DEPRESI SEDANG
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Fernanda Kusumawardani 1718012163
Arina Muti Amaliah 1818012103
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik “Depresi Sedang” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes
yang telah meluangkan waktunya untuk kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan kasus ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Tim Penulis
BAB I
MANAJEMEN KASUS
1. 1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No. RM : 03 68 **
Usia : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Sumber Rejo, Batang Hari, Lampung Timur
No HP (keluarga) : 08526957****
I. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama
Pasien sulit tidur sejak tiga bulan yang lalu.
1
berlarut-larut memikirkan masalahnya. Selain itu sejak 3 bulan pasien
juga mengeluhkan dirinya sering merasa bingung. Menurut pasien, ia
seperti tidak bisa berpikir dan tidak tahu harus melakukan apa. Selain itu
juga keluarga mengatakan bahwa pasien sempat mencoba untuk bunuh diri
dengan memasuki sumur. Namun menurut pasien, ada suara ataupun
bisikan yang mengendalikannya untuk melakukan hal tersebut. Pasien juga
merasa kehilangan minat dan semangat.
Menurut keluarga pasien, semenjak sembuh dari sakit DBD sekitar 3 bulan
lalu, pasien tidak mampu bekerja seperti dahulu, karena mengeluhkan
tubuhnya terasa lemas. Pasien juga menjadi tidak nyaman di keramaian
dan malas untuk berkegiatan di luar rumah. Selain itu, pasien juga sering
melamun, memikirkan kondisi tubuhnya dan takut jika ternyata belum
sembuh dari sakitnya. Sejak kejadian ini, pasien dan keluarga memutuskan
untuk berobat ke Rumah Sakit.
2
Pasien menyangkal adanya perubahan nafsu makan. Pasien juga sering
merasakan sakit kepala. Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
3
e) Periode Masa Dewasa (18-sekarang)
Pasien sering bergaul dengan warga sekitar dan bekerja sama dengan
tetangga dan warga sekitar.
1. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai SMA. Selama mengenyam
pendidikan pasien tidak pernah tinggal kelas. Namun pasien tidak
melanjutkan pendidikannya tinggi.
2. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Pasien tidak merasa
memiliki masalah dalam pernikahannya.
3. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Islam dan rajin beribadah. Pasien menjalakan sholat
sesuai dengan keinginannnya sendiri.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sebagai ibu rumah tangga.
5. Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat pendidikan militer dalam bentuk apapun.
6. Aktivitas Sosial dan Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Menurut sang anak,
pasien merupakan orang yang baik. Hubungan pasien dengan tetangga
baik. Namun akhir-akhir ini pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga
pasien.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat tindak kejahatan, kekerasan, ataupun
riwayat ditangkap pihak berwajib. Saat sekolah pasien juga tidak
memiliki riwayat berkelahi atau hal semacamnya.
f) Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari berempat bersaudara. Anak pertama,
ketiga dan keempat adalah laki-laki. Keluarga pasien selama ini tinggal di
rumah sendiri. Keluarga pasien selama ini tidak ada yang mengalami
gangguan kejiwaan..
4
g) Riwayat Psikoseksual
Pasien mengatakan tidak ada masalah psikoseksual selama hidupnya.
5
GENOGRAM KELUARGA :
6
III. STATUS PSIKIATRI
(Diperiksa pada hari Rabu, 19 Juni 2019)
a) Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita menggunakan gamis berwarna biru dengan corak
bunga dan berjilbab hitam, sesuai dengan usianya, perawatan diri
baik. Perawakan sedang, kulit sawo matang, tampak bersih.
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien tenang, kontak mata baik. Pasien tidak
tampak bingung dan menjawab semua pertanyaan dengan baik.
Tidak ada gerakan involunter.
5. Pembicaraan
Spontan, intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas
cukup.
b) Keadaan Afektif
Mood : Hypotimia
Afek : Terbatas
Keserasian : Mood dan afek serasi
c) Gangguan Persepsi
d) Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan
7
c. Hendaya berbahasa : Tidak ditemukan
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
f) Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien
dapat mengendalikan impuls untuk tetap berusaha kooperatif saat
wawancara
g) Daya Nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Baik
8
h) Tilikan
Tilikan 4. Pasien memiliki kesadaran bahwa mereka sakit dan
membutuhkan bantuan, namun pasien masih tidak mengetahuin
penyebab penyakit pasien.
Status Internus
Kepala : normocephal, deformitas tidak ada, rambut tidak
dinilai.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek
pupil +/+
THT: deformitas tidak ada, serumen tidak ada
Leher : pembesaran KGB tidak ada, tiroid dalam batas
normal
Paru : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/- Jantung: BJ
I-II
regular, murmur tidak ada
Abdomen : datar, distensi tidak ada, BU (+) normal, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema-/-, perfusi perifer
cukup
9
Status Neurologis
a. Sistem sensorik : dalam batas normal
b. Sistem motorik : dalam batas normal
c. Fungsi luhur : dalam batas normal
11
Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda retardasi mental sehingga
diagnosis ini dapat disingkirkan. Selain itu pada pasien tidak memiliki
tanda-tanda gangguan kepribadian yang dapat memenuhi kriteria
diagnosis sehingga sampai saat ini tidak ada diagnosis pada Aksis II.
12
Psikologik
Pada pasien ditemukan adanya rasa sedih dan takut berkepanjangan,
kurangnya kegembiraan, serta rasa mudah lelah sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Pasien juga pernah memiliki gagasan untuk
bunuh diri.
Sosiologik
Pasien merasa kurang nyaman di tempat ramai sehingga jarang
berkumpul dan berinteraksi dengan tetangga sekitar. Pemahaman
keluarga baik terhadap pengobatan yang dijalani pasien.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
X. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Fluoxetin oral 10 mg (2 x 1)
Psikoterapi
XI. DISKUSI
Berdasarkan data yang didapat melalui anamnesis baik alloanamnesis
maupun autoanamnesis, pemeriksaan psikiatri, tidak terdapat riwayat
kejang ataupun kelainan organik lain. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
13
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F0). Pasien tidak ada
riwayat minuman beralkohol dan riwayat mengonsumsi rokok, sehingga
hal ini dapat menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1). Pasien memliki riwayat halusinasi
auditorik namun tidak ada riwayat adanya waham. Namun saat pasien
mulai berobat, sudah tidak terdapat halusinasi auditorik. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis skizofrenia, ganggua
skizotipal, dan gangguan waham (F2). 2
14
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa skurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F3.0) , sedang (F32.1),
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan
bahwa salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
Terapi individual
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya
serta hal-hal yang dapat mencetuskan atau memperberat dan meringankan
16
penyakit pasien sehingga dapat memperpanjang remisi dan mencegah
kekambuhan.
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
minum obat secara teratur, adanya efek samping yang bisa timbul dari
pengobatan ini.
Terapi kelompok
• Apabila kondisi pasien sudah lebih baik diberikan terapi aktivitas
kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam
pengendalian impuls saat memberikan respon terhadap stimulus dari luar,
belajar mengungkapkan komunikasi verbal dan mengekspresikan emosi
secara sehat, membantu pasien untuk meningkatkan orientasinya realitas
dan memotivasi pasien agar dapat bersosialisasi dengan sehat.
Terhadap keluarga
• Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan
edukatif tentang keadaan penyakit pasien sehingga bisa menerima dan
memahami keadaan pasien, serta mendukung proses penyembuhannya
dan mencegah kekambuhan
• Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang
diberikan kepada pasien dan pentingnya pasien untuk kontrol dan minum
obat secara teratur
• Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya
dukungan dari pihak keluarga dalam keadaan pasien yang seperti ini.
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat. Berdasarkan buku ajar psikiatri FK
UI, pengobatan depresi adalah dengan farmakoterapi serta psikoterapi untuk
menurunkan banyaknya stressor dalam hidup pasien. Farmakoterapi yang
dipilih untuk pasien ini adalah fluoxetine 1x20 mg. Obat ini adalah salah satu
golongan SSRI, penggunaan obat ini cukup aman karena tidak memiliki efek
samping kardiogenik serta efek samping hanya berupa mual dan akan
berurang seiring berjalannya waktu. Pengobatan dengan SSRI akan efektif
setelah mengkonsumsi selama 3 minggu. Selain itu pada pasien juga
diberikan antipsikotik atipikal berupa olanzepine 1x5 mg.1,3,4
17
Fluoxetine merupaka antdepresan golongan serotonin selective reuptake
inhibitor (SSRI) yang memiliki mekanisme kerja menghambar re-uptake
serotononin yang spesifik oleh neuron prasinaptik. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang terpanjang, 2-3 hari; metabolit aktifnya memiliki waktu
paruh 7-9 hari. Waktu paruh SSRI lain adalah jauh lebih pendek, kira-kira
20 jam, dan SSRI tersebut tidak memiliki metabolit aktif yang penting.
Semua SSRI diabsorpsi baik setelah pemberian oral dan memiliki efek
puncaknya dalam rentang 4-8 jam. fluoxetine dimetabolisme di hati oleh
P450 IID6, suatu subtipe enzimyang spesifik, yang menyatakan bahwa
klinisi harus berhati-hati dalam pemberian bersama obat lain yang juga
dimetabolisme oleh P450 IID6. Pada umumnya, makanan tidak memiliki
efek yang besar pada absorpsi SSRI; pada kenyataannya,pemberian SSRI
dengan makanan sering menurunkan insidensi gejala mual dan diare yang
sering berhubungan dengan pemakaian SSRI.1,3,4
Psikoedukasi
18
Psikoedukasi merupakan intervensi penting meliputi pelatihan strategi
manajemen praktis dengan tujuan kepatuhan pengobatan dan mencegah
relaps. Psikoedukasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien
terhadap penyakit depresi dan keluarga tentang perjalanan penyakit,
pengenalan gejala, pengelolaan gejala, pengobatan (tujuan pengobatan,
manfaat dan efek samping), peran orang dengan depresi dan keluarga
dalam pengobatan.1
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, dan Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Maslim R. 2011. Diagnosis Gangguan jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika
Atmajaya.
3. Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
4. Katzung BG. 2010. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: EGC
5. Gunarsa, S.D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
6. Simon GE. 2000. Long-term Prognosis of Depression in Primary Care. Bulletin
of the World Health Organization. 78(4).
20
LAMPIRAN
21
DIAGRAM RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
-
Februari 2019 Pada pertengahan februari 2019 mertua pasien meninggal
dunia. Saat itu pasien mulai terlihat murung dan sedih.
Akhir februari pasien menderita DBD. Setelah DBD
keluhan mulai bertambah berat, pasien merasa sedih
berkepanjangan, merasa dirinya beban bagi orang lain, sulit
tidur, hingga merasa malas dan mudah lelah dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
Maret 2019
April 2019
Mei 2019
Juni 2019
22
AUTOANAMNESIS TANGGAL 19 Juni 2019 ( di Poli RSJ )
Autoanamnesis dengan Ny. S
A: Pemeriksa
B: Ny. S
A: “Selamat pagi ibu, saya **** petugas RSJ provinsi Lampung, saya izin bertanya-
tanya terkait keluhan ibu, apakah bersedia?”
B: “Ya mbak, tanya saja”
A: “Ibu namanya saya boleh tau bu?”
B: “Nama saya S.”
A: “Usianya berapa ya bu ?”
B: “59 tahun.”(benar)
A: “Ibu tinggalnya dimana?”
B: “Saya tinggal di Sumber rejo mba”
A: “Terakhir sekolah apa bu?”
B: “SMA mba”
A: “Sekarang ibu bekerja dimana bu?”
B: “Saya tidak bekerja mba, saya mengurus rumah”
A: “Ibu tau sekarang ada dimana?”
B: “Lagi Rumah Sakit Jiwa.” (Orientasi tempat baik)
A: “Tadi ibu kesini dengan siapa bu?
B: “Saya kesini sama anak saya mba.”
A: “Ibu datang kesini kenapa? Apa yang ibu rasakan bu?
B: “Saya sering susah tidur mba.”
A: “Kenapa memang ibu susah tidur? ”
B: “Iya mba. Saya susah tidur mba sudah berbulan-bulan. Trus saya juga
ngerasa lemah mba, gak bisa apa-apa lo mba. Kerja saya lebih lelet mba
dan tidak bersemangat menjalani hari-hari.”
A: “Ini sudah berapa lama bu keluhannya dirasakan ?”
24
B: “Terimakasih mba.”
25
ALLOANAMNESIS TANGGAL 19 Juni 2019 ( di Poli RSJ)
Alloanamnesis dengan Nn. AS (Anak Ny. S)
A: Pemriksa
B: Nn. AS
A: “Assalamualaikum wr wb. Selamat pagi mba, saya **** petugas RSJ provinsi
Lampung, saya izin bertanya-tanya mengenai ibunya ya mba, apakah mba
bersedia?”
B: “Iya mbak, Tanya saja”
A: “Iya mba, jadi mengenai ibunya mba, ketika awal dating keluhannya bagaimana
mba?”
B: “Ibu sering kayak orang bingung mba, awalnya itu ibu gak bisa tidur mba, trus
pikirannya kayak kemana-mana gitu mba, gak bisa fokus, hal yang mau dilakukan
besok itu sudah dipikirkan dari sekarang, jadi sering ngelamun mba.”
A: “Begitu ya mba, itu ibu awal berobatnya bulan april kan ya mba, dari awal dibawa
berobat itu keluhan ibunya sudah berapa lama mba?”
B: “Iya mbak, baru seperti itunya memang baru bulan april mba, jadi awalnya bulan
februari itu ibu terkena demam berdarah, setelah sembuh aku bawa ke dokter saraf
karena ibu kayak teriak-teriak gitu mba setelah demam berdarah, tapi tetap tidak
ada perubahan. Trus disaranin bawa ke rumah sakit jiwa, ya jadi bulan april itu
ibu dibawa ke Rumah Sakit Jiwa mba.”
A: “Oh adi begitu ya mba?”
B: “Iya mba, sebenernya awalnya tidak seberapa parah, taapi bulan april itu memang
parah banget sih mba.”
A: “Parahnya bagaimana mba?”
B: “Ya parahnya sering mau keluar malam-malam”
A: “Ketika bulan april itu kira-kira ada kejadian atau masalah gak mba ibunya selain
penyakit demam berdarahnya kalua menurut mba?”
B: “Selain DBD nya apa ya? Mungkin setelah demam berdarah itu ibu ngerasa
badannya gak enak gitu mba, lemas, gak kayak biasanya, biasanya ibu itu
orangnya cekatan mba, apa-apa dikerjakan sendiri. Kalau masalah gak ada sih
mba tapi sebelumnya itu mertua ibu meninggal mba, jadi ibu yang ngurus
mertuanya ini mba dari sakit, nah waktu di rawat di rumah sakit mertuanya
meninggal mba, dan ibu gak lihat. Jadi ketika ibu dirawat sakit semam berdarah
26
ibu bilang kalua dia ngelihat mbok,nanti dia sehat mba, tapi mboknya ya udah
meninggal mba.”
A: “Oh jadi mulai dari situ ya mulai kepikiran macam-macam ya?”
B: “Iya mba”
A: “Jadi semenjak itu mulai terganggu ya aktivitas sehari-hari ya?”
B: “Iyalah mba, semua perkejaan ibu tu terbengkalai, ngapa-ngapain males mba”
A: “Ibu sering cerita tidak mba kalua ngerasa sedih atau apa yang ibu rasakan?”
B: “Tidak loh mba? Sering saya tanyakan loh mba mamak kenapa? Ya dijawab “ya
gak tau loh, aku gak tau kenapa bisa kayak sekarang, padahal aku dulu gak
kayak gini, aku dulu sehat, bisa ngapa-ngapain, trus sekarang aku harus gimana?
Katanya gitu mba.”
A: “Kalau sering ngeluh lihat suara atau bayangan gitu pernah gak mba?”
B: “Gak pernah mba, tapi ibu pernah loh mba mau bunuh diri ketika awal-awal itu,
trus juga akhir-akhir ini sering nanyain ledeng.”
A: “Itu ibu cerita ga mba kenapa sampe nanyain ledeng?”
B: “Gak mba, mungkin karena banyak pikiran gitu mba, mikirin badannya sekarang
kenapa gini, kayak kecewa loh mba ibu itu.”
A: “Oh begitu, itu ibu bilang gak mba memanga badannya kenapa, seering sakit
atau gimana?”
B: “Gak mba, ibu tu sering mendem sendiri, apa-apa ditahan sendiri mba, dia itu ya
orangnya gak mau nyusahin orang gitu loh mba.”
A: “Kalau dari bulan april itu nafsu makan sama tidurnya bagaimana mba?”
B: “Ya gitu, katanya malam susah tidur mba. Kalau makan ya biasa mba kadang
banyak, kadang juga malas makan.”
A: “Mba serumah ada berapa orang mba?”
B: “Ada empat mba. Ada saya, bapak, ibu sama adek saya.”
A: “Oh iya, kalua ibu berapa bersaudara ya mba?”
B: “Empat bersaudara mba, ibu sendiri yang cewek mba”
A: “Kalau ibunya anak keberapa mba?”
B: “Anak kedua mba dari empat bersaudara.”
A: “Kalau keluarga sebelumnya yang mengalami gangguan jiwa ada mba?”
B: “Gak ada mba.”
A: “Jadi begitu ya mba, yasudah mba, terimakasih banyak sudah bersedia di
wawancarai ya mba, terimakasih atas waktunya. Assalamualaikum mba.”
27
B: “Iya mbak sama sama, waalaikumussalam wr wb”
28