Oleh :
Veronika Hendrika Koibur
0120840270
Dokter Pembimbing :
dr. Izak Samay Sp.KJ, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Ujian Dibagian
Ilmu kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih / Rumah Sakit Jiwa
Abepura
Pembimbing
10 Januari 2021
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Tn. E . N
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Yalimo
LAPORAN PSIKIATRI
1.1 RIWAYAT PSIKIATRI
1.1.1 Keluhan Utama
Pasien datang ke Polik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Abepura, karena awalnya menceritakan
keluhannya ke saudaranya yang bekerja di rumah sakit , lalu Saudara pasien menyarankan untuk
memeriksa keluhan yang di alami pasien. Pasien mengatakan mengalami keluhan sejak tahun
2018, namun pasien baru mulai ke Polik Psikiatri Pada 19 Januari 2021. Pasien mengatakan
keluhan yang dirasakan yaitu ketika mendengar suara yang sedikit ribut dan kuat, pasien mengira
ada terjadi perkelahian, ketika mendengar suara-suara seperti itu pasien tiba-tiba harus menutup
mata sambil memegang kepalanya, lalu pasien mulai mengalami rasa cemas, gelisah sampai
akhirnya pasien akan teriak. Pasien juga mengatakan ketika mau membuat keputusan pasien
akan merasa bingung, berfikir sangat lama lalu secara tidak sadar sambil memukul kepala
dengan tangan pasien sendiri. Pasien juga mengatakan memliki riwayat trauma terhadap
perkelahian karena pernah melihat ke dua orangtuanya bertengkar ketika pasien masih kecil .
Riwayat keluarga memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan disangkal. Pasien adalah
anak ke 2 dari 4 bersaudara . Pasien hidup dengan keluarganya sejak dari lahir hingga berumur
14 tahun, lalu pasien tinggal bersama neneknya hingga selesai pendidikan SMA,setelah pasien
lulus Sekolah SMA, kemudian pasien pergi melanjutkan pendidikan selanjutnya ( kuliah) di
makasar. Hubungan antar keluarga baik.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
Keadaan umum
Kesadaran :
Tanda vital
Kulit
Warna : Hitam
Sianosis : Tidak ada
Turgor : Cepat Kembali
Kepala
Mata
Hidung
Thoraks
-. Retraksi : Ada
Jantung
Abdomen
Inpeksi : Simetris
Palpasi : Supel, Hepar Lien Tidak Teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+ ) Normal
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Akral Hangat , Oedem (-) Tidak Ada Sianosis CRT< 2s
Ekstremitas Bawah : Akral Hangat , Oedem (-) Tidak Ada Sianosis CRT< 2s
Elizac 10 mg
Alprazolam 0,5 mg
Vitamin B6 1 tablet
Ketiga jenis obat ini racik dan dibuat dalam bentuk kapsul, pasien meminum obat ini pada
malam hari
1.8 PROGNOSIS
PEMBAHASAN
2.1 Mengapa pasien ini di diagnosa post traumatic stress disorder?
Menurut PPDGJ III diagnosis pada seorang yang mengalami popst traumatic stress disorder
(PTSD) adalah :
1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6
bulan setelah kejadian traumatik berat ( masa laten yang berkisar antara
beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan).
Kemungkinan diagnosis masih bisa ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai
saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi
klinisnya adalah khas dan tidak dapat alternative kategori gangguan lainnya.
3. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
4. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa,
misalnya dalam kategori F62.0 (Perubahan kepriadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofa).
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan
fisik. Dari anamnesis didapatkan pasien memiliki riwayat cemas, takut dan gelisah saat
mendengar suara-suara ribut dan pasien mengira ada terjadi perkelahian.
Pada pasien ini didagnosis Post Traumatik Stress Disorder ( PTSD) karena menurut
hasil wawancara, pasien mengatakan masih terus merasa gelisah saat mendengar suara-
suara ribut lalu pasien mengira ada terjadi perkelahian. Karena Pasien masih mengingat
kejadian dimana kedua orang tuanya berkelahi.
Farmakoterapi
1. Terapi ini bertujuan untuk meminimalisir gejala-gejala dari post traumatic stress disorder
(PTSD) dengan penstabilan zat-zat pada otak yang menyebabkan kecemasan,
kekhawatiran, dan depresi.
Adapun beberapa Contoh farmakoterapi yang sering digunakan dalam kasus PTSD, antara lain:
Pada terapi farmakologis jenis obat yang sering digunakan adalah golongan SSRIs
seperti : flouxsetine sertraline dan venlafaxine.
Non-farmakoterapi
Spiritual : Memotivasi pasien untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan
Monitoring : Mengawasi Perkembangan keluhan pasien.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Penegakkan diagnosis Post traumatic stress disorder bila ditemukan adanya gejala
seperti berikut:
Pernah adanya riwayat trauma, adanya flash back, adanya hiperarousal, dan menghindar.
Selain itu pasien juga mengalami gangguan fungsi sosial.
Terapi pada post traumatic stress disorder dapat berupa farmakologis dan non farmakologis.
Pada terapi farmakologis jenis obat yang sering digunakan adalah SSRIs seperti
flouxsetine sertraline dan venlafaxine. Selain itu untuk mendukung pengobatan dapat
pula di tambahkan atypical antipsikosis dan anti cemas seperti golongan benzodiazepine.
Selain terapi farmakologis Psikoterapi seperti cognitive behavioral therapy dan hypnosis
sangat membantu pasien Post traumatic stress disorder .
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi . 2013 . Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Rujukan Ringkasan Dar
PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Rujukan. Jakarta . Hal : 74-75.
2. Irvan Miftahul Arif dan Utari Gita Mutiara, Post Traumatic Stress Disorder dan Tatalaksana
Non-Farmakologi .