Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU

KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI


(F41.2)

Disusun oleh:

Muh Faturrachman Soleman

C014182266

Residen Pembimbing:
dr. Dewi Nofianti

Supervisor Pembimbing:
dr. Erlyn Limoa Ph.D, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Muhammad Faturrachman Soleman


NIM : C014182266
Judul Laporan Kasus : Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif (F41.2)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,Juli 2021

Mengetahui,

Pembimbing Supervisor Residen Pembimbing

dr. Erlyn Limoa Ph.D, Sp.KJ dr. Dewi Nofianti


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn R
No. RM : 258829
Tanggal Lahir : 12-07-1968
Umur : 53 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan :
Alamat : Bonto Lebang, Desa Marayoka.

Pasien datang ke poli RSUD Daya untuk ke 5 kalinya pada tanggal 8 juli 2021 seorang diri

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dari:


Nama : Tn. R
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
A. Keluhan Utama
Jantung berdebar
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Gejala Klinis
Pasien datang kontrol yang ke 5 kali d poli RSUD Daya dengan keluhan sering merasa
jantung berdebar yang dialami sejak bulan Februari 2017 setelah om nya meninggal
dunia. Pasien pertama kali berobat pada bulan februari 2017. Saat itu pasien mengalami
kondisi yang sama dengan keluhan nya saat ini, yakni sering merasa jantung berdebar
dan sesak. Jantung berdebar dirasakan pasien terutama saat melihat orang meninggal.
Pasien juga saat ini masih mengeluh sering keringat dingin dan sering bermimpi
mengenai keluarganya yang telah meninggal dunia sehingga membuat pasien merasa
takut, merasa kurang bersemangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan
kekhawatiran penyakitnya ini akan berakhir sama dengan om nya yang meninggal
karena penyakit kanker.

Awal perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2017, saat itu pasien mengeluh
jantung berdebar dan sesak saat pasien pulang melayat dari rumah om nya. Sejak saat
itu pasien mulai sering memikirkan banyak hal. Pasien juga mengeluh sulit tidur, nafsu
makan berkurang sering merasa sesak tanpa penyebab yang jelas. Keluhan tersebut
kembali memberat akhir-akhir ini karena situasi pandemi yang membuat pasien sudah
tidak bekerja di perusahaan nya. Oleh psikiater pasien di diagnosis gangguan
campuran anxietas dan depresi. Pasien diberi Fluoxetin 20 mg, 1
tablet/24jam/oral/sahur, Clobazam 10 mg, 1tablet/12 jam/oral/sahur dan malam.
b. Hendaya / Disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial ada.
Hendaya dalam pekerjaan ada.
Hendaya waktu senggang ada.
c. Faktor Stressor Psikososial

Masalah keluarga “primary support group” pasien ditinggalkan oleh om pasien yang
sudah meninggal.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit lain seperti kejang, infeksi, trauma, maupun
penyakit sistemik berat lainnya yang mempengaruhi fungsi otak.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak ada riwayat merokok, minum alkohol, dan konsumsi obatobatan terlarang.
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Awal perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2017, saat itu pasien mengeluh
jantung berdebar dan sesak saat pasien pulang melayat dari rumah om nya. Sejak saat
itu pasien mulai sering memikirkan banyak hal. Pasien juga mengeluh sulit tidur, nafsu
makan berkurang sering merasa sesak tanpa penyebab yang jelas. Keluhan tersebut
kembali memberat akhir-akhir ini karena situasi pandemi yang membuat pasien sudah
tidak bekerja di perusahaan nya. Oleh psikiater pasien di diagnosis gangguan campuran
anxietas dan depresi. Pasien diberi Fluoxetin 20 mg, 1 tablet/24jam/oral/sahur,
Clobazam 10 mg, 1tablet/12 jam/oral/sahur dan malam
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, di RS pada tanggal 12 Juli 1968. Berat badan lahir dan
panjang badan tidak diketahui. Riwayat pemberian ASI sampai usia 2 tahun lebih. Pasien
sejak lahir diasuh oleh kedua orang tuanya. Ibu pasien tidak pernah mengalami
perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan. Tidak ada penyalahgunaan alkohol,
obat-obatan atau jamu selama kehamilan Ibu. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
mengalami demam tinggi maupun kejang.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya sejak lahir. Pertumbuhan dan perkembangan
pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak
ada masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-6 tahun)
Pasien masih diasuh dan tinggal bersama kedua orang tua, cukup mendapat perhatian dan
kasih sayang dari orang tuanya maupun saudaranya. Pada usia 4-6 tahun, pasien
menempuh pendidikan di tingkat TK sampai SD dan hanya bermain bersama teman dan
tetangganya pada masa itu.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir (6-12 tahun)
Pasien memiliki banyak teman dan pandai bergaul. Pasien tinggal bersama ibu dan
ayahnya.
5. Riwayat Masa Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolahnya sampai jenjang SMA..
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
pasien pernah bekerja disuatu perusahaan
b. Riwayat Pernikahan
saat ini pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis saat pasien duduk
dibangku sekolah menengah atas.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam sejak lahir mengikuti agama yang dianut oleh orang tua
pasien. pasien sangat taat dan rutin menjalankan kewajiban agama dengan baik
termasuk berdoa, berpuasa, dan mengaji.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan hukum.
g. Aktivitas Sosial
Sebelum sakit pasien sering mengikuti kegiatan sosial yang diadakan dilingkungannya
7. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari enam bersaudara kandung (♂,♀,♀,♀,♂,♂). Pasien telah
menikah dan memiliki dua orang anak. Saudara pasien semuanya telah menikah dan
tinggal terpisah. Hubungan dengan anggota keluarga baik. Orang tua pasien saat ini
dalam keadaan sahat dan tinggal bersama pasien. Kehidupan perekonomian keluarga
sejak dari kecil tergolong pas-pasan.
Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

Genogram Pasien
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama orang tua pasien. Rata-rata kakak dan adiknya bekerja.
9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengaku bahwa dulu pernah dalam kondisi yang tidak sehat secara kejiwaan,
bersedia diberikan pengobatan, namun yakin bahwa saat ini dirinya sudah sembuh dan
tidak memiliki masalah sampai saat ini terkait dengan kejiwaannya. Kondisi terakhir,
pasien merasa dirinya sudah jauh membaik setelah dibantu oleh pengobatan pasien
berharap dapat beraktivitas lagi seperti semula.
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis, tekanan darah
130/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh
36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen
kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig‟s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang pria, wajah kesan sesuai umur 52 tahun, postur tubuh sedang, rambut
warna hitam, memakai jacket warna coklat, dengan celana jeans warna biru, warna kulit
sawo matang, perawatan diri kesan terawat.
2. Kesadaran
Kualitatif: Baik
Kuantitatif: Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cukup tenang saat dilakukan wawancara
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa. Terkadang
pembicaraan pasien cenderung cepat
5. Sikap terhadap pemeriksa
cukup kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Disforik
2. Afek : Cemas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien cukup baik sesuai dengan tingkat
pendidikannya (S1)
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
4. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Baik
b. Jangka Sedang : Baik
c. Jangka Pendek : Baik
d. Jangka Segera : Baik
5. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
6. Pikiran Abstrak : Baik
7. Bakat Kreatif : Tidak ada
8. Kemampuan Menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir

a. Arus pikiran:
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : Relevan dan koheren

Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

b. Isi pikiran:

Preokupasi : Preokupasi tentang keluarga yang telah


meninggal yang selalu masuk dalam mimpi

Gangguan isi pikir : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls : cukup

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Norma Sosial : Baik


2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
a. Tilikan :Pasien merasa dirinya sakit, dan butuh pengobatan
(tilikan 6)

H. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien datang kontrol yang ke 5 kali d poli RSUD Daya dengan keluhan sering merasa
jantung berdebar yang dialami sejak bulan Februari 2017 setelah om nya meninggal dunia.
Pasien pertama kali berobat pada bulan februari 2017. Saat itu pasien mengalami kondisi
yang sama dengan keluhan nya saat ini, yakni sering merasa jantung berdebar dan sesak.
Jantung berdebar dirasakan pasien terutama saat melihat orang meninggal. Pasien juga saat
ini masih mengeluh sering keringat dingin dan sering bermimpi mengenai keluarganya yang
telah meninggal dunia sehingga membuat pasien merasa takut, merasa kurang bersemangat
untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan kekhawatiran penyakitnya ini akan berakhir sama
dengan om nya yang meninggal karena penyakit kanker.

Awal perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2017, saat itu pasien mengeluh jantung
berdebar dan sesak saat pasien pulang melayat dari rumah om nya. Sejak saat itu pasien mulai
sering memikirkan banyak hal. Pasien juga mengeluh sulit tidur, nafsu makan berkurang
sering merasa sesak tanpa penyebab yang jelas. Keluhan tersebut kembali memberat akhir-
akhir ini karena situasi pandemi yang membuat pasien sudah tidak bekerja di perusahaan
nya. Oleh psikiater pasien di diagnosis gangguan campuran anxietas dan depresi. Pasien
diberi clobazam 10 mg, amitriptilin 25 mg, risperidon 2 mg, trihexifenidil 2 mg.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan, wajah sesuai umur, 52 tahun, perawakan baik,
perawatan diri baik, memakai jacket dan celana jeans, serta memakai masker. Mood disforik,
afek cemas, empati dapat dirabarasakan, isi pikir berupa preokupasi tentang keluarga yang
telah meninggal yang selalu masuk dalam mimpi, tilikan 6 dan apa yang disampaikan pasien
dapat dipercaya.
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu pasien merasa sesak dan seringkali merasa cemas. Hal ini menyebabkan
penderitaan bagi pasien (distress) dan hendaya dalam bidang sosial, ekonomi, dan waktu
senggang (disabilitas) yang merupakan tanda dari adanya Gangguan Jiwa.

Pada pemeriksaan status mental pasien tidak didapatkan adanya hendaya berat dalam
menilai realita, maka pasien digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non Psikotik.

Pemeriksaan fisik internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan sehingga dapat
digolongkan sebagai Gangguan Jiwa Non Organik.

Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan adanya kecemasan berupa
kekhawatiran yang berlebihan, ketegangan motorik berupa dada berdebar dan tangan kram
serta hiperaktifitas otonom berupa, nyeri tengkuk menjalar ke kepala, dan kadang seperti
mau mati. Pasien juga merasa kurang bersemangat untuk menjalani hidup. Gejala-gejala
tersebut telah masuk kedalam golongan anxietas tertentu sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis diarahkan ke
Gangguan Campuran Anxietas Dan Depresif (F41.2) atau Unspecified Anxiety
Disorder (300.00) menurut DSM V.

Pasien didiagnosis banding dengan :

Gangguan Anxietas Menyeluruh (F.41.1) : Sifat cemas berupa ketegangan motorik dan
overaktivitas otonomik yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Pasien juga selalu mencemaskan berbagai hal.

Aksis II

Tidak ada retardasi mental.


Aksis III
Tidak ada diagnosis.
Aksis IV
Stressor psikososial primary support group, pasien sudah ditinggalkan oleh keluarga yang
disayangi.
Aksis V
GAF Scale 1 tahun terakhir 60-51 gejala sedang (moderate), disabiliatas sedang. GAF Scale
saat ini 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik

VII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat ketidak seimbangan
neurotransmitter maka pasien memerlukan farmakoterapi.
Psikologi
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan gejala
psikis, maka pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam : Bonam
2. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Faktor pendukung berupa :

a. Pasien memiliki keinginan kuat untuk sembuh

b. Adanya jaminan kesehatan yang dimiliki pasien

c. Dukungan keluarga yang masih cukup baik


Faktor penghambat berupa :
a. Sosio ekonomi yang rendah
IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakoterapi
R/Fluoxetin 20 mg, 1 tablet/24jam/oral
R/Clobazam 10 mg, 1tablet/12 jam/oral
B. Psikoterapi Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.

X. DISKUSI

Anxietas merupakan gangguan mental yang paling banyak ditemukan. Gangguan ini sering
timbul dan komorbid dengan gangguan depresi major, dan gangguan somatoform. Menurut
beberapa penelitian gangguan ini timbul karena faktor psikososial, genetic dan juga faktor
neurobiologis.1 Menurut kriteria ICD-10 gangguan campuran anxietas dan depresi digambarkan
dengan gejala yang bersamaan terjadi, gejala subsindromal anxietas dan depresi, cukup berat
untuk menjadi diagnosis psikiatri tetapi keduanya tidak ada yang predominan .2 Dianggarkan
85% pasien dengan depresi akan juga mempunyai gejala anxietas yang signifikan. Dan
sebaliknya juga, hampir 90% pasien dengan cemas akan mempunya gejala depresi. Penyebab
gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari aspek-aspek
biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan
stressor munculnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini
adalah norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu sistem
kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan
norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum
diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada
depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi
relative salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin,
dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbik.8 Ansietas dan
gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik
seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,
takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa
takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut
dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas 4,5,6,7
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) merupakan gejala-gejala anxietas maupun
depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan
walaupun harus tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Kriteria Diagnostik Menurut PPDGJ III7
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
• Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, di mana masng – masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus,
di samping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
• Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, makan harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxiets fobik.
• Bila ditemukan sindrom depresi dan cemas yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran
tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis
maka gangguan depresif harus diutamakan. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
• Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas maka harus
digunakan kategori F.43.2 (gangguan penyesuaian) 7

Ditemukan adanya gejala klinis, menimbulkan penderitaan (distress) pada melakukan


tugas dalam kehidupan harian, sulit mengisi waktu luang dengan dirinya dan terdapat hendaya
(disability) sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderit Gangguan jiwa. Tidak ada
riwayat trauma kepala maupun gangguan neurologis lain sehingga Gangguan Jiwa Organik
dapat disingkirkan. Dari autoanamnesis didapatkan gejala klinis berupa kecemasan seperti
banyak pikiran hingga pikiran yang mengambang (Free floating Anxiety) yang berakhir pada
perasaan takut yang tidak jelas. Di samping itu juga muncul gejala-gejala otonomik berupa
jantung berdebar dan sesak. Berdasarkan gejala-gejala klinis ini dapat ditegakkan diagnosis
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2). Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada dirinya, sulit melakukan tugas dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu
luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability). Didapatkan juga hendaya dalam pekerjaan
akibat dari depresi. Berdasarkan pemeriksaan ini, dapat ditegakkan diagnosa yaitu Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2). Diagnosis banding pada pasien ini adalah Gangguan
Cemas Menyeluruh (F41.1). Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1): Pada pasien ini, terdapat
juga gejala anxietas yang hampir terjadi setiap hari namun bukan gejala primer karena pasien
juga menunjukkan gejala – gejala depresi. Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi
dan psikoterapi.

Psikofarmaka yang digunakan adalah antidepressant golongan SSRI yakni Fluoxetine.


Fluoxetine merupakan anti depresan golongan Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI)
yang memiliki efek samping gastrointestinal paling kecil. Obat ini mempunyai profil efek
samping yang lebih baik dengan efek sedasi minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan
mungkin dapat menyebabkan penurunan berat badan daripada penambahan berat badan.
Fluoxetine memiliki waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal.
Dosis terapeutik Fluoxetine antara 20-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72 jam.

Pada pasien ini diberikan Fluoxetine dengan dosis 20 mg/hari, dengan alasan dosis
tersebut adalah dosis terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka efek samping ke
gastrointestinal juga akan lebih kecil. Pada pemberian Fluoxetine, efek terapeutik baru tampak
pada minggu kedua, sehingga di awal terapi dapat diberikan bersama dengan anti anxietas
untuk mengatasi keluhan kecemasan pada pasien. Neurotransmiter utama yang berhubungan
dengan anxietas di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan
serotonin. Manfaat pengobatan ansietas dengan benzodiazepin adalah diimplikasikan dalam
GABA, yang memegang peranan dalam patofisiologi terjadinya gangguan cemas.4,5

Kemudian pasien diberi alprazolam golongan benzodiazepine. Benzodiazepin adalah


rekomendasi lini pertama tatalaksana farmakoterapi dan dapat diberikan peroral pada pasien di
UGD untuk gejala minimal-moderat. Untuk gejala berat, lorazepam intravena, diazepam, dan
midazolam dapat diberikan. Lorazepam yang diberikan dosis 0,5 mg, diazepam dan midazolam
dosis 1-2 mg. Untuk kondisi ringan, tidak ada gejala bermakna dan terbatas untuk digunakan
secara luas direkomendasikan lonazepam dan alprazolam dosis 0,25-0,50 mg.5 Alprazolam
awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu secara perlahan
diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan. Jadi setelah itu dan seterusnya, individu hanya
meminum golongan SSRI.9 Pasien diberikan terapi suportif dan terapi psikoedukatif keluarga.
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien
terhadap stres. Perlu diadakannya terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan
memberikan motivasi hidup. Psikoedukasi Keluarga, Memberikan penjelasan kepada pasien,
keluarganya dan orang terdekat tentang keadaan pasien agar terciptanya dukungan social
sehingga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien sendiri.

Prognosa pasien ini baik. Hal yang mendukung prognosis baik yaitu motivasi pasien untuk
sembuh cukup besar, serta adanya dukungan keluarga. Namun, pasien ini memiliki kecemasan
dan ketidakpercayaan terhadap dokter akan obat yang diberikan, ia bahkan ingin membeli obat
sendiri. Sebaiknya diberikan edukasi kepada keluarga yang mengantar untuk memperhatikan
pasien dalam meminum obat dan memastikan pasien teratur dalam meminumnya. Membuat
kondisi rumah yang senyaman mungkin agar pasien melupakan akan kecemasannya dan belajar
untuk menghadapi segala sesuatu dengan tenang.

Daftar Pustaka

1. Bandelow B, Lichte T, Rudolf S, Wiltink J, Beutel M. The Diagnosis of and Treatment


Recommendations for Anxiety Disorders. Deutsches Aerzteblatt Online. 2014
2. Möller H, Bandelow B, Volz H, Barnikol U, Seifritz E, Kasper S. The relevance of
‘mixed anxiety and depression’ as a diagnostic category in clinical practice. European
Archives of Psychiatry and Clinical Neuroscience. 2016;266(8):725-736.
3. Tomb D. Buku Saku Psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2000.
4. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.
5. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:Salemba Medika; 2001.
6. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ke-2. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.
7. Maslim, Rusdi. BukuSaku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2019.
8. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Concise Textbookof Clinical Psychiatry.
Edisi ke-3. USA Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
9. Amir N, Kusumawardhani A, Husain A, Adikusumo A, Damping C. Buku ajar psikiatri.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013

Anda mungkin juga menyukai