Anda di halaman 1dari 27

NASKAH UJIAN

Oleh :
Rika Oktaria, S.Ked

Pembimbing :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2018
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nn. TA, wanita, 25 tahun, lahir 7 April 1994, Islam, belum menikah, belum
bekerja, Jawa, alamat di Waydadi Sukarame, Bandar Lampung, merupakan
pasien rawat inap bangsal M Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung
sejak tanggal 22 Mei 2018. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 30 Mei 2018
pada pukul 10.00 WIB.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 30 Mei 2018 daN alloanamnesis
pada tanggal 31 Mei 2018 dari Ny. A, tetangga pasien, tidak tinggal serumah.

A. Keluhan Utama
Sering menanggis dan berbicara sendiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Pasien datang ke Poli Kejiwaan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung
pada tanggal 15 Mei 2018 tidak diantar oleh siapapun dengan keluhanjenuh
dengan aktivitas kesehariannya sejak 3 bulan yang lalu. Pasien baru
pertamakali datang ke poli Kejiwaan RSJ Provinsi Lampung. Sebelumnya
pasien berobat ke RSUP Kariadi Semarang. Pada awalnya pasien merasa
tertekan dengan tugas kuliah di jurusan Arsitektur pada tahun 2008, pasirn
merasa terbebani dalam mengerjakan tugasnya karena pasien sangat
memperhatikan setiap detail dalam tugasnya, setelah itu pasien mulai sering
merasa sedih, selalu terlihat murung, merasa tidak berguna, lebih senang
menyendiri danmerasa tidakbersemangat sampai pada akhirnya pasien tidak
dapat mengikuti ujian akhir. Pasien juga sempat berniat ingin bunuh diri.
Akhirnya pasienberobat di surabaya dan di diagnosa menderita depresi
mayor, kemudian pasien diminta oleh ibunya untuk berhenti kuliah dan
pulang ke lampung.
1

Setelah berobat dan kembali ke lampung kondisi pasien membaik, karrna


trlah merasa sehat pasien tidak kontrol kembali. Kemudian pada tahun 20..
pasien kembali mengikuti sbmpt dan pasien kembali berkuliah di ilmu gizi
Universitas Diponogoro. Saat mulai berkuliah dan banyak tugas pasien
mulai mengalami keluhan depresi kembali dan akhirnya pasien berobat ke
RS Karyadi. Pada tahun 20.. pasien mengikuti lomba karya tulis ilmiah,
pada saat itu pasien merasakan mempunyai banyak ide untuk karya
ilmiahnya sehingga pasien tidak tidur selama 3 hari tiga malam
mengerjakan karya ilmiahnya, saat itu pasien juga tidak merasakan
kelelahan sama sekali. Pasien juga merasa lebih percaya diri dari
sebelumnya. Pasien mulai banyak bergaul dengan teman-teman di
sekitarnya.Setelah lulus, pasien melanjutkan kuliah S2 dan kembali ke
lampung sehingga pasien pindah berobat ke RSJ Lampung.
Saat berobat ke RSJ Lampung pasien mengatakan pasien sedang
mengerjakan thesis, pasien mengatakan bahwa dirinya kesulitan dalam
menyelesaikan thesisnya karena sulit mengikuti keinginan pembimbingnya
selain itu pembimbingnya juga sulit ditemui, semenjak itu pasien mulai
merasakan tertekan kembali dan merasa tidak berguna karena tidak dapan
menyelesaikan thesisnya. Karena tekanan tersebut jugaterkadang membuat
pasien malas mengerjakan thesisnya. Namun terkadangada fase dimana
pasien merasa sangat bersemangat mengerjakan thesisnya. Pasien
mengatakan bila saat sedang bersemangat mengerjakan thesis pasien bisa
tidak tidur beberapa hari dan tidak merasa lelah sama sekali.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya tetapi
pasien cenderung tertutup dan perfeksionis.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasientidak pernah mengonsumsi narkoba, minuman beralkohol dan
merokok.
3. Riwayat Penyakit Medis Umum
2

Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat sesak (-),
riwayat trauma (-) terjatuh dari sumur namun tidak pingsan, riwayat
kejang (-), dan riwayat alergi obat (-).

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ke lima dari 9 bersaudara, kehamilan dan
kelahirannya direncanakan dan diinginkan. Ibu pasien hamil cukup
bulan, lahir spontan, ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit maupun
penyakit pada masa kehamilan dan proses melahirkan.

2. PeriodeBayidanBalita

3. Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun)


Pasien tinggal bersama kedua orang tua kandung. Menurut pasien masa
kanak-kanak pasien tidak berbeda dengan masa kanak-kanak lainnya.
Selama masa pendidikan di usia ini, pasien mampu mengikuti dengan
baik dan tidak pernah tinggal kelas.

4. PeriodeRemaja ( 12-18 tahun)


Menurut pasien hubungan interaksi eksternal (teman-teman) dan internal
(keluarga) pasien terkesan baik. Pasien masih dapat mengingat teman
sebangkunya ketika di SMA. Pasien memiliki teman di lingkungan
rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan kerja.

5. PeriodeDewasa
Menurut pasien hubungan bersama teman dan keluarga terkesan baik.
Tidak ada masalah yang besar ketika periode ini.

E. Riwayat Pendidikan
3

Pasien menyelesaikan pendidikan SD, SMP, SMA, dan S1. Selama


menyelesaikan SD, SMP, SMA hingga S1 PGSD pasien tidak pernah
tertinggal.

F. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai guru SD.

G. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memilik 2orang anak. Hubungan perkawinannya
sampai saat ini baik-baik saja dan sedang tidak ada masalah.

H. RiwayatKehidupanBeragama
Pasienberagama Islam dan telah diajari ilmu agama oleh kedua orang tuanya
sejak kecil.

I. Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

J. Riwayat Keluarga
Pasien tinggal satu rumah dengan suami dan kedua anaknya. Pasien tinggal
dirumah pribadi (tidak mengontrak), ekonomi keluarga didapat dari
pekerjaan suami dan dirinya yaitu mengajar. Dari keluarga tidak ada yang
memiliki gangguan yang seperti yang dialami oleh pasien atau gangguan
kejiwaan lainnya.
4

Diagram Keluarga

Wanita Pasien

Pria Tinggal satu rumah

Meninggal

K. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pasien tinggal bersama keluarga inti. Pasien memiliki tingkat ekonomi yang
cukup.

L. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama suami dan ke dua orang anaknya di rumah milik
pasien sendiri.Pasien merasa hidup cukup untuk memenuhi kebutuhan
harian.Hubungan dalam rumah tangga menurut pasien harmonis dan dengan
tetangga terbilang baik.

M. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien memiliki penilaian tentang agama, sosial, budaya yang cukup baik.
5

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran : Jernih (compos mentis)
2. Penampilan : Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang
perempuan atas nama Ny. S, 46 tahun, Kalirejo, terlihat sesuai usianya,
berpakaian rapi berwarna putih, memakai jilbab pink, kulit sawo
matang, kuku pendek dan memakai sandal.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : selama wawancara pasien duduk
dengan tenang namun sesekali perilaku tidak sesuai, terkadang
berpostur membungkuk dan memalingkan wajah, dapat menjawab
semua pertanyaan dengan baik. Kontak mata dengan pemeriksa cukup.
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas, amplitudo sesuai,
menjawab sesuai dengan pertanyaan, kuantitas dan kualitas cukup.

C. Keadaan Afektif
a. Mood : Hipotimia
b. Afek :Terbatas
c. Keserasian : Serasi

D. Persepsi :
a. Halusinasi : Tidakada
b. Ilusi : Tidakada
c. Depersonalisasi : Tidakada
d. Derealisasi :Tidakada

E. Pikiran:
a. Proses dan arus pikir : Koheren
b. Arus Pikiran: Produktivitas cukup, kontinuitas relevan,
hendaya berbahasa tidak ditemukan,
6

c. Isi pikiran :Tidak ada waham, preokupasi masa depan

F. Kesadaran dan Kognisi


a. Kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
c. Daya ingat : Segera baik, jangka pendek baik, jangka menengah baik,
jangka panjang baik,
d. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
e. Kemampuan visuospasial : Baik
f. Abstraksi : Baik
g. Intelegensi : Baik
h. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

G. Pengendalian Impuls
Baik

H. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik

I. Tilikan
Tilikan 4 (Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak
memahami penyebab sakitnya)

J. Penilaian terhadap realita


TidakTerganggu

K. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya
7

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum baik, fungsi pernapasan, kardiovaskular dan
gastrointestinal dalam batas normal. Berat badan :50 kg, tinggi badan :160
cm

B. Tanda-tanda vital
Tensi: 160/90 mmHg, Nadi: 90x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,5°C

C. PemeriksaanFisik
Mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, tidak ditemukan kelainan.
Ekstremitas tidak ditemukan kelainan

D. Status Neurologis
a. Sistemsensorik : dalam batas normal
b. Sistem motorik : dalam batas normal
c. Fungsi luhur : dalam batas normal

E. Laboratorium Darah dan Fungsi Hati

 Hemoglobin : 14,2 g/dl


 Hematokrit: 40%
 Eritrosit : 4,62 juta sel/mm3
 Leukosit: 10.300 juta sel/mm3
 Segmen: 74%
 Limfosit: 21%
 Monosit: 5%
 Trombosit : 524.000 sel/mm3
 SGOT : 35 U/l
 SGPT : 33 U/l
8

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Dari autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien datang ke Poli Kejiwaan
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung pada tanggal 17 Januari 2017
datang diantar oleh kakak pasien dengan keluhan perasaan takut dan sedih
sejak sekitar 3 minggu yang lalu. Rasa takut dan sedih mulai timbul ketika
pasien mengecek asam urat, gula darah dan kolesterol di puskesmas karena
pasien mengeluhkan nyeri pada jari-jari tangan. Hasilnya dikatakan bahwa
asam urat pasien tinggi sedangkan gula darah dan kolesterol normal. Hal ini
membuat pasien menjadi takut terkena penyakit yang berat dan takut berakhir
seperti kedua kakak pasien. Kakak pasien yang ke-3 telah meninggal dunia
sejak 10 tahun yang lalu dan sementara kakak pasien yang ke-4 meninggal 6
bulan yang lalu akibat darah tinggi dan stroke. Pasien adalah anak yang ke-5
sehingga hal ini membuat pasien menjadi takut dan sedih. Pasien memiliki
darah tinggi tetapi tidak terkontrol dengan baik. Jika tekanan darahnya atau
asam uratnya tinggi pasien menjadi sering terbangun saat malam hari, lalu
sulit tidur kembali dan tidur menjadi tidak nyenyak. Bahkan pasien sampai
sering menangis hingga menelpon kerabat dekatnya dan terus berlarut dalam
kesedihannya. Hal ini juga membuat pasien menjadi tidak nafsu makan dan
keringat dingin. Biasanya dalam aktivitas sehari-hari pasien bersemangat
melakukan segala aktivitas dan selalu optimis, tetapi sejak pasien merasa takut
dan sedih pasien menjadi malas, kurang bersemangat serta kurang berenergi
dalam beraktivitas. Kakak pasien dan pasien mengatakan pasien merasa
pesimis akan hidupnya.

FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, maka kasus ini
termasuk gangguan jiwa karena menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien serta terdapat hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas
sosial.

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang tidak ditemukan trauma kepala, demam tinggi atau
9

kejang, stroke ataupun kelainan organik lainnya yang dapat menimbulkan


disfungsi otak sebelum gangguan jiwa.Hal tersebut dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F0).Dari
anamnesis diketahui bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan
zat psikoaktif lainnya berdasarkan hal tersebut, pasien bukan termasuk
penderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol atau
zat psikoaktif lainnya (F1).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien. Pasien mengatakan


tidak pernah mengalamiauditorik, visual, olfaktorik, gustatorik dan taktil.
Menurut pasien dan keluarganya, pasien tidak pernah mengalami
pembicaraan kacau atau delusi. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan
waham (F.2)

Pada pasien didapatkan adanya keluhan berupa takut, sedih, penurunan minat
dan semangat beraktivitas, cemas dan penurunan nafsu makan. Keluhan lain
yang berhubungan yaitu adanya ketegangan motorik berupa sakit kepala,
tangan yang sering pegal, gangguan otonomik yang dirasakan seperti keringat
dingin. Menurut pasien keluhan ini dapat muncul pada kondisi tertentu.
Keluhan terutama dirasakan jika terdapat atau saat pasien sedang
mengkhawatirkan sesuatu. Dari data ini diagnosis merujuk pada episode
depresif sedang dengan gejala somatik (F32.11).

Pendidikan terakhir pasien Sarjana Pendidikan SD dan tidak pernah tinggal


kelas.Hal tersebut di atas menyingkirkan diagnosis retardasi mental
(F.70). Selain itu tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan kepribadian
pada pasien ini. Sehingga Aksis II tidak ada diagnosis.

Pada pasien ditemukan riwayat penyakit fisik yang berhubungan dengan


gangguan jiwa pasien yaitu hipertensi. Oleh karena itu diagnosis aksis III
pada pasien ini adalah hipertensi.
10

Pasien merasa takut dan cemas terkait masalah kesehatan dirinya yang juga
merupakan penyebab meninggalnya kakak pasien. Hal tersebut membuat
pasien merasa sedih berkepanjangan. Oleh karena itu didapatkan aksis IV
masalah kesehatan.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya


menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning) Scale. Menurut
PPDGJ III, pada aksis V didapatkan GAF saat berobat (GAF current) adalah
70-61 yaitu beberapa gejala ringandanmenetap,disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik. GAF HLPY (Highest Level Past Year)
adalah 80-71, yaitu gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan lain-lain.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : Episode depresif sedang dengan gejala somatik (F32.11)
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Hipertensi (+)
Aksis IV : Masalah kesehatan
Aksis V : (GAF current) 70-61yaitu beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71, gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah dan lain-lain.Beberpa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VII. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik: Pasien sering merasakan sakit kepala, tangan pegal-
pegal, berkeringat dingin, dan penurunan nafsu makan.
 Psikologik : Pada pasien ditemukan preokupasi masa depan,namun
tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita seperti halusinasi, ilusi
dan delusi. Pada pasien didapatkan keadaan sulit tidur, sering
terbangun malam hari, sedih dan kehilangan minat.
11

 Sosiologik: Ditemukan hendaya dalam aktivitas

VIII. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka:
 Fluoxetin tab 1x10 mg
 Lorazepam 1 x 1 mg
 Amlodipine tab 1x5 mg
2. Psikoterapi:
 CBT ( Cognitive Behaviour Therapy)
 IPT (Interpersonal Therapy)
3. Non farmakologis:
 Diet rendah garam

IX. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. DISKUSI

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa mengalami
gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien pasien merasa takut, sedih


yang berlebihan, sulit tidur, tidur menjadi tidak nyenyak dan mudah terbangun,
tidak nafsu makan, keringat dingin, tidak bergairah, dan pesimis. Pada
pemeriksaanstatus mental didapatkan mood hipotimia, afek terbatas dan tidak
ditemukan gangguan isi pikir serta halusinasi. Gejala tersebut telah timbul
sejak 3 minggu. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental dapat
ditegakkan bahwa pasien mengalami gangguan suasan perasaan, dan pada
12

pasien tidak didapatkan episode manik, hipomanik, atau pun campuran dan
tidak ada tanda dan gejala psikotik. Suasana perasaan yang menonjol adalah
depresi sehingga pasien mengalami gangguan perasaan episode depresi
(F32) (Maslim, 2013).

Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi


sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu
kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional,
perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan
perubahan kognitif. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam
perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana
dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan
harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi
mood yang menurun (Kaplan dan Sadock, 2010).

Menurut PPDGJ III depresi memiliki gejala utama dan gejala lainnya, yaitu
(Maslim, 2013):
a. Gejala Utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas (sering melamun)
b. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri kurang
- Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
13

Gejala utama dan gejala lainnya yang telah disebutkan diatas harus
berlangsung minimal 2 minggu tanpa disertai gejala mania, hipomania ataupun
campuran sebelum dan setelahnya. Berdasarkan PPDGJ III episode depresi
sendiri dibagi menjadi 3 jenis yaitu, depresi ringan, depresi sedang dan depresi
berat (Maslim, 2013).
a. Depresi ringan
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti disebut
di atas
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)
- Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
- Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
b. Depresi sedang
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada
depresi ringan
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga
c. Depresi berat
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
scara menyeluruh terhadap episode deprsif beratmasih dapat dibenarkan
- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
14

masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang


dari 2 minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.

Pasien pada kasus ini didapatkan 2 gejala utama yaitu adanya kehilangan
kegembiraan dan minat; serta kurangnya energi dan menurunnya aktivitas. Hal
ini ditemukan dalam anamnesis yang mengatakan bahwa ia sering merasa sedih
hingga menangis dan berlarut dalam kesedihannya, dan dalam melakukan
aktivitas pasien menjadi kurang semangat dan tidak bergairah. Gejala lainnya
pada pasien ini terdapat 3 gejala yaitu, pesimis, sulit tidur dan nafsu makan
berkurang. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama 3 minggu (sudah
lebih dari 2 minggu) dan pasien mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Dengan kriteria yang telah disebutkan berdasarkan
gejalanya, onset dan aktivitas dapat disimpulkan bahwa kriteria pasien sesuai
dengan kriteria diagnosis gangguan suasana perasaan episode depresi
sedang (F32.1) (Maslim, 2013).

Pada gangguan suasana perasaan episode depresi sedang dapat disertai gejala
somatik dan tanpa gejala somatik. Pada pasien terdapat gejala somatik yang
timbul akibat depresi yaitu adanya gangguan otonomik berupa keluhan
keringat dingin. Keluhan pasien ini muncul ketika pasien mulai merasa
khawatir, takut dan cemas akibat stressor yang ada. Dari data ini maka bahwa
pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan suasana perasaan episode
depresi sedang dengan gejala somatik (F32.11) (Maslim, 2013).

Pasien juga mengelukan sulit untuk mempertahankan tidur. Pasien sering


terbangun pada malam hari setelah tidur 5-6 jam dan sulit untuk tidur kembali.
Padahal pasien selalu tertidur nyenyak sebelumnya. Insomnia sendiri
didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup
tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan
15

perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur. (Buysse,
2005). Etiologi dan faktor resiko insomniadiantaranya adalah gangguan emosi,
kebiasaan, faktor lingkungan, usia diatas 50 tahun, jenis kelamin, episode
insomnia sebelumnya dan penyakit kronis (Dogramji, 2009). Manifestasi
insomnia bervariasi meliputi waktu untuk masuk dalam kondisi tidur yang
sebenarnya lebih dari 30 menit, tidur kurang dari 6 jam, terbangun di saat tidur
di malam hari lebih dari 3x, dan kualitas tidur yang tidak baik (subjektif).
Maksud dari kualitas tidur yang tidak baik ini adalah seseorang merasa tidak
merasa lebih baik setelah tidur di malam hari. Menurut DSM-IV-TR, insomnia
terdiri atas insomnia primer dan sekunder. Insomnia primer memiliki durasi
paling tidak selama 1 bulan mengalami gejala susah tidur (baik dari kualitas
maupun kuantitas) dan tidak memiliki gangguan tidur lainnya, gangguan jiwa
lainnya, gangguan kesehatan lainnya, dan gangguan tidur akibat penggunaan
obat-obatan tertentu. Sedangkan untuk insomnia sekunder berhubungan dengan
gangguan jiwa lainnya atau karena gangguan kesehatan lainnya serta adanya
efek dari obat-obat tertentu yang membuat seseorang menjadi susah tidur
(APA, 2000).

Pada pasien ini faktor penyebab depresi kemungkinan adalah adanya stressor
berupa masalah kesehatannya. Stresor tersebut mempengaruhi kehidupan dan
pikiran pasien sehari-hari dan menjadikan pasien mengalami gejala-gejala
terkait depresi. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan
klinis yang telah lama bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress
lebih sering mendahului episode pertama ganggguan mood daripada episode
selanjutnya, hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan
depresi berat. Selain itu, formulasi lain dari depresi menurut trias kognitif
aaron beck menyatakan adanya pandangna terhadap diri sendiri berupa
persepsi negatif tentang dirinya dan masa depan berupa bayangan penderitaan
dan kegagalan (Elvira, 2013).

Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Fluoxetine (1x10 mg),
Lorazepam (1x1 mg) dan Amlodipine (1x5 mg). Fluoxetine merupakan
16

antidepresan golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) yang


efek sampingnya rendah, strategi dosis sederhana, tolerabilitas baik dan tingkat
kepatuhan minum yang lebih baik dari antidepresan lain sehingga SSRI
berperan sebagai lini pertama. (Burke, 2001; Dinan 2001; Wagstaff 2001).
Pada terapi untuk depresi, obat ini bekerja menghambat pengambilan serotonin
secara spesifik.Selain itu, obat ini memiliki efek antikolinergik yang lebih kecil
dan kardiotoksiknya rendah dibandingkan antidepressan golongan
trisiklik.Fluoxetine merupakanantidepresan yang efektif, lebihselektif,
danmemilikitoksisitasotonom yang minimal. Farmakokinetikuntuk fluoxetine
memilikiwaktuparuh yang panjang (7-9 haridalamkeadaanmenetap). Secara
umum depresi terjadi karena rendahnya kadar serotonin di post sinaps. Pada
obat anti depresan SSRI memiliki mekanisme kerja menghambat ambilan
kembali neurotransmiter yang dilepaskan di celah sinaps bersifat selektif hanya
terhadap neurotransmiter serotonin (Fuller, 1992).

Pemberian obat Lorazepam 1 mg sebanyak 1 x 1 tab pada malam hari


dikarenakan pasien mengeluh sulit untukmempertahankan tidur. Obat tersebut
merupakan golongan benzodiazepin yang merupakan obat untuk antianxietas.
Obat ini memiliki efek samping sedasi atau rasa mengantuk. Menurut
penelitian, pemberian benzodiazepin yang dikombinasikan dengan
antidepresan dapat membantu perbaikan khususnya bagi penderita yang
mengalami kecemasan dan sulit tidur, namun dalam pemberiannya perlu
diperhatikan mengenai penyalahgunaan obat (Johnson and Lyydiard, 1998).
Pasien memiliki tekanan darah 160/90 mmHg pada saat pemeriksaan, sehingga
diberikan obat antihipertensi berupa amlodipine 5 mg 1x sehari dan diet rendah
garam. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit komorbid (hipertensi)
dan gangguan kardiovaskular yang menyertainya (Jadhav et al, 2014).

Selain farmakoterapi, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan untuk


meningkatkan perbaikan selama pengobatan gangguan depresi. Psikoterapi
diberikan untuk membantu pasien mengembangkan strategi coping yang lebih
baik dalam menghadapi stressor kehidupan sehari-hari.Cognitive Behavior
17

Therapy (CBT) menggambarkan psikoterapi didasarkan kepada model kognitif


atau melatih cara berpikir individu lebih ke arah yang positif sehingga timbul
perasaan dan perilaku yang positif pula. Pada kasus depresi, kehadiran CBT
telah berlanjut untuk menangani distorted thinking (kesalahan dalam berpikir),
dan penilaian dari pemikiran yang tidak realistis atas peristiwa dari perasaan
dan perilaku individu (Knapp & Beck, 2008). Interpersonal Therapy (IPT)
merupakan terapi yang memiliki fokus pada hubungan pribadi pasien terhadap
orang lain. IPT dikembangkan berdasar teori attachment yang menjelaskan
mengenai konteks interpersonal dari kemunculan depresi. Manusia memiliki
kecenderungan mendasar untuk membangun ikatan afeksi (attachment) dengan
orang lain, adanya gangguan atau ancaman terhadap ikatan ini dapat
menyebabkan distres emosional, kesedihan dan depresi (Corsini & Wedding,
2011)

Prognosis pada pasien ini berdasarkan faktor internal dan external pasien
adalah dubia ad bonam.Faktor internal pasien berupa gangguan jiwa yang
dialaminya adalah depresi sedang, tidak ada gejala psikotik, tidak ada
komorbiditas dengan gangguan psikiatri lain. Faktor eksternal pasien juga baik
dibuktikan dengan dukungan keluarga positif, fungsi keluarga stabil, fungsi
sosial dan teman baik. Pada pasien dengan episode depresi sedang dapat
mengalami perbaikan serta penyembuhan apabila dukungan dari keluarga
sangat positif dan kemauan yang tinggi dari dalam diri pasien (Elvira, 2013).
18

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. The Diagnostic and Statistical Manual


of Mental Disorders: DSM 5. Washington, DC: American Psychiatric
Association; 2013.

Burke WJ, McArthur-Miller DA. Exploring treatment alternatives: weekly


dosing of fluoxetine for the continuation phase of major depressive disorder. J
Clin Psychiatry. 2001;62(Suppl 22): 38–42.

Buysse D J. Insomnia: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. Fall


2005 Vol. III No.4 : 568-584.

Corsini, Raymond J. & Wedding, Danny. 2011. Current Psychotherapies.


Singapore: Pre-PressPMG.

Dinan TG. Efficacy and safety of weekly treatment with enteric-coated


fluoxetine in patients with major depressive disorder. J Clin Psychiatry.
2001;62(Suppl 22):48–52.

Doghramji K. Evaluation and Management of Insomnia in the Psychiatric


Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psychiatry. 2009 Vol. VII No.4 :
441-451.

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2013. Buku Ajar Psikiatri.


Badan Penerbit FK UI. Jakarta

Fuller RW, Snoddy HD, Krushinski JH, Robertson DW. Comparison of


norfluoxetine enantiomers as serotonin uptake inhibitors in vivo.
Neuropharmacology. 1992;31(10):997–1000.

Johnson, M. R. and Lydiard, R. B. (1998), Comorbidity of major


depression and panic disorder. J. Clin. Psychol., 54: 201–210.
doi:10.1002/(SICI)1097-4679(199802)54:2<201::AID-JCLP9>3.0.CO;2-U
19

Kaplan, HI dan Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri.
Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

Knapp, P., & A.T. Beck (2008). Cognitive therapy: fondations, conseptual
models, applications and research. Rev Bras Psiquiatr, 30 (suppl II): S54-64

Maslim R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ III dan
DSM-5 . Jakarta: PT Nuh Jaya

Wagstaff AJ, Goa KL. Once-weekly fluoxetine. Drugs. 2001;61(15):2221–


30
LAMPIRAN
1

AUTOANAMNESIS TANGGAL 17 Januari 2018

D :Selamat siang bu. Perkenalkan kami dokter muda disini. Kita ngobrol-
ngobrol sebentar ya bu, boleh?
P : Iya, boleh.
D : Maaf bu sebelumnyaboleh tau nama ibu?
P : Siti Rustinah (benar)
D : Usianya berapa bu?
P : 46 tahun (benar)
D : Alamat tinggalnya dimana bu?
P : Kali Rejo,Pringsewu (benar)
D : Pendidikan terakhirnya apa ya bu?
P : Pendidikan terakhir saya S1 PGSD dok.
D : oh seperti itu bu, ngomong-ngomong pekerjaan ibu apa yah?
P : Iya, saya bekerja sebagai guru SD dok
D : Ibu tau sekarang ada dimana?
P : Tau dok di RS Jiwa (orientasi tempat baik)
D : Ibu tau daerahnya dimana ya bu?
P : Di daerahpesawaran (Benar)
D : Ibu tau sekarang tanggal berapa bu?
P : Iya tau dok, 17 Januari 2017
D : Ibu kesini dengan siapa sekarang ?
P : Saya berangkat dengan kakak saya dok.
D : Sudah pernah dirawat atau berobat disini sebelumnya ?
P : Belum pernah dok. Ini yang pertama kali.
D : Ibu boleh tau ada keluhan apa datang kemari ?
P : Saya merasa takut dan sedih dok.
D : Sejak kapan bu?
P : Sejak sekitar 3 minggu yang lalu, ketika liburan anak sekolah.
D : kenapa bu takut dan sedihnya? Ibu ada masalah?
2

P : iya dokter saya takut karena saat itu saya cek gula darah,kolesterol dan
asam urat di puskesmas dok.
D : Kemudian bagaimana bu hasilnya?
P : Hasilnya gula darah saya 125 dok dan kolesterol saya normal, tetapi asam
urat saya 7,9. Saya takut dok terkena penyakit yang berat.
D : ibu memiliki keluhan apa bu saat itu sampai cek gula darah, kolesterol dan
asam urat?
P : Saya sering merasa nyeri pada jari-jari tangan saya. Lalu saya datang ke
puskesmas sendiri untuk cek asam urat sekaligus gula darah dan kolesterol.
D : Ibu sudah mendapatkan obat asam urat dari puskesmas?
P : Sudah dokter. Keluhan saya juga berkurang saat konsumsi obat tersebut.
D : Lalu apakah ibu masih tetap takut bu?
P : Iya dok saya takut walaupun dikatakan gula darah dan kolesterol saya
normal saya takut dok nanti terkena penyakit seperti kakak saya.
D : Kakak ibu kenapa bu kalau boleh tahu?
P : Kakak saya yang ke 3 dan ke 4 meninggal dok karena darah tinggi lalu
stroke. Saya takut dok seperti mereka.
D : Maaf bu, kapan kakak ibu meninggal?
P : 10 tahun yang lalu dok, dan yang satunya belum sampai 1 tahun dok,
meninggal sekitar 6 bulan yang lalu saat bulan puasa kemarin.
D : Ibu apakah memiliki darah tinggi juga?
P : Iya dok saya punya darah tinggi sejak tahun 2003 hingga sekarang.
D : bagaimana ibu mengatasi darah tinggi ibu?
P : saya minum obat captopril dari dokter tetapi setelah obat habis saya tidak
kontrol kembali.
D : Mengapa ibu tidak kontrol?
P : Tidak apa-apa dok. Saya hanya merasa sudah membaik sehingga saya
berfikir tidak perlu kontrol kembali.
D : Maaf bu, ibu anak keberapa dari berapa saudara?
P : Saya anak ke 5 dok dari 9 bersaudara. Oleh karena itu dok, saya takut.
D : Ibu sering memikirkan hal ini ya bu?
P : Iya dok sering, kalau sedang kepikiran saya sampai nangis.
3

D : Ibu tidak curhat?


P : iya dok saya curhat melalui telfon kekakak-kakak saya dan kerabat terdekat
jika sedang kepikiran.
D : Ibu sering atau tidak menangisnya? Apakah setelah curhat ibu masih tetap
sedih?
P : Jika sedang kepikiran saya sering menangis dan meskipun saya sudah curhat
saya masih merasa tidak tenang dan sedih terus-menerus dok.
D : Kalau sedang kepikiran ibu sampai sulit tidur tidak?
P : Iya dok, jika kepikiran saya sering terbangun saat malam hari dan sulit
untuk tidur kembali. Lalu saat tidur saya merasa tidak nyenyak.
D : Oh begitu. Apakah ibu ada keluhan lain bu selain sulit tidur akhir-akhir ini?
P : Saya merasa keringat dingin dok akhir-akhir ini.
D : Ibu saat melakukan aktivitas jadi terganggu tidak?
P : Jika sedang kepikiran saya jadi malas melakukan apapun dok dan menjadi
lemas bahkan saya menjadi tidak nafsu makan.
D : Ibu tinggal dengan siapa?
P : Dengan anak dan suami
D : Ibu pernah tidak bapak merasakan sesuatu hal yang tidak lazim seperti
mendengar suara-suara atau ingin melakukan hal-hal nekat seperti bunuh diri
atau sebagaimya?
P : tidak dokter.
D : melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain?
P : tidak dokter.
D : Oke baik bu, kalau begitu terima kasih ya bu.
4

Alloanamnesis (17 Januari 2017)

D : Bu, kenalin kami dokter muda Putri, dokter muda Yulia dan dokter muda
Vita. Maaf nama ibu siapa ya bu?
P : saya Martini dok
D : Ibu, tinggal serumah sama pasien tidak?
P : tidak dok.
D : ohh gitu. Ibu kesibukannya apa bu ?
P : saya pedagang dok.
D : Bu kan ibu denger tadi ya saya dan Adik ibu ngobrol. Tadi yang
disampaikan oleh ibunya bener tidak?
P : bener dok. Jadi adik saya sering merasakan takut yang berlebihan sampai
menangis dok.
D : Apakah Adik ibu pernah bercerita alasan beliau takut akhir-akhir ini?
P : Adik saya merasa takut karena kakak nya yang ke 3 dan ke 4 meninggal
dok akibat darah tinggi dan stroke. Dan adik saya ini anak ke 5 dok, jadi
takut berurutan jadinya kepikiran terus.
D : Adik ibu pernah bercerita adanya keluhan sulit tidur?
P : Iya dok, dia sering sulit tidur dan katanya kepikiran saat mau tidur dan
tidurnya jadi tidak nyenyak.
D : Saat sulit tidur apa yang dilakukan oleh adik ibu?
P : Terkadang dia menelpon saya dok, lalu curhat mengenai masalahnya ini.
Dia curhat sampai menangis dok.
D : Saat dirumah apakah adik ibu jadi sulit saat melakukan aktivitas ?
P : Awalnya biasa saja dok. Tetapi akhir-akhir ini dia jadi malas melakukan
apapun dok dan terlihat lemas apalagi dia menjadi kurang nafsu makan dok.
D : Keluhan-keluhan adik ibu mulai muncul saat kapan?
P : Dia mulai seperti ini sejak cek gula darah,kolesterol dan asam urat dok saat
bulan desember kemarin. Hasil kolesterol dan gula darah nya normal, hanya
saja asam urat memang tinggi tetapi sudah diberi obat dok.
D : yang adik ibu takutkan apakah hanya sama urat saja atau semuanya?
5

P : Semuanya dok. Walaupun hasilnya normal dia tetap takut apalagi jika
ingat kakaknya yang meninggal. Dia menjadi pesimis dok.
D : ohh gitu. Yaudah bu kalo seperti itu mungkin cukup kita Tanya jawabnya.
Terima kasih banyak bu. Ibu ada yg mau ditanyakan ?
P : Tidak dokter terimakasih.
D : baik bu kalo begitu. Terima kasih banyak ya bu
P : iya dokter sama sama

Anda mungkin juga menyukai