tempat-tempat umum di mana orang sering

berkumpul, seperti halte bus, dekat pasar, dekat took/warung.

2. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-

lain.

Kegunaan poster:

1. Memberikan peringatan, misalnya tentang selalu mencuci tangan dengan sabun

setelah buang air besar dan sebelum makan.

2. Memberikan informasi, misalnya tentang pengolahan air di rumah tangga.

3. Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan

buah-buahan dengan air bersih sebelum dimakan.

4. Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar.

5. Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak dari

buang air besar (BAB) di jamban.

Keuntungan poster:

94
1. Mudah dibuat

2. Singkat waktu dalam pembuatannya

3. Murah

4. Dapat menjangkau orang banyak

5. Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi

6. Bisa di bawa ke mana-mana

7. Banyak variasi.

Cara membuat poster:

1. Pilih subjek yang akan dijadikan topic, missal kesehatan lingkungan, sanitasi,

PHBS, dan lai-lain.

2. Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, missal keluarga yang menggunakan

jamban untuk BAB.

3. Gambarkan pesan tersebut dalam gambar.

4. Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak

enam meter, misalnya: “Stop buang air besar sembarangan !”

5. Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca, misalnya kombinasi

warna yang tidak bertabrakan yaitu biru tua-merah, hitam-kuning, merah-

kuning, bitu tua-biru muda.

6. Hindari tambahan-tambahan yang tidak perlu.

7. Gambar dapat sederhana.

8. Perhatikan jarak huruf, bentuk, dan ukuran.

9. Tes/uji poster pada teman, apakah poster sudah bisa mencapai maksudnya

atau tidak.

95
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster

Poster secara umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

1. Judul (head line)

2. Subjudul (sub head line)

3. Body copy/copy writing, dan

4. Logo dan identitas.

Judul harus dapat dibaca jelas dari jarak enam meter, mudah dimengerti,

mudah diingat. Subjudul harus menjelaskan, melengkkapi, dan menerangkan

judul secara singkat. Poster juga memerlukan adanya ilustrasi. Ilustrasi ini harus

atraktif berhubungan erat dengan judul dan terpadu dengan penampilan secara

keseluruhan. Warna merupakan salah satu unsure grafis. Pengertian warna bisa

meliputi wana simbolik atau rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi tiga

kelompok menurut jenisnya, yaitu warna primer (merah, kuning, biru), warna

sekunder (hijau, kuning, lembayung), dan warna tersier (cokelat kemerahan,

cokelat kekuningan, cokelat kebiruan). Warna sebagai simbol mempunyai arti

tersendiri. Misalnya, merah berarti berani, putih berarti suci, kuning berarti

kebesaran, hitam berarti abadi, hijau berarti harapan, dan merah muda berarti

cemburu. Mengenal rasa warna dapat diartikan sebagai berikut merah adalah

warna panas, biru adalah warna dingin, dan hijau muda adalah warna sejuk.

96
Leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat

singkat,padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet

atau sering juga disebut pamphlet merupakan selembaran kertas yang berisi

tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu.

Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200-400 kata. Ada

beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat.

Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu

masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi

tentang diare serta pencegahannya, dan lain-lain. Isi harus bisa ditangkap dengan

sekali baca. Leaflet dapat berikan atau disebarkan pada saat pertemuan-

pertemuan dilakukan seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD),

pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat leaflet:

1. Menentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai

2. Tuliskan apa tujuannya

3. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet

4. Kumpulkan tentang subjek yang akan disampaikan

5. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk di dalamnya bagaimana

bentuk tulisan gambar serta tata letaknya.

97
6. Buatkan konsepnya. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran,

perbaiki, konsep, dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi.

Kegunaan leaflet:

1. Mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasi

2. Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan

3. Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak

Keuntungan leaflet:

1. Dapat disimpan lama

2. Sebagai referensi

3. Jangkauan dapat jauh

4. Membantu media lain

5. Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi.

Papan Pengumuman

Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x 120 cm, biasa

dipasang di dinding atau tempaat tertentu seperti balai desa, posyandu, masjid,

puskesmas, sekolah, dan lain-lain. Pada papan tersebut ditempelkan gambar-

gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.

Bahan yang diperlukan adalah tripleks ukuran 90x120 cm, kertas berwarna,

gunting, paku paying, huruf-huruf atau tulisan, serta koleksi gambar-gambar dalam

segala ukuran.

98
Cara membuat papan pengumuman:

1. Ambil kayu tripleks (plywood)

2. Warnai bila diperlukan

3. Beri bingkai pada sekeliling papan

4. Paku di dinding gedung atau di tempat yang memungkinkan

5. Letakkan pada tempat atau lokasi yang mudah dilihat

6. Tuliskan judul yang menarik

Cara menggunakan papan pengumuman:

1. Tentukan jangka waktu pemasangan sehingga tidak membosankan, misal 1-2

minggu

2. Gunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, missal pada waktu pertemuan

besar atau hari libur

3. Cari sumber untuk melengkapi tampilan, misal dari perpustakaan, kantor

humas, dan lain-lain.

Keuntungan papan pengumuman:

1. Dapat dikerjakan dengan mudah

2. Merangsang perhatian orang

3. Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah yang ada

4. Merangsang partisipasi

5. Sebagai review atau pengingat terhadap bahan yang pernah diajarkan

Gambar Optik

99
Gambar optik mencakup foto, film, dan lain-lain

1. Foto

Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk album ataupun

dokumentasi lepassan. Album merupakan foto-foto yang isinya berurutan,

menggambarkan suatu cerita, kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan

ditunjukkan kepada masyarakat sesuai dengan topic yang sedang didiskusikan.

Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk mengubah

kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban. Dokumentasi lepasan yaitu

foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album.

Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan

biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.

2. Slide

Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide

cukup efektif karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali dan

dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik, terutama bagi kelompok anak

sekolah disbanding dengan gambar, leaflet, dan lain-lain.

3. Film

Film merupakan media yang bersifat menghibur, di samping dapat menyisipkan

pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar

dan kolosal.

100
Metode dalam Promosi Kesehatan

Definisi

Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Pendidik harus dapat

memilih dan menggunakan metode mengajar yang cocok atau relevan di dalam

proses belajar, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum

bahwa tidak ada satupun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu,

diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan metode yang sesuai dengan

sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda. Pemberian promosi kesehatan pada

sasaran yang sama, tetapi karena waktu dan tempat berbeda, maka

pelaksanaannya memerlukan metode yang juga berbeda.Demikian juga sebaliknya,

pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang

mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Kecermatan pemilihan metode

sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.

Aspek Pemilihan Metode

Pemilihan metode belajar yang efektif dan efisien harus mempertimbangkan

kesesuaian dengan tujuan pendidikan, bergantung pada kemampuan guru atau

pendidiknya, bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas. Metode

pendidikan harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan

tersebut dan hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada.

101
Jenis Metode

Secara garis besar, menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik. Metode

didaktif yaitu suatu metode yang didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau

one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena

peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya ceramah, film,

leaflet, buklet, poster, siaran radio noninteraktif, dan tulisan di media cetak). Metode

sokratik, yaitu metode ini dilakukan secara dua arah (two way method). Metode ini

memungkinkan pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalnya

diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzz group, seminar, bermain peran,

sosiodrama, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan

perorangan).

WHO (1992) membagi jenis metode promosi kesehatan menjadi tiga, yaitu

metode promosi individual (bimbingan, penyuluhan, wawancara), metode promosi

kelompok (kelompok besar: ceramah, seminar kelompokkecil, diskusi, curah

pendapat, bermain peran, buzz group, permainan simulasi dan metode promosi

kesehatan missal: pubic speaking, media massa).

Bimbingan dan Konseling (Guidance and Counseling)

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah

pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan social yang disajikan dalam bentuk pelajaran.

Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki serta mengembangkan

102
pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak

langsungnya.

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseling

(peserta didik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses

penyelesaian dengan lingkungannya. Konseling menjadi strategi utama dalam

proses bimbingan dan merupakan teknik standar atau tugas pokok seorang konselor

di pusat pendidikan. Konseling membantu peserta mengembangkan kesehatan

mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.

Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavaganh, 1982), yaitu tahap awal,

pertengahan, dan akhir. Tahap awal, meliputi pengenalan (introduction), kunjungan

(invitation), dan dukungan lingkungan (environmental support). Tahap pertengahan

(action) berupa kegiatan penjelasan masalah klien dan membantu apa yang akan

diberikan berdasarkan penilaian kembali masalah klien. Sedangkan tahap akhir

(termination) ditandai oleh penurunan kecemasan klien.

Tujuan konseling adalah memperoleh tujuan hidup yang jelas di masa yang

akan datang, terjadi perubahan perilaku dan sikap kea rah positif, sehat, serta

dinamis. GATHER merupakan langkah dalam menyukseskan proses konseling

klien. GATHER: Greet client warmly (menyambut klien dengan hangat), Ask client

about themselves (menanyakan tentang keadaan mereka), Tell client about

problems (menanyakan masalah-masalah yang mereka hadapi), Help client solve

their problem (membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi), Explain how

103
to prevent to have the same dan Return to follow-up (melakukan tidak lanjut

konseling)

Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara

petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau

belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan

untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat.

Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan

sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini digunakan pada kelompok

yang besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang). Selain itu, metode ini

dipergunakan jika berada dalam kondisi waktu untuk penyampaian informasi

terbatas, orang yang mendengar sudah termotivasi, pembicaraan menggunakan

gambar dalam kata-kata, kelompok terlalu besar untuk menggunakan metode lain,

ingin menambahkan atau menekankan apa yang sudah dipelajari, mengulangi,

memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran atau aktivitas, dan sasaran

dapat memahami kata-kata yang digunakan.

Kelebihan metode ceramah, antara lain:

1. Dapat dipakai pada orang dewasa

104
2. Menghabiskan waktu dengan baik

3. Dapat dipakai pada kelompok yang besar

4. Tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu

5. Dapat dipakai sebagai penambah bahan yang mudah dibaca

6. Dapat dipakai untuk mengulang atau member pengantar pada pelajaran atau

aktivitas

Kekurangan ceramah antara lain:

1. Menghalangi respon dari pendengar

2. Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik

3. Pembicara harus menguasai pokok pembicaraan

4. Dapat menjadi kurang menarik

5. Pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar

6. Sulit digunakan oleh anak-anak

7. Daya ingat biasanya terbatas

8. Biasanya hanya satu indra yang dipakai

9. Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar

Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu atau beberapa ahli tentang

topic yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode

ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke

atas. Untuk kelompok kecil (sasaran berjumlah kurang dari lima belas orang) dapat

105
menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat (brain stroming), snowball, buzz

group (kelompok studi kecil), bermain peran (role play), dan simulasi.

Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di

antara tiga orang atau lebih tentang topic tertentu dan salah seorang diantaranya

memimpin diskusi tersebut. Penggunaan metode diskusi kelompok harus memenuhi

ketentuan yaitu:

1. Peserta diberi kesempatan saling mengemukakan pendapat

2. Problema dibuat menarik

3. Peserta dibantu mengemukakan pendapatnya

4. Problema perlu dikenal dan diolah

5. Ciptakan suasana informasi

6. Orang yang tidak suka bicara diberi kesempatan

Keuntungan diskusi kelompok, yaitu:

1. Memungkinkan saling mengemukakan pendapat

2. Merupakan pendekatan yang demokrtatis

3. Mendorong rasa persatuan

4. Memperluas pandangan

5. Menghayati kepemimpinan bersama

6. Membantu mengembangkan kepemimpinan

106
7. Memperoleh pandangan dari orang yang tidak suka bicara

Kekurangan diskusi kelompok, yaitu:

1. Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar

2. Peserta memperoleh informasi yang terbatas

3. Diskusi mudah berlarut-larut

4. Membutuhkan pemimpin yang terampil

5. Mungkin didominasi orang-orang yang suka belajar

6. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

Curah pendapat

curah pendapat adalah semacam pemecahan masalah ketika setiap anggota

mengusulkan semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan dengan cepat. Kritik

evaluasi atas semua pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok

mencurahkan pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan

pikiran yang kreatif, merangsang partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan

masalah, mendahului metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru, dan

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

Keuntungan curah pendapat, yaitu:

1. Membangkitkan pendapat baru

2. Merangsang semua anggota untuk ambil bagian

3. Menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat

4. Tidak menyita banyak waktu

107
5. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil

6. Tidak memerlukan pemimpin yang terlalu hebat

7. Hanya sedikit peralatan yang diperlukan

Kerugian curah pendapat, yaitu:

1. Mudah lepas control

2. Harus dilanjutkan dengan evaluasi agar efektif

3. Mungkin sulit membuat anggota mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima

4. Anggota cenderung mengadakan evaluasi segera setelah diajukan satu

pendapat.

Snowball

Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang dua

orang). Setelah pasanagn dibentuk, dilontarkan suatu pernyataan atau masalah.

Mereka tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya.

Selanjutnya setiap dua pasang yang sudah beranggotakan empat orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian sseterusnya akhirnya terjadi

diskusi seluruh kelas.

Kelompok Studi Kecil (Buzz Group)

Metode ini dilakukan dengan membagi kelompok sasaran yang besar menjadi

kelompok-kelompok kecil yang membahas suatu tugas tertentu. Setiap melaporkan

hasil tugasnya kepada kelompok besar. Metode ini digunakan jika terdapat kondisi

sebagai berikut:

108
1. Kelompok terlalu besar sehingga tidak memungkinkan setiap orang

berpartisipasi

2. Pokok pembahasan dapat dipecah dalam beberapa segi

3. Terdapat anggota kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok

4. Waktu terbatas

5. Ingin menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelompok

Keuntungan kelompok studi kecil, yaitu:

1. Mendorong peserta yang malu-malu

2. Menciptakan suasana yang menyenangkan

3. Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan

4. Menghemat waktu

5. Memupuk kepemimpinan

6. Memungkinkan pengumpulan pendapat dari sebanyak mungkin peserta

7. Dapat dipakai bersama metode lain

8. Member variasi pada proses belajar

Kerugian kelompok studi kecil, yaitu:

1. Memungkinkan terbentuk kelompok yang terdiri atas orang-orang yang tidak

tahu apa-apa

2. Diakui mungkin berputar-putar

3. Mungkin terdapat pemimpin yang lemah

4. Laporan mungkin tidak tersusun dengan baik

109
5. Perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang baik biasanya banyak

makan waktu untuk persiapan.

Bermain Peran

Bermain peran (role play) adalah permainan sebuah situasi dalam hidup manusia

dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya. Metode ini dimainkan oleh

beberapa orang untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Dalam metode

ini, para peserta diminta memainkan atau memerankan bagian-bagian dari beberapa

karakter dalam suatu kasus. Para peserta diminta membayangkan diri sendiri

tentang tindakan atau peranan tertentu yang diciptakan bagi mereka oleh pelatih.

Peserta harus mengambil alih perasaan dan sikap-sikap dari orang yang ditokohkan

(Misalnya, sikap dan perasaan seorang kepala dinas kesehatan dalam memimpin

suatu rapat dinas).

metode ini digunakan jika ada dalam kondisi berikut:

1. Peserta perlu mengetahui lebih banyak tentang pandangan yang berlawanan

2. Peserta mempunyai kemampuan untuk memakainya

3. Bertujuan membantu peserta memahami suatu masalah

4. Ingin mencoba mengubah sikap peserta

5. Pengaruh emosi dapat membantu dalam penyajian masalah

6. Digunakan untuk pemecahan masalah

Keuntungan bermain peran, yaitu:

1. Segera mendapat perhatian

110
2. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil

3. Membantu anggota memperoleh pengalaman yang dialami oleh orang lain

4. Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah

Kerugian bermain peran, yaitu:

1. Berpotensi memunculkan masalah asosialisasi dengan pemerannya

2. Banyak yang tidak senang memainkan suatu peran

3. Membutuhkan pemimpin yang terlatih

4. Terbatas pada beberapa situasi saja

5. Kesulitan melakukan suatu peran

Simulasi

Simulasi adalah suatu cara peniruan karakteristik-karakteristik atau perilaku-perilaku

tertentu dari dunia rill sehingga para peserta latihan dapat bereaksi seperti pada

keadaan sebenarnya. Dengan demikian, jika peserta pelatihan kembali ke tempat

kerjanya telah biasa melakukan pekerjaan yang disimulasikan, metode ini

merupakan gambaran antara bermain peran dan diskusi kelompok. Metode simulasi

mencakup hal-hal berikut:

1. Simulator alat-alat, misalnya simulator alat-alat suntik bagi pendidikan dokter

ataru perawat dan simulator sumur pompa tangan bagi pendidikan sanitasi.

2. Studi kasus (case study), para peserta pelatihan diberikan kasus, kemudian

dipelajari dan didiskusikan (metode ini sangat sesuai untuk mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah.

111
3. Permaianan peran (role playing)

4. Teknik di dalam keranjang (in basket technique), metode ini dilakukan dengan

member bermacam-macam persoalan kepada peserta pelatihan selanjutnya

peserta diminta memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori

dan pengalaman yang dimiliki, mulai dari perencanaan sampai evaluasi.

Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengasumsikan pesan-pesan kesehatan

yang ditujukan untuk masyarakat, sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti

tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,

dan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus dirancang

agar dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk

menggungah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi meskipun belum

sampai pada perubahan perilaku.

Bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya

menggunakan atau melalui media massa. Salahsatu contoh metode ini adalah

ceramah u umum (public speaking) yaitu metode yang dilakukan dengan

memberikan pidato di hadapan massa dengan sasaran yang sangat besar.

Misalnya, pejabat berpidato di hadapan rakyat. Safari KB (Keluarga Berencana)

merupakan bentuk pendekatan massa. Hal ini membutuhkan partisipasi masyarakat,

kelompok koordinasi antar sektor serta media cetak dan elektronik.

112
Mubarak, W.I. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Salemba Medika,

Jakarta,2011.

Machfoeds,dkk. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan, Fitramaya,

Yogyakarta, 2008

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta

2005.

113
POKOK BAHASAN :

1. KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

2. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN DALAM PRAKTIK

KEBIDANAN

3. MODEL DAN NILAI DALAM PROMOSI KESEHATAN

4. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

5. ETIKA PROMOSI KESEHATAN

6. PRINSIP-PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU

114
115

Anda mungkin juga menyukai