Anda di halaman 1dari 13

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

Borang Portofolio
Topik: Gangguan Cemas Menyeluruh
Tanggal (kasus) : 20 Juli 2016
Nama Pasien : Tn. M
Presenter: dr. Mita Yunita Matatula
Tanggal presentasi : Februari 2017
Pendamping: dr. Iznih R Maricar
Tempat presentasi: Ruang pertemuan RSUD Tulehu
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan sering berkeringat dingin dan
jantung berdebar-debar, yang dialami sejak 2 bulan yang lalu, terutama pada malam hari
menjelang tidur. Pasien mengeluh sulit tertidur saat malam dan tidak berani keluar rumah karena
merasa sering diperbincangkan oleh tetangga. Pasien bekerja sebagai PNS, pasien memiliki
seorang istri dan 2 orang anak. Sebelumnya pasien tidak pernah merasa seperti ini, keluhan ini
mulai dirasakan sejak sering mendengar teman-teman kantornya membicarakan teman sesama
ruangan pasien.
Tujuan: menegakkan diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh dan memberikan penaalaksanaan
yang sesuai.
Bahan

Tinjauan

Riset

Kasus

Audit

bahasan:
Cara

pustaka
Diskusi

Presentasi dan

E-mail

Pos

membahas:

diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. M


Nama RS
RSUD Tulehu
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan sering
berkeringat dingin dan jantung berdebar-debar, yang dialami sejak 2 bulan yang lalu,
terutama pada malam hari menjelang tidur. Pasien mengeluh sulit tertidur saat malam.
Pasien juga tidak berani keluar rumah karena merasa sering diperbincangkan oleh
tetangga. Pasien bekerja sebagai PNS, pasien memiliki seorang istri dan 2 orang anak.
Sebelumnya pasien tidak pernah merasa seperti ini, keluhan ini mulai dirasakan sejak
sering mendengar teman-teman kantornya membicarakan teman sesama ruangan pasien.
Tanda-tanda vital TD = 120/80 mmHg N = 80 kali/menit, P = 24 kali/menit, S = 36,5C.
2. Riwayat pengobatan: 3. Riwayat kesehatan/penyakit: 4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
1

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

5. Riwayat pekerjaan: PNS


6. Lain-lain: Daftar Pustaka:
a. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri.
Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.
b. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
[Internet] 2007 [cited 2011 Juni 05]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
c. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri.
Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal. 60-66.
d. American Psychological Association. Generalized Anxiety Disorder. [Internet]. [cited
2011, May 18]. Available from : http://www.Helpguide.org
e. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders Generalized Anxiety Disorder in : Dale DC,
Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. : 2007.
f. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in :
Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,
10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
g. Stevens V. Anxiety Disorders. In : Goljan EF, editor. Behavioral Science. Elsevier
Science. Page 114-117.
h. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2003. Hal. 70-5
i. Kurnen I. Neurosa cemas. Majalah Kesehatan Jiwa. Vol V No. I. Yayasan Kesehatan Jiwa
Aditama. 1979 : 31-45.
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
2. Memberikan penanganan awal Gangguan Cemas Menyeluruh di poliklinik

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan sering berkeringat dingin dan jantung
berdebar-debar, yang dialami sejak 2 bulan yang lalu, terutama pada malam hari
menjelang tidur. Pasien mengeluh sulit tertidur saat malam. Pasien juga tidak berani
keluar rumah karena merasa sering diperbincangkan oleh tetangga. Pasien bekerja
sebagai PNS, pasien memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Sebelumnya pasien tidak
pernah merasa seperti ini, keluhan ini mulai dirasakan sejak sering mendengar temanteman kantornya membicarakan teman sesama ruangan pasien.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh, TD = 120/80 mmHg, N = 80 kali/menit, P = 24
kali/menit, S = 36,5C.
Kepala
: bibir sianosis (-), tanda-tanda trauma (-)
Leher
: Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), kaku kuduk (-)
Dada
: dalam batas normal
Jantung
: Dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genital
: tidak ada kelainan
3. Assesment
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Anxietas merupakan gejala yang
umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu
yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas
yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu
ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat
sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal
sebenarnya suatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan
tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif,
misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar
secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.
Gangguan anxietas memiliki beberapa bentuk, antara lain gangguan anxietas fobik,
gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi,
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress pasca trauma. Angka prevalensi untuk
gangguan anxietas menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien
gangguan anxietas menyeluruh sering mengalami komorbiditas dengan gangguan mental lainnya
seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres Pasca Trauma, dan
Gangguan Depresi Berat.
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
3

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak
rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan.
Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala
somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan tentang
peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir. Kecemasan
ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas
sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.
Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut dengan
ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan siaga.
Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.
EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi pada
wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Onset penyakit
biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi
pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan
pada usia tua.
ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan terjadinya
gangguan
anxietas
menyeluruh.
Teori-teori
tersebut
antara
lain
:
a. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang
mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks
frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga
ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD
adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET
(Positron Emision Tomography) pada pasien GAD ditemukan penurunan metabolisme di ganglia
basal dan massa putih otak.
b. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan
gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan
kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.
c. Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang
tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif, anxietas dihubungkan dengan perpisahan
dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi, anxietas dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal,
4

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan
pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).
d. Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh
perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada lingkungan, adanya distorsi pada
pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri untuk
menghadapi ancaman.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dinilai dari 2 hal, yaitu gejala somatik dan gejala psikologik.
1. Gejala somatik
Gemetar
Nyeri punggung dan nyeri kepala
Ketegangan otot
Napas pendek, hiperventilasi
Mudah lelah, sering kaget
Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat, takikardia, palpitasi, tangan rasa
dingin, diare, mulut kering, sering kencing)
Parestesia
Sulit menelan
2.

Gejala psikologik
Rasa takut yang berlebihan dan sulit untuk dikontrol
Sulit konsentrasi
Insomnia
Libido menurun
Rasa mual di perut
Hipervigilance (siaga berlebih)

Gangguan anxietas menyeluruh juga memiliki pengaruh terhadap tekanan darah. Ada dua
faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung (cardiac output) dan
tahanan perifer (peripheral resistance). Anxietas akan merangsang respon hormonal dari
hipotalamus yang akan mengsekresi CRF ( Cortisocoprin- Releasing Factor) yang menyebabkan
sekresi hormon-hormon hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (AdrenoCorticotropin Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk mengsekresi
kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan
peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap
katekolamin, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu hipotalamus juga berfungsi
sebagi pusat dari system saraf otonom. Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem
5

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

parasimpatis. Pada anxietas terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah, sedanngkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi
oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar adrenalin terus meninggi,
sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah
meninggi.Pada gangguan anxietas menyeluruh yang terutama berperan adalah neurotransmiter
serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin, yaitu : 5-HT1, 5-HT2 dan 5HT3 . Menurut Kabo reseptor 5-HT1 bersifat sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan
reseptor 5-HT3 bersifat sebagai eksitator. Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5-HT1 akan
mengurangi kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut DSM IV-TR :
a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian
(seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
c. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama
enam bulan terakhir).
Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan pada anak :
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan tidak
memuaskan)
d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I, misalnya
kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan panik (seperti pada
gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat
(seperti gangguan anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia
nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita
penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi
semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme),
dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan
6

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

perkembangan pervasif.

Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III sebagai berikut :


Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

(a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,
dan sebagainya);
(b)

Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

(c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, seska
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum
maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis
termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan
adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti
alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik.
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada gangguan panik
harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan anxietas menyeluruh. Selain
itu, gangguan anxietas menyeluruh juga dapat didiagnosis banding dengan fobia, gangguan
obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, dan gangguan stres post-trauma.

Fobia
Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien berusaha untuk
7

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu yang menimbulkan
kecemasan.

Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang (kompulsi)


untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit untuk menghilangkan
kecemasannya, kecuali pada saat tidur.

Hipokondriasis

Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit serius
ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha datang ke dokter
untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien merasakan gejala-gejala hiperaktivitas
otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.

Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau peristiwa ataupun
trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada GAD kecemasan berlebihan
berhubungan
dengan
aktivitas
sehari-hari.
PENATALAKSANAAN
1.

Farmakoterapi

a.

Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah
dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Pengguanaan sediaan dengan waktu paruh
menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama
pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.
Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, dan
premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang termasuk dalam golongan Benzodiazepin
antara lain :

Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg 9im/iv), broadspectrum

Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum

Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan
(dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien dengan kelainan hati dan
ginjal
8

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan
(dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor performance paling kurang
terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang masih ingin tetap aktif
Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan
(dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe antisipatorik,
onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi

b.

Non-benzodoazepin (Buspiron)

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki
gejala kognitif disbanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal. Dosis anjuran 2-3x
10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti
bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan Benzodiazepin tidak akan memberikan respon
yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin dengan
Buspiron kemudian dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
Buspiron sudah mencapai maksimal

2.

Psikoterapi

a.

Terapi kognitif perilaku

Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk
melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses kognisi akan menjadi faktor
penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Terapi kognitif
perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan
peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali.
Dengan mengubah arus pikiran dan perasaan, klien diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya,
dari negatif menjadi positif. Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien
menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan
dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Pendekatan kognitif mengajak pasien
secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik
secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.
b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan belum
9

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

10

tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.
c.

Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik
egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponenkomponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah
untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

IX.

PROGNOSIS

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung
seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan
komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena tingginya insidensi gangguan mental
komorbid pada pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis
gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan. Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan kecemasan umum.
Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan
akan terjadinya gangguan cemas menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum
adalah suatu keadaan kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat bahwa banyak
segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika terjadinya gangguan
cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan
dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas
menyeluruh.
Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah menunjukkan
kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam interaksi sosialnya, maka
prognosisnya lebih baik daripada penderita yang sebelumnya banyak menemui kesulitan dalam
pergaulan, kurang percaya diri, dan mempunyai sifat tergantung pada orang lain. Kematangan
kepribadian juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataankenyataan, keseimbangan dalam memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutantuntutan masyarakat, integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan lain sebagainya. Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka
prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik.
Mengenai hubungan dengan terapi, semakin cepat dilakukan terapi pada gangguan kecemasan
menyeluruh, maka prognosisnya menjadi lebih baik. Demikian pula dengan situasi tempat
pengobatan, semakin pasien merasa nyaman dan cocok dengan situasinya, maka hasilnya akan
10

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

11

lebih baik dan akan mempengaruhi prognosisnya. Pengobatan sebaiknya dilakukan sebelum
gejala-gejala menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan sampingan misalnya
untuk mendapatkan simpati, perhatian, uang, dan peringanan dari tanggung jawabnya. Jika
gejala-gejala sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut, maka
kemauan pasien untuk sembuh berkurang dan prognosis akan menjadi lebih jelek
Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh. Jika stres yang
menjadi penyebab timbulnya gangguan cemas menyeluruh relatif ringan, maka prognosis akan
lebih baik karena penderita akan lebih mampu mengatasinya. Kalau dilihat dari lingkungan
hidup penderita, sikap orang-orang di sekitarnya juga berpengaruh terhadap prognosis. Sikap
yang mengejek akan memperberat penyakitnya, sedangkan sikap yang membangun akan
meringankan penderita. Demikian juga peristiwa atau masalah yang menimpa penderita misalnya
kehilangan orang yang dicintai, rumah tangga yang kacau, kemunduran finansial yang besar
akan memperjelek prognosisnya.

X.

KESIMPULAN

Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi


gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan
yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan
yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
Penyebab terjadinya GAD dapat dijelaskan melalui beberapa teori, antara lain teori biologi,
teori genetik, teori psikoanalitik dan teori kognitif-perilaku.

Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas berlebihan, ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala, hiperaktivitas otonom timbul dalam
bentuk napas pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala pencernaan.

Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah gangguan panik,
fobia, gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan
penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan Benzodiazepin merupakan drug of
choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi dan keamanan yang paling baik.
Selain itu, pasien juga diberikan psikoterapi, berupa terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi
suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan
11

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

12

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung
seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat bahwa banyak
segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika terjadinya gangguan
cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan
dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas
menyeluruh.
Hal lain yang juga memegang peranan penting dalam menentukan baik tidaknya prognosis
gangguan cemas menyeluruh antara lain kepribadian premorbid pasien, efektifitas terapi, faktor
stres, serta dukungan lingkungan dan orang-orang sekitar pasien.
Penanganan pada pasien ini:
-

Haloperidol 0,5 mg

- Alprazolam 0,5mg
4. Plan:
Diagnosis:
Dari anamnesis dan pemriksaan fisis, ditemukan gejala dan tanda yang mengarah ke
diagnosis gangguan cemas menyeluruh (F41.1)
Pengobatan:
Meyakinkan pasien bahwa keadaan pasien baik-baik saja dan diberikan Alprazolam
0,5mg dan Haloperidol 0,5 mg untuk mengatasi gangguan cemas
Pendidikan:
Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli psikiatrik untuk dapat mengobati lebih
lanjut penyakit yang sedang dideitanya
Konsultasi:
Konsultasi diperlukan untuk memberikan penatalaksanaan yang optimal kepada pasien.
Pasien ini kemudian dirujuk kepada doker ahli psikiatrik untuk mendapatkan advis
pengobatan selanjutnya.
Prognosis:
Prognosis pasien pada umumnya tergantung pada kepribadian sebelumnya, bila relatif
stabil, maka prognosa lebih baik. Bila akut, prognosa jauh lebih baik. Bila stress yang
menyebabkan kecemasan itu muda diatasi, maka prognosa juga baik. Tetapi jika kronik
mungkin dapat berlangsung seumur hidup.
12

KASUS : Gangguan Cemas Menyeluruh

Pangkep, 05 Januari 2016

Peserta,

Pendamping ,

( dr. Utami Murti Pratiwi )

( dr. H. Andry Taufiq)

13

13

Anda mungkin juga menyukai