Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Disusun oleh :
Pembimbing:
Identitas pengantar
Nama : Ny. W
Usia : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan pasien : kakak dari ibu pasien
Pekerjaan : swasta
Agama : islam
Suku : jawa
Warga negara : WNI
Alamat : Kerokan RT 3 / RW 1 Kutoanyar, Kedu
Pendidikan : SD
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari Alloanamnesis, Autoanamnesis, dan didukung dengan rekam medis
pada hari Selasa, 25 September 2018 di RSJ Prof. Soerojo Magelang
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang karena gelisah.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSJS karena sering merasa gelisah dan sulit tidur. Pasien
juga merasa takut, dan mengurung diri di kamar selama kurang lebih 1 bulan ini. Pasien
juga sulit makan dan malas mandi. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga
kadang marah-marah sendiri.
: Laki-laki
: perempuan
: gangguan jiwa
: meninggal
: satu rumah
D. Gangguan Persepsi
• Halusinasi : Auditorik (+), visual (-), taktil (-), gustatorik
(+), haptik (-), olfaktori (-)
• Ilusi : Tidak ada
E. Pikiran
• Bentuk Pikir : Realistik
• Arus Pikir : koheren
• Isi Pikir
- Waham : Waham curiga
F. Sensorium dan Kognisi
• Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Personal : Baik
- Situasi : Baik
• Daya Ingat
- Jangka panjang : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka segera : Baik
• Berpikir Abstrak : baik
• Daya Konsentrasi : baik
G. Reliabilitas : reliable
H. Pertimbangan : baik
I. Tilikan : Derajat 5 (penyangkalan penyakit sama sekali)
Status Generalisata
Pemeriksaan Hasil
Warna kulit kuning langsat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak kemerahan. Tidak
Kulit
ada efloresensi yang bermakna.
Bentuk normochepali, simetris, rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak
mudah dicabut. Tidak ada deformitas. Tidak ada edema palpebral, konjungtiva
Kepala pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil 2mm/2mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung +/+, refleks kornea +/+. Telinga dalam batas normal. Nafas cuping
hidung (-). Mukosa bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-).
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP (5+2)
Leher
cmH2O, kaku kuduk (-).
Bentuk simetris, tulang dada normal, sela iga tidak ada retraksi, gerakan dinding
dada simetris.
Paru-paru :
Inspeksi : statis, dinamis simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar
Thoraks
dan tidak terdapat retraksi.
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, vokal fremitus kanan bawah
melemah
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru atas dan paru kanan bawah.
Auskultasi : vesikuler (+) normal pada seluruh lapangan paru, ronkhi -/-,
wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3 hingga ICS 5 garis
sternalis kanan dengan suara redup, batas paru dan jantung kiri setinggi
ICS 5 ± 2cm medial linea midclavicularis kiri dengan suara redup, batas
atas jantung setinggi ICS 3 linea parasternalis kiri.
Auskultasi : HR 88x/menit, Bunyi jantung I dan II normal, regular,
murmur (-), gallop (-)
Inspeksi : bentuk abdomen normal, venektasi (-),
Auskultasi : bising usus (+) normal
Abdomen Perkusi : suara timpani, shifting dullness (-)
Palpasi : dinding abdomen supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba, ballotement (-), undulasi (-)
Alat kelamin Tidak diperiksa
Ekstremitas atas : simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2 detik.
Ekstremitas
Ekstremitas bawah : simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2 detik.
Status Neurologis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Pemeriksaan Nervus Cranialis I – XII : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan Rangsang meningeal : Tidak ditemukan kelainan.
o Kaku Kuduk : (-)
o Brudzinski I : Tidak dilakukan
o Brudzinski II : Tidak dilakukan
o Laseque : Tidak dilakukan
o Kernig : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Fisiologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Biseps : Tidak dilakukan
o Triseps : Tidak dilakukan
o Patella : Tidak dilakukan
o Achilles : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Hoffman Tromner : Tidak dilakukan
o Babinski : Tidak dilakukan
o Chaddock : Tidak dilakukan
o Schaefer :Tidak dilakukan
o Oppenheim :Tidak dilakukan
o Gordon :Tidak dilakukan
F32.
F23.
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik :
Tidak ditemukan masalah organobiologik yang mempengaruhi keadaan mental pasien.
Psikologik :
Ditemukan gangguan psikologik sehingga membutuhkan psikoterapi untuk
memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi
Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.
XI. PENATALAKSANAAN
A. Rawat Inap
Indikasi : Terdapat hendaya sedang, keluarga tidak mampu merawat pasien,
memastikan pasien minum obat dengan teratur.
B. Psikofarmaka
Risperidone tab 2 mg/12 jam
Trihexyphenidil 2mg/12 jam
Terapi utama pada kasus ini adalah anti-psikotik, dimana dalam pemilihannya
perlu dipertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pada pasien
ini terdapat dominan gejala positif (halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham
kebesaran), maka dipilih obat risperidone golongan benzisoxazole yang merupakan obat
anti psikotik atipikal. Mekanisme kerja obat anti-psikosis atipikal adalah memblokade
dopamin dan serotonin pada reseptor pascasinaps neuron di otak, khususnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 reseptor antagonist). Sehingga efektif
untuk gejala positif.
Natrium divalproat merupakan obat anti mania dengan mekanisme meningkatkan
level sinaps dari GABA yang bekerja menghambat neurotransmitter.
Obat anti psikotik memiliki efek samping yaitu salah satunay adalah gangguan
ekstrapiramidal. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan obat antikolinergik yaitu
Trihexyphenidil.
C. Non-farmakologi
Psikoterapi :
- Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling: membantu pasien untuk memahami penyakitnya dan membantu
mengatasi stressor tersebut dan menganjurkan untuk berobat teratur.
- Meningkatkan fungsi peran diantara episode kambuh dengan melatih activity
daily living pasien.
Terapi keluarga
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan aktif dalam setiap
proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang
penyakit pasien yang bersifat kronis dan mempunyai kecenderungan untuk kambuh
serta pentingnya peranan obat untuk kesembuhan pasien sehingga keluarga perlu
mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur dan
memberitahu efek samping obat kepada keluarga.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk
memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Melibatkan
pasien dalam kegiatan di luar rumah, misalnya ikut membantu membersihkan rumah.
XII. PROGNOSIS
a. Factor yang memberikan pengaruh baik:
Riwayat gangguan keluarga: tidak ada baik
Dukungan keluarga / social : ada baik
Perjalanan penyakit : akut baik
b. Factor yang memberikan pengaruh buruk :
Onset usia: muda buruk
Jenis penyakit : psikotik buruk
Respon terapi baik
Insight : tilikan 5 baik