Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2021


UNIVERSITAS HALU OLEO

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

Oleh :
Nur Afni Jusman, S.Ked
K1B1 21 011

Pembimbing :
dr. Andiny Syamsinar, Sp.KJ.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROV. SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepanitraan Klinik
FAKULTAS KEDOKTERAN November 2021
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

STATUS PASIEN
No. Status/Reg : 07 32 91
NAMA DOKTER MUDA : Nur Afni Jusman

NAMA PASIEN : Ny. R

No. Status / No. registrasi : 07 32 91


Masuk RS : 28 Oktober 2021

Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : 1957 (64 tahun)
Status Perkawinan : Cerai
1
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Palopo
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kolaka Utara
Dokter yang Mengobati : dr. Nur Eddy, M.Kes., Sp.KJ

LAPORAN PSIKIATRIK :

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama:
Sakit kepala
B. Riwayat Gangguan Sekarang :
1. Keluhan dan Gejala
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan ± 2
tahun yang lalu. Sakit kepala yang dirasakan terasa nyut-nyut, dan
terasa panas seperti memakai balsem. Sakit kepala hilang timbul, dan
muncul tiba-tiba. Sakit kepala yang dirasakan awalnya disebabkan
karena pasien menderita saraf mata terjepit, dan diperberat oleh
tekanan darah dan juga kolesterol yang tinggi.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur, pasien mengeluh tidak dapat
melanjutkan tidurnya ketika terbangun dan hanya tidur ± 5 jam/hari
(pukul 20.00-01.00), pasien juga merasa gelisah, ada perasaan ingin
menangis dan khawatir ketika sakit kepalanya muncul memikirkan apa
penyebab sakit kepala yang ia rasakan, jantung berdebar-debar, dan
memiliki banyak pikiran terhadap anak-anak, dan saudaranya.
Pasien mengatakan keluhan sakit kepalanya dirasakan sejak lama
dan telah melakukan berbagai usaha pengobatan ke rumah sakit
maupun dokter praktek namun tidak ada perubahan.

2
2. Hendaya/Disfungsi
 Hendaya sosial : Tidak ada
 Hendaya pekerjaan : Ada
 Hendaya waktu senggang : Ada
3. Faktor stressor psikososial : Tidak jelas
4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit dan psikis
sebelumnya : Tidak ada

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


1. Penyakit medis : Hipertensi, Dislipidemia, Post Op Katarak
2. Riwayat penggunaan zat NAPZA: Tidak ada
3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Tidak ada riwayat
gangguan psikiatrik sebelumnya

D. Riwayat Kehidupan Keluarga

3
1991

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Meninggal

E. Riwayat Kehidupan Pribadi :


1. Riwayat Pranatal dan Perinatal : Pasien merupakan kelahiran yang
diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pasien lahir normal dan dibantu
oleh dukun beranak, persalinan dilakukan di rumah orang tua pasien,
kelahirannya cukup bulan dan pada saat kelahiran tidak ada penyulit
dan cacat bawaan.

4
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya, pasien
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Perkembangan pada usia 1-3 tahun dimulai dari
tengkurap, balik badan, berjalan hingga berbicara dalam batas normal.
Tidak terdapat riwayat kejang demam dan trauma. Pasien diasuh oleh
kedua orang tuanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :
Pada periode ini pasien tinggal bersama kedua orang tua kandungnya
dan saudara kandungnya, pada usia 6 tahun Ny. R masuk Sekolah
Dasar (SD). Ny. R dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dengan
orang lain dan memiliki cukup teman, prestasi pasien di sekolah biasa
dan selalu naik kelas.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (usia 12-18 tahun) : Pada fase ini,
pasien tidak melanjutkan pendidikannya ke tingat sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas karena memutuskan untuk
menikah usia 12 tahun.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan:
Pendidikan terakhir pasien adalah SD
b. Riwayat Pekerjaan:
IRT
c. Riwayat Pernikahan:
Cerai sejak tahun 1991 (± 30 tahun yang lalu)
d. Riwayat Kehidupan Spiritual:
Berdasarkan anamnesis kepada pasien didapatkan bahwa pasien
rajin beribadah sholat 5 waktu.

e. Riwayat hukum:

5
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum atau tindak
kriminal lain.
6. Riwayat Kehidupan Sekarang:
Pasien tinggal bersama saudara dan kemenakannya
7. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya :
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan
untuk sembuh.
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan umum :
Seorang Perempuan datang ke poliklinik dengan perawakan sesuai
usia, menggunakan pakaian terusan berwarna coklat, jilbab berwarna
hitam ,penampilan rapi dan bersih. Cara berjalan pasien baik.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Pasien duduk di hadapan pemeriksa
dengan tenang dan menjawab baik selama wawancara berlangsung.
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati:
1. Mood : Cemas
2. Ekspresi afektif : Depresi
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual:
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang):
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik

3. Daya ingat :
6
a. Panjang : Kurang
b. Sedang : Baik
c. Pendek : Baik
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi : Tidak Ada
2. Ilusi : Tidak Ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir :
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya Nilai dan Tilikan :
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Baik
4. Tilikan : Derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan.
H. Taraf Dapat Dipercaya : Pasien dapat dipercaya

III.PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


7
A. Status Internus :
Antropometri
TB : 145 cm
BB : 58 kg
IMT : 27,58 kg/m2 (Overweight)
Suhu : 36 OC
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 78 x/menit
TD : 145/ 90 mmHg
B. Status Neurologis :
GCS : E4M6V5
Pupil bulat isokor
Refleks fisiologis dalam batas normal
Refleks patologis tidak ada

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Pasien wanita 64 tahun masuk dengan keluhan sakit kepala. Keluhan ini
telah dirasakan pasien sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien juga
megeluhkan perasaan tidak enak, rasa ingin menangis, gelisah, jantung
berdebar-debar dan pasien juga mengeluhkan sulit tidur malam hari. Riwayat
penyakit medis sebelumnya yaitu hipertensi, dislipidemia dan post op katarak.
Pemeriksaan status mental, kesadaran baik. Perilaku dan afektif
psikomotor tenang, pembicaraan baik pasien mampu menjelaskan seputar
penyakitnya, pasien tidak melakukan hal-hal yang dapat menghambat jalannya
pemeriksaan. Mood cemas, afek depresi, serasi, empati dapat diraba rasakan,
tidak terdapat gangguan persepsi. Daya nilai dan penilaian realitas baik, dan
dapat dipercaya dan tilikan derajat 4, pasien sadar bahwa dirinya sakit dan perlu
pengobatan.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL

8
1. Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
ditemukan gejala klinis yang bermakna berupa gejala sakit kepala, jantung
berdebar-debar, afek depresif dan sulit tidur, yang menimbulkan distress
bagi pasien. Secara khas berkaitan dengan hendaya sosial dan hendaya
pekerjaan. Sehingga kasus ini telah memenuhi kriteria pedoman diagnostik
dan digolongkan dalam Gangguan Jiwa
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai
realita sehingga dapat digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non-Psikotik.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
penyakit/gangguan sistemik otak atau lainnya yang dapat menyebabkan
disfungsi otak dan tidak ada penyalahgunaan NAPZA sehingga penyakit
akibat gangguan sistemik dan NAPZA dapat disingkirkan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala-
gejala seperti kecemasan yaitu gelisah, sakit kepala, dan rasa takut, jantung
berdebar-debar. Pada pasien ditemukan gejala-gejala depresi yaitu merasa
ingin menangis dan sulit tidur. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun
depresi, dimana masing-masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Sehingga
berdasarkan PPDGJ III diagnosis dapat digolongkan dalam Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
2. Aksis II :
Tidak ada diagnosis aksis II
3. Aksis III :
Hipertensi, Dislipidemia,Post Op Katarak
4. Aksis IV :
Faktor stressor tidak jelas
5. Aksis V : GAF Scale saat ini 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi secara umum masih baik).

VI. DAFTAR PROBLEM :


9
1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter monoaminergik, yaitu
serotonin, norepinefrin dan dopamin sehingga membutuhkan
psikofarmaka
2. Psikologik
Terdapat gangguan dengan tingkat kecemasan dan depresi pada pasien
sehingga membutuhkan psikoterapi
3. Sosiologik
Terdapat hendaya sosial, hendaya pekerjaan dan faktor stressor psikososial
sehingga membutuhkan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Faktor pendukung :
 Pasien sadar untuk membutuhkan bantuan dokter psikiater
 Pasien didampingi keluarga saat berobat
 Pasien mendapatkan motivasi dari keluarganya agar cepat sembuh
 Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
 Tilikan baik
Faktor penghambat :
 Stressor belum diketahui
 Tingkat pendidikan rendah
Prognosis :
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Gangguan Cemas Menyeluruh adalah perasaan khawatir (cemas
yang berat & menyeluruh & menetap (bertahan lama) & disertai dengan

10
gejala somatik (motorik & otonomik) yg menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan / fungsi pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak.1
Prevalensi : 3% - 8% dari populasi umum, 50% penderita GAM
juga mempunyai gangguan mental lain. Onset antara usia 20-30 tahun,
ratio laki-laki : perempuan = 2 :1. Kebanyakan pasien GAM pergi berobat
pada dokter umum, internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-entrologist
oleh karena gejala somatiknya.1
Komorbiditas gangguan anxietas menyeluruh 90% memiliki
setidaknya satu kali seumur hidup mengalami gangguan ini, 66% memiliki
gangguan saat Axis I lainnya.1
Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III2
 Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”.
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing
kepala, mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan
kembung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang
yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama.

11
Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari
episode depresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panic (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42.).2

2. Episode Depresi (F32)


Depresi merupakan gangguan emosional atau suasana hati yang
buruk yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus
harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses
mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat
mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari
maupun pada hubungan interpersonal.3

Kriteria Diagnosis Menurut ICD-10 dan PPDGJ III2

Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat :2


- Afek depresi
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
Gejala penyerta lainnya :2
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan

12
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.2
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan
berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama).Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah
satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).2
Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan2
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi
seperti tersebut di atas
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh
episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
4. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
yang biasa dilakukannya.

IX. RENCANA TERAPI


a. Psikofarmaka
- Alprazolam 0,5 mg
- Fluoxetin 20 mg
b. Psikoterapi
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
agar memahami kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya,
serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur.
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
keadaan pasien agar dapat memberikan dukungan sosial sehingga tercipta
lingkungan kondusif bagi pasien serta pasien harus bergaul dengan
lingkungan yang baik.
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Fisik-biologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Psikometri : Tidak dilakukan pemeriksaan
13
XI. DISKUSI/ PEMBAHASAN
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresi menggambarkan pasien dengan
keadaan gejala anxietas dan depresi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik
gangguan anxietas atau gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan
anxietas menimbulkan hendaya fungsional yang bermakna pada orang yang
menjalani gangguan ini. Keadaan ini terutama dapat banyak ditemukan di
pelayanan primer dan klinik kesehatan jiwa rawat jalan. Kriteria DSM-IV-TR
mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan depresi serta adanya
beberapa gejala somatik, sperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut
yang bergejolak. Gambaran klinis gangguan campuran ansietas depresi
mengabungkan gejala gangguan ansietas dan sejumlah gejala gangguan
depresi. Di samping itu, gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom, seperti
keluhan gastrointestinal, lazim ditemukan dan ikut berperan pada banyaknya
pasien yang ditemukan di klinik medis rawat jalan.4
Etiologi
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala
depresif terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalamigejala ini.
Pertama, sejumlah peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa
pada gangguan depresif dan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk
menumpulnya respons kortisol terhadap hormon adenokort, kotropik, respon
hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin ( Catapres), dan respon
TSH (thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH
(thyrotropin-relasing hormone). Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data
yang menunjukkan bahwa hiperkatifitas sistem noradrenergik sebagai
penyebab relevan pada sejumlah pasien dengan gangguan depresif dan
gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah menemukan adanya konsentrasi
metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) yang
meningkat didalam urin, plasma, atau cairan serebro spinal (LCS) pada pasien
14
dengan serangan panik. Seperti pada gangguan ansietas dan gangguan depresif
lain, serotonin dan asam γ-aminobutirat (GABA) juga mungkin terlibat
sebagaipenyebab di dalam gangguan campuran depresif ansietas. Ketiga,
banya studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxetine (Prozac)
dan clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan
ansietas. Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang
menunjukkanbahwa gejala ansietas dan depresif berhubungan pada secara
genetik sedikitnya pada beberapa keluarga.4

Pedoman PPDGJ III2


Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
a. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-
masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
b. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi berlebih yang ringan,
maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxietas fobik.
c. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menengakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis
tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak
dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal yang dapat dikemukakan
satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
d. Bila gejala-gejala tersebut erat dengan stres kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 (gangguan penyesuaian).
Penatalaksanaan
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
a. Alprazolam 0,5 mg
b. Fluoxetin 20 mg

15
Farmakoterapi dapat termasuk obat antianxietas atau obat antidepresan
atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, penggunaan triazolobenzodiazepin
(contohnya alprazolam) dapat diindikasikan karena efektivitas obat
tersebut dalam mengobati depresi yang disertai ansietas. Suatu obat yang
mempengaruhi reseptor serotonine tipe – 1A (5-HT 1A), seperti buspiron
juga dapat diindikasikan. Diantara antidepresan, antidepresan serotogenik
(contohnya fluoxetine) dapat menjadi obat yang paling efektif dalam
mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.4
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat karena pemberian obat
disesuaikan berdasarkan keluhan. Untuk anti anxietas, kelompok obat
yang digunakan terutama untuk mengatasi kecemasan dan memiliki efek
sedasi obat yang dapat dipilih salah satunya adalah alprazolam.
Alprazolam adalah obat short-acting kuat dari kelas benzodiazepine.
Bekerja dengan cara mengikat situs spesifik pada reseptor GABA. Hal ini
terutama digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan sedang sampai
berat dan serangan panik. Obat diberakan secara peroral, absorpsinya tidak
dipengaruhi oleh makanan, sehingga dapat diminum dengan atau tanpa
makanan. Dosis alprazolam untuk dewasa yang efektif diberikan adalah 1
x 0,5 mg-4 mg/hari. Waktu paruh dari Alprazolam ini sendiri lebih singkat
apabila dibandingkan dengan obat derivat benzodiazepin yang lainnya.
Penggunaan Alprazolam kemudian di evaluasi selama 4 minggu. Apabila
membaik, maka pemberian obat dapat dikurangi hingga 50% dosis awal
untuk tappering off.4
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) SSRI biasanya
diindikasikan untuk pengobatan depresi, dianggap sebagai terapi lini
pertama untuk gangguan anxietas. Kelompok obat ini diantaranya
fluoxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, fluvoxamine, paroxetine
dan vilazodone. Mekanisme penting dari kelompok obat-obatan tersebut
yaitu menghambat transporter serotonin dan menyebabkan desensitisasi
reseptor serotonin postsinaptik, sehingga menormalkan aktivitas jalur
serotonergik.5
16
Efek samping yang ditimbulkan Antidepresan SSRI yaitu gejala
gastrointestinal ( mual, muntah, dan diare), disfungsi sexsual pada pria dan
wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek samping ini hanya bersifat
sementara.6
Fluoxetin merupakan contoh antidepresan yang selektif menghambat
ambilan serotonin. Obat ini sama manfaatnya dengan antidepresan
triksiklik dalam pengobatan depresi mayor. Obat ini bebas dari efek
samping antidepresan triksiklik, terutama antikolinergik, hipotensi
ortostatik dan peningkatan berat badan. Dosis diberikan secara oral. Dosis
awal dewasa 20mg/hari diberikan setiap pagi, bila tidak diperoleh efek
terapi setelah beberapa minggu, dosis dapat ditingkatkan 20mg/hari hingga
30mg/hari.6
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan) pasien terhadap stres. Perlu diadakannya terapi untuk
meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan memberikan
motivasi hidup.
b. Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien dengan mengawasi
pasien untuk minum obat teratur.
c. Psikoterapi rekonstruktif bertujuan membangun kembali kepercayaan
diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki
semangat hidup dan keinginan kuat untu melihat anak pasien bahagia.
Menolak semua pikiran negatif.
3. Edukasi
Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan
kepada pasien, jangan membatasi aktivitas positif yang disukai pasien,
ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk minum obat teratur dan
kontrol lagi.

17
XII. DIALOG ANAMNESIS
Keterangan
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Assalamualaikum bu, selamat pagi, permisi bu?
P : Waalaikumsalam, selamat pagi dok.
DM : Perkenalkan nama saya Afni, saya dokter muda yang bertugas
disini. Boleh saya wawancara sebentar bu?
P : Iya silahkan dok
DM : Ibu namanya siapa ?
P :Nama saya R, dok
DM : Ibu R datang kesini sama siapa?
P : Sama anak saya dok
DM : Maaf bu, kalau boleh tau suaminya kita masih ada?
P : masih ada tapi sudah pisahmi dok, lamami sudah adami kayaknya
sekitar 30 tahun yang lalu dok, tapi masih berhubungan baik sampai
sekarang
DM : Oh iya baik bu, ibu R lahir tanggal berapa dan dimana?
P : Saya lupami dok, kalau ndasalah saya kelahiran 1957 sudah 64
tahun dok
DM : Baik, ibu R alamatnya dimana dan tinggal bersama siapa bu?
P : Saya tinggalnya di Kolaka Utara dok, tinggal berempat sama
saudara dan kemenakan
DM : Mohon maaf ibu R sukunya apa?
P :Saya suku Palopo dok
DM : Ibu R pekerjaan sehari-harinya apa bu?
P : Ibu Rumah Tangga saja dok
DM : Baik, ibu R keluhannya apa bu?
P : Saya sering sakit kepala dok
18
DM : Sejak kapan ibu R merasa keluhan seperti ini?
P : Kurang lebih sudah 2 tahunmi dok, sakitnya nyut-nyut terus panas
seperti pake balsem
DM : Selain sakit kepala apakah ada keluhan lain yang ibu R rasakan?
P : Saya susah tidur dok, biasa saya tidur tapi terbangun terus tidak
bisa tidur kembali, jantungku berdebar-debar, ada juga saya suka
rasa cemas sama takut
DM : Sudah berapa lama ibu R rasa keluhan seperti itu dan apa yang buat
kita rasa cemas sama takut?
P : sembarang saya pikir dok, kalau sy ingat anak-anakku sama cucuku
dok
DM : Baik bu, bagaimana dengan nafsu makannya ibu?
P : Saya nafsu makannya biasa saja dok.
DM : Apakah ibu R pernah mendengar suara-suara seperti memanggil
atau menyuruh ibu?
P : Tidak pernah ji dok, saya Cuma takut ini, cemas sama perasaan
tidak enakku dok
DM : Apakah ibu R pernah melihat bayangan-bayangan?
P : Tidak pernah dok
DM : Bagaimana dengan riwayat ibu R saat lahir hingga masa sekarang,
bisa di ceritakan?
P : Saya lahir normal dok, dibantu sama dukun beranak dok. Waktu
kecil juga saya tidak pernahji sakit-sakit dok, seperti anak-anak pada
umunya dok
DM : Kalau riwayat masa kanak-kanak sampai dewasa, bisa diceritakan
secara singkat kita kepribadianta, prestasi semasa sekolah seperti apa
bu?
P : Saya seperti anak pada umumnya saja dok saya bergaul, kalau
prestasi saja biasa saja dok, saya itu sekolah hanya sampai SD karna
tamat SD saya menikah

19
DM : Bagaimana hubungan dengan saudara-saudara dan anggota
keluarganya yang lain bu?
P : baik-baikji semua dok.
DM : Mohon maaf bu, kalau ibadahnya kita bagaimana?
P : alhamdulillah saya rajin sholat 5 waktu dok
DM : Baik bu.Maaf kalau boleh tau kita berapa bersaudara?
P : Saya empat bersaudara dok semuanya laki-laki hanya saya
perempuan, Saya anak kedua dok
DM : Baik bu, apakah ibu tetap melakukan aktivitas seperti biasa bu?
P : saya rasa malas melakukan pekerjaan rumah seperti biasa, soalnya
ini sakit kepalaku suka muncul tiba-tiba jadi saya lebih sering
dikamar saja dok.
DM : Baik bu, apa ibu R pernah merasakan gejala seperti ini sebelumnya
bu?
P : kalau sakit kepalaku ini dok awalnya muncul waktu saya habis
terkena penyakit saraf mata terjepit, terus munculmi juga tekanan
darah tinggi sama kolesterolku.
DM : Apa ibu R punya riwayat alergi obat atau makanan sebelumnya?
P : Tidak ada dok.
DM : Apakah ibu pernah konsumsi obat-obatan dan mempunyai riwayat
penyakit lainnya?
P : kalau riwayat penyakit, pernah saya operasi katarak, sama
hipertensi terus kolesterolku juga naik katanya 255.
DM : Baik bu, saya rasa cukup dengan sesi wawancaranya, usahakan ibu
kasih santai perasaan dan pikirannya, kita lakukan hal-hal positif
yang kita suka. Bila rasa cemas sama takut itu muncul kembali,
jangan merasa sedih dan terpuruk ya bu dengan keluhan yang ibu
alami karena ibu punya anak, dan cucu serta saudara yang sangat
menyayangi ibu. Tentunya dengan obat-obatan yang diberikan oleh
dokter dan semangat ibu untuk sembuh.
P : Iya dok, terima kasih banyak dok
DM : Baik bu, sama-sama bu.

XIII. FOLLOW UP

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Azzahra, F., Oktarlina, R. Z., & Hutasoit, H. B. K. 2020. Farmakoterapi


Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi
Antiansietas. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia, 8(1), 96-103.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas
PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta
3. Dirgayunita, A. 2016. Depresi: Ciri, penyebab dan penangannya. Journal
An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 1-14.
4. Kaplan, HI. Sadock, BJ. Grebb, JA. 2016. Kaplan-Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara :
Tangerang
5. Idaiani, S. 2016. Penyakit-Penyakit di Bidang Psikiatri yang Harus
Dituntaskan di Puskesmas. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 5(4), 168-175.
6. Dwika, D.A., dan Rokhmani, C.F. 2017. Gangguan Campuran Anxietas
dan Depresi pada Wanita Usia 54 Tahun. Jurnal Medula 7 (5) : 75-78.

21

Anda mungkin juga menyukai