Anda di halaman 1dari 29

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Cluster B

Pembimbing :
Dr. Citra Fitri Agustina, Sp.KJ

Disusun oleh:
Abdul Rahman Nasution
1102013001

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Pasar Rebo
Gangguan Kepribadian

Kepribadian  Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan


karakter / ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari
 Yang terbentuk sejak kanak-kanak, remaja dan dewasa
muda, dan dipertahankan sepanjang kehidupan

Gangguan Kepribadian  Ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel


(kaku) dan maladaptif (tempat, keluarga, pekerjaaan) sehingga
mempengaruhi fungsinya dan bahkan bisa menyebabkan gejala
psikiatrik
Gangguan Kepribadian

Menurut DSM-IV-TR gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga cluster, sbb:

Cluster A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik.


• Paranoid
• Skizoid
• Skizotipal

Cluster B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional atau eratik (tidak menentu)
• Antisosial
• Bordeline
• Histrionik
• Narsistik

Cluster C : orang yang seringkali tampak cemas atau ketakutan


• Avoidant
• Dependent
• Obsesif-Konvulsif
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial

o Ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek


perkembangan remaja dan dewasa pasien
o Secara berulang melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain dan sering
melanggar hukum
o Pengalaman khas dalam awal masa kanak-kanak seperti : berbohong, membolos,
kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat dan aktivitas illegal
o Pola tindakan ini berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki
tanggung jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah,
impulsif, dan gagal dalam merencanakan sesuatu
o Beganti-ganti pasangan, penganiayaan pasangan, penganiayaan anak dan
menyetir sambil mabuk adalah hal yang lazim terjadi di dalam kehidupannya
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial

• Tidak dapat dipercaya untuk melakukan setiap tugas dan patuh pada standar
moral konvesional
• Ciri yang menonjol : kurangnya kecemasan saat berhadapan dengan situasi
yang mengancam, kurangnya rasa bersalah dan penyesalan atas kesalahan
yang mereka perbuat
• Sering tampak normal dan bahkan berkharisma dan memesona dalam
penampilan mereka
• Sebelumnya disebut “psikopat”  patologis pada fungsi psikis
• Lalu “Sosiopat”  patologis pada fungsi sosial
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial

Epidemiologi

• Timbulnya gangguan sebelum usia 15 tahun


• 3% pada pria dan 1% pada wanita
• Gangguan ini paling lazim di daerah perkotaan yang
miskin dan pada penduduk yang sering berpindah tempat
• Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian
antisosial dapat setinggi 75%
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial
Diagnosis

Kriteria diagnostic menurut DSM-IV-TR untuk gangguan kepribadian antisosial :


A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut:
(1) Gagal mengikuti norma sosial yang sesuai perilaku patuh hukum, seperti yang
ditunjukkan dengan tindakan berulang yang dapat menjadi dasar penangkapan
(2) Penipuan, seperti yang ditunjukkan dengan berbohong berulang, menggunakan
nama palsu, atau melawan orang lain untuk keuntungan atau kesenangan pribadi
(3) Impulsivitas atau kegagalan untuk memiliki rencana kedepan
(4) Irritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian dan
penyerangan fisik berulang
(5) Mengabaikan keselamatan diri atau orang lain dengan ceroboh
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial
Diagnosis

Lanjutan..
(6) Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan dengan
kegagalan berulang untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghargai
kewajiban keuangan
(7) Tidak ada rasa menyesal, seperti yang ditunjukkan dengan bersikap acuh terhadap
atau merasionalisasi perilaku menyakiti, salah memperlakukan, atau mencuri dari orang
lain
B. Orang tersebut sedikitnya berusia 18 tahun
C. Terdapat bukti gangguan tingkah laku dengan onset sebelum usia 15 tahun
D. Adanya perilaku antisosial tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan skizofrenia
atau episode manik.
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial
Terapi

A. Psikoterapi
 Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak dapat
pergi kemana-mana (misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka
sering menjadi setuju untuk psikoterapi
 Sebelum terapi dimulai, batasan yang tegas penting diberikan. Terapis
harus menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku pasien yang
merusak diri sendiri.
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial
Terapi

B. Farmakoterapi
 Psikostimulan  Jika pasien menunjukkan bukti gangguan atensi atau
gangguan hiperaktif. (contoh: methylphenidate (Ritalin)
 Antiepilepsi  Untuk mengontrol perilaku impulsif dengan obat. (contoh :
carbamazepine, valproate
 Selain itu, farmakoterapi digunakan untuk mengatasi gejala yang
memberatkan seperti ansietas, kemarahan dan depresi, tetapi karena
pasien sering merupakan penyalahguna obat  obat harus digunakan
secara bijaksana dan berhati-hati
Cluster B
1. Gangguan Kepribadian antisosial

Perjalanan Gangguan dan


prognosis

 Gangguan kepribadian antisosial memiliki perjalanan tanpa remisi, dengan puncak


perilaku antisosial biasanya terjadi pada masa remaja akhir.
 Prognosis bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala berkurang seiring
bertambahnya usia. Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan keluhan fisik.
Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol, dan penyalahgunaan zat lainnya
lazim ditemukan
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)

 Berdiri pada batas antara neurosis dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood,
perilaku, hubungan objek, dan citra diri yang sangat tidak stabil
 Diperkirakan ada pada kira-kira 1-2% populasi dan dua kali lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria
 Sering pergesaran mood  Pasien dapat bersifat argumentatif di satu waktu dan depresif
di lain waktu serta selanjutanya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya
 Mereka kesulitan dalam mengendalikan kemarahan dan rentan terhadap perkelahian
 Perilakunya seringkali impulsif, misalnya kawin lari dengan orang yang baru dikenal,
aktivitas seksual sembarangan, penyalahgunaan obat, konsumtif dalam belanja, berjudi,
dsb
 Perilaku impulsif ini seringkali bersifat self destructive seperti self mutilation, isyarat-isyarat
bunuh diri serta percobaan bunuh diri yang aktual misalnya berusaha mengiris
pergelangan tangan atau menyundut tubuhnya dengan rokok
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)

 Perilakunya sangat tidak dapat diramalkan


 Mereka sangat takut akan sendirian dan akan melakukan usaha-usaha nekat
untuk menghindari perasaan ditinggalkan
 Mereka silih berganti antara melakukan pemujaan yang ekstrem (saat
kebutuhan mereka terpenuhi) dan memendam kebencian (saat mereka
merasa terabaikan)
 Mereka memiliki hubungan yang sangat bermasalah dengan keluarga dan
memiliki riwayat traumatis saat anak-anak seperti kehilangan atau perpisahan
dengan orang tua, penganiayaan, kekerasan atau pengabaian
 Sulit bekerjasama saat psikoterapi. Menuntut dukungan yang besar pada
terapis, menelepon terus menerus atau pura-pura bunuh diri untuk mendapat
dukungan atau meninggalkan terapis secara dini.
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)
Diagnosis

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR gangguan kepribadian borderline, sbb:

Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek dan
impulsivitas yang jelas pada masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:
(1) Upaya ‘gila’ untuk menghindari pengabaian khayalan ataupun sebenarnya.
Catatan: tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam
kriteria (5)
(2) Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh
perubahan antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem
(3) Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri sendiri yang secara menetap dan
nyata tidak stabil
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)
Diagnosis

(4) Impulsivitas pada sedikitnya dua area yang berpotensi merusak diri (misalnya
berbelanja, seks,penyalahgunaan zat,ngebut gila-gilaan,pesta, makan berlebihan).
Catatan:tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam
kriteria 5
(5) Perilaku, sikap atau ancaman bunuh diri yang berulang, atau perilaku mutilasi diri
(6) Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang nyata (misalnya disforia
episodik kuat, iritabilitas,atau ansietas biasanya berlangsung beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari)
(7) Perasaan kosong yang kronis
(8) Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam
mengendalikan kemarahan(misalnya sering menunjukkan tempramental,marah
terus menerus,perkelahian fisik berulang)
(9) Gagasan paranoid terkait-stress yang terjadi sementara atau gejala disosiatif berat
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)
Terapi

 Psikoterapi
• Terapi prilaku untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarah pasien serta
mengurangi sensitivitas mereka terhadap kritik dan penolakan
• Bentuk khusus dari psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis (dialectical
behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien dengan gangguan ini, terutama
mereka dengan perilaku parasuicidal, seperti sering memotong.
 Farmakoterapi
• Antipsikotik telah digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan
episode psikotik singkat Antidepresan meningkatkan mood depresi umum pada
pasien dengan gangguan kepribadian ini.
• MAO inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada beberapa pasien dengan perilaku
impulsif. Benzodiazepin, khususnya alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan
depresi
• Antikonvulsan, seperti carbamazepine, dapat meningkatkan fungsi global untuk
beberapa pasien
Cluster B
2. Gangguan Kepribadian Bordeline (ambang)

Perjalanan Gangguan dan


prognosis

Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit berubah dari


waktu ke waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan peningkatan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi untuk episode gangguan
depresi utama.
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik

 Ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, ekstovert pada orang yang
meluap-luap dan emosional, seringkali terdapat ketidakmampuan
untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama
 Prevalensi gangguan sekitar 2-3% dan lebih sering didiagnosis pada wanita daripada pria
 Mencari perhatian yang tinggi
 Haus akan pujian dan penghargaan
 Marah/emosi berlebih, ketakutan bahkan menuduh, apabila mereka tidak menjadi pusat
perhatian
 Asyik dengan diri sendiri serta plin-plan
 Akibat ketergantungan mereka yang kuat  mudah mempercayai orang lain dan
mudah tertipu
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik

 Cenderung dramatis dan emosional namun emosi mereka tampak dangkal,


dibesar-besarkan dan mudah berubah
 Mereka cenderung menuntut agar orang lain memenuhi kebutuhan
mereka dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan
mereka
 Mereka cenderung self centered dan tidak toleran terhadap penundaan
kesenangan, mereka ingin apa yang mereka inginkan saat mereka
menginginkannya
 Mereka sangat tertarik pada penampilan, dan menjadikan penampilan fisik
sebagai daya tarik bagi orang lain
 Pria -> berpakaian macho untuk menarik perhatian
 Perempuan -> berpakaian feminin disertai banyak aksesoris
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik
Diagnosis

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan kepribadian histrionik :


Pola pervasif emosionalitas yang berlebihan dan mencari perhatian, dimulai
pada masa dewasa awal dan muncul dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan pada lima (atau lebih) berikut:
(1) Tidak nyaman di dalam situasi saat ia tidak menjadi pusat perhatian
(2) Interaksi dengan orang lain seringkali ditandai oleh godaan seksual yang
tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif
(3) Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik
Diagnosis

(4) Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
kepada dirinya
(5) Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak rinci
(6) Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal dan ekspresi emosi yang berlebihan
(7) Mudah disugesti yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain dan situasi
(8) Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik

Terapi

A. Psiokoterapi
 Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan
mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah proses terapeutik
penting
 Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau individu, mungkin adalah
pilihan perawatan untuk gangguan kepribadian histerik

B. Farmakoterapi
 Antidepresan  untuk depresi da keluhan somatik
 Anti ansietas  untuk kecemasan
 Antipsikotik  untuk derealisasi dan ilusi
Cluster B
3. Gangguan Kepribadian Histrionik

Perjalanan Gangguan dan


prognosis

Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik


menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah
pencari sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum,
penyalahgunaan zat, dan serta berganti-ganti pasangan.
Cluster B
4. Gangguan Kepribadian Narsistik

 2-16% dalam populasi klinis, < 1 % dalam populasi umum


 Memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri
 Kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung
 Mereka berharap orang lain akan melihat kualitas khusus mereka, meskipun prestasinya biasa
saja
 Kurang mampu atau tidak mampu menunjukkan empati
 Mereka sangat peka terhadap kritik  Cenderung marah jika dikritik
 Bersimpati hanya untuk berpura-pura  untuk mencapai kepentingan diri sendiri
 Suka memanfaatkan orang lain
 Memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi
 Kesulitan dalam interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress
yang sering dihasilkan oleh orang narsistik
Cluster B
4. Gangguan Kepribadian Narsistik

Diagnosis

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR gangguan kepribadian narsistik adalah sbb:

Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), kebutuhan untuk dipuji, dan tidak
ada empati, dimulai pada dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:

(1) Memiliki rasa kebesaran dan pentingnya diri (misalnya pencapaian dan bakat yang
dilebih-lebihkan, berharap terkenal sebagai yang superior tanpa usaha yang sepadan)
(2) Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantiakn atau
cinta ideal yang tidak terbatas
(3) Yakin bahwa ia adalah “spesial” dan unik serta hanya dapat dimengerti oleh, atau harus
dikaitkan dengan orang (atau insitusi) yang juga spesial atau juga memiliki status tinggi
(4) Membutuhkan kebanggan yang berlebihan
Cluster B
4. Gangguan Kepribadian Narsistik

Diagnosis

(5) Memiliki rasa berhak; yaitu harapan yang tidak berasalan untuk mendapatkan perlakuan
khusus yang menyenangkan atau kepatuhan automatis terhadap pengharapannya
tersebut
(6) Eksploitatif secara interpersonal; yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk
mendapatkan tujuannya sendiri
(7) Tidak memiliki empati: tidak ingin mengenali atau mengidentifikasi perasaan dan
kebutuhan orang lain
(8) Sering iri dengan orang lain atau yakin orang lain iri padanya
(9) Menunjukkan sikap atau perilaku arogan dan tinggi hati alias ‘sombong’
Cluster B
4. Gangguan Kepribadian Narsistik

Terapi

A. Psikoterapi
Beberapa dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka sehingga mereka
dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang lain dan, dalam keadaan yang ideal,
dapat mengembangkan respon empatik kepada orang lain.
Untuk memperoleh perbaikan pasien harus benar-benar meninggalkan narsismenya

B. Farmakoterapi
 Lithium (Eskalith)  pada pasien yang gambaran klinisnya mencakup ‘mood swing’
 Antidepressan  kepribadian narsistik tidak dapat menoleransi penolakan sehingga rentan
terhadap depresi
 Serotonergik  fluxetine  pada kompulsive
Cluster B
4. Gangguan Kepribadian Narsistik

Perjalanan Gangguan dan Prognosis

 Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati. Pasien dengan
gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme mereka yang
dihasilkan dari perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup.
 Proses penuanan dihadapi dengan buruk; pasien mengahargai kecantikan, kekuatan,
dan perangkat kemudaan, yang mereka pegang teguh tidaklah tepat. Akibatnya
mereka mungkin lebih rentan terhadap krisis usia setengah baya (midlife crises) daripada
kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai