Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JAN 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS : GANGGUAN PSIKOTIK NON ORGANIK


YTT (F29)

OLEH :
Ziyan Nafisah
111 2019 1035

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Uyuni Azis, M.Kes, Sp. KJ
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama :N

NIM : 111 2019 2020

Laporan Kasus : Gangguan Psikotik Non Organik YTT (F29)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 19 Januari 2020

Pembimbing Dokter Muda

dr. Uyuni Azis, M.Kes, Sp.KJ Ziyan Nafisah

1
LAPORAN KASUS
GANGGUAN PSIKOTIK NON ORGANIK YTT (F29)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
No. RM : 254864
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Alamat : Maros
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Tanggal Pemeriksaan : 11 Januari 2020
Tempat Pemeriksaan : Poli Jiwa RSUD Salewangeng Maros

II. LAPORAN PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Nn. D
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

A. Keluhan Utama:
Gelisah

2
B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
1. Keluhan dan gejala

Seorang laki-laki, umur 19 tahun dibawa ke Poliklinik Jiwa RSUD


Salewangeng Maros oleh keluarga dengan keluhan gelisah di rumah sejak
3 hari yang lalu. 3 hari belakangan, pasien kerap tidur terlambat sekitar
pukul 2 dini hari, namun tetap mampu tidur di siang hari. Keluarga
mengeluhkan pasien kerap menatap terlalu lama ke arah orang-orang yang
berlalu-lalang di sekitar rumah sehingga membuat keluarga merasa takut
orang lain merasa tidak nyaman akan hal tersebut.. Pasien mampu
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan mandi dengan baik.
Pertama kali pasien memperlihatkan perubahan perilaku berupa
gelisah pada 4 bulan lalu yang berlangsung selama seminggu. Pasien
dibawa ke puskesmas, diberi obat tidur dan penenang. Pasien hanya
mengkonsumsi obat tidur dan tidak meminum obat penenangnya karna
dilarang keluarga. Menurut keluarga setelah berobat di puskesmas dan
mendapat banyak motivasi dari keluarga, pasien tidak lagi terlihat gelisah.
Menurut keluarga, gelisah kembali terlihat dirasakan pasien sejak 3 hari
sebelum di bawa ke RS. Menurut keluarga, pasien kerap menatap satu-satu
persatu orang-orang yang lewat di depan rumah, membuat keluarga
khawatir hal tersebut dapat mengganggu orang-orang yang lewat tersebut.
Pasien mulai begitu rajin beribadah semenjak ayahnya meninggal dan
menghentikan semua perilaku buruknya berupa minum obat-obatan
terlarang dan minum alcohol.
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Anak pertama laki-laki,
yang kedua perempuan. Pasien lahir normal, cukup bulan dan ASI 6
bulan, tumbuh kembang sesuai anak seusianya. Pasien sekarang tinggal
Bersama orang tua dan saudara. Pasien mulai menjadi pendiam semenjak
4 bulan lalu. Pasien masih sering berinteraksi dengan keluarga di rumah,
namun memiliki kecendrungan untuk mudah emosi terhadap kakak
pertamanya semenjak 4 bulan lalu sejak mulai terlihat perubahan perilaku.

3
Pendidikan terakhir, pasien tamatan SMA. Pasien merupakan anak yang
cukup berprestasi hingga SMP. Prestasi mulai menurun namun tetap baik
saat beranjak SMA. Pasien merupakan orang yang ceria dan memiliki
banyak teman sebelum terjadi perubahan perilaku. Riwayat keluarga
dengan gangguan jiwa tidak ada. Riwayat trauma ketika berumur 14 tahun
akibat kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Pasien sempat pingsan
di lokasi kejadian, kemudian sadar di jalan menuju RS. Pasien
mendapatkan trauma di kepala, bagian atas telinga akibat terbentur berupa
2 luka. Luka 1 mendapat 2 jahitan, dan luka 2 mendapat 3 jahitan. Riwayat
merokok ada, penggunaan alkohol ada, napza ada. Semuanya dikonsumi
dalam kurun waktu setahun sewaktu pasien kelas 1 SMA.

2. Hendaya Fungsi
Hendaya dalam bidang sosial : ada
Hendaya dalam aspek pekerjaan : tidak ada
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang: ada
3. Faktor stressor psikososial :
Pasien mengatakan gejala-gejala yang ia alami saat ini muncul
setelah pasien pindah ke Makassar dan berpisah dengan
keluarganya di Mamuju
4. Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat penyakit
fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat infeksi : tidak ada
Riwayat trauma : ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat NAPZA : ada

4
C. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0 – 1 tahun)
Pasien lahir normal dirumah di bantu oleh dukun beranak.
Lahir cukup bulan dan tidak ditemukan adanya cacat lahir ataupun
kelainan bawaan, berat badan lahir tidak diketahui. Pasien
mendapat asi selama 6 bulan. Pasien tumbuh dan berkembang
dengan baik.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)
Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya.
Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )
Selama sekolah, pertumbuhan dan perkembangan pasien baik,
pasien termasuk anak yang berprestasi.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)
Selama sekolah menengah pertama, pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik, pasien termasuk anak yang berprestasi.
5. Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)
Selama sekolah menengah atas, pertumbuhan dan perkembangan
pasien baik, pasien termasuk anak yang baik, walau ada penurunan
prestasi disbanding jenjang pendidikan sebelumnya.
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien besekolah hingga tamat SMA, dan tidak
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
b. Riwayat Pekerjaan
Belum bekerja
c. Riwayat Pernikahan

5
Pasien belum menikah
d. Aktivitas social
Menurut keterangan dari kakak pasien, pasien orang yang ceria
dan memili banyak teman
e. Keagamaan
Pasien dan keluarganya beragama Islam dan rajin beribadah

f. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum
g. Riwayat kehidupan psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami masalah psikoseksual
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien memiliki 2
kakak. 1 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan. Dalam keluarga
pasien tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa
seperti pasien.

Pohon keluarga :

: Laki-laki : Perempuan

: Laki-laki meninggal :Perempuan


meninggal

: Pasien

6
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Selama pasien berobat di RUKD Salewangeng Maros,
pasien tinggal di rumah orang tuanya yang ada saudara-saudaranya
yang lain.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sekarang menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan
membutuhkan pengobatatan, pasien juga memiliki motivasi untuk
sembuh.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


a. Status Internus
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda vital
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 94x/menit
- Suhu : 36,5 °C
- Pernapasan : 22x/menit
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, ekstremitas atas dan
bawah tidak ada kelainan
b. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor tangan : tidak ada
- Cara berjalan : normal
- Keseimbangan : baik
4. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
5. Kesan : normal

7
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
a. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki, tampak
sesuai umur (19 tahun), perawakan tubuh dalam batas normal,
memakai baju kemeja berwarna biru gelap, celana jeans dan sandal,
perawatan diri baik.
2. Kesadaran : baik
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : tenang
4. Pembicaraan : spontan, lambat, tenang dan
intonasi kecil
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Keadaan afektif
1. Mood :
2. Afek : appropriate, sedih
3. Empati : dapat dirabarasakan

c. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan : sesuai
2. Daya Konsentrasi : baik
3. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
4. Daya ingat
a. Jangka panjang : baik
b. Jangka pendek : baik
c. Jangka segera : baik
5. Pikiran abstrak : terganggu
6. Bakat Kreatif : tidak ada

8
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

d. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri


1. Halusinasi :
a) Visual : Pasien melihat tulisan al-quran di pantulan air
sungai dan wajah orang di pohon.
b) Auditorik : Pasien mendengar suara bisikan
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

e. Proses Berfikir
1. Arus Pikiran:
- Produktivitas : baik
- Kontuinitas : baik

2. Isi pikiran
- Preokupasi : tidak ada
- Gangguan isi pikir : tidak ada

f. Pengendalian Impuls : baik

g. Daya Nilai
1. Norma Sosial : terganggu
2. Uji Daya Nilai : tidak terganggu
3. Penilaian Realitas : tidak terganggu

h. Tilikan :
Derajat 6 (Pasien sadar jika dirinya sakit dan butuh pengobatan)

i. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

9
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
1) Seorang laki-laki, umur 19 tahun dibawa ke Poliklinik Jiwa RSUD
Salewangeng Maros oleh keluarga dengan keluhan gelisah di rumah
sejak 3 hari yang lalu.
2) Keluhan lain adalah sulit tidur, pasien baru bisa tidur pukul 2 dini hari
selama adanya keluhan gelisah.
3) Pasien juga terkadang mendengar suara bisikan yang menyuruhnya
untuk mengganggu anggota keluarganya
4) Pasien juga pernah melihat tulisan al-quran pada pantulan air sungai,
dan wajah pada pohon
5) 3 tahun lalu pasien pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang,
minuman beralkohol, juga meroko dalam durasi penggunaan setahun.
6) Pasien memiliki riwayat trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas
saat berumur 14 tahun
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:

Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditemukan adanya gejala


klinis bermakna yaitu gelisah. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada dirinya dan keluarga serta terdapat hendaya (dissability)
pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental pasien didapatkan hendaya fungsi
sehari-hari (hendaya sosial, hendaya waktu senggang, disertai gangguan
persepsi (terdapat halusinasi auditorik dan visual) sehingga dimasukkan
dalam Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat
menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

10
Pada alloanamnesis dan autoanamnesis ditemukan adanya halusinasi
visual dan audiotorik serta waham yang bersifat sementara dan tidak terus
menerus. Tidak didapatkan gangguan isi fikir. Sehingga berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) pasien
didiagnosis sebagai Gannguan Psikotik Non Organik YTT (F29).

Aksis II

Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian

Aksis III

Tidak ditemukan

Aksis IV

Stressor psikososial : Meninggalnya ayah dari pasien

Aksis V

GAF Scale saat ini : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

VII. DAFTAR MASALAH


- Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan
farmakoterapi.
- Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi visual dan auditorik yang menimbulkan gejala psikis
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
- Sosiologi
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, dan penggunaan
waktu senggang, sehingga memerlukan sosioterapi.

11
VIII. PROGNOSIS :
Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini
Prognosis : Dubia ad bonam
Faktor yang mempengaruhi:
- Keinginan yang kuat dari pasien untuk sembuh
- Adanya dukungan dari keluarga
- Tidak ada kelainan organik

IX. RENCANA TERAPI


a. Farmakoterapi
Olanzapine 10 mg 0-0-1
Fluoxetine

b. Psikoterapi
- Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi
penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
- Ventilasi
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling
Membantu pasien untuk dapat merubah keyakinan pasien yang
negative, irrasional dan mengalami penyimpangan (distorsi)
menjadi positif dan rasional sehingga secara bertahap mempunyai
reaksi somatic dan perilaku yang lebih sehat dan normal.
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan

12
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar
tetap minum obat secara teratur

c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan
moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu
proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya,
serta menilai efektifitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping
dari obat yang diberikan.

XI. DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III dikatakan gangguan jiwa apabila ditemukan :
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :
 Sindrom atau Pola Perilaku
 Sindrom atau Pola Psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan “ (distress), antara
lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu,
disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, dll).1

Dikatakan gangguan jiwa psikotik apabila terdapat hendaya berat


dalam menilai realita berupa waham, halusinasi, ilusi, bicara yang kacau,
mengamuk.

13
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) untuk mendiagnosis skizofrenia (F.20)
jika memenuhi kriteria berikut;1
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda;
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
Delusion perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi audiotorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh

14
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya
mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau kekuatan dan
kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;
a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai ole hide-ide berlebihan (Over Valued Ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolatin), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativism, mutisme, dan stupor.
d) Gejala-geajala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (over all quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior) bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

15
betujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.1

Penatalaksanaan Gangguan Psikotik dapat dilakukan dengan :


a) Farmakoterapi
Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom
psikosis anti-psikosis tipikal dan atipikal. Tipikal mencakup golongan
phenothiazine, butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal
mencakup golongan benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole.
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade
dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di
system limbik dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor
antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif sedangkan anti-psikosi
atipikal untuk gejala positif dan negatif.2

Sediaaan obat anti-psikosis dan dosis anjuran2


Golongan Jenis Obat Sediaan Dosis Anjuran
Tipikal Chlorpromazine Tab. 25-100 mg 300 – 1000 mg/hari
Haloperidol Tab. 0,5-1,5 mg 5 – 20 mg/hari
Fluphenazine Vial. 25 mg/cc 12,5 – 25 mg (im)
decanoate setiap 2-4 minggu
Trifluoperazine Tab. 1-5 mg 15-50 mg/hari
Atipikal Sulpiride Amp. 100mg/2cc 3-6 amp/h (im)
Tab. 200 mg 300 – 600 mg/hari
Risperidone Tab. 1-2-3 mg 2 – 8 mg/hari
Clozapine Tab. 25-100 mg 150 – 600 mg/hari
Olanzapine Tab. 5-10 mg 10 – 30 mg/hari
Aripiprazole Tab. 5-10-15 mg 10 – 30 mg/hari

Secara umum efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :


1) Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun)

16
2) Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik : mulut
kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, gangguan irama
jantung)
3) Gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathsia, sindrom Parkinson
: tremor, bradikinesia, rigiditas)
4) Gangguan endokrin (amenorrhoe) metabolic (jaundice), hematologic
(agranulocytosis) biasanya pada pemakaian jangka panjang

Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat
dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan
penderitaan pasien. Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung
lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek
klinis. sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat
dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis
kambuh kembali.
Pada pasien ini didapatkan gejala positif dan negative sehingga
digunakan obat anti-psikosis atipikal yaitu Olanzapine merupakan obat
golongan dibenzodiazepine yang berfungsi menyeimbangkan kembali zat
kimia di otak sehingga membantu mengurangi halusinasi, kegelisahan,
dan membuat orang berpikir lebih jernih sehingga lebih aktif berperan
dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping yang dialami pasien setelah
mengkonsumsi Olanzapine yaitu pasien sering merasa mengantuk.2

b) Psikoterapi
Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan
keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptif
atau gangguan psikologik. Psikoterapi dapat diberikan secara
individual, kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan
psikologis yang dialaminya. 2

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III dan DSM-5. 2013. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya.
2. Maslim, R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 3.
2014. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

18

Anda mungkin juga menyukai