IDENTITAS PASIEN
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama : Mengamuk
B. Riwayat gangguan sekarang :
Keluhan dan gejala
Dialami ± 7 bulan yang lalu, memberat ± 1 minggu yang lalu.
Awalnya pasien menyanyi, berteriak-teriak, lalu menghancurkn
barang-barang disekitarnya, memecahkan kaca, dan susah tidur.
Mengamuk tiba-tiba. Sebelum dibawa kerumah sakit pasien
melempari tetangga dengan batu, sehingga di ikat di rumah.
Perubahan perilaku ini dialami sejak pasien pulang dari
Kalimantan, setelah pulang dari Kalimantan pasien banyak diam,
apabila diajak bicara oleh keluarganya pasien hanya diam jarang
menjawab apabila ditanya. keluarga pasien juga mendapat info
bahwa sewaktu di Kalimantan, pasien juga pernah mengamuk
sampai lari ke jalanan tanpa memakai pakaian (info yang didapat
keluarga tentang itu tidak lengkap). Dari pengakuan keluarga,
pasien sering berbicara sendiri, dan sering juga berbicara dengan
benda mati seperti kayu, parang. Pasien sering mengejar orang
yang ditemui dengan parang. Pasien mengaku pernah berkelahi
dengan orang dayak. Pasien tidak pernah berobat di rumah sakit,
hanya berobat ke dukun tapi tidak ada perubahan.
Hendaya/disfungsi
- Hendaya pekerjaan : (+)
- Hendaya sosial : (+)
- Hendaya waktu senggang : (+)
Faktor stressor psikososial : tidak jelas
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya: tidak ada
F. Situasi Sekarang
Pasien belum menikah. Pasien tinggal bersama orang tua, tidak bekerja
hanya tinggal dirumah.
P : Waalaikumsalam, dok.
DM : Perkenalkan pak, nama saya Anita, saya dokter muda yang bertugas hari
ini, namanya bapak siapa?
P : Ramli dok.
P : 22 tahun, dok.
P : Di sinjai, dok.
P : Tidur dok
P : Nyenyak, dok.
P : Saya kurang tau juga kenapa dok, tangan dan kaki saya di ikat dirumah.
DM : Ada yang suruh bapak melakukan itu atau ada bapak dengar bisikan-
bisikan?
P : Iya dok
DM : Waktu tahun lalu dengar bisikan itu apa yang dikatakan bisikan itu?
P : kadang dia bilang jangan lakukan itu, kadang dia bagus kadang dia jelek/
P : Biasa disuruh pungut, kadang makanan itu disuruh buang karena sudah
kadarluarsa
P : Mama saya lagi sakit, mama saya dibawa oleh saudara, tidak mau pulang
kerumah, saya ditinggal sendiri, jadi saya mengamuk sendiri dirumah.
P : Bukan
P : Iya
P : Bulan lalu
DM : Selain mengamuk, pernah melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain?
DM : Diatas kebun ?
P : bisa
P : iya pernah
DM : yakin yang dilihat itu makhluk gaib, atau Cuma manusia yang bapak
lihat?
P : iya, makhluk gaib.
P : Tidak bisa, kalau ada keributan begini atau lagi cerita begini tidak bisa
DM : Menurut anda apakah bapak bisa membaca pikiran orang, atau ada orang
yang bisa baca pikiran anda?
DM : Siapa itu?
P : tetanggaku
P : misalnya dirumah sakit ini, mereka bisa tau saya disini padahal mereka
di desa
DM : tapak suci?
P : iya, kalau dirasuki saya merasa jago, karena memang dia kebal.
DM : bapak merokok?
P : iya
P : tidak pernah
P : 93
p : iya, pencuri
DM : iya pak, kalau begitu sekian dulu pak, terima kasih buat waktunya
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan gejala
klinis yang bermakna berupa mengamuk, menghancurkan barang-barang
disekitarnya, mengejar orang dengar parang, serta berbicara sendiri.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan terdapat pula
hendaya pekerjaan, hendaya social, dan hendaya waktu senggang sehingga
digolongkan dalam gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental pasien didapatkan hendaya berat
dalam menilai realita (kesadaran berubah), hendaya berat fungsi sehari-
hari (hendaya sosial, hendaya pekerjaan, hendaya waktu senggang,
hendaya merawat diri disertai gangguan persepsi (terdapat halusinasi
auditorik dan visual) sehingga dimasukkan dalam gangguan jiwa
psikotik.
Pada pemeriksaan internus, dan pemeriksaan neurologis pasien
tidak ditemukan adanya gannguan medis umum yang dapat menimbulkan
gangguan otak sehingga digolongkan gangguan psikotik non-organik.
Pada alloanamnesis dan autoanamnesis ditemukan adanya
halusinasi visual dan audiotorik serta waham yang bersifat sementara dan
tidak terus menerus. Tidak didapatkan gangguan isi fikir. Sehingga
berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-
III) pasien didiagnosis sebagai Gannguan Psikotik Non Organik YTT
(F29)
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Faktor stressor psikososial tidak jelas
Aksis V
GAF Scale 50-41: yaitu gejala berat (serius), disabilitas berat.
VII. PROGNOSIS
Dubia et bonam
1. Faktor pendukung :
Dukungan dari keluarga
Tidak ada kelainan organobiologik
2. Faktor penghambat
Stressor Psikososial tidak jelas
VIII. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPDGJ-III dikatakan gangguan jiwa apabila
ditemukan :
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :
Sindrom atau Pola Perilaku
Sindrom atau Pola Psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “ penderitaan “ (distress), antara
lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu,
disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, dll).
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas :
a. “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya yang berbeda, atau
“thought insertion or withdrawl” : isi pikiran yang asing dari luar
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawl), dan
“thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
b. “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
“delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
“delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
“delusion perception” : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi audiotorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide
berlebihan (Over Valued Ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolatin), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah ( excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism,
mutisme, dan stupor.
d. Gejala-geajala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (over all quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior) bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
betujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
X. FOLLOW UP :
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya
serta efektivitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat
yang diberikan.