OLEH :
Ahmad Iman Ronalda
C014182056
PEMBIMBING RESIDEN :
dr. Ilma Khaerina Amaliyah B
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
1
LEMBAR PENGESAHAN
Stambuk : C014182056
referat dan laporan kasus dengan judul di atas dalam rangka kepaniteraan klinik
Hasanuddin Makassar.
2
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M.N.B
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. BTN Paropo,Kota Makassar
Tempat/ tanggal Lahir : Makassar, 1 Oktober 1966
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Perguruan Tinggi (S I)
Pekerjaan : Dealer
Diagnosis Sementara : Skizofrenia Paranoid
Pasien datang ke Instalasi gawat darurat RSKD Dadi pada tanggal 11
Desember 2019 untuk yang ketiga kalinya diantar oleh adik beliau.
3
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien laki-laki umur 53 tahun diantar ke UGD RSKD
untuk ke tiga kalinya oleh keluarga dengan keluhan gelisah dialami
sejak 3 bulan yang lalu dan memberat 3 minggu terakhir . Pasien
sering bicara sendiri, selalu curiga sama orang lain (pasien berpikir
bahwa setiap orang yang melintasi depan rumahnya selalu mengintip
dan berniat akan menghancurkan benteng-benteng ghaibnya) dan
suka mengancam bapaknya maupun orang lain dengan senjata tajam
karena menganggap bapaknya dan orang lain bekerja sama untuk
membunuh ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur . Pasien tidur
terganggu , nafsu makan teratur, mandi teratur jika disuruh.
Awal mula perubahan perilaku tidak diketahui jelas oleh pihak
keluarga tapi mengetahui pernah dirawat di RSKD pertama kali
sekitar 10 tahun yang lalu kemudian dipulangkan karena sudah merasa
sembuh. Masuk ke RSKD yang kedua kalinya sekitar 7 tahun yang
lalu dan dirawat sekitar 3 bulan setelah itu membaik dan tidak mau
kontrol kembali. Riwayat minum obat: Keluarga tidak mengetahui
jenis obat yang dikonsumsi saat itu.
b. Hendaya dan disfungsi
· Hendaya sosial (+)
· Hendaya pekerjaan (+)
· Hendaya waktu senggang (+)
c. Faktor stres psikososial
Awal perubahan perilaku pasien 10 tahun yang lalu (2009) setelah
adik pasien meninggal dunia. Saat dibawa ketiga kalinya pasien
mengamuk karena kesal mendengar bapaknya berisik saat makan.
4
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
· Riwayat infeksi (-)
· Riwayat trauma (-)
· Riwayat kejang (-)
· Riwayat NAPZA (-)
· Riwayat alkohol (-)
· Merokok (+), sebanyak 2 bungkus per hari
5
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir cukup bulan melalui persalinan normal dibantu oleh
dukun di rumah. Tidak ditemukan cacat lahir maupun kelainan bawaan,
berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan ibu pasien dalam
keadaan sehat. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya serta minum ASI
hingga waktu yang tidak diketahui. Pertumbuhan dan perkembangan
pada masa bayi normal.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berbicara
dan berjalan baik. Pasien mampu bermain dengan saudara dan teman
sebayanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal. Pasien masuk Sekolah
Dasar dan bergaul dengan teman sebayanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan kemudian melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi (salah satu
perguruan tinggi swasta di Makassar dengan jurusan ekonomi)
6
E. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Sejak lulus kuliah pasien sempat menganggur kemudian bekerja di
dealer mobil di Makassar.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam akan tetapi tidak menjalankan ibadahnya
dengan baik.
7
G. Situasi Sekarang
Pasien sebelum masuk RSKD tinggal bersama bapak, ibu, dan
ketiga adiknya. Saat ini pasien dirawat dengan masih ada keluhan berupa
bisikan-bisikan tentang ular di tangannya serta seseorang yang bertanya
tentang penyakitnya.
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien terkadang merasa lingkungan tidak baik terhadap dirinnya.
Pasien heran kenapa dirinya dibawa ke RSKD Dadi, pasien mengatakan
bahwa dia dibawa hanya karena satpam di rumahnya ingin menenangkan
pasien yang akan mengamuk melawan bapaknya.
8
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah tampak sesuai umur (52 tahun), perawakan
normal, postur tubuh tegap, memakai baju kaos warna hitam dan
celana abu-abu, kulit sawo matang dan menggunakan sandal.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien cukup kooperatif, tidak ada gerakan
stereotipik, gerakan abnormal, gerakan involunter maupun gerakan
tidak bertujuan.
4. Pembicaraan
Spontan, kecepatan bicara sangat lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Baik, tenang
2. Afek : Luas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Terganggu.
3. Orientasi
· Waktu : Baik
· Tempat : Baik
· Orang : Baik
9
4. Daya ingat
· Jangka panjang : Baik
· Jangka pendek : Baik
· Jangka segera : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Ada
Visual (+) ada, pasien melihat sering ada ular yang
menggigitnya , auditorik ada , pasien mendengar
pertanyaan dari seseorang tentang penyakit fisik
yang dideritanya
2. Ilusi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
· Produktivitas : Cukup
· Kontinuitas : Asosiasi longgar, kadang flight of
idea
· Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
· Preokupasi : Tidak ada
· Gangguan isi pikiran : Ada
Waham Kejaran :Pasien meyakini bahwa setiap orang
yang melewati rumahnya selalu mengintip dan berniat akan
menghancurkan benteng ghaibnya.
10
Waham Curiga : Pasien meyakini bapaknya yang
merencanakan kematian ibunya.
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 2 (ambivalent).
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
11
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
12
VII.DAFTAR MASALAH
ORGANOBIOLOGIK : Tidak temukan adanya kelainan fisik yang
bermakna.
PSIKOLOGIK : Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga
memerlukan psikoterapi.
SOSIOLOGIK : Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,
pekerjaan, dan waktu senggang sehingga pasien
membutuhkan penanganan psikososial.
VIII. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
2. Psikoterapi
CBT : Membangun kembali pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan),
menguji pola pikir, memutuskan apa yang bermanfaat dan yang tidak
bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun cara berpikir yang
lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami
penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat pengobatan,
cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan. Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi
agar minum obat secara teratur.
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien, dan orang di
sekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka
13
dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses pemulihan pasien.
IX. PROGNOSIS
2. Faktor penghambat :
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
14
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Skizofrenia Paranoid adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Kriteria Diagnostik Menurut PPDGJ III:
15
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit atau bunyi tawa
b. Halusinasi pembauan atatu pengecapan rasa atau bersifat
seksual atau halusinasi visual
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis
2. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata dan tidak menonjol.2
16
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi
intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase
perbaikan dibanding fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan
menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien.
Pasien ini diberikan Risperidon 2 mg, sesuai dengan terapi antipsikosis
atipikal. Risperidon bekerja dengan cara menghambat reseptor serotonin dan
dopamine.3
Selain itu, pasien turut diberikan Trihexyphenidyl 2 mg untuk
mengobati gejala ekstrapiramidal. Gejala ekstrapiramidal ini muncul akibat
penggunaan obat antipsikotik. Trihexyphenidyl bekerja dengan cara
menghambat asetilkolin.4
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi interpersonal dan
sosioterapi. Hal ini sesuai karena terapi interpersonal, sosioterapi dan
kognitif telah terbukti efektifitasnya dalam kasus gangguan psikotik. Terapi
kognitif bertujuan untuk mengurangi gejala depresi dan mencegah
rekurensi, dengan cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi masalah
dan mengubah pola pikir pasien menjadi positif. Terapi interpersonal
dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki
hubungan interpersonal. Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk
keluarga pasien, atau orang di sekitar pasien dapat menerima keadaan pasien
dan menciptakan suasana yang mendukung pasien.5
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM 5. Cetakan 2. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fk-Unika Atma Jaya. Di cetak oleh PT. Nuh Jaya
5. Amir Syarif et al. 2012 . Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI
Jakarta.
18
19