DEMENSIA VASKULAR
Disusun Oleh:
Putri Nabila
01073200097
Pembimbing:
Dr. Engelberta Pardamean, Sp. KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Tanggal lahir : 24 Agustus 1950 (69 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bondoyong
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Kristen
Tanggal masuk RS : 27 Maret 2021
A. Keluhan Utama
Pasien sulit tidur
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di perusahaan.
d. Riwayat Pernikahan
Kehidupan rumah tangga pasien dengan istrinya baik.
e. Riwayat Militer
Belum pernah ikut militer.
6. Riwayat Psikoseksual
Pasien sejak kecil diasuh sebagai laki-laki. Pasien menikah saat umur 30 tahun, menikah
selama 39 tahun. Hubungan dengan istri baik.
7. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa. Keluarga menyangkal adanya
anggota keluarga yang pernah didiagnosa dengan Alzheimer’s Disease.
E. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Tidak dapat dinilai karena pasien tidak menjawab pertanyaan dokter.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum:
1. Penampilan:
Tampak seorang laki-laki memakai kemeja kotak-kotak berwarna biru muda dan celana
panjang warna putih. Penampakan rapi dan terawat. Wajah sesuai umur.
2. Kesadaran:
Pasien dalam keadaan sadar penuh
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor:
Pasien merasa gelisah
4. Pembicaraan:
Pasien tidak banyak bicara, hanya mengucapkan sedikit kata – kata singkat. Adanya kesulitan
berbicara.
5. Sikap terhadap pemeriksa:
Pasien bersikap kurang kooperatif
B. Alam Perasaan (Emosi):
1. Mood : Hipothym
2. Afek : Normal dan Serasi
C. Pembicaraan:
Pasien tidak banyak bicara, terdapat kesulitan bicara dan ketika diwawancara pasien kurang
kooperatif
H. Daya Nilai :
1. Norma sosial :
Terganggu
2. Uji daya nilai :
Sulit dinilai
3. Penilaian realitas :
Tidak Terganggu
I. Tilikan :
Tidak dapat dinilai
J. Taraf dapat dipercaya :
Pasien tidak dapat dipercaya karena mengalami gangguan memori
B. Status Neurologis
• Saraf kranials : Sulit dinilai
• Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
• Refleks fisiologis : (+) normal
• Refleks patologis : Tidak ada
• Motorik : Melemah
• Sensorik : Melemah
• Fungsi luhur : Sulit dinilai
• Gangguan khusus : Tidak ada
• Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (+), tonus otot (N), tremor (+),
distonia (-), disdiadokinesis (-).
V. PEMERIKSAN PENUNJANG
Belum dilakukan
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja:
- Demensia Vaskular (F01)
Diagnosis Banding:
- Demensia Penyakit Alzheimer (F00)
- Delirium (F05)
Non-Farmakologi
Tujuan terapi nonfarmakologi atau intervensi psikososial adalah meningkatkan kualitas hidup
Orang dengan Demensia (ODD). Pendekatan terfokus pada individu dan disesuaikan dengan
kebutuhan, kepribadian, kekuatan dan preferensi. Intervensi dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Mempertahankan fungsi:
- Mengadopsi strategi untuk meningkatkan kemandirian seperti terapi komunikasi,
pelatihan keterampilan perencanaan kegiatan sehari – hari, latihan fisik, rehabilitasi
berupa fisioterapi, kegiatan rekresiasi
- Memelihara fungsi kognitif melalui pendekatan stimulasi, pelatihan dan rehabilitasi
kognitif, terapi orientasi realitas, terapi reminiscence.
2. Manajemen perilaku sulit - agitasi, agresi, and psikosis melalui pendekatan manajemen
perilaku, terapi musik, terapi validasi, aktifitas fisik, stimulasi multisensorik, terapi pijat dan
sentuhan, aromaterapi, terapi cahaya.
3. Mengurangi gangguan emosional komorbid seperti kecemasan dan depresi melalui
cognitive behavioural therapy (CBT), konseling individu dan keluarga, intervensi pengasuh.
X. PROGNOSIS
• Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
• Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
• Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISA KASUS
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko cardiovascular dan
Aβ dan (b) Gambaran letak lesi pada demensia vaskular.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah demensia penyakit Alzheimer (F00) dan
delirium (F05). Diagnosis demensia penyakit Alzheimer dapat disingkirkan karena perjalanan
onset penyakit yang mendadak disertai adanya gejala neurologis fokal setelah adanya
kejadian serebrovaskular yang terdokumentasi yaitu serangan stroke serta disangkalnya ada
riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer. Dimana berdasarkan DSM V, pada penyakit
Alzheimer’s Disease, riwayat keluarga, penurunan progresifitas penyakit secara bertahap dan
tidak adanya penyebab etiologi lain adalah kriteria untuk menegakkan demenisa penyakit
Alzheimer (F00). Pemeriksaan penunjang seperti hasil CT-scan kepala atau MRI untuk
melihat letak abnormalitas pada struktur otak pasien atau pengambilan kadar cairan
sereprospinal beta – amyloid dan tau dapat membantu menegakkan adanya kemungkinan
komorbiditas dementia vaskuler yang terjadi bersamaan dengan Alzheimer’s Disease.
Diagnosis delirium juga dapat disingkirkan karena tidak adanya gangguan perhatian
(attention), gangguan persepsi yang menonjol maupun adanya gangguan kesadaran (arousal)
pada pasien. Dari autoanamnesis dan alloanamnesis juga disangkal adanya riwayat etiologi
penyakit lain seperti tumor otak, multiple sclerosis, ensefalitis ataupun penyakit metabolik.
1,4,5
Adapun cara melakukan pencegahan agar progresifitas penyakit demensia tidak memburuk:7,8
Jaga agar pikiran selalu aktif. Seperti teka-teki dan permainan kata, belajar bahasa,
bermain alat music, membaca, menulis, melukis atau menggambar.
Aktif secara fisik dan sosial. Hal ini dapat menunda mulainya demensia dan juga
mengurangi gejala.
Kejarlah pendidikan. Para peneliti berpendapat bahwa pendidikan dapat membantu
seseorang mengembangkan jaringan sel saraf otak yang kuat yang mengkompensasi
kerusakan sel saraf.
Menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah dan mengendalikan diabetes adalah
upaya untuk mengurangi faktor resiko pada demensia vaskular.
Pola makan yang sehat. Studi menunjukan bahwa makanan yang kaya buah-buahan,
sayuran dan omega-3 asam lemak, dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan
resiko demensia.
Pasien demensia pada umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun, dengan kemunduran
bertahap selama 5 sampai 10 tahun, kemudian mengalami kematian. Demensia vaskular
dapat memperpendek jangka waktu hidup sebanyak 50% pada lelaki, individu dengan
tingkat edukasi yang rendah dan pada individu dengan hasil uji neurologi yang
memburuk. Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia, penyakit
kardiovaskular dan berbagai lagi faktor lainnya seperti keganasan. 4,8
Derajat tingkat keparahan serta perjalanan penyakit sangat menentukan dalam
penentuan prognosis dalam demensia vaskuler. Jika gangguan dapat ditemukan lebih awal
dengan tepat sebelum kerusakan otak maka prognosisnya akan jauh lebih baik dibandingkan
dengan vaskuler demensia yang terlambat ditangani. Hal ini berkaitan dengan reversibilitas
dari lesi pada otak. Pada pasien ini pemeriksaan penunjang seperti CT-scan kepala atau MRI
diperlukan untuk melihat letak abnormalitas struktur pada otak. Pemeriksaan MMSE (Mini-
Mental State Examination) juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi kognitif pasien. 4,8
Studi menunjukkan bahwa orang dengan onset awal demensia atau dengan riwayat
keluarga demensia mengalami perjalanan penyakit yang cepat. Apabila demensia
terdiagnosis, pasien harus mendapatkan penanganan medis lengkap dan penanganan
neurologis, karena 10-15% pasien dengan demensia memiliki potensi reversibel jika
pengobatan dimulai sebelum muncul kerusakan otak. 4,8
Dengan pengobatan psikososial dan farmakologi dan self-healing oleh otak, progresifitas
demensia bisa berjalan dengan lambat bahkan berkurang. Pemulihan gejala mungkin terjadi
pada demensia reversibel (demensia yang disebabkan oleh hypothyroidism, normal pressure
hydrocephalus, dan tumor otak) jika ditangani dengan tepat. Keparahan perjalanan penyakit
demensia berpengaruh pada faktor psikososial. Orang dengan premorbid intelejensi dan
edukasi yang lebih tinggi, memiliki kemampuan untuk mengkompensasi penurunan intelejen.
Kecemasan dan depresi dapat memperparah gejala. 4,8
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), Fifth edition.
American Psychiatric Association. 2013.
2. Maslim R. Buku saku Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
3. Roehr B. American psychiatric association explains DSM-5. BMJ. 2013 Jun 6;346.
4. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2008.
5. H, Juebin. Dementia. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
6. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6, ECG, Jakarta, 2006: 1134-1138.
7. Brust, J.C.M. (2008). Current Diagnosis & Treatment: Neurology. McGraw-
HillCompanies, Inc. Singapore.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinik:
Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia