Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM ILMUKEDOKTERANJIWA KASUS BESAR

FAKULTASKEDOKTERAN JANUARI 2023


UNIVERSITAS HALUOLEO

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI

(F41.2)

Oleh :

Sabania Resmen, S.Ked


K1B1 22 109

Pembimbing:
dr. Waode Harniana, M.,Kes Sp.KJ

LABORATORIUM KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

1
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepanitraan Klinik
FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2023
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

: 0768xx
MUDA : Eunike Hulda Simorangkir, S.

No. Status/Reg : 0768xx


NAMA DOKTER MUDA : Sabania Resmen, S.Ked
NAMA PASIEN : Ny.WB
NAMA AYAH : Tn. A
NAMA IBU : Ny. S
Masuk RS : 16 Januari 2023

2
No. Status / No. registrasi : 0768xx
Masuk RS : 16 Januari 2023

Nama : Ny.WB

JenisKelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Sombu, 01 Juli 1967 (55 tahun)

StatusPerkawinan : Menikah

Agama : Islam

WargaNegara : Indonesia

SukuBangsa : Buton

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Sombu, Wangi-wangi, kab.Wakatobi

DPJP : dr. Nur Edy, M.Kes., Sp.KJ

3
LAPORAN PSIKIATRIK :

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan utama:

Cemas

B. Riwayat Gangguan Sekarang :

1. Keluhan dan Gejala

Pasien datang ke poli jiwa dengan keluhan cemas dialami

sekitar 3 bulan yang lalu. Sering keringat dingin, gelisah, merasa

jantung berdebar- debar, sering sakit kepala, leher terasa tegang,

nafsu makan menurun. Pasien sulit tidur, dan terkadang sering mimpi

buruk dan sulit berkonsentrasi.

Gejala diawali 3 bulan yang lalu. Saat itu, pasien mengeluh

mulai sering gelisah karena anak dan menantunya tidak pernah

menyapanya lagi dan melarang pasien untuk kerumahnya. sehingga

setiap malamnya pasien sulit tidur, karena terlalu memikirkan anak

dan menantunya. Sejak saat itu pasien sering mengeluh cemas karena

takut hubungan dengan anaknya akan jauh. Pasien tidak memiliki

riwayat mendengar suara atau hal-hal yang mengomentari tentang

dirinya ataupun merasa seperti ada yang memerintah atau

mengendalikan dari luar dirinya. Pasien sekarang beraktivitas seperti

biasanya, tapi jarang bergaul dengan tetangga seperti dulu.

Sebelum kejadian itu, saat pasien masih kecil, bapak pasien

meninggal setelah 3 tahun menderita sakit, pasien merawat adiknya

4
yang masih kecil bersama ibunya. Setahun kemudian Nenek dari

ibunya yang serumah dengannya tiba-tiba terkena penyakit stroke

dan meninggal. Tahun 2001 lalu ibu pasien meninggal. Pasien

sering merasa sedih dan menangis jika mengingalmasalalu

bersama ibunya, akan suka duka bersama ibunya. Setiap pasien

bercerita akan masalalunya pasien menangis.

2. Hendaya / Disfungssi :

 Hendaya sosial : Ada


 Hendaya pekerjaan : Tidak ada
 Hendaya senggang : Tidak ada

3. Faktor stress psikososial : Ada, Pasien memiliki masalah dengan anak


dan menantunya

4. Hubungan gangguan sekarang dengan Riwayat penyakit fisik

dan psikis sebelumnya : Tidak ada

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Riwayat penyakit fisik : Tidak ada

2. Riwayat penggunaan zat NAPZA : Tidak ada

3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : tidak ada

5
D. Riwayat Kehidupan Keluarga

Keterangan :
: Laki-Laki : Pasien

: Perempuan : Meninggal

E. Riwayat Kehidupan Pribadi :

1. Riwayat Pranatal dan Perinatal :

Pasien lahir di Sumbo, 01 Juli 1967. Pasien merupakan

anak kelima dan kelahirannya diharapkan oleh kedua orang

tuanya. Pasien lahir normal, cukup bulan dan dibantu oleh dukun

beranak. Persalinan dilakukan di dusun atau rumah orang tua

pasien dan pada saat kelahiran tidak ada penyulit serta cacat

bawaan. Saat lahir, pasien langsung menangis spontan, dengan

berat badan lahir yang tidak diketahui oleh pasien.

6
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada

umumnya, pasien tidak mengalami keterlambatan dalam

perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan pada usia 1-3

tahun dimulai dari tengkurap, balik badan, merangkak, berjalan

hingga berbicara dalam batas normal.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :

Pada periode ini pasien tinggal bersama kedua orang tua dan

saudara-saudara kandungnya. Pada usia 6 tahun dia masuk

Sekolah Dasar (SD). Sewaktu sekolah pasien selalu naik kelas dan

prestasi di sekolah biasa- biasasaja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (usia 12-18 tahun) :

Pada masa ini pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang

SMP dan SMA. Semasa sekolah pasien dapat mengikuti pelajaran

dengan baik. Pasien banyak memiliki teman, karena pasien

termasuk orang yang ramah dan suka bergau

5. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir pasien SMA
b. Riwayat Pekerjaan : Karyawan honorer namun saat ini
sudah tidak berkerja lagi
c. Riwayat Pernikahan: pasien telah menikah pada usia 23

tahun dan memiliki 2 anak, hubungan pasien dengan suami

baik-baik saja

7
d. Riwayat Kehidupan Spiritual: Pasien memeluk agama Islam

dan tidak taat dalam menjalankan kewajiban agamanya.

e. Riwayat Hukum : Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah


hukum.

6. Riwayat Kehidupan Sekarang:

Pasien tinggal dirumah bersama dengan suaminya Sebelum

dan sesudah sakit, pasien memiliki hubungan baik derngan

suaminya. Saat ini pasien memiliki konflik bersama anak sulung

dan menantunya.

7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya :

Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan

pengobatan untuk sembuh. (Tilikan derajat 6)

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum :

1. Penampilan umum : Tampak seorang perempuan, wajah sesuai

dengan umur, perawakan pendek, agak gemuk dengan penampilan

rapi, memakai kemeja lengan panjang warna coklat dengan rok

panjang dan memakai tas, memakai jilbab warna coklat dan cara

berjalan pasien baik.

2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pasien duduk di hadapan
pemeriksa dengan tenang dan menjawab baik selama wawancara
berlangsung.
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa

8
5. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien Kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati :

1. Mood : Cemas

2. E k s p r e s i afektif : Cemas

3. Keserasian : Serasi

4. Empati : Dapat diraba rasakan

C. Fungsi Intelektual :

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :

Sesuai taraf pendidikan

2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang : Baik

3. Daya ingat :

a. Panjang : Baik

b. Sedang : Baik

c. Pendek : Baik

4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik

5. Pikiran abstrak : baik

6. Bakat kreatif : Tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

9
D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonaisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berfikir :

1. Arus pikiran

a. Produktivitas : Cukup

b. Kontinuitas : Relevan, Koheren

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa

2. Isi pikiran

a. Preokupasi : Tidak ada

b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls : Baik

G. Daya Nilai dan Tilikan :

1. Norma sosial : Baik

2. Uji daya nilai : Baik

3. Penilaian realitas : Baik

4. Tilika : Derajat “6” Pasien menyadari sepenuhnya tentang

situasinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan

H. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

10
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

A. Status Internus

Antropometri

TB : 143 cm

BB : 48 kg

IMT : 23,2 kg/m2 (Normal)

Pernapasan : 18 x/menit

Nadi : 103 x/menit

TD : 124/82 mmHg

B. Status Neurologis

1. GCS : E4M6V5

2. Tanda rangsang menings : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan refleks fisiologis : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan refleksl patologis : Tidak di lakukan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. WB, usia 55 tahun, suku Buton, agama Islam, seorang IRT,

tinggal Sombu, Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi tenggara.

Datang ke klinik Jiwa RS Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

keluhan cemas yang sudah dialami sekitar 3 bulan yang lalu. Keluhan

disertai dengan sering keringat dingin, gelisah, merasa jantung berdebar-

debar, sering sakit kepala, leher terasa tegang, nafsu makan menurun.

Pasien sulit tidur, dan terkadang sering mimpi buruk dan sulit

11
berkonsentrasi. Gejala di awali 3 bulan yang lalu. Saat itu, pasien

mengeluh mulai sering gelisah karena anak dan menantunya tidak

pernah menyapanya lagi dan melarang pasien untuk kerumahnya.

sehingga setiap malamnya pasien sulit tidur, karena terlalu memikirkan

anak dan menantunya.

Dari pemeriksaan status mental tampak seorang perempuan kesan

rapi, kesadaran baik, perilaku dan aktifitas psikomotorik tenang,

pembicaraan spontan, lancar, intonasi biasa, dan kooperatif, mood

pasien cemas, afek pasien cemas, empati dapat dirabarasakan dan serasi.

Fungsi intelektual baik, gangguan, persepsi tidak ditemukan,

produktivitas cukup, kontunitasnya relevan dan koheren, prekokupasi

berupa selalu khawatir karena memiliki konflik bersama anak dan

menantunya.

Pemeriksaan fisis ditemukan Tekanan darah : 124/82


mmHg, nadi 103x/menit kuat angkat, frekuensi pernapasan 18 x/menit.

V. FORMULASI DIAGNOSIS

MULTIAKSIAL

A. Aksis I :

1. Berdasarka autoanamnesa, didapatkan adanya gejala klinis yang

bermakna yaitu cemas. Hal ini menimbulkan penderitaann atau

distres dan hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan jiwa.

12
2. Berdasarkan pemeriksaan status mental tidak didapatkan hendaya

berat dalam menilai realita sehingga digolongkan dalam

Gangguan jiwa non psikotik.

3. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan riwayat

penyakit fisik maupun sistemik yang bermakna sebelumnya dan

riwayat penggunaan NAPZA (alkohol) sehingga kemungkinan

gangguan ini disebabkan oleh Penyalahgunaan NAPZA dapat

disingkirkan.

4. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui bahwa didapatkan gejala-


gejala seperti kecemasan yaitu gelisah, sakit kepala, dan rasa takut,
jantung berdebar - debar. Pada pasien ditemukan gejala-gejala
depresi yaitu merasa ingin menangis, nafsu makan menurun dan
sulit tidur. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing-masing menunjukan rangkaian gejala yang tidak cukup
berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Sehingga
berdasarkan PPDGJ III diagnosis dapat digolongkan dalam
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
B. Aksis II :
Pasien sebelumnya adalah orang yang ramah, senang bergaul

dan memiliki banyak teman. Ciri kepribadian tidak khas.

C. Aksis III :

Tidak ada diagnosis aksis III

D. Aksis IV :

Stressor psikososial: Pasien mencemaskan hubungan dengan

anak dan menantunya yang sedang tidak baik.

13
E. Aksis V :

Global Assessment of Functioning (GAF Scale) 70-61

beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum masih baik.

VI. DAFTAR PROBLEM

a. Organobiologik: Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna.

Namun diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka

pasien memerlukan farmakoterapi.

b. Psikologik: Ditemukan adanya gejala cemas dan defresi

sehingga diperlukan psikoterapi.

c. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,

sehingga memerlukan sosioterapi.

VII. PROGNOSIS

A. Faktor pendukung :

1. Tidak ada kelainan organobiologik

2. Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga

3. Keluarga mendukung penuh kesembuhan pasien

4. Keinginan pasien untuk sembuh dan berobat


5. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi

B. Faktor penghambat : Stresor belum teratasi

C. Prognosis :

1) Quo ad vitam : dubia ad bonam

2) Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

14
3) Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmako

1. Alprazolam 0,5 mg 3x1/4

2. Amitriptilin 25 mg 2x1

B. Psikoterapi

1. Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa

lega.

2. Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada

pasien tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi

dirinya, dan memahami cara menghadapinya, serta memotivasi

pasien agar tetap minum obat secara teratur

C. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang

terdekat pasein tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial

sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Fisik-biologis : Tidak ada (tidak dilakukan pemeriksaan)

B. Psikometri : Tidak ada (tidak dilakukan pemeriksaan)

X. DISKUSI/PEMBAHASAN :

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan cemas adalah :

1. penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer

yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai

15
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada

keadaan khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau

mengambang)

2. gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsure-unsur berikut :

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti telur

diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak

dapat santai); Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,

berkeringat, jantung berdebardebar, sesak nafas, keluhan

lambung, mulut kering, dsb);

c. adanya gejala-gejala yang sifatnya sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama

gangguan cemas.

Berdasarkan PPDGJ III Gangguan Anxietas Lainnya (F41)


menjelaskan bahwa:
1. Gangguan panik baru akan ditegakkan sebagai diagnosis utama bila

tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40)

2. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali

serangan anxietas berat ( severe attacks of autonomic anxiety) dalam

masa kira-kira satu bulan :

a. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya

b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui yang dapat

diduga sebelumnya (unpredictable situations)

16
c. Dengan keadaan relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada

periode diantara serangan serangan panik ( meskipun demikian,

umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu

anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang

mengkhawatirkan akan terjadi).

Berdasarkan PPDGJ III Gangguan Campuran Anxietas dan

Depresi (F41.2) menjelaskan bahwa: Terdapat gejala-gejala anxietas

maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian

gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk

anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan walaupun harus

tidak terus menerus,disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan

Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) harus memenuhi pedoman

diagnostik,yaitu:

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-

masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk

menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala

otonomik, harus ditemukan walaupun harus tidak terus menerus,

disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,

maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya

atau gangguan anxietas fobik.

17
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat

untuk menegakkan diagnosis maka kedua diagnosis tersebut harus

dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat

digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan

satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.

4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan

yang jelas maka harus digunakan kategori F.43.2 gangguan

penyesuaian.

Dari hasil pemeriksaan status mental ditemukan gejala Anxietas

dan depresi yang masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala

yang tidak cukup berat, dan tidak ditemukan gangguan isi pikir dan

gangguan realitas sehingga pasien di diagnosis dalam kategori

Gangguan campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)

18
XI. DIALOG ANAMNESIS
Keterangan autoanamnesis
DM : Dokter Muda
P : Pasien

DM: Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh, perkenalkan bu

saya Sabania dokter muda yang bertugas disini. Boleh saya

wawancara sebentar bu?

P: Iya silahkan dok

DM : kalau boleh tau, ibu namanya siapa?

P : Nama saya WB dok

DM: Ibu Wb datang ke sini sama siapa ?

P : Saya kesini dengan anak saya dok.

DM : Tanggal berapa ibu lahir?

P : Tanggal 01 Juli 1967 dok

DM : Kalau tahun 1967 itu kira-kira umur berapa ya bu?

P: umur 55 tahun dok

DM: Ibu tinggal dimana dan bersama siapa?

P : Di Sombu, Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, bersama

suami dan anak bungsu saya

DM : Mohon maaf ibu WB sukunya apa?

P: Saya suku Buton dok

DM : Ibu WB apa aktivitas ibu sehari-hari?

P : Saya hanya dirumah saja dok jadi ibu rumah tangga

19
DM : Pendidikan terakhir Ny.WB apa?

P : SMA dok.

DM : Baik, ibu WB keluhanya apa?

P : Saya sering merasa cemas dok

DM : Sejak kapan ibu merasa cemas bu?

P : Sejak 3 bulan terakhir ini dok

DM : Bisa ibu cerita, kenapa ibu bisa merasa Cemas?

P: Begini dok, sekitar 3 bulan yang lalu saya mulai sering gelisah

setelah saya ada masalah dengan anak pertama dan menantuku dok.

Karena masalah ini anaku dan menantuku tidak pernahmi sapa saya lagi

dan saya dilarangmi untuk kerumahnya dok. Dari sinimi mulai banyak

pikiranku dok,

DM : Pada keadaan apa saja, ibu merasakan keluhan tadi?

P: Kalau saya sendiri dirumah dok

DM : Selain merasa cemas, ada keluhan lain yang ibu rasakan?

P: saya juga merasa sering berkeringat dingin, gelisah, jantung berdebar-

debar, sering sakit kepala, leher terasa tegang, susah tidur dan nafsu makan

berkurang dok

DM : Apakah ibu biasanya tiba-tiba sedih?

P : Iya dok.

DM : Pada saat kapan ibu biasanya merasa sedih ?

P : Pada saat saya ingat masa laluku bersama dengan orang tua saya dok.

DM : Bisakah ibu bercerita?

20
P: Begini dok, waktu saya masih kelas 1 SMP, bapak saya meninggal,
setelah 3 tahun menderita sakit dan saya merawat adik yang masih kecil
bersama ibu. Setahun kemudian Nenek dari ibu yang serumah dengan
saya tiba- tiba terkena penyakit stroke dan meninggal. Tahun 2001
lalu ibu saya meninggal. Sejak itu saya menangis dan sedih jika bercerita
tentang kehidupan saya dok.
DM : Berapa lama ibu merasa terbawa kesedihan yang berlarut- larut?
P : Sejak saya SMP kelas 1, tapi setelah itu hingga sekarang masih sedih,
tapi saya sudah mulai atasi dok tidak seperti dulu.
DM : pernah ibu pendengar suara-suara seperti memanggil atau menyuruh
ibu?
P : Tidak pernah dok.
DM: Pernah ibu melihat seperti bayangan – bayangan ?
D: Tidak pernah dok
DM: selain ini, ada penyakita ta yang lain?
D: Tidak ada dok
DM: Pernah ibu merasa ingin bunuh diri?
P: Tidak pernah dok
DM: apa ibu sering merasa marah tiba-tiba?
P: Iya dok. Apalagi kalau ada orang di sampingku bicara-bicara begitu saya
langsung tersinggung dok
DM: Bagaimana dengan riwayat saat lahir hingga masa sekarang, bias
diceritakan bu?
P: Saya lahir normal dok, dibantu oleh dukun beranak. Waktu kecil juga saya
tidak pernah sakit-sakit dok, seperti anak pada umumnya.
DM: Kalau riwayat masa kanak-kanak samapi dewasa, bisa ibu ceritakan
secara singkat seperti kepribadian ibu dan prestasi semasa sekolah?
P: Saya seperti anak pada umumnya, bersosialisasi dan berkomunikasi yang
baik dengan teman-teman saya bahkan dengan guru-guru saya disekolah
dok.

21
DM: Bagaimana hubungan dengan saudara-saudara dan anggota keluarga
yang lain bu?
P: Alhamdulillah baik-baik saja dok
DM: Mohon maaf bu sebelumnya, kalau ibadahnya kita bagaimana bu?
P: Terkadang saya shalat kadang juga tidak dok
DM: Baik bu, kalau boleh saya tau ibu berapa bersaudara?
P: Saya anak ke 2 dari 5 bersaudara dok.
DM: apakah ibu pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya ?
P: Belum pernah dok
DM: Apakah ada riwayat alergi obat sebelumnya bu?
P: Tidak ada dok.
DM: Baik, mungkin pertanyaan saya sudah cukup, untuk yang terakhir apa
boleh saya meminta kontaknya untuk saya Tanya-tanya kalau missal
masih ada informasi yang kurang?
P : Iya dokter, nomor saya 0812xxxxxxxx
DM : Baik bu, saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya bu
P : Baik dokter, terimakasih banyak dokter.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Dwika, D.A. 2017. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi pada
Wanita Usia 54 Tahun. Medula 7 (5) : 75-78

2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan


Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai