Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA APRIL 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARAT: SOMNAMBULISME
LAPORAN KASUS: SKIZOFRENIA PARANOID [F.20.0]

Disusun oleh:
ANDI ALANIS NURULIZAH
C014182226

Residen Pembimbing:
DR. SRI PURWATININGSIH

Supervisor Pembimbing:
DR. AGUS JAPARI, M.KES., SP.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN STATUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No. RM : 176798
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 25 tahun
TTL : Ujung Pandang, 05-09-1993
Status perkawinan : Blm menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SMK
Alamat/telp : jl. Sunu komp. Unhas blok p/22
Nama keluarga : Ny. R

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April
2019 pukul 15. 54 WITA, diantar oleh ibu kandung pasien.

LAPORAN PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medic, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:


Nama : Ny. R
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Keluhan dan Gejala
Pasien dibawa oleh ibunya ke RSKD Dadi untuk pertama kalinya dengan
keluhan gaduh gelisah yang sudah berlangsung sejak 1 minggu terakhir.
Pasien mengaku mendengar suara perempuan yang mengatakan ingin
membunuhnya. Pasien juga sering memukul. Pasien sering juga berbicara
sendiri seperti berdialog dan berbicara kotor. Ibu pasien mengaku pasien
seperti berbicara dengan perempuan, dan pasien mengaku melihat
perempuan muda. Pasien juga dikeluhkan sulit tidur, tidak mau mandi, suka
mondar-mandir di rumah, dan suka pergi keluar rumah naik motor. Jika tidak
tidur, pasien biasanya menonton, merokok, memasak, dan pasien suka
melempar barang. Pasien berkelahi dengan adiknya karena merasa wajahnya
dipakai oleh adiknya. Keluhan memberat 3 hari terakhir dimana pasien
sering telanjang dirumah dan memegang kemaluannya. Nafsu makan pasien
baik. Kurang lebih 4 bulan yang lalu, pasien memukul-mukul ke benda yang
tidak ada. Pasien sering merasa curiga dirinya diceritai orang lain.
2. Hendaya/disfungsi:
Hendaya keluarga (+)
Hendaya dalam bidang Sosial (+)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
3. Faktor Stressor Psikososial
Stressor belum bisa didapatkan karena terbatasnya informasi yang
keluarga ketahui pada saat kejadian pertama gejala tersebut.
4. Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit fisik dan Psikis
Sebelumnya
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (+) saat SD, disertai demam

C. Riwayat Penyakit dahulu


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami infeksi dengan gejala demam tinggi dan kejang
saat SD, setelah dibawa ke dokter, diberikan obat antipiretik.
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
Riwayat penggunaan NAPZA tidak ada.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Pertama kali pasien mengalami gejala serupa kurang lebih 3 tahun yang
lalu. Di Samarinda pasien bekerja bersama temannya. Setelah 1 bulan di
Samarinda, pasien menelfon ibunya mengaku mendengar bisikan ada
yang mau membunuh. Pasien marah-marah kepada temannya tanpa ada
alasan yang mendasari. Pasien dibawa ke berbagai ustad untuk di rukiyah
dan membaik, tetapi kemudian memukul kembali. Kemudian pasien
dibawa ke dr. Siwu di jl. Monginsidi. Disana pasien diberi obat racikan
untuk diminum. Setelah 1 minggu meminum obat racikan tersebut,
pasien mengaku pusing dan muntah-muntah, dan memutuskan untuk
berhenti minum. Kurang lebih 2 tahun lalu, pasien diobati oleh ustad dari
gowa, dan diberikan air minum sebagai pengobatan, pasien datang
sebanyak 3 kali untuk berobat. Menurut ibu pasien, pasien pernah di
tolak oleh perempuan sebelum ke samarinda.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan masa kanak
Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan di RS Fatimah.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik. Di sekolah pasien belajar dengan baik dan
mempunyai prestasi.
2. Riwayat masa dewasa
Sebelum sakit, pasien mempunyai kepribadian yang ramah, sopan, dan
pekerja keras. Pergaulan pasien sebelumnya baik, pasien supel dan
disukai masyarakat sekitarnya, Pasien pernah bekerja di dinas kebersihan
dan pertamanan. Hubungan pasien dengan keluarga baik, pendidikan
terakhir pasien adalah SMK dengan jurusan Otomotif.
3. Riwayat Keluarga
Pasien anak ke 6 dari 7 bersaudara (♂♂,♂,♀,♂,♂,♂). Pasien mempunyai
riwayat keluarga dengan gangguan jiwa yaitu paman pasien (sepupu ibu),
dan sepupu pasien dari bapak mempunyai gejala yang sama.
Laki-Laki Mempunyai gejala yg sama Tinggal Bersama

Perempuan Pasien

4. Situasi Kehidupan sekarang


Pasien belum menikah. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan 5
saudara kandungnya, kakak perempuan pasien tinggal di semarang.
5. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien tidak mengganggap dirinya sakit. Pasien merasa bingung kenapa
dirinya dimasukkan ke RSKD Dadi

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis,
Tekanan Darah: 100/70 mmHg, nadi tidak diukur, Suhu 37,2’C, Frekuensi
pernafasan 18x/menit. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung,
paru-paru, abdomen, dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak
ada kelainan.
B. Status Neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah tampak sesuai dengan umurnya (25 tahun),
perawakan normal, sedang, kulit sawo matang, rambut terlihat kusut dan
gondrong, memakai baju warna abu-abu dengan celana pendek. Perawatan
diri kesan kurang, pasien tampak kotor.
2. Kesadaran
Berubah
3. Prilaku dan aktivitas psikomotor
Cukup tenang
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi kesan biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Disforik
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya yakni tamat SMK
2. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat
a. Jangka panjang : Baik
b. Jangka sedang : baik
c. Jangka pendek : baik
d. Jangka segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Mudah teralihkan
5. Pikiran Abstrak
Terganggu
6. Bakat kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Terganggu
D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri
1. Halusinasi:
Halusinasi auditorik : Pasien merasa mendengar suara wanita berbicara
pada pasien
Halusinasi Visual : Pasien melihat wanita muda
2. Ilusi
Ilusi Visual: melihat adiknya menggunakan wajahnya
3. Depersonalisasi
Tidak ada
4. Derealisasi
Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas: Cukup
2. Kontinuitas: Cukup relevan
3. Isi Pikiran:
Waham Paranoid (Curiga): pasien meyakini bahwa ada yang mau
membunuhnya.
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Daya nilai dan tilikan
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Pasien menyangkal dirinya sakit (Tilikan 1)
H. Taraf Dapat dipercaya
Dapat di percaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki dibawa oleh ibunya ke RSKD Dadi untuk pertama kalinya
dengan keluhan gaduh gelisah yang sudah berlangsung sejak 1 minggu terakhir.
Pasien mengaku mendengar suara wanita yang mengatakan ingin membunuhnya.
Pasien sering juga berbicara sendiri seperti berdialog dan berbicara kotor. Ibu pasien
mengaku pasien seperti berbicara dengan perempuan, dan pasien mengaku melihat
perempuan muda. Pasien juga dikeluhkan sulit tidur, tidak mau mandi, suka mondar-
mandir di rumah, dan suka pergi keluar rumah naik motor. Jika tidak tidur, pasien
biasanya menonton, merokok, memasak, dan pasien suka melempar barang. Pasien
berkelahi dengan adiknya (hantam) karena merasa wajahnya dipakai oleh adiknya.
Puncak keluhan dirasakan 3 hari terakhir dimana pasien sering telanjang dirumah dan
memegang kemaluannya. Nafsu makan pasien baik. Kurang lebih 4 bulan yang lalu,
pasien memukul-mukul ke benda yang tidak ada. Pasien sering merasa curiga dirinya
diceritai orang lain.
Pertama kali pasien mengalami gejala serupa kurang lebih 3 tahun yang lalu.
Di samarinda pasien bekerja bersama temannya. Setelah 1 bulan di Samerinda, pasien
menelfon ibunya mengaku mendengar bisikan ada yang mau membunuh. Pasien
marah-marah kepada temannya tanpa ada alasan yang mendasari. Pasien dibawa ke
berbagai ustad untuk di rukiyah dan membaik, tetapi kemudian memukul kembali.
Kemudian pasien dibawa ke dr. Siwu di monginsidi. Disana pasien diberi obat racikan
untuk diminum. Setelah 1 minggu meminum obat racikan tersebut, pasien mengaku
pusing dan muntah-muntah, dan memutuskan untuk berhenti minum obat kurang
lebih selama 2 tahun. Kurang lebih 2 tahun lalu, pasien diobati oleh dukun/ustad dari
gowa, dan diberikan air minum sebagai pengobatan, pasien datang sebanyak 3 kali
untuk berobat. Setelah 2 bulan berobat pasien sudah tidak mengetahui dirinya kalau ia
sedang sakit. Kurang lebih satu tahun terakhir, pasien sudah sadar bahwa ia sedang
sakit. Menurut ibu pasien, pasien pernah di tolak oleh perempuan sebelum ke
samarinda. Menurut pengetahuan ibunya pasien tidak pernah mengkonsumsi. Tetapi
pernah ada teman pasien yang mengkonsumsi obat narkotika sebelum pasien
mengalami gejala.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan penampilan Seorang laki-laki,
wajah tampak sesuai dengan umurnya (25 tahun), perawakan normal, sedang, kulit
sawo matang, rambut terlihat kusut dan gondrong, memakai baju warna abu-abu
dengan celana pendek. Perawatan diri kesan kurang, pasien tampak kotor. Kesadaran
berubah, prilaku dan aktivitas psikomorot cukup tenang, afek tumpul, mood dan afek
tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan. Konsentrasi dan perhatian mudah
teralihkan, kemampuan menolong diri sendiri terganggu, pengendalian impuls dan
daya nilai terganggu. Pada gangguan persepsi didapatkan halusinasi auditorik dan
halusinasi visual. Dari proses pikir didapatkan produktivitas cukup, kontinuitas cukup
relevan, dan pada isi pikiran terdapat waham paranoid (curiga). Pasien tidak
menyadari bahwa dirinya sakit.

VI. EVALUASI MULTITAKSIAL


Aksis I : Skizofrenia Paranoid
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna, Pasien mengaku mendengar
bisikan seperti ada yang ingin membunuh. Pasien juga sering mengamuk.
Pasien sering juga berbicara sendiri seperti berdialog dan berbicara kotor.
Pasien juga dikeluhkan sulit tidur, tidak mau mandi, suka mondar-mandir di
rumah, dan suka pergi keluar rumah naik motor. Pasien sering merasa curiga
dirinya diceritai orang lain. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress)
pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya
(disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan
jiwa.
Pada pemeriksaan alloanamnesis ditemukan hendaya berat dalam
menilai realitas sehingga pasien dikatakan mengalami Gangguan Jiwa
Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik
Pada pemeriksaan status mental didapatkan hendaya berat dalam
menilai realita berupa halusinasi auditorik, waham, adanya afek tumpul, dan
keadaan gaduh gelisah yang menetap selama lebih dari 1 bulan sehingga
termasuk Skizofrenia.
Pasien memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia dengan adanya
halusinasi auditorik yang mengancam pasien, dan waham persekutorik yang
menonjol, sehingga pasien didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid.

Aksis II:
Ciri kepribadian pasien tidak khas, pasien merupakan orang yang supel dan
disukai masyarakat.

Aksis III:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan fisik.

Aksis IV:
Stressor psikososial tidak jelas

Aksis V:
GAF Scale saat ini: 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

VII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham persekutorik, yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


Psikofarmakoterapi
Risperidone 2mg/12 jam/ oral
Lorazepam 2mg/0-0-½/oral
Psikoterapi
a. Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien
dalam memahami dan menghadapi penyakitnya, mengendalikan
halusinasinya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya
mau minum obat secara teratur.
b. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga
bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Faktor pendukung berupa :
- Gejala positif
- Dukungan keluarga baik.
- Umur > 20 tahun
Faktor penghambat berupa :
- Stressor yang tidak jelas
- Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama
- Perjalanan penyakit yang kronik

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

X. PEMBAHASAN
Pada pasien didapatkan hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik, waham, adanya afek tumpul, dan keadaan gaduh gelisah yang menetap
selama lebih dari 1 bulan sehingga termasuk Skizofrenia. Kriteria umum diagnosis
Skizofrenia dengan adanya halusinasi auditorik yang mengancam pasien, dan waham
persekutorik yang menonjol, sehingga pasien didiagnosis dengan Skizofrenia
Paranoid.
SKIZOFRENIA
PENDOMAN DIAGNOSTIC SKIZOFRENIA MENURUT PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a.
 “Thought echo“ = isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) , da nisi pikiran ulangan,
walaupun isi sama, namun kualitasnya berbeda; atau
 “Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
 “Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b.
 “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
 “Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
 “Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar; (tentang “dirinya“ =
secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
 “Delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
d). Waham – waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).1
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide – ide berlebihan (over
loaded ideas) yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari selama
berminggu – minggu atau berbulan – bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;

d. Gejala – gejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika; 1
3. Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); 1
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial. 1
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
PEDOMAN DIAGNOSTIK DARI PPDGJ III
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c. Waham dapat berupa hamper setiap jenis tetapi waham dapat dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity”
(delusion of passivity) dan keyakin dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala kataonik secara
relative tidak nyata/tidak menonjol.1
Terapi farmakologi adalah terapi yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia,
tetapi intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Terapi yang
diberikan kepada pasien adalah Risperidone oral, yaitu obat antipsikotik generasi II
atau biasa disebut antipsikotik atipikal. Antipsikotik atipikal adalah antipsikotik yang
dikembangkan untuk mengurangi efek samping neurologis. Efek samping utama
akibat pemakaian antipsikosis atipikal adalah gangguan metabolik. Antipsikosis
golongan II merupakan golongan obat yang memiliki efek untuk mengurangi gejala
negatif maupun positif. Jika dibandingkan dengan antipsikosis golongan I, risperidon
mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam mengontrol gejala negatif dan positif.2
Risperidon dari golongan Benzisoxazole mempunyai afinitas tinggi terhadap
reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2),
α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Sindrom psikosis berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter Dopamine yang mengikat (hiperreaktivitas sistem dopaminergik
sentral), obat ini dapat memblokade Dopamine pada reseptor pascasinaptik neuron di
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor
antagonis). Dengan demikian obat ini efektif baik untuk gejala positif (halusinasi,
gangguan proses pikir) maupun gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri dari
lingkungan). Risperidon dimetabolisme di hati dan diekskresi di urin. Dengan
demikian perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum risperidon
ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi, otonomik, dan ekstrapiramidal sangat
minimal dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari.2
Lorazepam adalah Benzodiazepine berpotensi tinggi yang menampilkan
karakteristik aksi pendek. Benzodiazepin digunakan untuk banyak efek terapuetik,
seperti menghilangkan kecemasan, promosi tidur, efek antiepilepsi, relaksasi otot,
anestesi genetika, dan induksi sedasi sadar. Mekanisme tidur diduga berhubungan
dengan reseptor BZ1 yang diikat oleh benzodiazepin untuk menghasilkan efeknya. 3

DAFTAR PUSTAKA
.
1. Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan. Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI.
Jakarta
2. Hendarsyah, Faddly. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid
dengan Gejala-Gejala Positif Dan Negatif. Medical Profession Journal Of
Lampung.
3. Aschenbrenner, Diane S, dkk. 2009. Drug Therapy in Nursing. 3 rd ed. Wolter
Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai