Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
tidak diketahui meskipun beberapa data riset menunjukkan bahwa skizoafektif terkait
dengan faktor genetik. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas
dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.
Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresif, dan campuran.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi. Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala skizofrenik dan gangguan
perkiraan. Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua
antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National
1
pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22%
gangguan bipolar.2
Penyebab dari skizoafektif sulit dilakukan. Dugaan saat ini bahwa gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi
suatu patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan
gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
Depresi
d. Agitasi
Mania
a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
g. Mudah teralihkan
3
Skizofrenia
jiwa (PPDGJ-III):4
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
4
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
5
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
1.6 Diagnosis
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain
dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian
6
penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama
diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang
tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
Pasca-skizofrenia).
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau
depresi (F30-F33).
7
1.7 Diagnosis Banding
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara
khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala
gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi
boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut
telah terkendali.1,4
a. Psikofarmaka
di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari
digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol
valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja
8
tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan
obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood
makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
9
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.1
b. Psikoterapi
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan
pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
10
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan bipolar dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang
gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak
mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-
masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau
tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.
11
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Tn. B
MR : 00.48.97.30
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir/ umur :Bangkinang, 14 Agustus 1979/31 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/MA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Koto Panjang, Bangkinang, Riau
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
12
2. Sebab Utama
Pasien gaduh gelisah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dengan
gejala, emosi labil, marah-marah pada keluarga, suka melempar-lempar barang
apabila permintaan tidak dituruti.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien mengamuk melempar-lempar barang yang ada di rumah hingga
mengenai mobil dan rumah tetangganya karena permintaan pasien untuk
dibelikan barang-barang yang diinginkannya tidak dapat dipenuhi. Pasien
selalu menolak dan marah-marah saat diajak berobat. Keluarga meminta
bantuan satpol PP untuk membantu membawanya berobat ke RSJ Hb Saanin.
Pasien awalnya menerima tapi pada saat naik mobil satpol PP dan mobil
sedang berjalan pasien tiba-tiba marah karena merasa diejek oleh orang sekitar.
Pasien lalu melompat dari mobil hingga kepalanya luka.
14
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke 4
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr ( 52 tahun) 2. Lk/ Pr ( 50 tahun) 3. Lk/ Pr ( 45 tahun)
4. Lk/ Pr ( 31 tahun) 5. Lk/ Pr ( 28 tahun)
15
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas
tingkah laku hubungan (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
-
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
16
Skema Pedegree
Keterangan:
: LAKI-LAKI : Perempuan : Pasien :Meninggal
17
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik :
Minum ASI :
Usia mulai bicara :
Usia mulai jalan :
Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ),
gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas
terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan
lain-lain.....
d) Toilet training
Umur :
Sikap orang tua:
Perasaan anak untuk toilet training ini:
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur - - -
Prestasi* Cukup Cukup Tidak
Baik
18
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( - ), pekerjaan yang pernah
dilakukan -
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik (menurut pasien)
19
Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-), istri saja (-) suami
saja (-), selain orang tua sebutkan
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
20
bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan
( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( + ), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada
sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan
kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-
)
21
7. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ),
kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian
pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan
anak ( - ), persoalan dengan orang tua (+), persoalan dengan mertua ( - ),
masalah dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ),
mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ),
persiapan masuk pension ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah
di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( -
), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan
( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang ( -
), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum
( -), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia
dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus (
- ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik
atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh
pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ),
campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( -
), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap
atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ),
kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa
( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan (
- ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
22
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
23
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,7 C
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 65 kg
Status Gizi : Normoweight
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
Tremor tangan : tidak ada
Akatisia : tidak ada
Bradikinesia : tidak ada
Cara berjalan : tidak ada
Keseimbangan : tidak ada
Rigiditas : tidak ada
Kekuatan motorik : tidak ada
Sensorik : tidak ada
Refleks : bisep (+/+), trisep (+), archiles (+), patella (+)
Sucking (-), glabella (-), grasping (-), snout (-)
Corneomandibular (-), palmomental (-), kaki
klonik (-)
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( ), stupor
( ), kesadaran berkabut ( ), konfusi ( ), koma ( ), delirium ( ),
kesadaran berubah ( ), dan lain-lain…..
24
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ),
gelisah ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( ), tak menentu ( ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik :sehat ( + ), pucat ( ), lemas ( ), apatis ( ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( + ), lama ( - ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda (
- ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( -
), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
25
Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi (cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (-), afek inappropriate/ tidak serasi(+), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( + ), mood yang labil (swing mood) ( +
), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia (
- ), elasi ( ), hipomania ( - ), mania( + ), melankolia( - ), La belle
indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol
impuls ( - ).
26
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( -
), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( + ), halusinasi olfaktorik (
- ), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( -), halusinasi somatik ( -
), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( + ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
27
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes :tidak terganggu
Judgment sosial :tidak terganggu
28
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Tn. B berusia 31 tahun, agama Islam, suku Minang
dan belum menikah. Pasien datang ke poli jiwa RSUP dr M Djamil Padang
pada tanggal 17 Agustus 2018 diantar oleh keluarga dengan keluhan gaduh
gelisah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dengan gejala, emosi labil,
marah-marah pada keluarga, suka melempar-lempar barang apabila permintaan
tidak dituruti.
Pasien awalnya tidak mau berobat hingga akhirnya mau saat keluarga
meminta tolong Satpol PP untuk membujuknya. Penyakit pasien sempat
kambuh saat pasien berada di mobil satpol PP dan melompat karena merasa
diejek orang lain. Pasien mengalami trauma kepala di bagian occipital dekstra.
Pasien akhirnya mau berobat tetapi tahunya untuk mengobati sakit kepalanya.
Pasien rutin berobat setiap bulan dan pasien sudah merasakan adanya proses
sembuh pada dirinya seperti lebih tenang, tidak mudah marah dan tidur lebih
nyenyak.
29
Pasien biasa dimanja oleh kedua orangtuanya.
Lingkungan dan psikososial
Pasien bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya.
XII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Risperidon 3 mg 2 x1
Haloperidol 5 mg 2x1
CPZ 100 mg 1x1
THP 2mg 2x1
Lorazepam 1 mg 2x1
B. Non Farmakoterapi
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
30
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu,
juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.
XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : dubia et bonam
Quo et sanctionam : dubia et bonam
31
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri
AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 2 Mei 2018
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
- Assalamualaikum - Waalaikumsalam
Pak B, perkenalkan - Boleh nak Kooperatif
saya dokter muda
Galuh dan Syukra.
Kami mau
memeriksa bapak
sebentar, boleh?
- Bagaimana kabar - Baik
bapak hari ini?
- Apa yang terjadi - Saya mengalami
sebelum bapak luka di kepala saya
dibawa kesini? pak waktu sedang
naik mobil satpol PP
32
- Saat di rumah - Saya biasa saja pak, -Manik
bapak bagaimana cuman kalau dibuat
pak? kesal saya ya marah.
Apalagi kalau tidak
dituruti permintaan
saya.
- Selain itu apa yang - Oh, ada pak! saya - Halusinasi visual
pernah Bapak rasa? sering melihat - Halusinasi
Pernahkah melihat bayang-bayangan auditorik
bayangan-bayangan? dulu dan mendengar
Mendengar suara- suara yang kurang
suara atau merasa jelas. Hal tersebut
diraba-raba padahal juga mengganggu
bapak sedang tidur saya.
sendiri?
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan & Sadock -
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri - Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa Aksara
Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat. Dalam: Riset
Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 125-127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment
8. Psychosis and Schizophrenia. Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and Mood
Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. England : Cambridge
University Press. 2008:26-34.
34