NASKAH PSIKIATRI
F.41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Oleh:
Annisa Amalina P 2651 A
Rinaldi Syahputra P 2405 B
Ulfah Arfi P 2650 A
Preseptor:
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi............................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi..................................................................................... 3
2.3 Etiopatogenesis.................................................................................. 4
2.4 Gambaran Klinis............................................................................... 9
2.5 Diagnosis........................................................................................... 10
2.6 Tatalaksana........................................................................................ 12
2.7 Prognosis........................................................................................... 13
BAB 3 LAPORAN KASUS
3.1 ..........................................................................................................
3.2 ..........................................................................................................
3.3 ..........................................................................................................
3.4 ..........................................................................................................
3.5 ..........................................................................................................
3.6 ..........................................................................................................
BAB 4 DISKUSI DAN KESIMPULAN
4.1 ..........................................................................................................
4.2 ..........................................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, timbul
sepanjang hari, hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
menyebabkan gangguan yang nyata. Kecemasan tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya mengambang).1
Gangguan anxietas menyeluruh terjadi sekitar 1-5% dari populasi umum. Banyak dari
pasien memiliki gangguan lainnya dan memiliki prognosis yan lebih buruk saat terjadi
bersama komorbid lainnya.1,2
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting
tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis.
Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak
lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi
kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali
peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.1,3
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling sering terjadi di
masyarakat. Hampir 30 juta orang di Amerika Serikat pernah mengalami gangguan ini dengan
angka kejadian pada wanita dua kali lebih besar dibandingkan pria.4
Prevelensi gangguan anxietas menyeluruh sepanjang hidup sekitar 5 persen, jarang
pada masa remaja sering pada wanita dibandin laki-laki. Gangguan anxietas menyeluruh
sering disertai komorbid depresi berat atau dengan spektrum anxietas lainnya.4
Gangguan kecemasan dapat dilihat sebagai bagian dari gangguan mental terkait, yang
dapat diklasifikasikan dalam Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III yaitu
: (1) gangguan ansietas fobik (agoraphobia, fobia sosial, fobia khas(terisolasi), gangguan
ansietas fobik lainnya dan ganguan ansietas fobik YTT), (2) Gangguan ansietas lainnya
(ganguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran ansietas dan depresi,
gangguan ansietas campuran lainnya, gangguan ansietas lainnya YDT, gangguan ansietas
YTT.5
Terdapat interaksi antara faktor genetik dan pengalaman yang mempengaruhi
gangguan kecemasan. Ada sedikit keraguan bahwa gen yang abnormal dapat menyebabkan
4
seseorang rentan terhadap keadaan kecemasan patologis, namun bukti jelas menunjukkan
bahwa peristiwa kehidupan yang traumatis dan stres juga dapat menjadi penyebab yang cukup
penting.4
Dalam laporan kasus ini, akan dibahas lebih mendetail mengenai gangguan anxietas
menyeluruh, yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, serta prognosis, laporan kasus, serta analisis kasus.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan anxietas menyeluruh atau Generalized Anxiety Disorder (GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan,
berlangsung berhari-hari dan dapat lebih dari 6 bulan serta menyebabkan gangguan yang
nyata. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-
gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.6,7
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir.
Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.6
Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut dengan
ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan siaga.
Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.6
2.2 Epidemiologi
Prevelensi gangguan anxietas menyeluruh sepanjang hidup sekitar 5 persen, jarang
pada masa remaja sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Gangguan anxietas menyeluruh
sering disertai komorbid depresi berat atau dengan spektrum anxietas lainnya.7
National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat orang, memenuhi
kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas dengan angka prevalensi sebesar 17,7% dalam
satu tahun. Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh adalah 3-8% , dengan
prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar
2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan
insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan
yang paling sering ditemukan pada usia tua. 3,8
2.3 Etiopatogenesis
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan terjadinya
gangguan anxietas menyeluruh. Teori-teori tersebut antara lain :
6
1. Kontribusi Ilmu Psikologi
Tiga teori utama yaitu psikoanalitik, perilaku, dan eksistensial telah memberikan
kontribusi teori tentang penyebab kecemasan. Teori masing-masing memiliki kegunaan baik
konseptual dan praktis dalam mengobati gangguan kecemasan.4
a. Teori psikoanalitik
Meskipun Freud awalnya diyakini bahwa kecemasan berasal dari penumpukan
fisiologis libido, ia akhirnya merumuskan kembali kecemasan sebagai sinyal adanya bahaya di
bawah sadar. Menanggapi sinyal ini, ego digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk
mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima yang muncul ke dalam kesadaran.4
Dari perspektif psikodinamik, tujuan terapi tidak diperlukan untuk menghilangkan
kecemasan semua tapi untuk meningkatkan toleransi kecemasan, yaitu, kemampuan untuk
mengalami kecemasan dan menggunakannya sebagai sinyal untuk menyelidiki konflik yang
mendasari yang telah menciptakannya. Kecemasan muncul sebagai respon terhadap berbagai
situasi selama siklus hidup dan, meskipun agen psychopharmacological mungkin
memperbaiki gejala, mereka mungkin tidak melakukan apapun untuk mengatasi situasi hidup
atau berkorelasi internal yang telah mendorong keadaan kecemasan.4
Untuk memahami sepenuhnya kecemasan pasien dari pandangan psikodinamik,
seringkali berguna untuk berhubungan kecemasan atas masalah-masalah perkembangan. Pada
tingkat awal, kecemasan disintegrasi mungkin ada. Kecemasan ini berasal dari ketakutan
bahwa fragmen kehendak diri karena orang lain tidak menanggapi dengan penegasan
diperlukan sebagai validasi. Kecemasan persecutory dapat dihubungkan dengan persepsi
bahwa diri sedang diserbu dan dimusnahkan oleh suatu kekuatan jahat dari luar. Sumber lain
dari kecemasan melibatkan anak yang takut kehilangan cinta atau persetujuan orang tua atau
kekasih. Pada tingkat yang paling dewasa, superego kecemasan berhubungan dengan perasaan
bersalah tentang tidak memenuhi standar diinternalisasi perilaku moral yang berasal dari orang
tua.Seringkali, sebuah wawancara psikodinamik dapat menjelaskan tingkat utama dari
kecemasan yang menangani seorang pasien. Beberapa kecemasan jelas berkaitan dengan
konflik pada beberapa tingkat perkembangan yang bervariasi.4
b. Teori Perilaku
Teori-teori perilaku adalah respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan tertentu.
Dalam model pengkondisian klasik, seorang gadis dibesarkan oleh seorang ayah yang kasar,
misalnya, dapat menjadi cemas segera setelah ia melihat ayahnya yang kasar. Melalui
generalisasi, dia mungkin akan percaya semua orang. Dalam model pembelajaran sosial,
7
seorang anak dapat mengembangkan respon kecemasan dengan meniru kecemasan di
4
lingkungan, seperti orang tua cemas.
c. Teori eksistensial
Teori kecemasan eksistensial menyediakan model untuk kecemasan umum, di mana
tidak ada stimulus khusus yang diidentifikasi untuk rasa cemas yang sifatnya kronis. Konsep
utama teori eksistensial adalah bahwa perasaan orang pengalaman hidup di alam semesta
tanpa tujuan. Kekhawatiran eksistensial tersebut dapat meningkat sejak pengembangan senjata
nuklir dan bioterorisme.4
d. Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan
oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negatif pada lingkungan, adanya distorsi
pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri
untuk menghadapi ancaman.5
e. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan
gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan
kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.6
8
benzodiazepin) cenderung memfasilitasi adaptasi hewan untuk situasi ini, sedangkan obat lain
(misalnya, amfetamin) lebih lanjut mengganggu respon perilaku hewan.4
c. Norepinefrin
Gejala kronis yang dialami oleh pasien dengan gangguan kecemasan, seperti serangan
panik, insomnia, terkejut, dan hyperarousal otonom, merupakan karakteristik fungsi
noradrenergik yang meningkat. Itu teori umum tentang peranan norepinefrin pada gangguan
kecemasan dimana pasien yang terkena mungkin memiliki sistem noradrenergik yang buruk.
Badan sel dari sistem noradrenergik terutama terlokalisasi pada lokus seruleus di pons rostral,
dan mereka memproyeksikan akson mereka ke korteks otak, sistem limbik, batang otak, dan
sumsum tulang belakang. Percobaan pada primata telah menunjukkan bahwa stimulasi dari
lokus seruleus menghasilkan respon ketakutan pada hewan dan bahwa ablasi dari daerah yang
sama atau sama sekali menghambat menghambat kemampuan hewan untuk membentuk
respon ketakutan.4
Studi pada manusia telah menemukan bahwa pada pasien dengan gangguan panik, agonis
reseptor adrenergik (misalnya, isoproterenol [Isuprel]) dan adrenergik antagonis reseptor
(misalnya, yohimbine [Yocon]) dapat memicu serangan panik yang sering dan cukup parah.
Sebaliknya, clonidine (Catapres), sebuah beta 2-reseptor agonis, mengurangi gejala kecemasan
dalam beberapa situasi eksperimental dan terapeutik. Temuan yang kurang konsisten adalah
bahwa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama gangguan panik, memiliki cairan
serebrospinal tinggi (CSF) atau tingkat urin metabolit noradrenergik 3-metoksi-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG).4
d. Hipotalamus-hipofisis-adrenal Axis
Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa banyak bentuk stres psikologis meningkatkan
sintesis dan pelepasan kortisol.Kortisol berfungsi untuk memobilisasi dan untuk melengkapi
penyimpanan energi dan kontribusi untuk gairah meningkat, kewaspadaan, perhatian terfokus,
dan pembentukan memori; penghambatan pertumbuhan dan sistem reproduksi, dan penahanan
dari respon kekebalan.Sekresi kortisol yang berlebihan dan berkelanjutan dapat memiliki efek
samping yang serius, termasuk hipertensi, osteoporosis, imunosupresi, resistensi insulin,
dislipidemia, dyscoagulation, dan, akhirnya, aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular.
Perubahan dalam hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) fungsi sumbu telah dibuktikan dalam
PTSD. Pada pasien dengan gangguan panik, tumpul hormon adrenocorticoid (ACTH)
terhadap berbagai corticotropin- releasing factor (CRF) telah dilaporkan dalam beberapa
penelitian dan tidak pada orang lain.4
9
e. Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Salah satu mediator yang paling penting dari respon stres, CRH mengkoordinasikan
perubahan perilaku dan fisiologis adaptif yang terjadi selama stres.Tingkat CRH di
hipotalamus meningkat pada orang dengan stres, mengakibatkan aktivasi dari sumbu HPA dan
meningkatkan pelepasan kortisol dan dehydroepiandrosterone (DHEA). CRH juga
menghambat berbagai fungsi neurovegetative, seperti asupan makanan, aktivitas seksual, dan
program endokrin untuk pertumbuhan dan reproduksi.4
f. Serotonin
Identifikasi jenis reseptor serotonin telah mendorong pencarian untuk peran serotonin
dalam patogenesis gangguan kecemasan. Berbagai jenis hasil stres akut pada omset 5-
hidroksitriptamin (5-HT) meningkat pada korteks prefrontal, amigdala, dan hipotalamus
lateral. Kepentingan dalam hubungan ini pada awalnya didorong oleh pengamatan bahwa
antidepresan serotonergik memiliki efek terapi dalam beberapa gangguan kecemasan
misalnya, clomipramine (Anafranil) di OCD.Efektivitas buspirone (BuSpar), suatu serotonin
5-HT1A agonis reseptor, dalam pengobatan gangguan kecemasan juga menunjukkan
kemungkinan adanya hubungan antara serotonin dan kecemasan.Badan sel neuron
serotonergik kebanyakan terletak di inti raphe di batang otak dan sel – sel yang menuju ke
korteks, sistem limbik (khususnya amigdala dan hippocampus), dan hipotalamus. Beberapa
laporan menunjukkan bahwa meta-chlorophenylpiperazine (MCPP), obat serotonergik, dan
fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan kecemasan
meningkat pada pasien dengan gangguan kecemasan, dan banyak laporan menunjukkan bahwa
serotonergik halusinogen dan stimulansia misalnya, asam diethylamide lysergic (LSD) dan
3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA) terkait dengan perkembangan gangguan
kecemasan akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat ini.4
g. GABA
Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh penggunaan golongan
benzodiazepin, yang meningkatkan aktivitas GABA pada jenis reseptor GABA A (GABAA),
dalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan. Meskipun potensinya rendah,
benzodiazepin adalah obat yang paling efektif untuk mengatasi gejala dari gangguan
kecemasan umum, potensi tinggi obat – obat golongan benzodiazepin, seperti alprazolam
(Xanax), dan clonazepam efektif dalam pengobatan gangguan panik. Sebuah antagonis
benzodiazepin, flumazenil (Romazicon), menyebabkan serangan panik sering berat pada
pasien dengan gangguan panik. Data ini telah membawa para peneliti berhipotesis bahwa
10
beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal dari reseptor
GABAA mereka, meskipun hubungan ini belum terbukti secara langsung.4
h. Aplysia
Sebuah model neurotransmitter untuk gangguan kecemasan didasarkan pada studi Aplysia
californica, oleh pemenang Hadiah Nobel Eric Kandel, MD Aplysia adalah siput laut yang
bereaksi terhadap bahaya dengan menghindar, menarik diri ke dalam cangkangnya.Perilaku ini
dapat dikondisikan secara klasik, sehingga siput merespon stimulus netral seolah-olah itu
stimulus berbahaya.Siput juga bisa menjadi peka dengan guncangan acak, sehingga
menunjukkan respon walaupun dengan tidak adanya bahaya nyata.Aplysia klasik dikondisikan
menunjukkan perubahan terukur dalam fasilitasi presynaptic, sehingga terjadi peningkatan
pelepasan jumlah neurotransmitter. Meskipun siput laut adalah hewan sederhana, karya ini
menunjukkan pendekatan eksperimental untuk proses neurokimia kompleks yang berpotensi
terlibat dalam gangguan kecemasan pada manusia.4
i. Neuropeptida Y
Neuropeptide Y (NPY) adalah asam amino peptida, yang merupakan salah satu
peptida yang paling berlimpah ditemukan di otak mamalia. Bukti yang menunjukkan
keterlibatan amigdala dalam efek ansiolitik NPY yang kuat, dan mungkin terjadi melalui
reseptor NPY-Y1. NPY memiliki efek regulasi counter pada sistem CRH dan LC-NE di lokasi
otak yang penting dalam ekspresi kecemasan, ketakutan, dan depresi. Studi awal dalam
tentara operasi khusus di bawah tekanan yang ekstrim pelatihan menunjukkan bahwa tingkat
NPY tinggi berhubungan dengan kinerja yang lebih baik.4
j. Galanin
Galanin adalah polipeptida yang pada manusia ditemukan mengandung 30 asam amino.
Galanin telah terbukti terlibat dalam sejumlah fungsi fisiologis dan perilaku, termasuk belajar
dan memori, mengontrol rasa sakit, asupan makanan, kontrol neuroendokrin, regulasi
kardiovaskular, dan terakhir kecemasan. Sebuah galanin immunoreactive padat serat sistem
yang berasal dari LC innervasi otak depan dan struktur otak tengah, termasuk hippocampus,
hipotalamus, amigdala, dan korteks prefrontal. Studi pada tikus telah menunjukkan bahwa
galanin dikelola terpusat memodulasi kecemasan terkait perilaku. Galanin dan agonis reseptor
NPY mungkin menjadi target baru untuk pengembangan obat anti ansietas.4
11
2.4 Gambaran Klinis
Gejala utama dari gangguan anxietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai
bergetar, kelelahan, dan sakit kepala. Hiperaktivitas autonom timbul dalam bentuk pernapasan
yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat juga
kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.2
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatic, atau datang ke
dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien biasanya memperlihatkan
perilaku mencari perhatian. Sebagian pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang
adekuat, dan sebagian lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah
mereka.2
2.5 Diagnosis
Kriteria diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III:
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagi gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).5
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb).5
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol. 5
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik,
gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.5
12
:
Kriteria diagnosis menurut DSM V 7
2.6 Tatalaksana
1. Psikoterapi
a. Terapi kognitif-perilaku
13
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung.Teknik utama yang digunakan
untuk pendekatan adalah relaksasi dan biofeedback.4,9
b. Terapi suportif
Pasien diberikan kenyamanan dan keamanan, digali potensi-potensi yang ada yang
belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi social dan
pekerjaannya.9
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyikapan konflik bawah sadar, menilik
egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Sebagian besar pasien mengalami
berkurangnya ansietas secara nyata ketika diberikan kesempatan untuk mendiskusikan
kesulitan mereka dengan dokter yang simpatik dan peduli. Jika ditemukana adanya situasi
eksternal yang mendasari ansietas, maka dokter dibantu oleh pasien dan keluarga akan
berusaha mengubah lingkungan sehingga mengurangi tekanan yang menimbulkan stress.
Perbaikan gejala dapat memungkinkan pasien dapat berfungsi dengan efektif dalam pekerjaan
dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan kepuasan baru yang bersifat terapeutik.4
2. Farmakoterapi
Tiga obat utama yang dapat diberikan pada pasien gangguan anxietas menyeluruh adalah
buspiron, benzodiazepine, dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat lain yang
dapat berguna adalah trisiklik (contohnya imipramine [Tofranil]), antihistamin, dan antaginis
β-adrenergik (contohnya propranolol [Inderal]).4
a. Benzodiazepin
Merupakan obat pilihan pertama. Pemberiannya dimulai dengan dosis terendah dan
ditingkatkan sampai respon terapi. Lama pengobatan rata-rata 2 hingga 6 minggu diikuti 1
atau 2 minggu untuk menurunkan dosis secara bertahap.9
b. Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita gangguan anxietas menyeluruh. Buspiron
lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding dengan gejala somatik.
Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2 - 3 minggu. Sebuah studi
melaporkan penggunaan buspiron yang dikombinasi dengan benzodiazepine lebih efektif dari
pada kedua obat tersebut diberikan secara tersendiri, kemudian dilanjutkan dengan tapering
off benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.9
c. Venlafaksin
14
Efektif untuk mengobati insomnia, konsentrasi yang buruk, kegelisahan, iritabilitas, dan
ketegangan otot yang berlebihan akibat gangguan anxietas menyeluruh.9
d. SSRI
Efektif terutama pada pasien dengan komorbid depresi. Kerugian SSRI terutama
fluoxetine (Prozac) yaitu dapat meningkatkan ansietas secara sementara. Maka dari itu, SSRI
sertraline (Zoloft) atau paroksetin (Paxil) adalah pilihan yang lebih baik, memulai terapi
dengan sertraline ditambah benzodiazepine kemudian menurunkan dosis benzodiazepine
4
setelah 2 atau 3 minggu.
2.7 Prognosis
Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
menungkinkan berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami
9
gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Ny. E
MR : 03.09.73
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir/ Umur : Padang, 14 Agustus 1970 / 47 Tahun
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
16
2. Sebab Utama
Pasien cemas dan berdebar debar ketika mendengar ketukan pintu dan
mendengar suara-suara langkah kaki saat suaminya pulang dari bekerja.
17
6. Riwayat keluarga
c) Saudara
Jumlah bersaudara 4 orang dan pasien anak ke 3
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr ( 54 tahun) 2. Lk/ Pr ( 50 tahun) 3. Lk/ Pr ( 47 tahun)
4. Lk/ Pr ( 31 tahun)
18
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas
tingkah laku hubungan (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
-
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
19
Skema Pedegree
Keterangan:
: LAKI-LAKI : Perempuan : Pasien :Meninggal
i) Dan lain-lain
20
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : Baik
Minum ASI : Lupa
Usia mulai bicara : Lupa
Usia mulai jalan : Lupa
Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ),
gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas
terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan
lain-lain.....
d) Toilet training
Umur : Lupa
Sikap orang tua: Lupa
Perasaan anak untuk toilet training ini: Lupa
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur - - -
Prestasi* Cukup - -
21
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( - ), pekerjaan yang pernah
dilakukan -
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik (menurut pasien)
22
Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (v), istri saja (-) suami
saja (-), selain orang tua sebutkan
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (+) dan lain-lain.
23
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)
Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
24
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan
( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian
( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-
)
25
8. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan ( - ), perkawinan ( + ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ),
kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian
pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan
anak ( - ), persoalan dengan orang tua (-), persoalan dengan mertua ( - ),
masalah dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ),
mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ),
persiapan masuk pension ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah
di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( -
), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan
( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang (+), memiliki hutang ( -
), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum
( -), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia
dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus (
- ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik
atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh
pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ),
campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( -
), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap
atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ),
kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa
( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan (
- ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
Pasien menyatakan ingin sembuh dan tidak ada perasaan cemas lagi,
pasien juga ingin pindah dari rumah karna tetangga pasien kurang baik
terhadap pasien.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
26
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2017-2019
Pasien Berobat rutin dan terkontrol setiap bulan
Tahun 2017 ke rumah sakit.
Pasien merasakan cemas dan
berdebar-debar sejak Agustus
2017 akibat permasalahan yang
dialami dalam keluarga
27
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,7 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 57 kg
Status Gizi : Normoweight
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
Tremor tangan : tidak ada
Akatisia : tidak ada
Bradikinesia : tidak ada
Cara berjalan : tidak ada
Keseimbangan : tidak ada
Rigiditas : tidak ada
Kekuatan motorik : tidak ada
Sensorik : tidak ada
Refleks : bisep (+/+), trisep (+), archiles (+), patella (+)
Sucking (-), glabella (-), grasping (-), snout (-)
Corneomandibular (-), palmomental (-), kaki
klonik (-)
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( ), stupor
( ), kesadaran berkabut ( ), konfusi ( ), koma ( ), delirium ( ),
kesadaran berubah ( ), dan lain-lain…..
28
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ),
gelisah ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( ), tak menentu ( ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik :sehat ( + ), pucat ( ), lemas ( ), apatis ( ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda (
- ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( -
), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
29
Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi* : stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap
(expansive mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing
mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ),
ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ),
aleksitimia ( - ), elasi ( ), hipomania ( - ), mania(-), melankolia( - ), La
belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( + ) bunyi ketukan pintu san suara yang muncul secara tiba-
tiba, free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional
( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
30
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( -
), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( -), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik (
- ), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( -), halusinasi somatik ( -
), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
31
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes :tidak terganggu
Judgment sosial :tidak terganggu
32
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Ny. E berusia 47 tahun, agama Islam, suku Minang
dan belum menikah. Pasien datang sendiri ke poli Dewasa RSJ Hb. Saanin
Padang pada tanggal 17 Januari 2019 dengan keluhan sering merasa cemas.
Pasien cemas dan berdebar debar saat mendengar suara ketukan pintu, langkah
kaki maupun suara suara yang tiba tiba berbunyi termasuk klakson mobil
maupun motor. Pasien mengeluhkan sakit kepala, pundak yang menjalar ke
punggung, gemetaran kaki, susah tidur dan ada riwayat sakit magh
Awalnya 2 tahun lalu pasien tiba tiba berdebar debar tanpa sebab saat
sholat dzuhur dan langsung terjatuh, setelah kejadian tersebut pasien
merasakan keluhan keluhan yang sifatnya cemas terhadap sesuatu, setelah itu
pasian mencoba untuk berobat ke dukun kampung namun tidak kunjung
sembuh, akhirnya pasien datang ke puskesmas dan langsung di anjurkan untuk
kontrol ke poliklinik RSJ HB. Saanin oleh dokter puskesmas untuk keluhan
yang dialami oleh pasien.
Psikologis
Pasien cemas dan berdebar debar saat mendengar suara ketukan pintu,
langkah kaki maupun suara suara yang tiba tiba berbunyi
A. Farmakoterapi
Clobazam 2 mg 2x1
Fluoxetin 10 mg 1x1
B. Non Farmakoterapi
-
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
34
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : dubia et bonam
Quo et sanctionam : dubia et bonam
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien perempuan 47 tahun datang ke Poliklinik Dewasa RSJ HB. Saanin
Padang. Berdasarkan wawancara psikiatri pada tanggal 17 Januari 2019 didapatkan adanya
keluhan cemas dan berdebar debar saat mendengar suara ketukan pintu, langkah kaki
maupun suara suara yang tiba tiba berbunyi termasuk klakson mobil maupun motor. Hal
ini sesuai dengan poin diagnostik untuk penyakit gangguan ansietas menyeluruh. Dari
anamnesis didapatkan penderita menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan
gangguan anxietas menyeluruh sejak 2 tahun yang lalu. Cemas dirasakan hampir
sepanjang hari dan tidak terbatas pada suatu situasi tertentu.
Pasien juga kesulitan untuk tidur karena kecemasan yang diarasakannya.
Ketegangan motorik berupa nyeri kepala bagian belakang yang menjalar ke pundak dan
punggung . Overaktifitas autonomik seperti, dada berdebar-debar, gemetaran kaki dan
sakit perut. Penderita bersifat kooperatif saat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan
dan tidak bersifat menghindar. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik PPDGJ III untuk
gangguan cemas menyeluruh.
35
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan cemas menyeluruh ialah
penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keaadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya „free floating’ atau
mengambang).
Untuk diagnosis aksis II, berdasarkan autoanamnesis dan aloanamnesis pasien
tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian maupun retardasi mental pada pasien.
Pasien terdapat diagnosis untuk aksis III yaitu gastritis. Pada pasien ini didapatkan masalah
dengan primary support group (keluarga). Terdapat beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik, sehingga pada aksis V
berdasarkan penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada
pada nilai 70-61.
Pasien sudah mengalami keluhan sejak 2 tahun yang lalu dan rutin kontrol ke Poli
Dewasa RSJ HB Saanin Padang. Pasien mendapatkan obat Clobazam 2 mg 2x1 dan
Fluoxetin 10 mg 1x1. Clobazam merupakan Anti Anxietas dan Fluoxetin 10 mg 1x1
sebagai SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor).
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Gale Christoper. Generalised Anxiety Disorder Clinical review. British Medical Journal.
2017: 334 pp 579- 581.
2. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013.
3. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
[Internet] 2007 [cited 2018 Agustus 6]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
4. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime
prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national
comorbidity survey replication. Arch Gen Psychiatry. 2005; 62(6):593-602.
5. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock‟s Synopsis of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New York:
Lippincott Williams & Wilkins: 2007;pg 580-8.
6. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas (PPDGJ-III).
Gangguan Anxietas : Gangguan Anxietas menyeluruh. FK-Unika Atmajaya : Jakarta.
2001. Hal. 74.
7. DSM IV-TR. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM IV-TR).
Washington DC: American Psychiatric Association.American Psychological Association.
2000.
8. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock‟s Synopsis of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New York:
Lippincott Williams & Wilkins: 2017;pg 4424-4426.
9. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in Dale DC,
Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. : 2007
37
Lampiran 1. Kutipan Wawancara Psikiatri
38
- Saat di rumah Ibu - Saya merasa cemas
bagaimana sikapnya dengan uang dari
dengan suami atau gaji suami tidak
anak dan anggota cukup, dengan anak
keluarga lain? dan anggota
keluarga lain baik
- Selain itu apa yang - Oh, tidak ada
pernah Bapak rasa?
Pernahkah melihat
bayangan-bayangan?
Mendengar suara-
suara atau merasa
diraba-raba padahal
bapak sedang
sendiri?