NASKAH PSIKIATRI
Oleh:
Preseptor:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul
“Gangguan Anxietas Menyeluruh” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Case report session ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
penulis mengenai Gangguan Anxietas Menyeluruh, serta menjadi salah satu syarat
dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior di bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam pembuatan case report session, khususnya Dr. dr.
Yaslinda Yaunin, Sp.KJ sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan waktu
dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan kepada kami. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama dokter muda dan semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan case report session ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu disini.
Dengan demikian, kami berharap case report session ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman semua pihak tentang
Gangguan Anxietas Menyeluruh.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
dengan gangguan ansietas memiliki kecenderungan menderita penyakit somatik
seperti asma, penyakit jantung, sakit pinggang, ulser, migrain, dan masalah mata.6
Semua orang dapat mengalami kecemasan. Hal ini sering ditandai sebagai
rasa tidak menyenangkan, ketakutan, dan sering disertai dengan gejala otonom
seperti sakit kepala, berkeringat, jantung berdebar, sesak di dada, ketidaknyamanan
pada perut yang ringan, dan rasa gelisah, yang ditunjukkan dengan
ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri diam dalam waktu yang lama.4
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8%, dengan
prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-
laki sekitar 2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga
dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun.
GAD merupakan gangguan anxietas yang paling sering ditemukan pada usia tua.9
5
2.3.2 Teori Neurobiologi
Amigdala adalah area otak dimana rasa takut berasal. Input sensori
diterima dari area otak seperti talamus sensori, korteks sensori, dan korteks
prefrontal. Hubungan antara amigdala dan area prefrontal korteks
meregulasi pengalaman rasa takut dan menyebabkan respon fisiologis.
Respon motorik dapat dikontrol oleh hubungan dengan regio
periaqueductal di otak. Bersama-sama, sistem ini membentuk repson
takut. Apabila sistem ini tidak diregulasi dengan baik, maka terjadilah
sindroma ansietas klinis.10
Dengan cara yang serupa, rasa cemas, proses kognitif diregulasi
oleh cortico-striato-thalamp-cirtical circuitry (CSTC). Sirkuit ini
melibatkan neurotransmitter dan reseptor yang menjadi taret terapi
farmakoterapi. Beberapa sirkuit neurotransmitter di amigdala dan CSTC
terlibat dalam rasa takut, ansietas, dan khawatir. GABA merupakan
neurotransmitter inhibitor penting di otak. Sirkuit pada amgdala dan CSTC
melibatkan GABA dianggap penting dalam terjadinya rasa takut, anisetas,
dan khawatir. Untuk ansietas, reseptor GABA tampaknya lebih relevan.
Kompleks reseptor ini melibatkan lima sub unit dan kanal sentral dimana
ion klorida masuk ke dalam sel saat GABA berikatan dengannya. Sub unit
ini adalah α, β, ϒ, and δ. Inflow krorida menurunkan aktifitas listrik neuron
dan bersifat inhibitori. Ligan seperti benzodiazepin berikadan dan bekerja
sebagai modulator allosteric. GABA-A reseptor dimana benzodiazepam
berperan sebagai ansiolitik memiliki dua sub unit β ditambah salah satu
ϒ2 atau ϒ3 ditambah 2 dari tipe α1, α2, or α3 . Adanya GABA,
benzodiazepin, menghinhibisi dan menurunkan ansietas dan respon takut
pada amygdala dan khawatir pada CSTS.10
Serotonin adalah neurotransmitter penting yang ada di amygdala
dan prefrontal cortex. Projeksi neuronal melibatkan serotonin dari dorsal
raphe nucleus ke amygdala dan frintal cortex dianggap terlibat dalam
ansietas antisipatorik dan penghindaran. Overaktifitas sistem serotonin
dapat terlibat dalam gangguan ansietas. Aktivasi resepor presinap
6
serotonin-1 menyebabkan penurunan aktifitas serotonin, diikuti dengan
peningkatan.11
Obat serotonin efektif untuk depresi, yang memiliki kemiripan
gejala dengan gangguan ansietas menyeluruh. Pasien dengan depresi dan
ansietas yang diterapi dengan SSRI tidak hanya mengalami perbaikan
gejala depresi namun juga perbaikan gejala ansietas. Peningkatan awal
aktifitas serotonin dapat menyebabkan gejala ansietas. Mekanisme pasti
dari peningkatan serotonin masih belum dipahami dan dapat melibatkan
lebih dari satu neurotransmitter. Stimulasi post sinap reseptor serotonin-2
di sistem limbik juga dapat menyebabkan ansietas. Dengan memblokir
reseptor ini dapat bermanfaat bagi pasien.11
Jenis reseptor yang juga penting adalah voltage-sensitive calcium
channel (VSCC). Reseptor ini mirip dengan reseptor GABA karena terdiri
dari beberapa sub unit. Reseptor ini ditemukan di amygdala prefrontal
cortex. Overaktifititas reseptor di amygdala dianggap menyebabkan
respon ansietas dan cemas CSTS. VSCC terdiri dari subunit α2δ
tampaknya menjadi target untuk pregabalin dan gabapentin, yang
menurunkan ansietas.11
2.5 Diagnosis
Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III adalah sebagai berikut:5
7
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk,
sulit berkonsentrasi dll)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,gemetaran tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debarsesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkanserta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis gangguan ansietas
menyeluruh , selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresi (F32.-), gannguan ansietas fobik (F.40),gangguan panik
(F41.0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
8
2.7 Terapi
1. Farmakoterapi
Tiga obat utama yang dapat diberikan pada pasien gangguan cemas
menyeluruh adalah buspiron, benzodiazepine, dan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI). Obat lain yang dapat berguna adalah trisiklik (contohnya
imipramine [Tofranil]), antihistamin, dan antagonis β-adrenergik (contohnya
propranolol [Inderal]).12
a. Benzodiazepin
Merupakan obat pilihan pertama. Pemberiannya dimulai dengan
dosis terendah dan ditingkatkan sampai respon terapi. Lama pengobatan
rata-rata 2 hingga 6 minggu diikuti 1 atau 2 minggu untuk menurunkan dosis
secara bertahap.12
b. Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita gangguan cemas
menyeluruh. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif
disbanding dengan gejala somatic. Kekurangannya adalah efek klinisnya
baru terasa setelah 2 - 3 minggu. Sebuah studi melaporkan penggunaan
buspiron yang dikombinasi dengan benzodiazepine lebih efektif dari pada
kedua obat tersebut diberikan secara tersendiri, kemudian dilanjutkan
dengan tapering off benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
buspiron sudah mencapai maksimal.12
c. SSRI
Efektif terutama pada pasien dengan komorbid depresi. Kerugian
SSRI terutama fluoxetine (Prozac) yaitu dapat meningkatkan ansietas secara
sementara. Maka dari itu, SSRI sertraline (Zoloft) atau paroksetin (Paxil)
adalah pilihan yang lebih baik.memulai terapi dengan sertraline ditambah
benzodiazepine kemudian menurunkan dosis benzodiazepine setelah 2 atau
3 minggu.12
2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara
9
langsung.Teknik utama yang digunakan untuk pendekatan adalah relaksasi
dan biofeedback.12
b. Terapi suportif
Pasien diberikan kenyamanan dan keamanan, digali potensi-potensi
yang ada yang belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.12
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyikapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength,relasi obyek, serta keutuhan self pasien.
Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata ketika
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan mereka dengan dokter
yang simpatik dan peduli. Jika ditemukana adanya situasi eksternal yang
mendasari ansietas, maka dokter dibantu oleh pasien dan keluarga akan
berusaha mengubah lingkungan sehingga mengurangi tekanan yang
menimbulkan stress. Perbaikan gejala dapat memungkinkan pasien dapat
berfungsi dengan efektif dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari
sehingga mendapatkan kepuasan baru yang bersifat terapeutik. 12
2.8 Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
memungkinkan berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita
akhirnya mengalami gangguan panic, juga dapat mengalami gangguan
depresi mayor.12
10
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat & tanggal lahir/ Umur : 20 Juni 1969 / 51 tahun
Status perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Tukang Parkir
Alamat : Belimbing, Padang
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
11
2. Sebab Utama
Pasien merasa pusing dan cemas berkepanjangan sejak ± 2,5 tahun yang
lalu.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien datang ke poliklinik RSJ HB Saanin untuk kontrol karena merasa
masih membutuhkan obat.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Awalnya pasien merasa pusing dan berdebar-debar, hal ini dirasakan
sudah sejak enam bulan sebelum datang ke poliklinik RSJ Prof. HB Saanin
Padang dua tahun yang lalu, dirasakan hampir setiap hari dan berkepanjangan.
Ketika pasien merasa cemas, pasien merasakan kepala pasien terasa berat, dada
berdebar-debar dan sulit tidur di malam hari.
Pasiem mengatakan rasa cemas timbul saat keluarga pasien pindah ke
Padang dua setengah tahun yang lalu. Pasien cemas karena mengetahui
tetangganya memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga adek
istri pasien. Anak pasien pernah dibentak oleh tetangga pasien sehingga
menyebabkan rasa cemas pasien semakin berat. Pasien merupakan seorang
tukang parkir di suatu kawasan industri di Pariaman sehingga pasien hanya bisa
pulang ke rumah di akhir minggu. Hal ini menyebabkan rasa cemas pada pasien
semakin meningkat karena memikirkan kondisi keluarga yang ditinggalkan di
Padang.
Menurut pernyataan anak pasien, pasien selalu mengigau saat tidur di
malam hari mengenai hal yang terjadi di siang hari. Hal ini sudah berlangsung
± 2 minggu terakhir setiap hari.
Pasien datang untuk kontrol rutin ke poli dewasa RSJ Prof. HB Saanin
Padang. Pasien saat ini masih merasakan cemas berlebihan namun sudah mulai
berkurang dibandingkan sebelumnya.
12
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien merokok, riwayat menggunakan NAPZA disangkal. Minum alkohol
disangkal.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
Umur - 70 tahun
Alamat - Kabupaten solok
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain
`Ket : * coret yang tidak perlu
13
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( -
), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( + ), Penakut
( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).
Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - )**, Pendiam( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut
( - ), Tak bertanggung jawab ( - ), Penyayang ( + ), Baik hati ( + )
c) Saudara
Pasien anak ke 3 dari 7 bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (57 tahun)
2. Lk/ Pr (54 tahun)
3. Lk/ Pr (51 tahun)
4. Lk/ Pr (49 tahun)
5. Lk/ Pr (44 tahun)
6. Lk/Pr (43 tahun)
7. Lk/Pr (40 tahun)
14
4 Biasa, suka bergaul Akrab
5 Biasa, suka bergaul Akrab
6 Biasa, suka bergaul Akrab
7 Biasa, suka bergaul Akrab
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan
tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
1. Ibu pasien baik Akrab
2. Anak 1 baik Akrab
3. Anak 2 baik Akrab
4. Anak 3 baik Akrab
5. Anak 4 baik Akrab
6. Anak 5 baik Akrab
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
15
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Skema Pedegree
: Meninggal
16
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal Tenang / Cocok / Nyaman
i) Dan lain-lain
17
tidur ( - ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ), masturbasi
( - ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : Tidak diketahui
Sikap orang tua : Tidak diketahui
Perasaan anak untuk toilet training ini: Tidak diketahui
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
18
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja ( + ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( -), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja 25 tahun, kepuasan kerja ( + ), pindah-pindah kerja ( - ),
pekerjaan sebagai tukang parkir
Konflik dalam pekerjaan : konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan bawahan
( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: cukup (menurut pasien)
Perkawinan didahului dengan pacaran (+), kawin terpaksa (-), kawin paksa
(-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-), sekarang ini
perkawinan yang ke 1. Kepuasaan dalam hubungan suami istri: sering, sesekali,
tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual (-) ai (bila ada jelaskan di
halaman kiri).
Kehidupan rumah tangga: rukun (+), masalah rumah tangga (-)
Keuangan : Kebutuhan sehari-hari cukup terpenuhi (+), pengeluaran dan
pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama(+), istri saja (-), suami saja (-),
selain orang tua sebutkan (pasien tidak memiliki anak)
19
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-)
dan lain-lain (-)
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
20
- ), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang
tersembunyi (-),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( - ),
keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi berulang
(- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya
kebutuhan tidur ( - ), pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ),
hipersomnia ( - ), kurang bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ),
penurunan aktivitas ( - ), mudah merasa sedih dan menangis ( - ),
dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ),
suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan ( - ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan
lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ),
impulsif (- ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung
21
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau
pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena
takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan,
organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang
berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian yang
berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam
hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila
sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh
orang yang dekat dengannya(-)
22
8. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari
( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem
punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan dengan
orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( -
), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( - ),masuk
sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pensiun ( - ), pensiun ( - ),
berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan
pangkat ( - ), pindah rumah ( + ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( -
), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang
kurang (-), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ),
mengalami tuntutan hukum ( -), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas(
- ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ),
menderita penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ),
abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan
fisik atau mental dalam keluarga ( -), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada
anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur
tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua
yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang
tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif
dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ),
perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan
( - ), dan lain-lain. Masalah dengan Tetangga ( + )
9. Riwayat suicide(-)
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan terakhir SMA.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali
23
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin sembuh dan tidak merasa cemas atau takut lagi
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
Tahun 2017
Pasien merasakan cemas dan Tahun 2017-2019
berdebar-debar sejak 2017 akibat Pasien Berobat rutin dan terkontrol setiap
permasalahan yang dialami bulan ke rumah sakit.
pasien
24
IV. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 19 x/menit
Suhu : 36,5 C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 66 kg
Status Gizi : Normoweight
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
V. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
Tremor tangan : tidak ada
Akatisia : tidak ada
Bradikinesia : tidak ada
Cara berjalan : tidak ada
Keseimbangan : tidak ada
Rigiditas : tidak ada
Kekuatan motorik : Normal
Sensorik : Halus (+), Kasar (+)
Refleks : Reflek Fisiologis + normal, Refleks Patologis –
25
VI. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( - ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( + ), kaku ( - ),
gelisah ( + ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ), berpakaian
sesuai gender ( +).
Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan situasi
( + ), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang wajar (
- ), sebentar ( - ), lama ( - ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ), selalu
menghindar ( - ), berhati-hati ( + ), dependen (- ), infantil (- ), curiga ( - ),
pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ),kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( -
), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ),
kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( - ), acting out
( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ),
bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( -
), piromania ( - ), vagabondage (-).
26
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan* : biasa/cepat/lambat
Produktivitas pembicaraan* : biasa/cepat/lambat
Perbendaharaan* : biasa/sedikit/banyak
Nada pembicaraan* : biasa/menurun/meninggi
Volume pembicaraan* : biasa/menurun/meninggi
Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap ( -
), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood ( -), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood
depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi (
- ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia ( - ), La belle indifference ( - ),
tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( + ), ketakutan ( + ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panik ( + ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
27
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
28
cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri sendiri ( - ),
erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), waham agama ( - ).
Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi
( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( -
)Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
29
baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate ( - ).Amnesia ( - ),
konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
30
X. Formulasi Diagnosis
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan fisik. Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa
diperlukan wawancara yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai gejala yang bermakna, jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan
penyakit.
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang disebabkan
oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang menyebabkan
disfungsi otak. Dari allo-anamnesis dan rekam medik pasien, tidak ditemukan
adanya riwayat penyakit yang sesuai dengan karakteristik tersebut. Tidak ada
riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang mungkin
menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian, diagnosis F0 dapat disingkirkan.
Dari anamnesis juga didapatkan bahwa tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif
secara continue dalam beberapa tahun ini. Pasien tidak merokok dan tidak pernah
meminum alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.
Pada pasien juga tidak ditemukan gejala berupa waham dan atau halusinasi
yang menetap juga tidak ditemuakan prilaku katatonik maupun gejala-gejala negatif
sehingga diagnosis skizofrenia (F2) juga dapat disingkirkan. Berdasarkan
anamnesis pasien tidak ada gangguan suasana perasaan atau mood baik yang
meningkat (elasi) atau menurun (depresi) yang menonjol sehingga didagnosis
gangguan suasana perasaan (F3) disingkirkan.
Dari anamnesis didapatkan penderita menunjukkan gejala-gejala yang
berkaitan dengan gangguan cemas yang sudah dirasakan sejak ± 2,5 tahun terakhir.
Cemas dirasakan hampir setiap hari dan berkepanjangan. Ketegangan motorik
berupa kepala terasa berat. Overaktifitas autonomik seperti berkeringat, dada
berdebar-debar. Penderita bersifat kooperatif saat menjawab berbagai pertanyaan
yang diajukan dan tidak bersifat menghindar. Dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya kelainan. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik PPDGJ III
untuk gangguan cemas menyeluruh.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan cemas menyeluruh
ialah penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
31
berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,
yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya “free floating” atau “mengambang”).
Untuk diagnosis aksis II, berdasarkan autoanamnesis dan aloanamnesis
pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian maupun retardasi mental
pada pasien.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang,
gangguan kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain untuk aksis III. Untuk diagnosis
aksis IV pada pasien ini didapatkan stressor psikososial yaitu masalah hubungan
tetangga dengan adek istri yang tidak harmonis, hal tersebut menjadi pencetus rasa
cemas bagi pasien. Terdapat beberapa gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial dan pekerjaan, sehingga pada aksis V berdasarkan penilaian
GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 80-
71.
32
Psikologis
Pesien merasa cemas berlebihan dan jantung berdebar-debar.
Lingkungan dan psikososial
Pasien cukup menutup diri terhadap lingkungan.
XIV. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Sertraline 50 mg 1x1
Lorazepam 2 mg 1x1
Clobazam 10 mg ½ - 0 - 1
B. Non Farmakoterapi
Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat
merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku,
perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta
menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan
pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
33
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur.
XV. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : bonam
Quo et sanationam : bonam
34
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 51 tahun datang ke poliklinik RSJ Prof. HB.
Saanin Padang pada tanggal 11 Maret 2020 untuk control. Berdasarkan wawancara
psikiatri didapat bahwa pasien merasa pusing dan berdebar-debar, hal ini dirasakan
sudah sejak enam bulan sebelum datang ke poliklinik RSJ Prof. HB Saanin Padang
dua tahun yang lalu, dirasakan hampir setiap hari dan berkepanjangan. Kepala
pasien sering merasa pusing, berat dan dada berdebar-debar yang merupakan
gejala-gejala dari gangguan ansietas menyeluruh yang terdiri dari tiga unsur yaitu
kecemasan, ketegangan motorik dan overaktifitas otonomik. Hal ini dirasakan
pasien selama kurang lebih 2,5 tahun. Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan psikiatri pasien didiagnosis gangguan cemas menyeluruh.
Diagnosis pasien ditegakkan didasarkan pada PPDGJ III.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan cemas menyeluruh ialah penderita harus
menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah psikofarmaka dan psikoterapi.
Psikofarmaka anti-anxietas diberikan Clobazam 10 mg (½-0-1) per hari. Clobazam
diberikan sebagai obat anti ansietas golongan benzodiazepin, memiliki efektivitas
yang baik karena bekerja spesifik, berpotensi dan relatif lebih aman. Pasien juga
diberikan obat anti depresan golongan SSRI berupa Sertraline 50 mg (1 x 1).
Penggabungan benzodiazepin dan antidepresan dapat mempercepat kesembuhan.
Pasien juga diberikan Lorazepam 2mg (1x1) pada malam hari sebagai obat anti
ansietas. Apabila gejala telah membaik, obat harus dilanjutkan selama 12 bulan
sebelum tapering off untuk mencegah relaps.
Pada pasien ini diberikan psikoterapi berupa terapi suportif dan
psikoedukasi. Pasien diberikan kenyamanan, empati, dan optimistik. Membantu
pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya. Mengidentifikasi faktor
presipitasi dan membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan problem
35
eksternal secara terarah. Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak
mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan
yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan
segera mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
36
Lampiran 1. Kutipan Wawancara Psikiatri
AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 11 Maret 2020
Di Poliklinik Dewasa RSJ HB Saanin Padang
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
Apa kabar bapak hari ini? Alhamdulillah saya sehat Gangguan ansietas
Bagaimana perasaan tapi kadang merasa
bapak? cemas
Kalua boleh tau kenapa Jadi saya baru pindah ke Pemicu kecemasan
bapak merasa cemas? padang kurang lebih 6
bulan yang lalu. Disini
ada adek istri saya yang
punya masalah dengan
tetangga. Jadi saya
37
bawaannya cemas
berhadapan dengan
mereka. Saya tidak takut,
tapi cemas saya
meningkat..
Rumah dia (tetangga)
berada di depan rumah
saya, jadi saya selalu
bertemu dengan dia dan
suaminya. Setiap
bertemu saya selalu
merasa cemas, tidak bisa
tidur dan nafsu makan
berkurang .
Sebelumnya tinggal di Saya dulu tinggal di
mana ya pak? kasang
38
Apakah ada masalah Tidak ada masalah
lainnya pak? lainnya. Keuangan saya
baik baik saja
Apakah tetangga bapak Saya tidak, tapi anak saya Pemicu kecemasan
mengancam bapak dan yang ketiga pernah
keluarga? dibentak
Sekarang apakah bapak Saya tau , dan saya butuh Insight baik
tahu kalua bapak sakit minum obat. Obat saya
dan butuh minum obat? ada sekitar 3 macam
39
Lampiran 2. Tulisan Pasien
40
DAFTAR PUSTAKA
41
anxiety disorder (GAD): data from a randomized withdrawal, placebo-
controlled maintenance study. J Affect Dis 2013;151:906-13.
12. Amir N. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
FKUI. 2014
42