a. Landasan kepribadian
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut : Professional competence
is the habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical
reasoning, emotions, values, and reflection in daily practice to improve the health of the
individual patient and community.
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih luas dari
tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu pengetahuan,
psikomotor dan afektif.
Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula
Kompetensi Inti
Seorang dokter dituntut mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non
verbal dengan pasien (korban hidup) pada semua usia, anggota keluarga (pada korban
meninggal), masyarakat, kolega dan profesi lain.
Komunikasi antara dokter dan korban/pasien atau dengan keluarganya harus dilakukan
seefektif mungkin oleh dokter agar pasien atau keluarga pasien bersedia dilakukan
pemeriksaan walaupun secara hukum untuk pemeriksaan forensik dokter tidak perlu izin
keluarga melainkan kewajiban penyidik untuk memberitahu korban atau keluarga korban
(meninggal). Hal ini sesuai pasal 134 KUHAP. 1
1. 1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
3. 3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
Ditinjau dari area komunikasi efektif di bidang kedokteran forensik,seorang lulusan dokter
harus mampu:
Bersambung rasa dengan korban dan keluarganya, seorang dokter saat melakukan
pemeriksaan forensik harus menunjukkan rasa simpati dengan kejadian yang meninpa
korban, menunjukkan rasa empati dan dapat dipercaya.
Memberikan situasi yang nyaman bagi korban dengan menjaga privasi pasien,
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien
serta kronologis kejadiaan.
Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara
lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran.
Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. Seorang dokter umum harus merujuk
korban apabila apa yang dimintakan penyidik bukan kompetensi dokter umum.
Misalnya, identifikasi tulang, identifikasi gigi (odontologi), pemeriksaan DNA, dan
lain-lain.
Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran.
Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi
lain untuk menyampaikan pendapatnya. Memberi informasi yang tepat waktu dan
sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk
pemprosesan klaim demi kepentingan hukum.
Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di
pengadilan (jika diperlukan), termasuk pembuatan visum et repertum atas permintaan
penyidik, pemeriksaan korban mati mendadak, tanda-tanda kematiaan dan lain
sebagainya.
Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah yang
harus dipecahkan secara hukum.
Memeriksa dan membuat Visum et Repertum korban luka karena kecelakaan lalu
lintas.
Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa ,
menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan
ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang
belum jelas dari sisi ilmiah. (Pasal 224 KUHP)
Hukum dengan tegas memberikan wewenang utama pemeriksaan forensik kepada dokter
forensik. Namum, karena ketidaktersediaan dokter forensik hukum memberi peluang kepada
dokter (umum dan spesialis apasaja) sebagai pemeriksa, hal ini merujuk pada pasal 133
KUHAP.
Kurikulum pendidikan profesi dokter mengharuskan seorang dokter umum pada waktu
pendidikan harus mempelajari patologi forensik dan forensik klinik, maka dokter umum
berwenang melakukan pemeriksaan forensik.3,7
Menurut Standar Kompetensi Dokter keterampilan adalah kegiatan mental dan atau fisik
yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal
hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter di bidang forensik, lulusan dokter perlu
menguasai keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis, menjawab
permintaan Visum et Repertum, maupun menjelaskan suatu perkara hukum menurut
keahliannya di bidang kedokteran. Keterampilan ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan
dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.
Tingkat kemampuan 1
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya. Contoh
keterampilan ini adalah Pemeriksaan DNA untuk identifikasi.
Tingkat kemampuan 2
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini. Contohnya
autopsi, exhumasi, identifikasi tulang dan gigi.
Tingkat kemampuan 3
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi. Contohnya: Pemeriksaan luar Jenazah,
termasuk label mayat, sebab-sebab kematian, tanatologi,menentukan lama kematian dan lain
sebgainya.
Tingkat kemampuan 4
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.
Contohnya dokter harus mampu memeriksa korban hidup dan membuat Visum et Repertum
korban kecelakaan lalu lintas penganiyaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain
sebagainya
2. Menjelaskan kaitan masalah hukum dan temuan pemeriksaan forensik baik secara
molecular maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengelola masalah-masalah yang sering ditemukan dalam ilmu
kedokteran forensik secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks memberikan pelayanan bantuan hukum terbaik kepada masyarakat.
Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter diharapkan
mampu:
5. Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku, tanpa
atau sesudah pemeriksaan.
9. Mengelola sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran forensik.
10. Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi, dan
pengambil keputusan) dalam upaya memberikan pelayanan terbaik dalam masalah hukum.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik di tingkat
primer.
3. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitas
data-data forensik dengan masalah hukum.
4. Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah.
10. Memanfaatkan informasi kesehatan dan menemukan database dalam praktik kedokteran
secara efisien.
11. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya dalam
penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.
Kompetensi Inti
Dokter harus melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya, mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang
dapat mempengaruhi kemampuan profesinya. Dokter harus belajar sepanjang hayat dan
mampu merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan pengembangan diri, maka lulusan dokter harus
mampu:
1. Menerapkan prinsip mawas diri, menilai kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan
dengan praktik kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan.
2. Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan
dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya
3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran.
5. Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun
dari pasien/korban, keluarga korban, sejawat, instruktur, dan masyarakat.
6. Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokteran.
10. Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti (Evidence-Based
Medicine).
11. Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk
penanganan korban dan justifikasi alasan keputusan yang diambil secara literatur kedokteran.
13. Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan
mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat,
Kompetensi Inti
Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam
praktik kedokteran.
Ditinjau dari segi etika, moral, medikolegal, dan Professionalisme serta keselamatan
pasien/korban seorang lulusan Dokter diharapkan mampu:
Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran yang
berharga, tanpa memandang status sosial.
Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para petugas
kesehatan lainnya.
Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan
lain, serta bertindak secara professional.
Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan yang tidak
professional.
1. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional dalam masalah
pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme
Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat melakukan
suatu perubahan.
Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan
kesehatan lain.
Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan
sejawat.
# Pembuatan surat keterangan sehat, sakit, Visum et Repertum atau surat kematian.
# Proses di pengadilan, dokter berperan memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli
pemeriksa, menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan
ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum
jelas dari sisi ilmiah.
# Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktik
kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA