Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2021


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS : GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F.41.1)

Disusun Oleh:
Amalia Ferial Marannu Kahar
C014 191 023

Residen Pembimbing :
dr. Ardiansyah

Supervisor Pembimbing :
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp. KJ (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Amalia Ferial Marannu Kahar
Stambuk : C014 191 023
Judul Lapsus : Gangguan Cemas Menyeluruh (f41.1)

Adalah benar telah menyelesaikan laporan kasus yang telah disetujui serta telah dibacakan
dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ILMU
KEDOKTERAN JIWA Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Februari 2021

Supervisor Pembimbing, Residen Pembimbing,

dr. Rinvil Renaldi, M. Kes, Sp. KJ (K) dr. Ardiansyah

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 37 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Bone / 3 Juni 1984
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan / sekolah : Ibu rumah tangga / D3
Alamat / No. Tlp : Sudiang/082292005713
No Status / No. Reg : 094655

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh secara autoanamnesis dari :

Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 37 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Bone / 3 Juni 1984
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan / sekolah : Ibu rumah tangga / D3
Alamat / No. Tlp : Sudiang/082292005713
No Status / No. Reg : 094655

3
III. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama
Berdebar debar
B. Riwayat Gangguan sekarang

Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke poli RSKD dengan keluhan jantung sering
berdebar-debar yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, memberat 1 minggu SMRS. Pasien
mengeluh berdebar-debar bila mendengar suara ambulance dan mendengar kabar orang sakit,
pasien selalu terkaget-kaget sampai sakit dada, pasien juga sering merasa was-was dan cemas
setiap hari. Saat ini pasien mengeluh 1 minggu terakhir gejalanya bertambah berat, pasien
mengeluh sangat susah untuk tidur, sering terbangun tengah malam karena terkaget sampai
berkeringat, namun bisa tidur kembali, pasien juga sering mual, nyeri ulu hati, dan sakit kepala.
Pasien takut dan cemas bila mendengar kabar ada orang yang sakit, serta pasien takut jika keluar
rumah dan membawa virus covid19 ke anak dan suaminya. Pasien terkadang merasa nafsu
makannya berkurang. Pasien pernah berobat sebelumnya pada tahun 2012 dan 2020 namun pasien
putus obat karena merasa sudah membaik dan pasien mempelajari penyakitnya dari internet
sehingga dapat mengendalikan rasa cemasnya. Sebelumnya pada tahun 2020 pasien pernah
berobat ke penyakit dalam namun tidak ada perubahan keluhan yang dirasakan pasien.

Hendaya/disfungsi
• Hendaya sosial (-)
• Hendaya pekerjaan (-)
• Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (-)

Faktor Stressor Psikososial


Ibu pasien meninggal dunia 11 tahun lalu, pasien sangat merasa kehilangan ibunya
sehingga pasien sering merasa sedih hingga 1 tahun lamanya.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat trauma (-)
Riwayat infeksi (-)
Riwayat kejang (-)

4
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit fisik sebelumnya.

2. Riwayat pengguanaan zat psikoaktif

Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif.

3. Riwayat Gangguan Psikiatri

Awal gejala dirasakan oleh pasien pada tahun 2012, setelah ibu pasien meninggal dunia
pada tahun 2010, pasien menjadi cemas memikirkan bagaimana jika pasien terkena penyakit
serius, takut jika ada keluarganya sakit atau meninggal dunia. Pasien mengeluhkan jantungnya
berdebar-debar, sakit kepala, dan keringat dingin. Sehingga pasien pergi berobat ke RSKD
pertama kalinya diberikan obat alprazolam (½-½-0) dan maproptylin (1x1), saat itu pasien
merasa gejalanya membaik dan pasien tidak pernah lagi berobat. Pasien datang berobat kembali
tahun 2020 hingga sekarang dengan keluhan yang sama, obat yang diberikan alprazolam dan
maprotylin.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir dalam persalinan normal, cukup bulan dibantu oleh bidan pada tanggal 3 Juni 1984
di Bone. Tidak ditemukan cacat lahir ataupun kelainan bawaan, berat badan lahir tidak
diketahui. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya, serta minum ASI sampai waktu yang tidak
diketahui. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan kejang.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi normal.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa kanak awal, seperti berjalan dan berbicara
sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.
Pasien mampu bermain dengan teman sebayanya.

5
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal. Pasien masuk Sekolah Dasar dan bergaul dengan
teman sebayanya. Prestasinya baik sama dengan rata-rata teman sekelasnya.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)


Pendidikan terakhir pasien adalah kuliah diploma tiga (D3). Pasien tidak mengalami masalah
yang berarti baik secara akademik maupun interaksi sosial. Pasien juga mengikuti beberapa
organisasi di perkuliahan.

E. Riwayat Masa Dewasa


• Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
• Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan pria yang dia pilih sendiri dan telah dikaruniai 3 orang anak, 2
laki-laki dan 1 perempuan.
• Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban ibadah dengan baik.

F. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara ( ♀, ♂, ♂,♀,♀ ). Ibu pasien telah meninggal dunia
11 tahun lalu (2010) dan ayah pasien masih hidup. Pasien sudah menikah dengan pria
pilihannya dan dikaruniai dua anak laki-laki dan satu anak perempuan, dan sekarang pasien
tinggal bersama suami dan anaknya. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan psikiatrik.

6
Genogram :

Keterangan:

: Anggota keluarga Laki – laki

: Anggota keluarga Perempuan

: Pasien

: Anggota keluarga yang sudah meninggal

: Tinggal serumah

F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan anaknya. Pasien sudah menikah dan memiliki tiga
orang anak.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien merasa lingkungannya baik terhadap dirinya, hanya saja pasien sering merasa sedih
ketika teringat mengenai kematian ibunya. Pasien berharap keluhan sulit tidur dan rasa sedih
yang dialami dapat dikontrol dan sembuh sepenuhnya pada masa akan datang.

7
IV. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berusia 37 tahun, wajah tampak sesuai umur, postur tubuh sedang, kulit
sawo matang, memakai jilbab hitam, baju kemeja berwarna coklat tua, rok hitam bermotif
bunga, memakai tas kecil hitam, dan sepatu flat hitam, perawatan diri kesan cukup.
2. Kesadaran
Kuantitatif : Compos mentis (GCS 15)
Kualitatif : Baik.
Kontak mata (+), verbal (+).
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sepanjang wawancara pasien tampak cukup tenang dan kooperatif.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati dan Perhatian


Mood : Eutimik
Afek : Cemas
Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi
Baik
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik

8
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Normal
b. Arus fikiran : Normal
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Pre-okupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu (pada saat dilakukan wawancara)

G. Daya Nilai
- Norma sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik

9
- Penilaian realitas : Baik

H. Tilikan (Insight)
Derajat 5 (Pasien menyadari dirinya sakit tetapi tidak ada usaha untuk mengobati).

I. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Internus :
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit, suhu 36,5OC.
Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterus, jantung paru abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala rangsang menings: kaku
kuduk (-), kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat isokor 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya (+/+),
fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal. Tidak ditemukan
refleks patologis. Kesan: normal.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan datang ke Poli Jiwa RSKD Dadi untuk ketiga kalinya dengan
kemauan dirinya sendiri dengan keluhan cemas yang dirasakan hampir setiap hari. Pasien
mengeluh jantung sering berdebar-debar yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, memberat 1
minggu SMRS. Pasien mengeluh bila mendengar suara ambulance dan mendengar orang
sakit, pasien selalu terkaget-kaget sampai sakit dada, pasien juga sering merasa was-was dan
cemas setiap hari. Saat ini pasien mengeluh 1 minggu terakhir gejalanya bertambah berat,
pasien mengeluh sangat susah untuk tidur, sering terbangun tengah malam karena terkaget
sampai berkeringat, namun bisa tidur kembali, pasien juga sering mual, nyeri ulu hati, dan
sakit kepala, pasien takut dan cemas bila mendengar kabar ada orang yang sakit, serta pasien
takut jika keluar rumah dan membawa virus covid19 ke anak dan suaminya. Pasien terkadang
merasa nafsu makannya berkurang. Pasien pernah berobat sebelumnya pada tahun 2012 dan

10
2020 di RSKD Dadi namun pasien putus obat karena merasa sudah membaik, pasien juga
mempelajari penyakitnya dari internet sehingga dapat mengendalikan rasa cemasnya.
Awal perubahan perilaku dirasakan sejak kurang lebih 11 tahun sejak ibu pasien
meninggal dunia. Sejak saat itu pasien menjadi pribadi yang lebih cemas dalam memikirkan
keluarganya karena pasien takut keluarganya terkena penyakit serius.
Pada pemeriksaan status mental diperoleh, mood eutimia, afek cemas, empati dapat
dirabarasakan. Pikiran abstrak baik dan kemampuan menolong diri baik. Tidak terdapat
gangguan persepsi. Proses berpikir produktivitas cukup, kontinuitas relevan, tidak ada
preokupasi maupun gangguan isi pikir. Pengendalian impuls tidak terganggu, penilaiaan daya
nilai tidak terganggu. Tilikan 5 (Pasien menyadari dirinya sakit tetapi tidak ada usaha untuk
mengobati).

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu pasien berdebar-debar, cemas, mual, sulit tidur, dan sakit kepala. Dimana hal ini
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien dan mempengaruhi kehidupan pasien sehingga
pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non-psikotik.
Dari autoanamnesis didapatkan afek cemas, mood eutimia, cemas yang dirasakan secara
terus-menerus hampir setiap hari, sulit tidur dan terbangun tengah malam, disertai gejala somatik
berupa sesak saat bangun, keringat dingin, jantung berdebar-debar, mual, nyeri ulu hati dan nyeri
kepala. Gangguan persepsi lainnya tidak ada dan fungsi kognitifnya normal. Hal ini memenuhi
kriteria episode cemas menyeluruh (F41.1)

Axis II
Belum cukup data untuk mengarahkan ke ciri kepribadian tertentu. Sebelum sakit pasien ini
termasuk orang yang ramah dan suka bergaul dengan orang disekitarnya.

11
Axis III
Tidak ada diagnosis

Axis IV
Stressor psikososial yaitu ibu pasien meninggal dunia

Axis V
GAF scale Score 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.

VIII. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tapi terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter, maka pasien memerlukan farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi suportif.
C. Sosial
Tidak ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang maka pasien tidak membutuhkan sosioterapi.

IX. RENCANA TERAPI

1. Farmakoterapi

- Maprotilin 25 mg 1 tab/24 jam/oral/malam (0-0-1)


- Alprazolam 0,5 mg ½ tablet/oral/pagi, ½ tablet/oral/siang,1tablet/oral/malam (1/2-1/2-1)

2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan pasien
terhadap stress). Hal ini dilakukan mengingat toleransi dan kemampuan pasien menghadapi
stress. Psikoterapi suportif yang diberikan dapat berupa ventilasi, yaitu memberikan

12
kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga
pasien merasa lega.
- Ventilasi: Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada bagaimana cara menghadapi konflik dengan
saudaranya dan menjadi lebih tabah menghadapi kematian ibunya
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di sekitarnya
sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung proses
penyembuhan pasien.
5. Edukasi
Menyarankan kepada keluarga tentang pentingnya dukungan kepada pasien yaitu mengajak
pasien bercerita, melakukan hal-hal sesuai dengan minat pasien, dan mengurangi hal-hal yang
dapat meningkatkan stresor. Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat
dan kontrol ke dokter. Selain itu, juga menyarankan agar pasien kembali menyibukkan diri
dengan aktivitas sehari-hari seperti sebelum pasien sakit, kembali melakukan hal-hal yang
menyenangkan, dan tidak memendam emosi sendiri.

X. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
a. Faktor pendukung :
- Motivasi pasien besar untuk sembuh
- Dukungan keluarga yang baik terhadap kesembuhan pasien

b. Faktor penghambat :
- Indikator psikososial : Peristiwa meninggalnya ibu terkasih

13
XI. TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan
terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Cemas
dapat dirasakan hampir tiap hari dan tiap waktu. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk
dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang
jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Cemas
Menyeluruh (F41.1) harus memenuhi pedoman diagnostik, yaitu:
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau mengambang).
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta
keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan
anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.
Obat Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.
Farmakoterapi pada pasien ini menggunakan benzodiazepin yaitu alprazolam.
Benzodiazepin bekerja dengan bereaksi terhadap reseptornya akan meningkatkan
fungsi inhibisi GABAnergik, sehingga hiperaktifitas dari sistem limbik mereda.
Alprazolam memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 12-15 jam dan efek sedasi lebih

14
pendek dibanding benzodiazepin lainnya, sehingga tidak akan terlalu mengganggu
aktifitas. Selain itu juga digunakan antidepressant golongan SSRI yakni Fluoxetine
(Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) yang memiliki efek samping gastrointestinal
paling kecil. Obat ini mempunyai profil efek samping yang lebih baik dengan efek
sedasi minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan mungkin dapat menyebabkan
penurunan berat badan daripada penambahan berat badan. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal. Dosis
terapeutik Fluoxetine antara 20-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72 jam.
Pada pasien ini diberikan Fluoxetine dengan dosis 20 mg/hari, dengan alasan dosis
tersebut adalah dosis terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka efek
samping ke gastrointestinal juga akan lebih kecil. Neurotransmiter utama yang
berhubungan dengan anxietas di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-
aminobutyric acid (GABA), dan serotonin. Manfaat pengobatan ansietas dengan
benzodiazepin adalah diimplikasikan dalam GABA, yang memegang peranan dalam
patofisiologi terjadinya gangguan cemas.
Seperti gangguan kecemasan lainnya, gangguan kecemasan umum harus
dibedakan dari gangguan medis dan psikiatri. gangguan neurologis, endokrinologis,
metabolik, dan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis seperti tes kimia
darah, elektrokardiografi, dan fungsi tiroid. Klinis harus menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti
alkohol, hipnotik sedatif, dan axioltik. Gangguan psikiatri lain yang merupakan
diagnosis banding gangguan cemas menyeluruh adalah gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan
penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian. Membedakan gangguan
cemas menyeluruh dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan
gangguan-gangguan ini sering kali terdapat bersama-sama gangguan cemas
menyeluruh. Untuk memenuhi kriteria untuk pasien gangguan kecemasan
menyeluruh harus menunjukkan sindrom lengkap dan gejala mereka tidak dapat
dijelaskan oleh kehadiran gangguan cemas menyeluruh untuk mendiagnosis
gangguan cemas menyeluruh dalam konteks gangguan kecemasan lainnya.
Gangguan kecemasan lainnya, yang paling penting untuk mendokumentasikan

15
kecemasan atau kekhawatiran yang terkait dengan keadaan atau tripik yang tidak
terkait atau hanya terkait minimal ke gangguan lain. Diagnosis yang tepat melibatkan
baik definitif membangun kehadiran gangguan kecemasan umum sering
mengembangkan gangguan depresi mayor. sebagai akibatnya, kondisi ini juga harus
diakui dan dibedakan. kunci untuk membuat diagnosis yang benar adalah
mendokumentasikan kecemasan atau kekhawatiran yang tidak terkait dengan
gangguan depresi.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder Fifth
Edition. United States of America: America Psychiatric Publishing, 2013.

2. Sadock, Benjamin J. and Saddock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, 2014.

3. Kaplan and Sadock. Mood Disorder in Synopsis of Psychiatry. Tenth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins, 2007.

4. Maslim R. Anti Anxietas dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007.

5. Gabbard, M.D, Affective Disorders in Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practice, Fourth


Edition, Washington DC, 2007.

6. Gregory C. Generalized Anxiety Disorder : What is it? Why do i i have it? How do i cope ?.
Vertical Health LLC. 2019. [Online] Available at : https://ww.psycom.net/bookstore.anxiety.

7. National Institute of Mental Health. Generalised anxiety disorder in adults-diagnosis and


management. Journal . 2009. BPJ.25. [Online] Available at : www.mentalhealth.org.nz.Best-
Practice-Journal-2009-BPJ-25-Generalized-anxiety-disorder-in-adults.

8. Davidson, J. (2010). Management of Generalized Anxiety Disorder in Primary Care:Identifiying


the Challengges and Unmet Needs. 12(2):PCC 09r00772. [Online] Available at :
https://ncbi.nlm.govpmc/articles/PMC29110

9. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan
DSM 5. Cetakan 2. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk-Unika Atma Jaya. Di
cetak oleh PT. Nuh Jaya.

17
10. Maslim, Rusdi.Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. 2007 Jakarta:
FK Unika Atma Jaya. Hal. 25-33, 40-45

11. Saputra Riyan. Jurnal: Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. 2017.

18
LAMPIRAN WAWANCARA

D : Assalamualaikum, dengan ibu A? Saya dokter muda Ferial yang damping dokter saat di
Poli RSKD Dadi bu.
P : Iye Walikumsalam
D : Bu saya mau tanya beberapa hal ke Ibu tentang keluhan penyakitta, mungkin agak
sedikit bersifat pribadi tapi ini demi memudahkan saya mengetahui penyakit Ibu, apakah
Ibu bersedia?
P : Iyee dok tidak apa-apa
D : Kalau boleh tau siapa nama lengkap ta bu?
P : A dok
D : Dimana ki tinggal bu dan sama siapa?
P : Saya tinggal di sudiang dengan suami dan anak-anakku dok
D : Boleh tau berapa umur ta sekarang dan dimana ki lahir?
P : Umur ku sekarang 37 dok, saya lahir di Bone tahun 84
D : Keseharian ta apa kita kerja bu?
P : Saya di rumah ji, ibu rumah tangga urus anak dan suami saja
D : Kalau suamita kerja bu? Berapa anak ta?
P : iyee kerja dok, anakku ada 3, 2 laki-laki 1 perempuan
D : anak ta sekarang sudah sekolah bu?
P : Sudah dok, 2 yang sekolah tapi sekolah dirumah karena korona 1nya masih kecil
D : Ohh iye bu, bu boleh tau apa keluhan ta sekarang sampai datang ki berobat?
P : Ini dok saya selalu rasa jantungku berdebar-debar, susah ka tidur, selaluka cemas dok
was-was terus saya rasa khawatir dok
D : Kenapa bisa bu? Mulai kapan kita rasa seperti itu?
P : Itu dok kalau dengar ka orang sakit seperti keluargaku atau tetanggaku, biasa liat ka
berita-berita pokoknya kalau ada berita orang sakit, atau dengar ka bunyi ambulance
langsung ka berdebar-debar, pusing, takut. Lama sekali mi dok mulai 2012 sempat ka
berobat ke sini juga tapi sudahnya itu dikasih ka obat enak mi saya rasa
D : Kita tau bagaimana awal mulanya sampai tiba-tiba ki begitu padahal selama ini baik-
baik jiki?
P : Mungkin karena saya fikir terus ibuku dok, dulu ibuku itu meninggal tahun 2010, jadi
cemas ka bagaimana kalau meninggal ka juga dok
D : Terus dari 2012 itu bu pernah ki berobat lagi?
P : Pernah dok 2020 datang ka lagi karena kembali seperti ini saya rasa cemas sekali ka dok
D : Tahun 2020 bulan berapa ki datang? Berapa kali ki datang itu di tahun 2020 bu?
P : Bulan November dok, 1 kali ji dok karena sudahnya itu agak membaik lagi saya rasa,
terus karena saya di kasih tau sama dokter kalua sakit ku itu cemas jadi saya cari cari mi
di google bagaimana cara atasinya sudah itu saya ndak pernah mi datang lagi
D : Terus sekarang datang ki lagi apa keluhan ta?
P : Sama ji sebelumnya dok tapi sejak 2 bulan lalu sempat membaik tapi timbul lagi kayak
tambah parah saya rasa, apalagi seminggu terakhir ini dok
D : boleh jelaskan ki bagaimana kita rasa sekarang?

19
P : ini dok, selalu ka berdebar-debar, susah ka tidur, cemas was-was terus saya rasa. Kalua
nonton ka berita apalagi sekarang masa pandemi, takut ka kalau dengar ada orang sakit,
kalau dengar suara ambulance juga sampai kadang pusing kepalaku, biasa mual ka, sakit
ulu hatiku juga dok.
D : Bu susah tidur ta ini bagaimana?
P : Kalau malam hari biasa hampir jam 12 baru bisa ka tidur, biasa terkaget-kaget ka
bangun sampai berkeringat dok tapi bisa jika tidur kembali dok
D : Ini keluhanta bu tiap hari ki rasakan, dalam satu hari dari pagi-malam cemas terus ki?
P : Iya dok satu minggu ini hampir tiap hari, takut dok kalua sy keluar rumah bisa saja
bawa ka virus covid ke keluargaku dok, tapi sebelum-sebelumnya ndak tiap hari ji dok
baru pi ini
D : bu kalau cemas ki lagi bagaimana kita atasi? Biasa apa kita fikri samapai cemas was-
was kita rasa?
P : biasa cari ka kesibukan nonton atau bersih-bersih rumah, ndak ada ji saya fikir dok
kosong ji fikiran ku, tapi takut ja saja dok khawatir dok
D : Bu pernah ki dengar suara-suara seperti orang berbicara, berbisik, atau pernah ki liat
sesuatu yang aneh yang orang tidak bisa liat?
P : Tidak pernah dok
D : Bagaiman kegiatan sehari – hari ta dirumah? Bagaimana nafsu makan ta?
P : kegiatan ku di rumah dok urus anak dan suami ku, beres-beres rumah itu ji saya bikin
dok, makan ku biasa ndak nafsu makan dok
D : kalau kegiatan ta bu diluar rumah bagaimana?
P : Sejak pandemic saya jarang keluar rumah ada pi perlu kayak beli sayur kepasar, takut
dok korona dok
D : kan sudah ada protocol kesehatan bu, ibu bisa belajar caranya terhindar dari covid.
Bagaimana hubungan ta dengan keluarga suami, anak-anak ta, saudara, ayah ta, tetangga-
tetangga ta?
P : baik ji dok, adekku sudah ada yang berkeluarga juga, bapakku ada di kampung dok,
kalau tetanggaku biasa ji baku sapa kalau lewat depan rumahnya
D : Bu kita tau pas lahir ki dulu bagaimana, ada cacat lahir, dimana ki lahir?
P : Saya lahir normal ji dok, di puskesmas sama bidan, alhamdulilah tidak ada cacat dok
D : boleh ceritakan ki masa kecil ta, masa-masa sekolah ta dulu sampai pendidikan terakhir
ta?
P : seperti anak – anak biasa ji dok main di kampung, SD, SMP, SMA ka di Bone dok, D3
ku pi dok baru di Makassar
D : Bu ada penyakit ta sebelumnya, atau pernah ki berobat ke dokter lain?
P : Tidak ada ji dok, pernah tahun lalu saya pergi berobat ke penyakit dalam karena sakit
kepalaku sama itu nyeri ulu hatika selalu dok
D : Bagaimna bu ada perubahan kita rasa setelah pergi periksa? Ada obat di kasih ki sama
dokter?
P : tidak ada dok, biasa hilang ji sebentar sakit kepalaku baru datang lagi, ada obat sakit
kepala lupa ka nama obatnya sama obat maag
D : bu maaf ini bu, sebelumnya pernah ki merokok atau minum minuman beralkohol?
P : ihh dok tidak pernah dok
D : Bu boleh saya tau berapa ki bersaudara dan anak keberapa ki?
P : Saya anak pertama dok dari 5 bersaudara, saya punya 2 adik laki-laki, 2 adik perempuan

20
D : Ibu di keluargata nenek ta atau sepupu-sepuputa ada kita tau yang pernah berobat ke
dokter jiwa?
P : Kayaknya tidak ada dok
D : Bu kita tau obat yang kita minum sebelumnya pas datang ki periksa?
P : ini dok saya di kasih obat alprazolam dan maprotilin kalo tidak salah dok
D : Bu mungkin itu mi saja dulu saya tanyakan ki, terima kasih bu sudah luangkan waktu ta,
cepat sembuh ki bu
P : Iye dok sama-sama

*D : Dokter Muda/Koas
P : Pasien

21

Anda mungkin juga menyukai