Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

(PROMOSI KESEHATAN)

Oleh :

Nama : Valentina. M.F Koibur


Nim : 2022072014017

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat


Universitas Cenderawasih
Jayapura
Papua
2023
BAB I
PENDAHULUAN

SEJARAH DAN KONSEP PROMOSI KESEHATAN

Sejarah Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan di Indonesia sebelumnya dikenal dengan Penyuluhan Kesehatan.
Perubahan penyebutan Penyuluhan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan dipengaruhi oleh
perkembangan di dunia karena munculnya Konferensi Internasional tentang Pencegahan
(prevention) pada tahun 1986 di Kanada yang dikenal dengan nama Ottawa Charter (Syafei,
2010). Ottawa Charter merupakan konferensi internasioanl pertama tentang Promosi Kesehatan
yang diselenggarakan oleh WHO (World Health Organization). Dalam Ottawa Charter
menghasilkan rumusan 3 strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, penerapan dan mediasi.

Gambar: Ottawa Charter 1986 (WHO)

Logo tersebut dijadikan Logo Promosi Kesehatan oleh WHO.Logo Promkes memiliki
elemen grafis utama yaitu satu lingkaran luar, satu tempat putaran dalam lingkaran dan tiga
sayap. Satu lingkaran luar memilki arti mewakili membangun kebijakan public yang sehat serta
melambangkan perlunya kebijakan untuk“menahan sesuatu bersama- sama”. Lingkaran ini
mencakup 3sayap yang menjadi lambang upaya penyelesaian kelima bidang utama promosi
kesehatan. Putaran didalam lingkaran mencangkup 3 strategi dasar dalam promosi kesehatan
yaitu:
(1) Enable (memungkinkan)
(2) Mediate (mediasi)
(3) Advocate (advokasi).
Sedangkan ketiga sayap dalam lingkaran adalah mewakili lima bidang utama dalam
tindakan promosi kesehatan. Ketiga lingkaran sayap yang mencakup lima bidang utama dalam
bidang Promosi Kesehatan yaitu :
(1) Health Public Policy (membangun kebijakan publik yang sehat)
(2) Create Supportive Environments (menciptakan lingkungan yang mendukung)
(3) Strengthen Community Action (memperkuat aksi masyarakat)
(4) Develop Personal Skills (meningkatkan keterampilan pribadi)
(5) Re-Orient Health Service (re- orientasi pelayanan kesehatan).

Terdapat 1 sayap yang melanggar lingkaran, hal ini mewakili bahwa Menciptakan
Kebijakan Publik yang Sehat dalam masyarakat, individu maupun komunitas akan terus menerus
bersinergi dengan perubahan serta perkembangan yang terjadi. Logo ini menggambarkan bahwa
Promosi Kesehatan adalah menyeluruh dengan pendekatan yang memiliki banyak strategi.
Selain Ottawa Charter konferensi internasional yang mendukung promosi kesehatan
sebagai sektor pelayanan kesehatan adalah Deklarasi Alma-Ata pada tahun 1978 di Kazakhstan
(sekarang menjadi Republik Sosialis Soviet) yang membahas tentang Pelayanan Kesehatan
Dasar (Primary Health Care). Pada Deklarasi Alma-ata menyebutkan bahwa pemerintah, pekerja
kesehatan dan komunitas didunia berperan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan untuk
semua orang. Deklarasi Alma-ata menekankan bahwa
(1) kerja sama secara global dan perdamaian sangatlah penting
(2) kebutuhan lokal dan masyarakat harus mendorong kegiatan promosi kesehatan
(3) ekonomi dan sosial dibutuhkan untuk membentuk kesehatan
(4) pencegahan harus menjadi bagian dari pelayanan kesehatan
(5) kebutuhan pemerataan status kesehatan dan
(6) berbagai sector dan pelaku harus dilibatkan dalam upaya peningkatan kesehatan
(Awofeso, 2004).
Visi dan Misi Promosi Kesehatan
a. Visi Promosi Kesehatan
Visi Promosi Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari bagian Visi Indonesia Sehat tahun
2010. Visi Promosi Kesehatan adalah “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.” Dimana setiap
individu pada rumah tangga di Indonesia telah melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka:
 Mencegah terjadinya penyakit dan masalah kesehatan.
 Menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan dalam
 rangka meningkatkan derajat kesehatan.
 Memanfaatkan pelayanan kesehatan.
 Mengembangkan dan melaksanakan upaya kegiatan masyarakat.
b. Misi Promosi Kesehatan
Misi Promosi Kesehatan adalah:
1) Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok masyarakat, baik melalui pendekatan
personal, keluarga, organisasi, dan gerakan masyarakat.
2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih
dan sehat di masyarakat mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan
serta pihak lain yang berkepentingan, dalam rangka Mendorong diberlakukannya
kebijakan dan peraturan undang-undang yang berwawasan kesehatan. Mengintegrasikan
promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan.
Meningkatkan kemitraan yang sinergis antara pemerintah pusat dan daerah serta antara
pemerintah dengan masyarakat termasuk lembaga swadata masyarakat (LSM).
Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan dalam
bidang kesehatan pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan dari berbagai sumber: WHO 1984, “Promosi kesehatan tidak hanya
untuk merubah perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yan memfasilitasi perubahan perilaku
tersebut.” Green 1984,
“Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi lingkungan.” Ottawa Charter 1986,
“Proses memampukan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.”
Bangkok Charter 2005,
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).
Promosi kesehatan adalah kombinasi antara upaya pendidikan, kebijakan (politik),
peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan dan kondisi hidup yang dapat
menguntungkan kesehatan seseorang, kelompok, atau komunitas (Green dan Kreuter, 2005).
Sedangkan menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan
masyarakat untu dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan
yang sehat seseorang perlu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).
Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan No.11114/Menkes/SK/VIII/2005 mengatakan
bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan factor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyrakat
agar dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat yang sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang
berwawasan kesehatan.
TUJUAN PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan bertujuan sesuai dengan visi promosi kesehatan itu sendiri yaitu
menciptakan atau membuat yang:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
2. Mampu (ability)memelihara dan meningkatkan kesehatannya
3. Memelihara kesehatan,berarti mau dan mampu mencegah penyakit
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan
5. Meningkatkan kesehatan, mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu
ditingkatkan karena derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.

Dilihat dari visi tersebut sehingga tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal
yaitu:
1. Tujuan promosi kesehatan menurut WHO
a. Tujuan umum
Mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan
b. Tujuan khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan kegiatan untuk
mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
2. Tujuan operasional
a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan
system dalam pelayanan kesehatan serta cara memanfaatkannya secara efisien dan
efektif.
b. Agar klien atau masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
(dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya
c. Agar orang melakukan langkah positif dalam mencegaha terjadinya sakit, mencegah
berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui
rehabilitas cacat karena penyakit.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya,
tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatan yang normal.

Sedangkan menurut Green, 1991 dalam Maulana (2009), tujuan promosi kesehatan ada 3 yaitu:
1. Tujuan program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi beruapa pernayataan tentang tujuan yang akan
dicapai pada periode tertentu yang berhubungan dengan kesehatan. Tujuan ini juga bisa disebut
tujuan jangka panjang.
2. Tujuan pendidikan
Pembelajaran atau pendidikan yang harus dicapai agar tercapainya perilaku yang
diinginkan. Tujuan ini juga bisa disebut tujuan menengah
3. Tujuan perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
disebut tujuan jangka pendek yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan.

PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Prinsip-prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for Health
Promotion (1986) mengatakan bahwa ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan adalah:

1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk


mendatkan control lebih besar atas keputusan dan tindkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam
pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan
interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang didapat
oleh klien.
5. Intersectoral (antar sector) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instansi terkait lainnya
atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi
kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakan.

Sedangkan menurut Maulana, 2009 prinsip-prinsip promosi kesehatan anatara lain sebagai
berikut:
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan
turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanan
dan ilmplementasi intervensi.
3. Focus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta
dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karateristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan
mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun
intervensipromosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan
kelompok
8. Intervensi harus bersifat continue serta didasarkan pada prinsip pemberdayaan dan atau
model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode

Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis

sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

a) Sasaran primer

Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)

sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka

yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi
disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem

nilai dan norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para

pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para

pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS.

Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat

dan pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi

terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang

bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan

dunia usaha (Maulana, 2009).

b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya

pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,

pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka

diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan

keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.

Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi

PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya

PHBS (Maulana, 2009).

c) Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-

undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya

meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

 Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan

kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan

masyarakat.

 Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat

mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana, 2009)

A. Pengertian Konsep dan Strategi Promosi Kesehatan


Sejarah Promosi Kesehatan

Sebelum istilah promosi kesehatan diperkenalkan, masyarakat lebih mengenal istilah


pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Green (1980) adalah “any combination of
learning’s experiences designed to facilitate voluntary adaptations of behavior conducive to
health” (kombinasi dari pengalaman pembelajaran yang didesain untuk memfasilitasi adaptasi
perilaku yang kondusif untuk kesehatan secara sukarela). Definisi pendidikan kesehatan tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tidak hanya sekedar memberikan informasi pada
masyarakat melalui penyuluhan.

Definisi pendidikan kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman pembelajaran


meliputi berbagai macam pengalaman individu yang harus dipertimbangkan untuk memfasilitasi
perubahan perilaku yang diinginkan. Istilah pendidikan kesehatan tersebut seringkali
disalahartikan hanya meliputi penyuluhan kesehatan saja sehingga istilah tersebut saat ini lebih
populer diperkenalkan dengan istilah promosi kesehatan.Tahun 1984, World Health
Organization (WHO) mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan.
Perbedaan kedua istilah tersebut yaitu pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah
perilaku sedangkan promosi kesehatan selain untuk mengubah perilaku juga mengubah
lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasi ke arah perubahan perilaku tersebut.
Istilah Health Promotion (promosi kesehatan) ini secara resmi disampaikan pada Konferensi
Internasional tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada pada tahun 1986. Pada Konferensi
tersebut health promotion didefinisikan sebagai “the process of enabling peoples to increase
controls over, and to improved their health” yaitu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengontrol dan meningkatkan kesehatan. Definisi ini mengandung pemahaman bahwa upaya
promosi kesehatan membutuhkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai cara untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan baik perorangan maupun masyarakat.
Pada tahun 1994 Indonesia mendapat kunjungan dari Direktur Health Promotion WHO yaitu Dr.
Ilona Kickbush.

Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Konferensi Internasional Health Promotion


yang keempat sehingga Depkes berupaya untuk menyamakan konsep dan prinsip tentang
promosi kesehatan serta mengembangkan beberapa daerah menjadi daerah percontohan. Dengan
demikian, penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia pada dasarnya mengacu pada
perkembangan dunia internasional. Konsep promosi kesehatan tersebut ternyata juga sesuai
dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu mengarah pada paradigma
sehat (Nurianti, 2015).

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut strategi´, yakni
teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.
 Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) Strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3
hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan,
advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai
sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program
kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat
berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada
bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya,
penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
dimintakandukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya
sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal
meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau
fasilitaslain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah
kesehatan (sasaran tertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama
kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan
program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program-program tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina
suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan
sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma,
dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah
para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating
skill).Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana
sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
A. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan Piagam Ottawa tahun 1986, ruang lingkup promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi lima area yaitu:
 Build Healthy Policy
Build Healthy Policy atau membangun kebijakan public yang berwawasan kesehatan
memperhatiikan dampak kesehatan dari setiap keputusan yang telah dibuat. Kebijakan public
sebaiknya menguntungkan kesehatan. Bentuk kebijakan public antara lain berupa peraturan
perundang-undangan, kebijakan fiskal, kebijakan pajak dan pengembangan organisasi serta
kelembagaan. Berikut contoh-contoh bentuk kebijakan di Indonesia:
 Kebijakan kawasan tanpa rokok
 Pembatasan iklan rokok
 Pemakaian helm dan sabuk pengaman

 Create Supportive Environment


Create Supportive Environment atau menciptakan lingkungan yang mendukung merupakan
peranan yang besar untuk mendukung seseorang atau mempengaruhi kesehatan dan perilaku
seseorang. Berikut merupakan contoh lingkungan yang mendukung:
 Penyediaan pojok laktasi di tempat-tempat umum
 Penyediaan tempat sampah
 Pengembangan tempat konseling remaja

 Strengthen Community Action


Strengthen Community Action atau memperkuat gerakan masyarakat. Promosi kesehatan
berperan untuk mendorong serta memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Berikut contoh-contoh penguatan gerakan masyarakat :
 Terbentuknya yayasan atau lembaga konsumen kesehatan
 Terbentuknya posyandu
 Terbentuknya pembiayaan kesehatan bersumber daya masyarakat
 Develop Personal Skill
Develop Personal Skill atau mengembangkan keterampilan individu merupakan upaya agar
masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif tentang kesehatannya. Masyarakat
membutuhkan informasi, pendidikan, pelatihan dan berbagai keterampilan. Promosi Kesehatan
berperan untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengambil keputusan dan mengalihkan
tanggung jawab kesehatan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan setiap individu.
Pemberdayaan akan lebih efektif bila dilakukan dari tatanan rumah tangga, tempat kerja, dan
tatanan lain yang telah ada di masyarakat.
 Re-Orient Health Service
Re-Orient Health Service atau menata kembali arah utama pelayanan kesehatan kepada
upaya preventif dan promotif serta mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitative

B. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada pada tahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan
pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)


Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakankebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan public. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit,
dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota,
agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum lainnya: tersedianya tempat
samapah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan
bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-
tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan sebagainya,
harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan
kesehatan itu ada 3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan
adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa masyarakat
bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan ini,
adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya
sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat
penting.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan
indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut t erwujud. Oleh sebab itu,
strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individu daripada massa.
5. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena
itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya
terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

C. PEMILIHAN STRATEGI PROMKES


 Beberapa Strategi Promkes dan Pemilihan Strategi Promkes adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
a. Mudah digunakan tapi sulit dikuasai
b. Membagi informasi, mempengaruhi pendapat, merangsang
a. pemikiran berdasarkan pesan verbal
b. Sasaran biasanya pasif, sedikit interaksi dengan narasumber atau
c. peserta lainnya
2. Media Massa
a) Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran luas
b) Umumnya, sasaran tidak atau sedikit usaha untuk menerima pesan
c) Strategi ini tidak efektif karena pesan tidak dapat dikhususkan untuk sasaran tertentu
d) Strategi ini efisien karena biaya yang murah dalam skala ekonomi
e) Contoh : televisi, radio, koran, majalah, outdoor media
3. Instruksi individual
a) Dalam tatanan pasien, disebut konseling
b) Bersifat individual, digunakan bila perbedaan karakteristik sasaran sangat besar
c) Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan berdasarkan kebutuhan
individual
d) Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
4. Simulasi
a) Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata digunakan untuk
merangsang atau membantu proses pembelajaran
b) Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi tersebut
c) Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role playing), model komputerisasi
d) Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah sikap
5. Modifikasi Perilaku
a. Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui rangsangan dan
konsekuensi
b. Teori : rangsangan (antecedent) - perilaku spesifik - konsekuensi (positif/negatif)
 Contoh rangsangan : iklan televisi
 Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
 Contoh konsekuensi negatif : sanksi
6. Pengembangan Masyarakat
a. Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian masyarakat yang menekankan
pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan pemahaman pada masyarakat
tertentu
b. Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama dalam pemecahan masalah.
c. Penyuluh bertindak sebagai fasilitator
d. Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena efeknya terjadi dalam
waktu yang lama
D. Aturan Dalam Memilih Strategi Promosi Kesehatan
Pilih minimal tiga strategi Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi
kesehatan
 Semakin lama program, semakin banyak strategi
 Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana
 Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi, semakin
banyak strategi yang digunakan
 Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai efek yang
singkat.

E. Metode Promosi Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2014) metode promosi kesehatan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil promosi kesehatan secara optimal. Metode yang
dikemukakan antara lain:
1) Metode perorangan (individual)
Dalam promosi kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang
yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi dasar digunakan pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alas an yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara
lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b) Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah
perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2) Metode kelompok
Metode promosi kesehatan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda
dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya
akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada
besarnya
sasaran promosi kesehatan. Metode ini mencakup :
 Kelompok besar
Peserta promosi kesehatan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini
adalah ceramah dan seminar.
 Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah:
 Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan
diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari
materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema
dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
 Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran.
Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang
meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan
jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan/di pertengahan, tidak duduk
dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
 Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke
atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
Kelompok kecil Peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
1. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau
segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan
yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap
anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
2. Curah Pendapat (Brain stroming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan
tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan
akhirnya terjadi diskusi.
3. Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
4. Bermain Peran (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan
sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
5. Permainan Simulasi (Simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk
arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.
3) Metode massa
Metode massa penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa
atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap
oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya
menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato
melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan
dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:
a) Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan
pesanpesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
a) Berbincang-bincang (talk show) tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
b) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
c) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
d) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
e) Contoh : Bill Board Ayo ke Posyandu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal,
yaitu Advokasi (Advocacy), Dukungan Sosial (Social support), dan Pemberdayaan Masyarakat
(Empowerment). Di dalam piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan,
yang mencakup 5 butir, yaitu Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy),
Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment), Reorientasi Pelayanan Kesehatan
(Reorient Health Service), Keterampilan Individu (Personnel Skill), dan Gerakan masyarakat
(Community Action).
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan agar masyarakat lebih mudah untuk
mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pemilihan srategi promosi
kesehatan yaitu diantaranya Ceramah, Media Massa, Instruksi individual, Simulasi,Modifikasi
Perilaku dan Pengembangan Masyarakat. Dalam pemilihan srategi promosi
kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi promosi kesehatan
program-programnya semakin berkembang dan tidak salah sasaran.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai penyuluh
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan promosi
kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai penyuluh
kesehatan dapat menjadi bagian dari pembangunan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. (1997). Ddeklarasai Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada
Abad 21. Jakarta:PPKM Depkes RI.
2. Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.
3. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran.
4. Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
5. World Health Organization. (2000). Health Promotion. http://www.who.int/health-promotion.

Anda mungkin juga menyukai