Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS, REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT : GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

OLEH :
AHMAD RIVAI
111 2017 2118

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Erlyn Limoa, Ph.D, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS: SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)


I. IDENTITAS PASIEN ...............................................................................2
II. RIWAYAT PSIKIATRI ............................................................................2
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS .......................................6
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL .....................................................6
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA .................................................8
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL ...................................................................10
VII. DAFTAR MASALAH ..............................................................................11
VIII. PROGNOSIS .............................................................................................11
IX. RENCANA TERAPI .................................................................................12
X. FOLLOW UP ............................................................................................12
XI. DISKUSI ...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

1
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
No. RM : 25-12-2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Alamat : Dsn Libureng desa Selli Kecamatan Bango, Bone
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Pasien masuk ke UGD Jiwa RSKD pada tanggal 25 Desember 2018 untuk
kedua kalinya diantar oleh tetangganya dan kemudian dirawat di
perawatan Nyiur.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn. B
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dsn Libureng desa Selli Kec. Bango, Bone
Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

A. Keluhan Utama:
Mengamuk

2
B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun diantar oleh kakaknya
ke UGD RSKD untuk kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak
2 minggu terakhir dan memberat sejak 3 hari terakhir. Pasien
mengancam akan memarangi keluarganya dan pasien selalu
menebang-nebang pohon kelapa milik keluarga di belakang rumah.
Pasien juga selalu membakar-bakar rumput di sekitar rumah. Pasien
terkadang bicara sendiri kemudian termenung, setelahnya pasien bicara
tidak nyambung. Pasien mengakui ada kakeknya yang sudah
meninggal masuk ke dalam tubuhnya yang tidak bisa dikendalikan,
sering bicara kotor dan marah ketika keinginannya tidak dituruti.
Pasien selalu gelisah dan mendatangi orang lain yang kemudian
diajaknya ngobrol hingga kemudian pasien marah-marah. Pasien juga
sering mengancam akan melempari kendaraan yang lewat karena
merasa terganggu dengan suara kendaraan yang lewat. Makan dan
minum pasien cukup teratur, tetapi pasien selalu meminta kopi, pasien
juga sering marah-marah karena sering kepanasan di badan lalu ke
masjid untuk adzan sebelum waktunya. Tidur pasien terganggu,
sedikit-sedikit pasien terbangun merasa ada yang menyuruhnya
berjalan untuk menyalakan semua lampu di rumah.

1. Hendaya Fungsi
Hendaya dalam bidang sosial : ada
Hendaya dalam aspek pekerjaan : ada
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang: ada
2. Faktor stressor psikososial : tidak diketahui dengan jelas
3. Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat penyakit
fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat infeksi : tidak ada
Riwayat trauma : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada

3
Riwayat NAPZA : ada. merokok + (1 bungkus per hari)
C. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya ada. Keluhan dan gejala
pertama kalinya dirasakan sejak + 7 bulan yang lalu ketika itu pasien
kembali dari merantau di Lampung karena adiknya meninggal. Pasien
tiba-tiba-tiba memukul omnya kemudian merusak barang-barang.
Pasien sering bicara sendiri. Pasien juga melempari rumah orang lain
dan mengamuk setelah video call dengan istrinya dan tiba-tiba istrinya
menutup telepon dan mematikan teleponnya. Pasien minum obat dari
dokter dan tidak diketahui oleh keluarganya tapi tidak teratur karena
pasien malas minum obat.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan. di bantu oleh dukun. Langsung
menangis. Waktu kecil pasien mendapatkan ASI eksklusif selama
2 tahun. Pasien diberikan makanan pendamping ASI sejak umur 6
bulan. Berat badan lahir normal, riwayat kejang dan infeksi pada
saat bayi tidak ada.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)
Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya.
Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )

Pasien bersekolah hingga tamat SD.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)


Pasien bersekolah hingga tamat SMP. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik, serta banyak bergaul dengan teman-
teman sebayanya meski begitu pasien merupakan orang yang
pendiam dan sabar.
5. Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)

4
Pasien bersekolah hingga tamat SMA dan bisa bergaul dengan baik
meski punya sifat pendiam dan penyabar.
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien besekolah hingga tamat SMA
b. Riwayat Pekerjaan
Semasa sehat pasien bekerja tukang las
c. Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Anak ke 2 dari 3 bersaudara. (♂,♂,♀). Hubungan dengan keluarga
baik, riwayat keluhan yang sama tidak ada

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Menikah

F. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini pasien tinggal dengan anak dan istri di rumahnya
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien menyangka orang lain menilainya gila dan menganggap dirinya
tidak gila dan menuduh ada yang menyantetnya

5
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
a. Status Internus
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36,6 °C
- Pernapasan : 20x/menit
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, ekstremitas atas dan
bawah tidak ada kelainan.

b. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor tangan : tidak ada
- Cara berjalan : normal
- Keseimbangan : baik
4. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
5. Kesan : normal

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi umum
1. Penampilan : seorang laki-laki usia 36 tahun, perawakan baik, kulit
coklat, rambut + 3 cm, memakai kaos coklat dan sarung putih
2. Kesadaran : berubah
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : tenang
4. Pembicaraan : spontan, lancar dan intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
b. Keadaan afektif

6
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan
c. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya yakni sampai tamat SMA.
2. Daya Konsentrasi : baik
3. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
4. Daya ingat
a. Jangka panjang : baik
b. Jangka pendek : baik
c. Jangka segera : baik
5. Pikiran abstrak : terganggu
6. Bakat Kreatif : tukang las
7. Kemampuan menolong diri sendiri : cukup

d. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri


1. Halusinasi :
- auditorik : ada, pasien mendengar suara bisikan dan
menyuruhnya
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

e. Proses Berfikir
1. Arus Pikiran:
- Produktivitas : cukup

7
- Kontuinitas : cukup relevan
- Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran
- Preokupasi : tidak ada
- Gangguan isi pikir :
• Waham kejar ada: pasien meyakini bahwa ada orang yang ingin
menyantetnya

f. Pengendalian Impuls : baik

g. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : terganggu
2. Uji Daya Nilai : terganggu
3. Penilaian Realitas : terganggu

h. Tilikan : derajat 1 (pasien merasa tidak sakit)

i. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun diantar oleh kakaknya ke


UGD RSKD untuk kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak 2
minggu terakhir dan memberat sejak 3 hari terakhir. Pasien mengancam
akan memarangi keluarganya dan pasien selalu menebang-nebang pohon
kelapa milik keluarga di belakang rumah. Pasien juga selalu membakar-
bakar rumput di sekitar rumah. Pasien terkadang bicara sendiri kemudian
termenung, setelahnya pasien bicara tidak nyambung. Pasien mengakui
ada kakeknya yang sudah meninggal masuk ke dalam tubuhnya yang tidak
bisa dikendalikan, sering bicara kotor dan marah ketika keinginannya tidak
dituruti. Pasien selalu gelisah dan mendatangi orang lain yang kemudian
diajaknya ngobrol hingga kemudian pasien marah-marah. Pasien juga

8
sering mengancam akan melempari kendaraan yang lewat karena merasa
terganggu dengan suara kendaraan yang lewat. Makan dan minum pasien
cukup teratur, tetapi pasien selalu meminta kopi, pasien juga sering marah-
marah karena sering kepanasan di badan lalu ke masjid untuk adzan
sebelum waktunya. Tidur pasien terganggu, sedikit-sedikit pasien
terbangun merasa ada yang menyuruhnya berjalan untuk menyalakan
semua lampu di rumah. Pasien merasa ada yang menyantetnya dan
membuat dia celaka yakni tetangganya dengan bukti bahwa dia
menemukan boneka di kolong rumahnya dan dia mengetahui bahwa
tetangganya merupakan orang pintar di desanya.

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya ada. Keluhan dan gejala


pertama kalinya dirasakan sejak + 7 bulan yang lalu ketika itu pasien
kembali dari merantau di Lampung karena adiknya meninggal. Pasien
tiba-tiba-tiba memukul omnya kemudian merusak barang-barang. Pasien
sering bicara sendiri. Pasien juga melempari rumah orang lain dan
mengamuk setelah video call dengan istrinya dan tiba-tiba istrinya
menutup telepon dan mematikan teleponnya. Pasien minum obat dari
dokter dan tidak diketahui oleh keluarganya tapi tidak teratur karena
pasien malas minum obat. Pasien dirawat di RSKD sekitar 4 hari
kemudian pulang karena pasien lari ke mobil untuk memohon
dipulangkan.

Pada status mental diketahui seorang laki-laki usia 36 tahun,


perawakan baik, kulit coklat, rambut + 3 cm, memakai kaos coklat dan
sarung putih. Kesadaran pasien berubah, mood sulit dinilai dengan afek
terbatas serta empati tidak dapat diraba rasakan.
Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yaitu pasien
mendengar suara bisikan yang menyuruhnya. Tilikan pada pasien ini
adalah 1 yakni pasien tidak merasa dirinya sakit.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:

9
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditemukan adanya gejala
klinis bermakna yaitu pasien mengamuk, mengancam akan memarangi
keluarganya, menebang-nebang pohon, membakar-bakar rumput, adzan di
masjid sebelum waktunya dan bicara sendiri. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) pada dirinya dan keluarga serta terdapat hendaya
(dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan
jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita dimana pasien bersikap tidak mengakui keadaannya yang
sakit dan membutuhkan pertolongan, hendaya berat dalam fungsi mental
berupa halusinasi auditorik, serta hendaya berat dalam fungsi sosial berupa
ketidakmampuan membina relasi dengan keluarga dan orang lain sehingga
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat
menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya beberapa gejala


yaitu halusinasi auditorik dengan perlangsungan lebih dari 1 bulan
sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai Skizofrenia
(F20). Pada pasien ini gejala halusinasi lebih menonjol sehingga
berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).

Aksis II

Ciri kepribadian tidak khas.

Aksis III

Tidak ditemukan

10
Aksis IV

Stressor psikososial : tidak diketahui

Aksis V

GAF Scale saat ini :50-41 (gejala berat, disabilitas berat)

VII. DAFTAR MASALAH


- Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna
- Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi auditorik yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
- Sosiologi
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang, sehingga memerlukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS :
Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini
Prognosis : Dubia ad malam
a. Faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
- Gejala positif yang menonjol
- Tidak ada kelainan organik
b. Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk
- Onset kronik dan sering kambuh
- Ketidakpatuhan pasien meminum obat
- Pasien merasa dirinya tidak sakit
IX. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmakoterapi
Haloperidol 5 mg 3x1

11
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
Trihexyphenidil 2 mg 3x1 (Bila eps)
Inj Lodemer 1 ampul ekstra (Bila mengamuk)
b. Psikoterapi
- Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi
penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya,
selain itu menilai efektifitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek
samping dari obat yang diberikan.

XI. DISKUSI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah
atau pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ketidakserasian
antara afek, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi
antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai
distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi
terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta
psikomotor yang menunjukkan penarikan diri, ambivalensi dan perilaku

12
bizar. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara
walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang dikemudian hari.
Gangguan skizofrenia dikarakteristikkan dengan gejala positif (delusi dan
halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir dan
penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan
masalah, dan sosial) 1,2
Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan.
Hampir 1% penduduk didunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan
halusinasi. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan
variabel kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual,
skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak
tergolongkan.1,2
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Didapatkan dua gejala atau lebih di bawah ini, setiap gejala spesifik
dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
- Waham
- Halusinasi
- Inkohorensia
- Tingkah laku katatonik
- Gejala-gejala negatif seperti emosi, dan lain-lain.
b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan
mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan,
hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

13
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang
mendasar dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi
ketiga (PPDGJ III) membagi simptom skizofrenia dalam kelompok-
kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk
diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menurut PPGDJ III antara
lain;3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):3

a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda;
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi
(delusion of influence), atau "passivity", yang jelas merujuk pada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,
perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;
c. Halusinasi suara (audiotorik) yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal
pasien di antara mereka sendiri. atau jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya
mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau kekuatan dan

14
kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;

a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disertai


baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus;
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidakrelevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea,
negativisme, mutisme dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis),
pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang
memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang dari
satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama kali
sebagai gangguan psikosis fungsional.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala
yang mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia

15
paranoid adalah tipe paling stabil dan paling sering. Berdasarkan
PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan:
1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung,
atau bunyi tawa.
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan atau “passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau
tidak bertindak sesuai dengan wahamnya.3
Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan
keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptif atau
gangguan psikologik. Psikoterapi dapat diberikan secara individual,
kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan psikologis yang
dialaminya. Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama,
sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis.
sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat
dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis
kambuh kembali.4
Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom psikosis
anti-psikosis tipikal dan atipikal. tipikal mencakup golongan
phenothiazine, butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal
mencakup golongan benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole.
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade dopamine
pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbik
dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sehingga

16
efektif untuk gejala positif sedangkan anti-psikosi atipikal untuk gejala
positif dan negatif.4
Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat
anti-psikosis tipikal yaitu Haloperidol merupakan obat golongan
butyrophenon yang menurunkan ambang rangsang konvulsi,
memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta dan sama-sama
memiliki efek sedatif. Haloperidol selain menghambat efek dopamine juga
bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal syndrome yang insidensnya cukup
tinggi.5
Pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk yang tidak diketahui
penyebabnya, pasien sering mendengar suara-suara yang mengganggunya
sehingga pemberian obat ini dapat menenangkan pasien agar suara-suara
yang di dengar berkurang atau hilang dan pasien dapat tenang beristirahat.
4,5

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, dinilai dari faktor
pendukung ke prognosis buruk yaitu onset kronik dan sering kambuh,
pasien yang merasa bahwa dirinya tidak sakit, pasien tinggal sendiri dan
tidak memiliki keluarga yang dapat mengingatkan pasien untuk meminum
obatnya secara teratur.Faktor pendukung ke prognosis baik yaitu tidak ada
kelainan organik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
2. Elvira S, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Maslim, R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
4. Maslim, R. 2014. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. edisi
3.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. 2011. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

18
LAMPIRAN
WAWANCARA
DM : Sore Pak.. saya Rivai dokter muda, bisa saya minta waktunya sebentar
pak buat tanya-tanya?
P : Sore dok iya..
DM : Dengan bapak Bustan yah?
P : Iya dok
DM : bagaimana kabarta hari ini ?
P : sehat-sehat ji seperti biasa dok
DM : kita tau dimana ki ini?
P : di rumah sakit jiwa dok
DM : kenapa ki dibawa ke sini?
P : karena keluargaku na kiraka gila padahal baik-baikja
DM : Bisaki ceritakan kenapa bisa keluarga ta mengira kt gila?
P : Pokoknya mereka kiraka saja gila padahal disantetka ini sama
tetanggaku
DM : Darimana ki tau kalo tetanggata santetki?
P : Waktuku turun jalan-jalan di bawah rumah ada kudapat boneka-
boneka, yakin sekalika itu tetanggaku yang orang pintar yang santetka.
DM : Kenapa kita pikir itu tetanggata yang lakukan?
P : Karena di kampungku itu tetanggaku memang orang-orang pintar
DM : Bisaki ceritakan kira-kira apa alasannya?
P : Karena nda nasukaka kayaknya memang
DM : Tidak ada masalah-masalahta sama tetanggata pak?
P : Tidak ada masalahku sama sekali sama dia
DM : Betulkah itu pak kita mengamuk-mengamuk kemarin mau parangi
keluargata ?
P : Ahh tidak benar itu, selaluja memang bawa parang tapi nda pernahka
mau parangi orang apalagi mengamuk, ituji sekarang suka saya bikin di
belakang rumah tebang-tebang pohon. Saya bilang baik-baikja ini
dokter, seharusnya dikasi pulangma

19
DM : Kenapa kita suka tebang-tebang pohon ?
P : Tidakji dokter, sy tebang-tebangji saja krn mengganggu menurutku
DM : Apa ada sesuatu yang kita lihat dari pohon itu atau ada memang yang
suruhki ?
P : Tidak adaji dokter, saya suka tebang-tebang saja
DM : Pak seringki bicara sendiri dan memang ada orang yang selalu suruh-
suruhki kayak bangun tengah malam kasi menyala lampu?
P : Tidak pernahka dok, baik-baikja. Tapi memang menurutku ada yang
santetka karena memang ada yang kayak berbisik-bisik. Saya pikir saya
mau di bawa untuk ruqyah ternyata di bawaka lagi disini padahal baik-
baikja.
DM : Kenapa mauki di ruqyah ?
P : Iya karena pasti disantetka
DM : Sama siapaki ini sekarang tinggal ?
P : Samaka istri dan 2 anakku, itumi mauka secepatnya pulang
DM : Bagaimana hubunganta sama istri dan anakta ?
P : Baikji hubunganku, justru mauka ketemu istriku ini
DM : Kalo hubunganta sama keluargata yang lain ?
P : Baikji juga hubunganku sama mereka, itumi tidak kusuka karena tiba-
tiba saya dikirim kesini
DM : Kalo dulu kenapa bisa kita di bawa kesini ?
P : Tidak adaji apa-apa, sudah kedua kalinya saya di bawa dan memang
saya sama sekali tidak gila
DM : Tahuki alasannya keluargata bawaki ?
P : Tidak saya tahu kenapaka bisa di bawa kesini, saya pikir itumi tadi
mauka di ruqyah ternyata tidak karena seringka kepanasan ini dokter jadi
pasti disantetka.
DM : Masih kerjaki sekarang ?
P : Ini dok sementara mau cari pekerjaan Las karena saya tukang las
memang

20
DM : Kenapa bisa kita kembali kesini ? saya kira sebelumnya tinggalki di
Lampung sama istrita ?
P : Pulangka dok karena adikku meninggal dan mauka menetap disini
beberapa waktu karena ada istriku juga skrg tapi kalau kayak begini
lebih baik saya kembali saja ke Lampung.
DM : Sedih sekaliki waktu adik ta meninggal ?
P : Iye dok pasti sedihlah karena adikku satu-satunya. Tapi itumi semua
orang pasti meninggal jadi pasti di ikhlaskanki
DM : Apa pendidikan terakhirta pak ?
P : SMA dok
DM : Bagaimana pendidikanta ? lancarji ?
P : Iye lancarji dok sampai lulus SMA
DM : Setelah lulus SMA langsungki merantau ?
P : Iye dok sempatka kerja di Freeport baru berhenti dan merantau lagi di
Lampung
DM : Kenapaki bisa berhenti ?
P : Tidak nyamanja saja dok, mau cari kerja juga yang lebih bagus
daripada jadi operator disana
DM : Bagaimana kerjata di Lampung ?
P : Seperti itumi dok, sy tukang las disana. Lumayanlah pekerjaaan saya
disana
DM : Pak tabe merokokki ?
P : Iye dok saya merokok
DM : Berapa bungkus biasa kita hisap rokok satu hari?
P : tidak teratur dok biasa 1-2 bungkus tergantung berapa uang ada
DM : Pernah ki konsumsi obat-obatan yang bisa bikin kuat kerja atau pas ki
kumpul-kumpul ada temanta tawariki bisa bikin enak perasaan?
P : tidak, saya tidak pernah minum obat-obat begitu dok
DM : oh jadi tidak pernah ji minum obat-obat
P : iye tidak pernah ji

21
DM : Pak bustan saya mau tanyaki apa artinya tong kosong nyaring
bunyinya ?
P : Kayak saya mi itu dok, nda bisa dibandingkan pikiranku sama
pikiranta dok apalagi saya lulusan SMA ja. Orang kayak saya banyak
bicara tapi ilmu sedikit ji dok disbanding kita.
DM : Iye pak, terus kalau misalnya dapatki dompet ditengah jalan ada
isinya uang 100.000 kita apakan itu dompet?
P : Yah dikembalikan ke pemiliknya
DM : oh begitu di’ pak. Saya rasa cukupmi tanya-tanya ta hari ini. Terima
kasih banyak pak atas kerjasamanya
P : Oke sama-sama dok

22

Anda mungkin juga menyukai