Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Standar Kompetensi Dokter 8

Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas


dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Elemen-elemen kompetensi terdiri dari :

a. Landasan kepribadian

b. Penguasaan ilmu dan keterampilan

c. Kemampuan berkarya

d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai

e. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.

Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut : Professional competence
is the habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical
reasoning, emotions, values, and reflection in daily practice to improve the health of the
individual patient and community.

Carraccio, et.al. (2002) menyimpulkan bahwa : Competency is a complex set of


behaviorsbehaviours built on the components of knowledge, skills, attitude and competence
as personal ability.

Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih luas dari
tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu pengetahuan,
psikomotor dan afektif.

Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka

yang bersangkutan akan mampu :

mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya

mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan

Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula

Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang


profesinya

Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda


Dengan telah ditetapkannya keluaran dari program dokter di Indonesia berupa standar
kompetensi, maka kurikulum program studi pendidikan dokter perlu disesuaikan. Model
kurikulum yang sesuai adalah kurikulum berbasis kompetensi. Artinya pengembangan
kurikulum berangkat dari kompetensi yang harus dicapai mahasiswa.

2.6 Penjabaran Kompetensi Dokter di bidang Kedokteran Forensik

1. 1. Area Komunikasi efektif 8

Kompetensi Inti

Seorang dokter dituntut mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non
verbal dengan pasien (korban hidup) pada semua usia, anggota keluarga (pada korban
meninggal), masyarakat, kolega dan profesi lain.

Komunikasi antara dokter dan korban/pasien atau dengan keluarganya harus dilakukan
seefektif mungkin oleh dokter agar pasien atau keluarga pasien bersedia dilakukan
pemeriksaan walaupun secara hukum untuk pemeriksaan forensik dokter tidak perlu izin
keluarga melainkan kewajiban penyidik untuk memberitahu korban atau keluarga korban
(meninggal). Hal ini sesuai pasal 134 KUHAP. 1

Pasal 134 KUHAP

1. 1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.

2. 2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menjelaskan dengan sejelas-


jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut.

3. 3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.

Ditinjau dari area komunikasi efektif di bidang kedokteran forensik,seorang lulusan dokter
harus mampu:

1. Berkomunikasi efektif dengan Korban atau dengan keluarga korban

Berkomunikasi dengan korban serta anggota keluarganya, dengan cara memberi


penjelasan apa tujuan dilakukan pemeriksaan, cara dan prosedur pemeriksaan,
kemungkinan timbulnya rasa tidak nyaman saat dokter melakukan pemeriksaan, dan
informasi lainnya sesuai etika klinis.

Bersambung rasa dengan korban dan keluarganya, seorang dokter saat melakukan
pemeriksaan forensik harus menunjukkan rasa simpati dengan kejadian yang meninpa
korban, menunjukkan rasa empati dan dapat dipercaya.

Memberikan situasi yang nyaman bagi korban dengan menjaga privasi pasien,
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien
serta kronologis kejadiaan.

2. Berkomunikasi dengan sejawat

Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara
lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran.

Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. Seorang dokter umum harus merujuk
korban apabila apa yang dimintakan penyidik bukan kompetensi dokter umum.
Misalnya, identifikasi tulang, identifikasi gigi (odontologi), pemeriksaan DNA, dan
lain-lain.

Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran.

3. Berkomunikasi dengan masyarakat

Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat, menggali masalah kronologis


kejadian menurut persepsi masyarakat.

Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat memahami


bahwa pemeriksaan forensik demi penegakan keadilan sebagai hak asasi manusia.

Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara professional.

4. Berkomunikasi dengan profesi lain

Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi
lain untuk menyampaikan pendapatnya. Memberi informasi yang tepat waktu dan
sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk
pemprosesan klaim demi kepentingan hukum.

Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di
pengadilan (jika diperlukan), termasuk pembuatan visum et repertum atas permintaan
penyidik, pemeriksaan korban mati mendadak, tanda-tanda kematiaan dan lain
sebagainya.

Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah yang
harus dipecahkan secara hukum.

2. Area Keterampilan Klinis

2.1. Kompetensi Inti


Seorang dokter umum harus mampu melakukan prosedur pemeriksaan forensik klinis sesuai
masalah, kebutuhan korban dan sesuai kewenangannya,.Kaitannya dengan kedokteran
forensik adalah seorang dokter umum harus mampu:

Memeriksa dan membuat Visum et Repertum korban luka karena kecelakaan lalu
lintas.

Memeriksa dan membuat Visum et Repertum luka karena penganiayaan.

Memeriksa dan membuat Visum et Repertum Kekerasan dalam rumah tangga


(KDRT).

Melakukan pemeriksaan luar korban meninggal. Pemeriksaan luar meliputi


pemeriksaan label, benda di samping mayat, pakaian, ciri identitas fisik, ciri
tanatologis, perlukaan dan patah tulang.

Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa ,
menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan
ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang
belum jelas dari sisi ilmiah. (Pasal 224 KUHP)

Hukum dengan tegas memberikan wewenang utama pemeriksaan forensik kepada dokter
forensik. Namum, karena ketidaktersediaan dokter forensik hukum memberi peluang kepada
dokter (umum dan spesialis apasaja) sebagai pemeriksa, hal ini merujuk pada pasal 133
KUHAP.

Kurikulum pendidikan profesi dokter mengharuskan seorang dokter umum pada waktu
pendidikan harus mempelajari patologi forensik dan forensik klinik, maka dokter umum
berwenang melakukan pemeriksaan forensik.3,7

2.2 Keterampilan Dokter di Bidang Forensik

Menurut Standar Kompetensi Dokter keterampilan adalah kegiatan mental dan atau fisik
yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal
hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter di bidang forensik, lulusan dokter perlu
menguasai keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis, menjawab
permintaan Visum et Repertum, maupun menjelaskan suatu perkara hukum menurut
keahliannya di bidang kedokteran. Keterampilan ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan
dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.

Berikut ini pembagian tingkat kemampuan menurut Piramid Miller8 :

Tingkat kemampuan 1

Mengetahui dan Menjelaskan

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya. Contoh
keterampilan ini adalah Pemeriksaan DNA untuk identifikasi.

Tingkat kemampuan 2

Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini. Contohnya
autopsi, exhumasi, identifikasi tulang dan gigi.

Tingkat kemampuan 3

Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi. Contohnya: Pemeriksaan luar Jenazah,
termasuk label mayat, sebab-sebab kematian, tanatologi,menentukan lama kematian dan lain
sebgainya.

Tingkat kemampuan 4

Mampu melakukan secara mandiri

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.
Contohnya dokter harus mampu memeriksa korban hidup dan membuat Visum et Repertum
korban kecelakaan lalu lintas penganiyaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain
sebagainya

3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

3.1 Kompetensi Inti

Dokter umum harus mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian


masalah kesehatan dan hukum secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir
untuk mendapat hasil yang optimum dan dalam upaya maksimal menghadirkan keadilan
seobyektif mungkin.

3.2 Kemampuan lulusan dokter

Ditinjau dari segi landasan ilmiah seorang dokter dituntut mampu:


1. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan
ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer
prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah
hukum sesuai pandangan ilmu kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya.

2. Menjelaskan kaitan masalah hukum dan temuan pemeriksaan forensik baik secara
molecular maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.

3. Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap masalah hukum


dan kesehatan.

4. Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam jenis pemeriksaan


forensik.

5. Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan kaitan temuan


pemeriksaan forensik dengan kasus yang diusut penyidik baik peran dokter sebagai
ahli, atau melakukan pemeriksaan dan memberi keterangan tertulis.

4. Area Pengelolaan Masalah Kedokteran dan Hukum

Kompetensi Inti

Dokter harus mampu mengelola masalah-masalah yang sering ditemukan dalam ilmu
kedokteran forensik secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks memberikan pelayanan bantuan hukum terbaik kepada masyarakat.

Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter diharapkan
mampu:

1. Menginterpretasi data klinis dan temuan hasil pemeriksaan forensik untuk


merumuskannya menjadi bukti sah penegakan hukum.

2. Menjelaskan penyebab, patogenesis, patofisiologi, dan perubahan-perubahan klinis


yang didapatkan dari korban suatu pelanggaran hukum.

3. Mengidentifikasi berbagai pilihan pengelolaan korban sesuai kondisi korban atau


penanganan lanjutan terhadap korban.

4. Melakukan konsultasi mengenai korban bila diperlukan, contohnya pada pemeriksaan


korban pemerkosaan bisa meminta konsultasi dokter ahli kandungan.

5. Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku, tanpa
atau sesudah pemeriksaan.

6. Mengidentifikasi keluarga, lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh


terhadap terjadinya penyakit serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap
perubahan kondisi korban.
7. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
hukum dan memotivasi masyarakat agar tidak keberatan dilakukan pemeriksaan
forensik pada diri maupun keluarganya demi penegakan hukum dan keadilan.

8. Mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial,


ekonomi, kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah
kesehatan yang melibatkan korban dalam masalah hukum.

9. Mengelola sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran forensik.

10. Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi, dan
pengambil keputusan) dalam upaya memberikan pelayanan terbaik dalam masalah hukum.

5. Area Pengelolaan Informasi

Kompetensi Inti

Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik di tingkat
primer.

Berdasarkan tinjauan pengelolaan informasi maka lulusan dokter harus mampu:

1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan


diagnosis, sebab perubahan kondisi tubuh korban, sebab-seban kematian, tindakan
pencegahan dan promosi hukum kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status
korban.

2. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik.

3. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitas
data-data forensik dengan masalah hukum.

4. Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah.

5. Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data


relevan menjadi arsip pribadi.

6. Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi


informasi ilmiah secara sistematik.

7. Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan menyimpan


arsip .

8. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi.


9. Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk berkembang dan
keterbatasannya.

10. Memanfaatkan informasi kesehatan dan menemukan database dalam praktik kedokteran
secara efisien.

11. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya dalam
penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.

6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

Kompetensi Inti

Dokter harus melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya, mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang
dapat mempengaruhi kemampuan profesinya. Dokter harus belajar sepanjang hayat dan
mampu merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.

Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan pengembangan diri, maka lulusan dokter harus
mampu:

1. Menerapkan prinsip mawas diri, menilai kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan
dengan praktik kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan.

2. Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan
dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya

3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran.

4. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi.

5. Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun
dari pasien/korban, keluarga korban, sejawat, instruktur, dan masyarakat.

6. Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokteran.

7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.

8. Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.

9. Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan


(PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya.

10. Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti (Evidence-Based
Medicine).
11. Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk
penanganan korban dan justifikasi alasan keputusan yang diambil secara literatur kedokteran.

12. Menyadari kinerja professionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya.

13. Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan
mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat,

14. Merancang, mengimplementasikan penelitian untuk menemukan jawaban dari


pertanyaan penelitian.

15. Menuliskan hasil penelitian sesuai dengan kaidah artikel ilmiah.

16. Membuat presentasi ilmiah dari hasil penelitiannya.

7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

Kompetensi Inti

Di dalam praktik kedokteran seorang dokter mempunyai kewajiban antara lain:

Berperilaku professional dan mendukung kebijakan kesehatan.

Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam
praktik kedokteran.

Menerapkan program keselamatan pasien/korban.

Ditinjau dari segi etika, moral, medikolegal, dan Professionalisme serta keselamatan
pasien/korban seorang lulusan Dokter diharapkan mampu:

1. Memiliki Sikap profesional

Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia.

Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien.

Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter pasien.

Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh.

Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan


pelayanan kesehatan serta dampaknya.

Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi.

Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit.


Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam
pemeriksaan/pengobatan setiap individu pasien/korban.

1. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

Menghormati setiap orang tanpa membedakan status social.

Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran yang
berharga, tanpa memandang status sosial.

Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para petugas
kesehatan lainnya.

Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik.

Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain.

Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan
lain, serta bertindak secara professional.

Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan yang tidak
professional.

1. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional dalam masalah
pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme

1. Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif

Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan

Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem
pelayanan kesehatan.

Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat melakukan
suatu perubahan.

Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan
kesehatan lain.

Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia.

Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan
sejawat.

Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender, orientasi


seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi.

1. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran Forensik


Dokter diwajibkan memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :

# Hak asasi manusia

# Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual

# Kode Etik Kedokteran Indonesia

# Pembuatan surat keterangan sehat, sakit, Visum et Repertum atau surat kematian.

# Proses di pengadilan, dokter berperan memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli
pemeriksa, menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan
ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum
jelas dari sisi ilmiah.

# Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

# Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktik
kedokteran.

# Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir,Amri.2007.Ilmu Kedokteran Forensik.Medan:Bagian Ilmu Kedokteran Forensik


dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.

2. Sampurna,Budi.2009.Malpraktek Kedokteran Pemahaman Dari Segi Kedokteran dan


Hukum.www.freewebs.com

3. Suryadi,Taufik.2009.Pengantar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Buku


Penuntun Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan Medikolegal.Banda Aceh:
FK Unsyiah/RSUDZA.
4. Mulyo,R Cahyono Adi.2006.Perananan Dokter dalam Proses Penegakan Hukum
Kesehatan.Universitas Negeri Semarang.

5. Aji,Jati Pulung.2008.Peranan Dokter Forensik dalam Praktek Peradilan Perkara


Pidana.Purworejo.

6. Sampurna,Budi.2009.Kedokteran Forensik Ilmu dan Profesi.Universitas Indonesia.

7. Konsil Kedokteran Indonesia.2006.Standar Pendidikan Profesi Dokter.Jakarta.

8. Konsil Kedokteran Indonesia.2006.Standar Kompetensi Dokter.Jakarta.

9. Perhimpunan Dokter Spesialis Forensik Indonesia.2008.Buku Panduan Pelaksanaan


Program P2KB untuk Dokter Spesialis Forensik.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai