Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NON PSIKOTIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN Juni 2023

GANGGUAN ANXIETAS YTT (F41.9)

DISUSUN OLEH:

Anggista Dwi Maharani S.

C014222162

SUPERVISOR PEMBIMBING:

dr. Andi Soraya Walyddaini

SUPERVISOR PEMBIMBING:

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ.

DI BAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Anggista Dwi Maharani Santri
NIM : C014222162
Laporan Kasus: Gangguan Anxietas YTT (F41.9)

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar, 9 Juni 2023

Supervisor Pembimbing, Residen Pembimbing,

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ. dr. Andi Soraya Walyddaini


STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. Fitrah Ramadhanti

No. RM :413610

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Suku : Bugis

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : D4

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Jl. Bonto Duri

Masuk Poli Jiwa RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan untuk
pertama kalinya pada tanggal 12 Januari 2023, pasien datang sendiri.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis dari Pasien.

A. Keluhan Utama

Pasien merasakan cemas.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Keluhan dan gejala

Pasien perempuan 30 usia tahun datang sendiri ke Poli Jiwa Jiwa RSUD
Labuang Baji untuk kesekian kalinya dengan keluhan cemas. Keluhan cemas
dialami sejak 11 tahun yang lalu dan rutin control ke poli. Saat cemas pasien
merasa jantungnya berdebar debar, sesak nafas, telapak tangannya keringat
dingin, perasaan menjadi was-was. Keluhaan cemas muncul saat pasien
berinteraksi dengan orang lain baik yang dikenal maupun tidak dikenal.
Pasien sering merasa ketakutan apabila bertemu dengan orang banyak
utamanya pada saat menghadiri sebuah acara keluarga karena pasien takut
apabila ditanyakan mengenai hal-hal yang pasien tidak senangi. Pasien
merasa sangat sulit untuk mengekspresikan dirinya karena takut melakukan
kesalahan apabila bertindak dan dinilai negative oleh orang lain. Pasien juga
merasa kesulitan meminta pertolongan ke orang lain karena takut permintaan
pasien ditolak orang tersebut. Pasien keluar dari tempat kerjanya kurang lebih
2 tahun lalu dengan alasan pasien takut apabila terjadi masalah pada
pekerjaannya yang mengharuskan pasien harus berkoordinasi dengan orang
lain dan menyebabkan gejala cemas pasien kembali timbul.
Awal perubahan perilaku terjadi di tahun 2012 saat itu pasien
diminta untuk melakukan presentasi didepan audiens yang banyak saat itu
pasien merasa cemas, berdebar debar, dan berkeringat dingin saat berada di
hadapan banyak orang. Pasien mengaku sejak kecil pasien termasuk orang
yang sering merasakan cemas apabila dihadapkan oleh suatu masalah, namun
kecemasan tersebut semakin bertambah seiring bertambahnya usia dan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pasien utamanya saat pasien
sudah mulai bekerja. Untuk meredakan kecemasan pasien selalu berusaha
mengontrol pikiran yang membuat cemas dan berusaha melawan rasa
takutnya, beberapa kali pasien berhasil untuk melawan rasa cemas tersebut
namun tak jarang pasien juga tidak berhasil untuk mengontrol perasaan cemas
nya dan justru menghindar dari lingkungan tersebut. Sebelumnya pasien tidak
memiliki riwayat penyakit jiwa, nafsu makan pasien baik tidur malam cukup.

2. Hendaya/Disfungsi

Saat ini pasien tenang dan tidak menunjukkan kecemasan yang berat.

Hendaya / Disfungsi

 Hendaya dalam bidang sosial ada.

 Hendaya dalam pekerjaan ada.

 Hendaya waktu senggang ada.


3. Faktor Stressor Psikososial

Stressor pasien yaitu apabila pasien bertemu dengan orang banyak.


Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya


Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit fisik sebelumnya

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya


Tidak ada riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal.
Pasien lahir di rumah pada tanggal 17 maret 1993 persalinan normal dibantu oleh
bidan, cukup bulan. Pasien mendapatkan ASI selama 2 tahun. Saat hamil ibu pasien
dalam keadaan sehat, riwayat demam tinggi tidak ada, kejang tidak ada.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun).
Pasien dirawat oleh kedua orang tuanya. Perkembangan masa kanak kanak awal pasien
seperti berjalan baik, berbicara baik, perkembangan bahasa dan perkembangan motoric
pasien baik, pasien interaksi antara pasien dan kedua orang tua berjalan baik,
pertumbuhan dan perkembangan baik.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orang tua, dan kedua saudaranya. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien sesuai pada usianya. Pasien dididik dengan pola didikan yang
cukup keras oleh ibu pasien, ibu pasien sering meneriaki pasien apabila pasien
melakukan kesalahan.
4. Riwayat Masa Remaja (12-18 tahun)
Pasien tingal bersama orang tuanya dan melanjutkan sekolahnya hingga jenjang D4, di
masa sekolah dan berkuliah pasien termasuk orang yang pendiam dan jarang bergaul
dengan orang lain, pasien juga mengaku saat remaja pasien tidak diberikan kebebasan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sendiri, orang tua pasien cenderung
selalu mengintervensi setiap persoalan yang dihadapi oleh pasien.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja, sebelum berhenti bekerja pasien merupakan seorang
pegawai di kantor swasta.

b. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak mengingat riwayat psikoseksualnya.
d. Riwayat Agama
Pasien diketahui memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah dengan baik.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
g. Aktivitas Sosial
Sebelum mengalami perubahan perilaku, pasien dikenal sebagai orang yang
pendiam dan tidak memiliki banyak teman.

6. Riwayat Keluarga

Genogram
7. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama orang tua dan kedua saudaranya.
8. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya dalam kondisi sakit dan mencari jalan keluar
untuk berobat.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS (Tanggal 5 Juni 2023)

A. Status Internus
Keadaan umum tampak tidak ada kelainan fisik, gizi baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi
pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36.5°C, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan, wajah kesan tampak sesuai umur tahun, postur
tubuh sedang, perawakan sedang, kulit cerah, menggunakan jilbab
berwarna biru tua, memakai kemeja berwarna biru muda, rok berwarna
hitam, perawatan diri kesan cukup.
2. Kesadaran
Kualitatif : Baik
Kuantitatif : Composmentis GCS 15 (E4M6V5)
3. Perilaku dan Aktivitas
Psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Verbalisasi spontan dan lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Cemas
2. Afek : Cemas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf Pendidikan
Pasien mengatakan pendidikan terakhir pada jenjang D4 dan dapat
menjawab pertanyaan sesuai tingkat pendidikan.
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Pendek : baik
c. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Tidak terganggu
5. Pikiran Abstrak : Tidak terganggu
6. Bakat Kreatif : Tidak terganggu
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi. : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : Cukup
2. Arus pikir : Relevan
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
4. Isi Pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls tidak terganggu.

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Tilikan : Pasien sadar akan kondisinya dan mencari
pengobatan (Tilikan 5)

H. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien perempuan 30 usia tahun datang sendiri ke Poli Jiwa Jiwa RSUD
Labuang Baji untuk kesekian kalinya dengan keluhan cemas. Keluhan cemas
dialami sejak 11 tahun yang lalu dan rutin control ke poli. Saat cemas pasien
merasa jantungnya berdebar debar, sesak nafas, telapak tangannya keringat
dingin, perasaan menjadi was-was. Keluhaan cemas muncul saat pasien
berinteraksi dengan orang lain baik yang dikenal maupun tidak dikenal.
Pasien sering merasa ketakutan apabila bertemu dengan orang banyak
utamanya pada saat menghadiri sebuah acara keluarga karena pasien takut
apabila ditanyakan mengenai hal-hal yang pasien tidak senangi. Pasien
merasa sangat sulit untuk mengekspresikan dirinya karena takut melakukan
kesalahan apabila bertindak dan dinilai negative oleh orang lain. Pasien juga
merasa kesulitan meminta pertolongan ke orang lain karena takut permintaan
pasien ditolak orang tersebut. Pasien keluar dari tempat kerjanya kurang lebih
2 tahun lalu dengan alasan pasien takut apabila terjadi masalah pada
pekerjaannya yang mengharuskan pasien harus berkoordinasi dengan orang
lain.
Awal perubahan perilaku terjadi di tahun 2012 saat itu pasien
diminta untuk melakukan presentasi didepan audiens yang banyak pasien lalu
merasa cemas, berdebar debar, dan berkeringat dingin saat berada di hadapan
banyak orang. Pasien mengaku sejak kecil pasien termasuk orang yang sering
merasakan cemas apabila dihadapkan oleh suatu masalah, namun kecemasan
tersebut semakin bertambah seiring bertambahnya usia dan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh pasien utamanya saat pasien sudah mulai
bekerja.
Untuk meredakan kecemasan pasien selalu berusaha mengontrol
pikiran yang membuat cemas dan berusaha melawan rasa takutnya , beberapa
kali pasien berhasil untuk melawan rasa cemas tersebut namun tak jarang
pasien juga tidak berhasil untuk mengontrol perasaan cemas nya dan justru
menghindar dari lingkungan tersebut. Sebelumnya pasien tidak memiliki
riwayat penyakit jiwa, nafsu makan pasien baik tidur malam cukup.

Seorang perempuan, wajah kesan tampak sesuai umur tahun, postur tubuh
sedang, perawakan sedang, kulit cerah, menggunakan jilbab berwarna biru tua,
memakai kemeja berwarna biru muda, rok berwarna hitam, perawatan diri
kesan cukup. Aktivitas psikomotor tenang. Kontak mata ada, verbal ada,
spontan, intonasi biasa. Mood dan afek cemas, serasi dan rasa empati dapat
dirabarasakan. Tidak terdapat gangguan isi pikir. Penilaian realitas tidak
terganggu. Tilikan derajat 5, menyadari dirinya sakit dan ada usaha
mengobati.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu pasien merasa cemas, jantung berdebar debar,
keringat dingin dan merasa was-was. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien dan keluarga. Pasien memiliki afek cemas, hendaya
(disability) dalam bidang sosial dan waktu senggang yang merupakan tanda dari
adanya Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realita sehingga pasien digolongkan dengan Gangguan Jiwa Non
Psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis sebagai Gangguan Jiwa
Non Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan adanya
gejala kecemasan yang merupakan gejala utama pada pasien dan tidak terbatas
pada situasi lingkungan tertentu saja. Sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis diarahkan
ke Gangguan Anxietas Lainnya (F41). Gejala gejala tersebut tidak spesifik untuk
gangguan cemas tertentu sehingga diagnosis diarahkan ke Gangguan Anxietas
YTT (F41.9).
Aksis II
Sebelum sakit, pasien merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang pendiam
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Belum ada data yang cukup untuk
mendiagnosis gangguan kepribadian pada pasien.
Aksis III
Tidak ada.

Aksis IV
Masalah psikososial dan lingkungan lain

Aksis V
GAF Scale saat ini : 80-71

VII.DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologi
Ditemukan adanya gejala psikis yang menimbulkan hendaya sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

Faktor pendukung berupa


a. Pasien sadar akan kondisi yang dialami dan berusaha untuk berobat
b. Pasien patuh untuk melakukan control dan rutin meminum obat
c. Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang tua untuk berobat
Faktor penghambat berupa :
a. Kondisi pasien masih dapat timbul dengan stressor tiba-tiba

IX. RENCANA TERAPI


A. Psikofarmakoterapi
 Risperidone 0,5 mg 0-0-1
 Fluoxetin 20 mg 1-0-0
 Clobazam 10 mg 0-0-1

B. Psikoterapi
Psikoterapi Suportif

Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam memahami
dan menghadapi penyakitnya. memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya
mengkonsumsi obat secara teratur untuk dapat memperbaiki kondisinya, serta manfaat
obat dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Mengarahkan pasien
untuk mencoba mengurangi rasa cemas dengan mengalihkan pikiran-pikiran negative dan
menggantikannya dengan melakukan kegiatan positif yang bermakna.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang-orang di sekitarnya
agar bisa membantu terapi, menerima pasien, mendukung penyembuhan dengan
menciptakan suasana lingkungan yang mendukung.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
10 Mei 2023

Subjektif:
Seorang Perempuan usia 30 tahun datang control ke poli dengan keluhan
masih merasakan cemas, jantung pasien sering berdebar debar, keringat dingin
dam merasa was-was apabila berinteraksi dengan banyak orang banyak. Nafsu
makan pasien cukup baik, tidur cukup baik
Objektif:
Kontak mata ada, verbal ada
Psikomotor : tenang
Verbalisasi : spontan, lancar, intonasi rendah
Afek : Appropriate
Gangguan Persepsi : Diakui tidak ada
Arus pikir : Relevan
Gangguan isi pikir : Diakui tidak ada
Terapi:
 Risperidone 0,5 mg 0-0-1
 Fluoxetin 20 mg 1-0-0
 Clobazam 10 mg 0-0-1

XI. PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Anxietas adalah gangguan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir,


cemas, atau takut yang berlebihan. Gejala-gejala anxietas dapat mencakup gejala
ketegangan motoric (antar lain otot kaku,gemetar), hiperaktivitas otonomik (antara
lain denyut jantung cepat, pernapasan yang dangkal, perut tidak enak, buang air
kecil lebih sering) dan kewaspadaan berlebih (antara lain mudah kaget, perasaan
jadi peka, sulit tidur).1

Menurut PPDGJ III, secara umum anxietas terbagi menjadi 2 jenis yaitu
anxietas fobik dan anxietas lainnya. Pada gangguan anxietas lainnya, manifestasi
anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan
tertentu saja. Yang termasuk dalam gangguan anxietas lainnya yaitu gangguan
panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi
gangguan anxietas campuran lainnya, gangguan anxietas lainnya dan gangguan
anxietas YTT.2

Dalam DSM V, salah satu kriteria untuk mendiagnosa suatu gambaran


cemas sebagai gangguan cemas nonspesifik bila situasi dimana gangguan tersebut
cukup berat untuk didiagnosa sebagai gangguan anxietas tetapi gejala-gejalanya
tidak cukup untuk mendiagnosa secara spesifik jenis dari gangguan anxietas.3

Pada pasien ini, ditemukan adanya gejala kecemasan (jantung berdebar-debar,


kaki dan tangan yang berkeringat, merasa ketakutan dan cemas berlebih) yang
merupakan gejala utama pada pasien dan tidak terbatas pada situasi lingkungan
tertentu saja. Sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa
(PPDGJ III) diagnosis diarahkan ke Gangguan Anxietas Lainnya (F41). Namun
pasien tidak merasakan gejala terus menerus setiap hari sehingga digolongkan ke
Gangguan Anxietas YTT (F41.9)

Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.


Psikofarmakoterapi yang digunakan adalah antidepresan dan antianxiety.
Fluoxetine merupakan salah satu obat antidepresan yang selektif menghambat
ambilan serotonin (golongan SSRI / Serotonin Selective Reuptake Inhibitor).
Mekanisme kerja dari fluoxetine dengan meningkatkan serotonin ekstraseluler
dengan cara menghambat serotonin yang telah disekresukan dalam sinaps (gap
antar neuron). Memiliki batas keamanan yang lebar sehingga menimbulkan efek
samping yang minimal dibandingkan obat anti depresan golongan lain.4 Efek
samping paling umum dari fluoxetine yaitu termasuk insomnia, mual, diare,
anoreksia, penurunan libido (penurunan pelumasan pada wanita, dan penurunan
fungsi ereksi pada pria), serta hyperhidrosis. 5

Clobazam merupakan obat golongan benzodiazepine, mekanisme kerja


benzodiazepine adalah dengan potensiasi inhibisi neuron yang menggunakan
GABA sebagai mediatornya. Meningkatkan efek GABA dan menghasilkan efek
sedasi, tidur dan berbagai macam efek seperti mengurangi kegeglisahan dan
sebagai muscle realaxant. Zat-zat benzodiazepin dapat menimbulkan efek hipnotik
jika diberikan dalam dosis besar. Efeknya pada pola tidur normal adalah dengan
menurunkan masa laten mulainya tidur, peningkatan lamanya tidur NREM tahap
2, penurunan lamanya tidur REM, dan penurunan lamanya tidur gelombang
lambat.6

Antipsikotik atipikal yang diberikan, yaitu Risperidone. Risperidone


mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamin (D2), α1 dan α2 adrenergik, serta histamin.
Risperidone memiliki afinitas 60 terhadap D2 binding dengan afinitas 5HT2a
lebih dari 70%.6 Dengan demikian, obat ini efektif baik untuk gejala positif
maupun gejala negatif. Risperidone di metabolisme di hati dan diekskresi di urin
sehingga perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum,
risperidone ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi, otonomik, dan
ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis tipikal.7

Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi suportif yaitu
dukungan kepada pasien, memberi edukasi mengenai penyakit pasien, dan edukasi
mengenai taat minum obat. Serta direncanakan juga CBT (Cognitive Behaviour
Theraphy). Psikoterapi suportif pada pasien ini bertujuan untuk mendukung
fungsi-fungsi ego atau memperkuat mekanisme defans yang ada, memperluas
mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta
perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. CBT untuk
membangun kembali pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan), menguji pola pikir,
memutuskan apa yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi pasien sehingga
dapat membangun cara berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan kualitas
hidup pasien.8

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (2003). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

2. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical


manual of mental disorders (DSM-5). American Psychiatric Pub.

3. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2015). Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Clinical Psychiatry. Ed 5th. Wolters Kluwer: Philadelphia.

4. Stahl, S. M. (2013). Essential psychopharmacology of antipsychotics and


mood stabilizers. Cambridge University Press. (Hal. 333-342).

5. Ströhle, A., Gensichen, J., & Domschke, K. (2018). The Diagnosis and
Treatment of Anxiety Disorders. Dtsch Arztebl Int, 155(37), 611-
620. doi: 10.3238/arztebl.2018.0611. PMID: 30282583; PMCID:
PMC6206399.

6. Bandelow, B., Michaelis, S., & Wedekind, D. (2017). Treatment of


anxiety disorders. Dialogues Clin Neurosci, 19(2), 93-107. doi:
10.31887/DCNS.2017.19.2/bbandelow. PMID: 28867934; PMCID:
PMC5573566.
7. Herdarsyah F. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan Gejala-
Gejala Positif dan Negatif. Indonesia; 2016.

8. Chand, S. P., & Marwaha, R. (2022). Anxiety. In: StatPearls [Internet].


Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470361/
LAMPIRAN WAWANCARA AUTOANAMNESIS

(Selasa, 06 Juni 2023, pukul 16.00 WITA)

A : Dokter Muda

F : Pasien

A: Assalamualaikum kak, sebelumnya mohon maaf telah menggangu Sore-sore, perkenalkan


saya dokter muda dari UNHAS yang sedang menjalani stase jiwa, saat ini saya izin untuk
bertanya beberapa pertanyaan ke kita, apakah kita bersedia?
F : Boleh-boleh, iye tidak papa
A: oiye, terimakasih banyak kak
A : sekarang kak F lagi dimana?
F : Saat ini saya sedang dirumah
C: boleh saya tau nama panjang, usia, dan status perkawinan kak F ?
F : Fitrah Ramadhanti, usia 30 tahun, belum menikah
A: pekerjaan sekarang apa kak?
F : Saat Ini saya tidak lagi bekerja, 2 tahun lalu saya berhenti dari kantor
A: oaalah iyee kak, bisaki ceritakan apa keluhan yang kita rasakan saat ini ?
F : Saya masih sering cemas dek, lalu kalau misalnya serangan cemasnya datang
saya sampai berkeringat dingin, jantungku berdebar debar, saya merasa was-
was, dan kadang saya sampai sesak nafas
A : Kalau boleh tau kak, apa yang menyebabkan kita merasa cemas
F : Saya merasa cemas kalau saya bertemu banyak orang, atau saya berada di tengah banyak
orang. Kemarin saya sempat dapat ajakan buka puasa bersama dengan teman teman di
kantorn tempatkukerja dulu, beberapa hari sebelum agenda buka puasa bersamanya saya
sudah rasa cemas, saya pikir bagaimana nanti kalau saya datang terus saya ditanya-tanya
dan saya tidak bisa menjawab pertanyaannya orang orang.
A : kalau boleh tau kak, saat bertemu keluarga ta sendiri apakah kita merasakan cemas juga ?
F: Iya betul, saya kalau acara keluarga juga kadang sering merasa cemas kalau ketemu
dengan keluarga, saya takut kalau mereka bertanya kapan saya menikah? atau kenapa
saya tidak bekerja lagi?
A : Selain bertemu dengan banyak orang apalagi yang bisa menjadi pemicu kecemasan ta ?
F : Saya juga merasa selalu ragu-ragu untuk bertindak, atau ekspresikan diri karena saya takut
dinilai salah oleh orang lain, atau bahkan dinilai negative oleh orang orang.
A : Selain cemasn, berkeringat dingin, jantung, berdebar debar, merasa was-was,
sesak nafas keluhan apa lagi yang kita rasakan saat serangan ?
F : Ituji dok
A : tidur malam, nafsu makan ta bagaimana kak ?
F : Nafsu makan baik ji, tidur malam juga tidak terganggu
A : Kalau boleh tau kak, apa yang menyebabkan kita sampai keluar dari tempat
kerja ta ?
F : Kalau saya berkantor saya harus berinteraksi dengan orang banyak, selain itu
juga saya takut kalau saya bekerja dan muncul masalah saya harus
berkoordinasi dengan orang orang dan itu bisa memicu kembali kecemasa
yang saya rasakan.
A : Bisaki ceritakan bagaimana awal nya bisaki mengalami gangguan cemas
begini ?
F : Awalnya itu di tahun 2012 saat itu saya diminta untuk melakukan presentasi
didepan orang banyak, seketika itu saya merasa cemas, berdebar debar, dan
berkeringat dingin saat ada banyak orang dihadapanku.
A : itu awalnya kita mengalami gangguan cemas atau sebelumnya kita sudah
pernah mengalami kecemasan kecemasan ringan ?
F : iya dok, sejak kecil saya termasuk anak yang gampang cemas terhadap sesuatu
dok tapi belum separah sekarang.
A : ohiya kak, biasanya kalau cemas timbul apa yang biasa yang kakak lakukan untuk
menghilangkan rasa cemas tersebut ?
F : saya selalu ji dok berusaha kontrol pikiranku kadang berhasil ji saya kendalikan seperti pas
acara buka puasa bersama kemarin, kadang saya gagal juga kendalikan.
A : Terkait dengan gejala ta, masih ada lagi yang ingin kita sampaikan ?
F : Itu saja dok
A : Kalau boleh tau kak pola didikan orang tua ta saat kecil bagaimana ?
F : kalau waktu ibu memang didikannya keras kalau kita lakukan kesalahan dan suka
meneriaki dan suka marah, kalau bapak orangnya tenang jarang marah.
A : Sampai sekarang ibu ta sering meneriaki dan marah atau tidak
F : Pas saya sudah agak besar dok, saya tidak pernah dibiarkan selesaikan masalah saya
sendiri jadi orang tua saya selalu ikut terlibat apabila saya ada masalah, saya juga tidak
enak dok karena saya seperti tidak mandiri padahal saya sudah besar dok.
A : Apakah ada yang ingin kakak tambahkan atau tanyakan kepada saya ?
F : Iye tidak ada ji saya rasa sudah cukup semua
A : Baik ibu, terima kasihn banyak ibu atas informasi yang telah ibu berikan hanya akan
menjadi pembelajaran bagi kami dokter muda, dan tidak akan disebarluaskan
F : Baik dek, semoga lancar selalu pendidikannya
A : Iyee aamiin kak terima kasih banyak kak. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
F : Iye dek, Waalaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai